PENDAHULUAN
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan penyakit maag merupakansalah
satu penyakit tidak menular yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
penyakit ini yang sangat menggangu aktifitas dan bila tidak ditangani dengan baik
1
bahwa di kotaSurabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%,
Prevalensi gastritis di Jawa Timur pada tahun 2011 mencapai 44,5% yaitu
kelainan, apaila diperksa secara endoskopi akan ditemui eritema mukosa dan hasil
satu masalah pencernaan yang sering terjadi, sekitas 10% ditemukan adanya nyri
tekan di daerah epigastrium pada saat pemeriksaan fisik. Penyakit gastritis dapat
infeksi bakteri, kondisi stres, penyakit. Selain itu bebankerja yang tinggi ditambah
dihinggapi penyakit gastritis. Gejala gastritis antara lain adalah rasa terbakar
lemas, terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar
keringat dingin, pusing,selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah, bisa
stres.
ataupun tidak tuntaspenyakit ini kerap kambuh dan mengganggu aktivitas sehari-
2
hari. Dampak gastritisdalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya suatu luka dalam perutyang dapat menimbulkan nyeri ulu hati yang
Relaksasi otot progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi
relaksasi otot progresif terhadap nyeri pada penyakit gastritis” pada ruang dahlia
RSUD sampang.
Masalah pada studi kasus ini di batasi pada Asuhan keperawatan klien
3
1.3 Rumusan masalah
1.4 Tujuan
RSUD sampang.
1.5 Manfaat
4
ilmu keperawatan medikal bedah yang berkaitan dengan penaganan nyeri pada
klien gastritis.
1. Bagi peneliti
2. Bagi institusi
dengan baik
4. Bagi klien
kepada klien gastritis sehingga dapat mengurangi skala nyeri pada klien
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
gastritis adalah peradangan lokal pada mukosa lambung, yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lainBroker
6
2.1.2 Klasifikasi
bagian yaitu :
1. Gastritis akut
2. Gastritis kronis
2.1.3 Epidemiologi
negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian
gastritis di dunia, dimulai dari negara yang angka kejadian gastritisnya paling
tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh
India dengan persentase 43%, lalu beberapa negara lainnya seperti Inggris 22%,
7
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5% dan Indonesia 40,8%.
yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%
dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Karwati, 2013).
2.1.4 Etiologi
Menurut Suratun (2010. Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat
gaster.Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada) menyebabkan
stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat)
8
2.1.5 Anatomi Fisiologi Lambung (Gaster)
1. Lambung
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
ke dalam kerongkongan.
9
1). Lendir
2.1.6
10
11
2.1.7 Patofisiologi
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak mukosa. Kehadiran
cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edemadan kerusakan kapiler
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi
akan menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan
fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel
mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat diserap
di usus halus. Sementara Vitamin B12 berperan penting dalam pertumbuhan dan
12
1. Gastritis akut : gambaran klinisnya gastritis akut berkisar dari keadaan
dengan hematemesis
nausea, vomitus atau keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat
defesiensi B12.
2.1.10 Penatalaksanaan
13
1. Penatalaksanaan Pengobatan pada gastritis meliputi:
lambung.
(Dermawan, 2010)
14
asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena
bahaya perforasi
instrinsik(Smeltzer, 2010)
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan
15
seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi
(Dermawan, 2010)
2.1.11 Komplikasi
potensial pada suatu jaringan yang dirasakan di area terjadinya kerusakan. Nyeri
respon tidak menyenangkan dan nyeri dapat memberikan suatu pengalaman alam
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang dapat menimbulkan
ketegangan(Judha, 2012).
dirasakan oleh orang lain. Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus seperti
16
mekanik, termal, kimia, atau elektrik pada ujungujung saraf. Perawat dapat
mengetahui adanya nyeri dari keluhan pasien dan tanda umum atau respon
fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri biasanya pasien akan
tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, napas lebih cepat, pucat,
berteriak, menangis, dan tekanan darah meningkat). (Hidayat, 2006 cit Budi,
2012).
Reseptor nyeri berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh ini
berperan hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri bermyelin dan ada
juga yang tidak bermyelin dari syaraf perifer (Potter & Perry, 2010).
Nyeri merupakan campuran dari reaksi fisik, emosi, dan tingkah. Nyeri
dapat dirasakan penderita jika reseptor nyeri menginduksi serabut saraf perifer
aferen, yaitu serabut A-delta dan serabut C. Serabut A-delta memiliki myelin yang
menyampaikan impuls nyeri dengan cepat, menimbulkan sensasi yang tajam, dan
sangat kecil. Serabut A-delta dan serabut C akan menyampaikan rangsangan dari
serabut saraf perifer ketika mediatormediator biokimia yang aktif terhadap respon
nyeri seperti pottasium dan prostaglandin dibebaskan akibat adanya jaringan yang
17
suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Impuls
1. Nyeri kronis
Nyeri yang terjadi lebih dari 6 bulan dan tidak dapat diketahui
2. Nyeri akut
mendadak dari intensitas ringan sampai berat dan lokasi nyeri dapat
ketegangan otot (Potter & Perry, 2010; Nanda, 2012). Cidera atau
Bare, 2013).
18
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor yang mempengaruhi nyeri perlu diamati dan dipahami oleh perawat
1. Faktor fisiologis
penuaan. Nyeri pada lansia dialihkan jauh dari tempat cidera atau
seseorang atau toleransi terhadap rasa nyeri (Potter & Perry, 2010).
19
d. Fungsi neurologis, merupakan faktor yang dapat mengganggu
2. Faktor Sosial
mengatasi nyeri dimasa lalu dan saat ini nyeri yang sama timbul,
metode yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri klien. Hal ini
20
biasanya mampu menurunkan persepsi nyeri agar tidak merusak
dan Shaw (2011), dukungan sosial dan perhatian dari keluarga dan
3. Faktor spiritual
21
kekuatan spiritual dan agama yang kuat, maka akan lebih tenang
4. Faktor psikologis
dua sensasi tersebut (Potter & Perry, 2010). Menurut Petry (2002)
b. Mekanisme koping
yang baik tentu respon nyerinya buruk (Potter & Perry, 2010).
5. Faktor budaya
a. Arti dari nyeri, persepsi nyeri tiap individu akan berbeda, nyeri
22
tantangan sehingga nyeri akan mempengaruhi pengalaman nyeri
kategori nyeri berat, tidak dapat ditahan, dan nyeri pada organ tubuh
Khodijah, 2011).
23
2. Respon perilaku, respon pada seseorang yang timbul saat nyeri dapat
a. Fase antisipasi, merupakan fase yang paling penting dan fase ini
nyeri muncul dan klien juga diajarkan untuk mengatasi nyeri jika
c. Pasca nyeri (Fase Akibat), fase ini terjadi ketika kurang atau
2012).
tidak berdaya, marah, dan frustasi. Hal ini berbalik dengan klien yang
24
2.2.6 Skala Nyeri
dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan
jarak yang sama sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari
seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri
pertama kali oleh Hayes dan Patterson tahun 1921. Skala ini
tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata (Potter & Perry, 2010).
25
Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada skala
1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul, perih, mules. Skala
nyeri 4-6 digambarkan seperti kram, kaku, tertekan, sulit bergerak, terbakar,
ditusuk-tusuk. Skala 7-9 merupakan skala sangat nyeri tetapi masih dapat
dikontrol oleh klien, sedangkan skala 10 merupakan skala nyeri yang sangat berat
dan tidak dapat dikontrol (Bijur, Silver & Gallagher, 2001 cit Budi, 2012).
tahun 1983 untuk mengukur skala nyeri pada anak yang terdiri dari
dua skala nyeri yang terpisah, yaitu sebuah skala dengan nilai 0-10
pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan fotografik
dengan enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang lebih kecil.
oleh Wong Baker FACES Foundation pada tahun 1983 ini terdiri atas
26
enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah yang
yang berati skala nyeri yang dirasakan sangat nyeri (Potter & Perry,
2010).
menggambarkan rasa bahagia sebab tidak ada rasa nyeri yang dirasakan, ankga 1
yang berarti sedikit nyeri, angka 2 yang menunjukkan lebih nyeri dari
27
dapat mengetahui nyeri yang dirasakan saat ini (McCaffery, Herr,
Pasero, 2011).
NRS digunakan untuk menilai skala nyeri dan memberi kebebasan penuh
klien untuk menentukan keparahan nyeri. NRS merupakan skala nyeri yang
popular dan lebih banyak diaplikasikan di klinik, khususnya pada kondisi akut,
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkaan angka 7-
10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan
sebagai instrumen penelitian (Potter & Perry, 2010). Menurut Skala nyeri
28
2.2.7 Penatalaksanaan Nyeri
1. Manajemen Farmakologi
29
antipiretik. Efek samping yang paling sering terjadi pada
plasma 3,5-9,2 jam pada dewasa dan 4,6-8,6 pada lansia (usia 72
30
merupakan terapi yang mendukung terapi farmakologi dengan
metode yang lebih sederhana, murah, praktis, dan tanpa efek yang
Yunita, 2010).
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien terdiri dari nama, no reg, medis, umur (lebih banyak
terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin,( pria lebih
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
muntah
31
Biasanya klien mengalami sakit pada ulu hati, kelemahan fisik,
derita sekarang.
tubuh
c. Pola eliminasi
1) BAB
2) BAK
32
d. Pola aktivitas
nyeri
4. Pemeriksaan Fisik
hipertensi
b. Kepala
4) Hidung:Biasanya normal
6) Gigi: Biasa
33
7) Lidah: Biasanya tidak terjadi pendarahan
c. Dada/Thorax
d. Jantung
e. Perut/abdomen
8-12 x/m
2.3.2 Diagnosa
34
2.3.3 Intervensi
Tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat
kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan
2.3.4 Implementasi
2.3.5 Evaluasi
pasien.
relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti.
kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot (Davis, 1995). Teknik
relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi
35
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam
integritas diri seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal.
terjadi dalam kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa menyebabkan
terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada
kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dialami sehari-
hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif
membutuhkan pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan
Press pada tahun 1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan
seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara
diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani & Putra, 2009).
mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu
36
mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan
secara berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini
tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita
kecemasan yang merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh
karena itu dengan adanya relaksasi otot progresif yang bekerja melawan
ketegangan fisiologis yang terjadi sehingga kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk,
Salah satu kebutuhan dasar klien adalah kebutuhan tidur dan istirahat.
Sekitar 60% klien mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas
seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur atau
insomnia. Insomnia pada klien dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu
dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada saraf normal (Alim,
37
2009). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif
yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,relaks, dan memudahkan
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005), tujuan dari
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
menggerakkan badannya.
38
2. Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).
progresif.
sendiri.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri
dua kali.
1. Persiapan
2. Persiapan klien:
39
b. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
sepatu;
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
3. Prosedur
yang terjadi.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
40
Gambar:
Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian
Gambar:
41
Gambar:
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
42
Gambar :
maupun belakang.
punggung atas.
43
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
relaks.
sebanyak-banyaknya.
Gambar: Gambar:
44
1. Tarik dengan kuat perut kedalam.
dilepaskan bebas.
dan betis).
45
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada subbab ini akan dibahas tentang penelitian yang bersifat penelitian
kualitatif studi kasus pada metode observasi secara teori yang menghasilkan data
Deskriptif.
mengacu pada suatu maksud atau arti, konsep – konsep, definisi , karakteristik,
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang dapat
Studi kasus adalah suatu karya tulis ilmiah merupakan paparan hasil
penerapan proses asuhan keperawatan kepada klien secara ideal sesuai dengan
Penyusunan karya tulis ini dilaksanakan melalui studi lapangan (field research)
untuk memperoleh data primer. Yang di maksud dengan data primer adalah data
yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber data, baik melalui
langsung lainnya. Data diambil dari sumber lapangan (klien atau keluarga). Studi
sebagai bahan rujukan untuk melengkepi data sekunder yang relevan dan
mutakhir dengan permasalahan. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang
46
dikumpulkandan dilaporkan oleh pihak lain, dalam bentuk publikasi ilmiah seperti
penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih
Batasan istilah pada karya tulis ilmiah ini Asuhan Keperawatan Pada Klien
3.3 Partisipan
Waktu pelaksanaan studi kasus individu yaitu 3 hari,di mulai bulan maret
tahun 2018.
peneliti yang melakukan tindakan dan pasien yang menerima tindakan. Sedangkan
47
sumber data sekunder berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi serta
triangulasi.
3.5.1 Wawancara
tersebut.
3.5.2 Observasi
disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi instrument atau alat
dalam penelitian harus mencari data sendiri dengan terjun langsung atau
observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu.
Hal ini agar memdahkan peneliti memperoleh data atau informasi dengan mudah
48
dan leluasa. Pengumpulan data bisa dilakukan pemeriksaan fisik dengan
pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada sistem tubuh klien
.3.5.3 Dokumentasi
penurunan skala nyeri pada pasien stroke dan foto pada saat melakukan tindakan.
Studi dokumentasi dan angket hasil pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
relevan.
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat
dilakukan dengan cara mengecek data sumber yang sama dengan tekhnik yang
berbeda. Misal data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi,
dokumentasi.
dengan tekhnik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum
banyak masalah akan diberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
49
dengan wawancara, observasi atau tekhnik lain dalam waktu atau situasi berbeda.
Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-
1) Teknik induksi
menjadi tidak penting. Data akan menjadi sangat penting, sedangkan teori akan
terhadap data, dan apabila peneliti secara kebetulan telah memiliki pemahaman
teoritis tentang data yang akan diteliti, proses pembuatan teori itu harus dilakukan.
mengungkapkan misteri penelitian dan teori baru akan dipelajari apabila seluruh
2) Reduksi data
pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui reduksi data, penyajian data, dan
50
Pengumpulan Penyajian
data data
Reduksi Simpulan
data verifikasi
(Nursalam, 2015)
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
51
subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic
Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
dari klien.
(3) Kesimpulan
Dari data yang disajikan , kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
52
3.8.2 Tanpa Percantuman Responden ( Anonimity )
peneliti. Data hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan
dengan penelitian.
53
BAB 4
fakta- teori dan opini (FTO) dengan judul Asuhan Keperawatan Klien Ny. “H”
4.1 Hasil
Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sampang yang beralamat Jl.
ruang kepla ruangan, 8 ruang rawat inap, 1 ruang perawat. Pada saat pengkajian
ruang anggrek.
1) Data umum
Kabupaten Sampang
54
Batas wilayah daerah RSUD Kabupaten Sampang.
Agustus 2017.
4.1.2 Pengkajian
Fokus pada pengkajian ini adalah : identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit ( sekarang, dahulu dan keluarga ) dan genogram seperti yang dibawah
ini:
1) Identitas klien
Tabel 4.1 identitas klien Ny. “H” dengan gastritis dengan Nyeri di ruang
Umur 5I tahun
Agama Islam
Alamat Kedungdung
Pendidikan SD
Pekerjaan -
Status perkawinan -
55
Diagnosa Medis GASTRITIS
Sumber: Data primer dan Data wawancara pada tangal 11 Maret 2017.
Umur 37 tahun
Agama Islam
Alamat Kedungdung
Pendidikan SD
Pekerjaan Swasta
Status perkawinan -
Sumber: Data primer dan Data wawancara pada tangal 08 Agustus 2017.
3) Riwayat Penyakit
Tabel 4.3 Riwayat Penyakit Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di
56
rumah dan di berikan obat yang di beli di
Miletus.
keadaannya.
yang lemah.
Sumber: Data primer dan Data wawancara pada tangal 08 Agustus 2017.
57
4) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di
OBSERVASI KLIEN
Nadi 90x/menit
Pernafasan 20x/menit
Suhu 37,5C
Pemeriksaan Fisik
dan benjolan.
dan kiri
58
3) Pemeriksaan Hidung dan Sinus
epitaksis.
4) Pemeriksaan Telinga
simetris
d) Perkusi Sonor
7) Pemeriksaan Jantung
c) Palpasi Pekat
59
d) Perkusi S1 dug tunggal tidak ada suara tambah
t
t seperti Mur- Mur
u
S2 dug
8) Pemeriksan Abdomen
d) Perkusi Tymphani
9) Pemeriksaan Integumen
sawo matang
tekanan ringan)
Sumber: Data primer dan Data wawancara pada tangal 08 Agustus 2017
60
5) Hasil Pemeriksaan Diasnostik
Tabel 4.5 Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang Anggrek
PEMERIKSAAN KLIEN
Lab:
6) Terapi Obat
Tabel 4.6 Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang Anggrek
OBAT DOSIS
61
4.1.3 Analisa Data
Pada sub bab ini akan mengarah pada proses pengumpulan data senjang dan
Tabel 4.7 Analisa Data Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang
hati
DO:
1) P; Klien mengatakan
tusuk
4) S; Skala nyeri 6
waktu
nyeri
8) TTV
TD:100/60Mmhg
N : 90x/Menit
RR:20x/Menit
S:37,5C
62
4.1.4 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.8 Analisa Data Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang
hati
Data Objektif
1) P; Klien mengatakan
tusuk
4) S; Skala nyeri 6
waktu
7) Klien mengantuk
8) TTV
TD:100/60Mmhg
N : 90x/Menit
RR:20x/Menit
S:37,5C
63
4.1.5 Intervensi
Tabel 4.9 Intervensi pada Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang
(Tujuan,Kriteria hasil)
64
berkurang 2 Dokter/ Tim medis otot progresif dan
5) T; Nyeri tidak lainanya dalam
distraksi
timbul sewaktu- melakukan
membaca dapat
waktu tindakan terapi
membantu
6) Klien tidak injeksi dalam
mengurangi
Nyeri
4.1.6 Implementasi
Tabel 4.10 Implementasi pada Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di
Jam Tindakan
65
09.30 1) Menjelaskan proses penyakit
i. TD:100/60
ii. N :90x
iii. RR :20x
iv. S: 37,5C
pasien berbicara
250ml/1ml
4.1.7 Evaluasi
Tabel 4.10 Implementasi pada Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di
Nyeri Akut b/d inflamasi S : Pasien mengatakan nyeri pada ulu haati
66
Skala nyeri 6
TTV
TD :100/60Mmhg
N :90x/ Menit
RR :20x/Menit
S :37,1C
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Ny. H dengan usia 51 tahun, pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kurang
lebh 3 hari, saat pengkajian pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 09.30 P; Klien
ulu hati menjalar ke jantungS; Skala nyeri 6T; Nyeri timbul sewaktu-waktu, Klien
Hal terseut sesuai dengan teori gejala gastritis yaitu selain nyeridi daerah ulu
hati adalah mual, muntah, lemas, kembung, terasa sesak, nafsu makan menurun,
wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing,selalu bersendawa
dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah(Wijoyo, 2009), dan teori
Manifestasi klinis pada psien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal474)
67
Gastritis akut : gambaran klinisnya gastritis akut berkisar dari keadaan
asimtomatik, nyeri abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut, gastritis
kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau keluhan tidak
nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang kadang, ditemukan anemia
tanda dan gejala utama yaitu nyeri pada daerah abdomen bagian atas, dan mual
muntah. Sesuai dengan fakta yang di temukan peneliti dengan kesenjangan dari
muncul pada pasien yaitu nyeri. Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
pasien mengalami nyeri abdomen pada bagian atas. Data subjektif menunjukkan
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kurang lebh 3 hari. Data ojektif yaituP;
bagian ulu hati menjalar ke jantungS; Skala nyeri 6T; Nyeri timbul sewaktu-
pengalaman alam rasa (The International Association for the Study Of Pain
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
68
Menurut peneliti nyeri yang di alami pasien akibat dari inflamasi pada
lambung serta pada orang-orang yang memiliki pola makan tidak teratur dan
dengan hasil wawancara antara peneliti dan pasien: peneliti “kenapa ibu dibawa
ke rumah sakit?” pasien “ merasa nyeri pada ulu hati dan sakit saat bergerak”
peneliti “ seperti apa rasa yang timbul nyeri? Pasien “ seperti di tusuk tusuk”
kemudian ditunjukkan juga dengan hasil pasien memegangi area yang nyeri.
4.2.3 Intervensi
tekanan darah, suhu, nadi dan RR, selanjutnya kaji skala nyeri lakukan pengkajian
Berikan teknik relaksasi otot progresif dan berikan distraksi dengan cara
mengalihkan perhatian mengajak klien berbicara (masase). Dan cek skala nyeri.
dari ketidaknyamanan. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
69
Menurut peneliti pada intervnsi yang sudah di rencanakan oleh peneliti
tidak jauh berbeda trutama pada diagnosa yang muncul. Hal ini disebabkan karena
pada perencanaan sudah tercantum intervensi yang sesuai dengan teori dengan
tidak semua intervensi yang di buat harus diterapkan pada kasus melaikan
disesuainkan dengan kondisi respon yang muncul dan fasilitas yang tersedia.
teknik relaksasi dengan cara melakukan otot progresif untuk mengalihkan nyeri
4.2.4 Implementasi
membina hubungan saling percaya, mengobservasi tanda tanda vital mulai dari
tekanan darah, suhu, nadi, RR, mengkaji skala nyeri, lakukan pengkajian secara
teknik relaksasi otot progresif dan berikan distraksi dengan cara mengalihkan
teknik relaksasi otot progresif dan berikan distraksi dengan cara mengalihkan
dalam pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan kondisi dan respon yang muncul
dari klien dan disesuaikan dengan tingkat masalah serta pemenuhan dasar manusia
70
4.2.5 evaluasi
pada evaluasi keperaatan hari kedua masalah teratasi seagian dengan data
subjektif; pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kurang lebh 3 hari, data objektif ;
di bagian ulu hati menjalar ke jantungS; Skala nyeri 6T; Nyeri timbul sewaktu-
dengan kriteria dan standar yang telah di tetapkan untuk melihat keerasilannya.
Bila tidak berhasil,perlu di susun rencana keperaatan yang baru. Serta perlu di
perhatikan juga bahwah evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan
keluarga.(suprajipno, 2010).
dapat mengurangi nyeri terbukti bahwa pada evaluasi hari kesatu pasien
nyeri berkurang.
71
BAB 5
5.1 Kesimpulan
makadapatditarikkesimpulansebagaiberikut:
110/60 Mmhg, Nadi: 90 x/m, Suhu: 37,5 °C, Respiration rate: 20 x/m.
pada hari pertama skala nyeri klien berkurang yaitu skala nyeri 6 (nyeri
72
sedang), pada hari ke 2 di dapatkan skala nyeri 5 (nyeri sedang), dan pada
nyeri pada klien yang mengalami gastritis terbukti pada hari ketiga skala
5.2 Saran
5.2.1 BagiKeluargaKlien
otot progresif .
5.2.2 BagiPeneliti
bagi peneliti selanjutnya, dan perlu dikembangkan lagi dengan menerapkan semua
intervensi pada asuhan keperawatan klien dengan gastritis serta lebih pada
penanganan lanjutan terapi non farmakologi, tekhnik relaksasi otot progresif pada
klien pada klien yang mengalami nyeri sedang atau skala nyeri (4-6) sehingga
5.2.3 BagiInstitusiKesehatan
pemberian terapi tekhnik relaksasi otot progresif untuk menurunkan skala nyeri
73
sehingga klien dapat ditangani dengan baik dan dapat memberikan kenyamanan
kepada klien.
74
DAFTAR PUSTAKA
editor
http://herodessolution,bloqstop.com/2010/11/teknik relaksasi
offset.
dan stres dengan keadian gastritis pada wanita usia 20- 44 tahun
siliwagi
75
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and
Practice.
Smeltzer dan bare 2013. Buku ajar keperawatan medikal bedah bruner dan
Indonesia
76