PENDAHULUAN
berkenaan dengan proses penuaan (Suharyanto & madjid, 2013). kelainan ini
terjadi pada usia 40 tahun dan frekuensinya makin bertambah sesuai dengan
penambahan usia, sehingga pada usia di atas 80 tahun kira-kira 80% dari laki-laki
yang menderita kelaininan inisekitar 90% laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
Romadhon, 2015).
Benigna prostat hyperplasia (BPH) menjadi masalah global pada pria usia
lanjut. Insiden ini terjadi Pada usia 40 tahun sekitar 40% yang mengalami
Benigna prostat hyperplasia (BPH), usia 60-70 tahun meningkat menjadi 50%
dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90% yang mengalami Benigna prostat
hyperplasia (BPH) Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih dari 80 tahun
mengalami gejala saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract
sympstons (LUTS). (Sampekalo dkk, 2015). Menurut WHO pada tahun 2012,
sebanyak 30 juta orang, bilangan hal ini hanya dialami kaum pria kerana wanita
pada tahun 2013 kasus Benigna prostat hyperplasia (BPH) berkisar 9,2 juta
orang, diantaranya diderita pada pria berusia di atas 60 tahun. Sedangkan Di Jawa
1
2
Sejauh ini, faktor resiko yang diketahui terkait dengan terjadinya kanker
prostat adalah umur, ras dan riwayat kanker prostat dalam keluarga. Umumnya
kanker prostat mengenai pria dewasa tua dengan puncak pada umur 65-75 tahun.
Hasil otopsi dari berbagai negara menunjukkan sekitar 15-30% laki-laki berusia
50 tahun menderita kanker prostat secara samar dengan usia 80 tahun sebanyak
diketahui secara pasti, namun faktor usia dan hormonal menjadi predisposisi
stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya kematian sel (Prabowo &
Pranata,2014).
prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan tekanan
terbentuknya selulosa, sakula dan divertikuli buli. Perubahan struktur pada buli-
buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau
lower urinary track symptom (LUTS) yang dulu dikenal dengan gejala
buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter ini akan menimbulkan aliran
balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Jika keadaan
3
penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam
menurunkan nyeri pasca operasi ini mungkin karena relatif kecilnya peran otot-
otot skeletal dalam nyeri pasca- operatif atau kebutuhan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi tersebut agar efektif. Periode relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan
nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri (Smeltzer & Bare,2012). Teknik
relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri.Teknik relaksasi dapat
digunakan saat individu dalam keadaan sehat atau sakit. Teknik relaksasi otot
progresif merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam menurunkan nyeri
pada pasien pasca bedah, Relaksasi progresif pada seluruh tubuh memakan waktu
sekitar 15-30 menit pasien memberi perhatian pada tubuh, memperlihatkan daerah
4
ketegangan daerah yang tegang digantikan dengan rasa hangat dan relaksasi
dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter & Perry,2012).
Sampang.
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1) Bagi Perawat
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan
kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obsrtuksi dan ritriksi pada jalan urine
berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula
dengan berat kira-kira 20 gram, berada di sekliling uretra dan di bawah leher
kandung kemih pada pria. Bila terjadi pembesaran lobus bagian tengah kelenjar
prostat akan menekan dan uretra akan menyempit (Suharyanto T & Madjid,2013).
terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat (Yuliana
Elin, 2011)
prostat yang mengelilingi saluran kemih pada pria usia di atas 50 tahun yang
1) Anatomi perkemihan
a) Ginjal
yang didalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat
ginjal, yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf. Besar dan berat
ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada
tidaknya pada sisi yang lain. ukuran rerata ginjal orang dewasa adalah 11,5 cm
120-170 gram,atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh
jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule)
ginjal, yang melekat pada parenkim ginjal (Purnomo,2014). Fungsi ginjal adalah
(Sherwood, 2009).
b) Ureter
mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Setiap ureter
pada orang dewasa memiliki panjang kurang lebih 20 cm, memiliki dinding
yang terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos
2014).
c) Kandung Kemih
Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis otot
destrusor yang saling beranyaman. Dinding kandung kemih terdapat dua bagian
besar yakni ruangan yang berdinding otot polos yang terdiri dar i badan (korpus)
yang merupakan bagian utama dimana urin berkumpul dan leher (kolum) yang
merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong. Kandung kemih berfungsi
maksimal dalam menampung urin, dimana pada orang dewasa besarnya adalah ±
300-450 ml. Kadung kemih pada saat kosong terletak di belakang simfisis pubis
dan pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat di palpasi dan
d) Uretra
kemih melalui proses miksi. Uretra secara anatomi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
uretra posterior dan uretra anterior. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta s fingter
uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem
simpatetik sehingga pada saat kandung kemih penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter
uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik.
Panjang uretra pada pria dewasa antara 23-25 cm yang berfungsi sebagai saluran
reproduksi sedangkan panjang uretra pada wanita antara 3-5 cm. Perbedaan
Gambar 2.3 Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit
Hyperplasia (BPH)
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal
setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
yaitu:
gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema
2. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa
belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam
buli-buli.
4. Nocturia (miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan
yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari nokturia karena hambatan normal
dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor
9. Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
10. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin
tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk
organisme infektif. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
2.1.3 Etiologi
pasti, tetapi dapat dikaitkan dengan keberadaan hormonal yaitu hormon laki-laki
didasarkkan pada fakta bahwa BPH terjadi ketika seorang laki-laki kadar hormon
estrogen meningkat dan kadar hormon testosteron menurun, dan ketika jaringan
prostat menjadi lebih sensiti terhadap estrogen serta kurang responsive terhadap :
bertambah sesuai dengan betambahya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-
kira 80% mendertita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang dianggap ketidak
2.1.4 Klasifikasi
1) Derajat rectal
sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat kea rah rectum. Rectal
toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsisten elastic, dapat di
gerakkan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata. Tetapi rectal
toucher pada hipertropi pristat di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih
dari 1 cm dan berat prostat diatas 35 gram. Ukuran dari pembesaran kelenjar
Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadang-kadang dengan
rectal toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat
terjadi bila bagian yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis.
Pada derajat ini klien mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas,
pancaran urine lemah, harus mengedan saat BAK, nocturia tetapi belum ada
sisa urin.
2) Derajat klinik
Derajat klinik berdasarkan kepada residual urin yang terjadi. Klien disuruh
BAK sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan kateterisasi. Urin yang
16
keluar dari kateter disebut sisa urin atau residual urin. Residual urin dibagi
e. Derajat 4 telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali.
telah sampai pada stadium tida derajat intra vesikal. Gejala yang timbul pada
stadium ini adalah sisa urin sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi
infeksi semakin hebat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil dan
trabekulasi bertambah.
melihat sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra.
2.1.5 Patofisiologi
yang memacu pertumbuhan prostat sebagai kelenjar ejakulat yang nantinya akan
hormon testosterone dalam darah. Selain DHT yang sebagai precursor, estrogen
desakan pada taraktus urinarius. Pada tahap awal, obstruksi traktus urinarius
Prostate Hyperplasia (BPH) terjadi pada umur yang semakin tua (>45 tahun)
dimana fungsi testis sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini
2014).
Tonjolan ini dapat menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra
meyerupai celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu
merupakan suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra (Clevo
lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih.Tonjolan biasanya terdapat pada lobus
lateralis dan lobus medius, tetapi tidak dapat mengenai bagian posterior dari lobus
medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai lobus posterior, yang sering
2.1.6 WOC
19
Menurut Williams & Wilkins (2011) manifestasi klinis yang timbul dari
1) Gejala iritatif
perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi
(disuria)
2) Gejala obstruktif
Gejala obstrukstif meliputi: pancaran yang melemah, rasa tidak puas setelah
miksi (terasa masih ada sisa urin), kalau miksi harus menunggu lama, harus
Menurut Suharyanto T & Madjid. A (2013), gejala klinis yang timbul pada
1) Poliuria (seiring buang air kemih), Karena kandung kemih hanya mampu
kemih.
4) Retensi urin
ureter ke ginjal
20
dilakukan untuk mengetahui apakah pembesaran prostat ini bersifat benigna atau
maligna dan untuk memastikan tidak adanya penyakit penyerta lainya yaitu :
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan red blood celI
Hematuria.
dalam abdomen. Sampel yang diambil adalah cairan abdomen dan diperiksa
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
4) PA (Patologi Anatomi)
hanya bersifat benigna atau maligna, sehingga akan menjadi landasan untuk
treatment selanjutnya.
21
Setiap hari perlu dilakukan evaluasi output urine sehingga akan terlihat
bagaimana siklus rutinitas miksi dari pasien. Data ini menjadi bekal untuk
6) Uroflowmetri
Dengan menggunakan alat pengukur, maka akan terukur pancaran urine. Pada
disebabkan obstruksi dari kelenjar prostat pada truktus urinarius. Selain itu,
volume residu urine juga harus diukur. Normalnya residual urine < 100 ml.
USG Ginjal bertujuan untuk melihat adanya komplikasi penyerta dari Benigna
2.1.9 Komplikasi
2.1.10 Penatalaksanaan
(BPH) adalah:
1) Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada pasien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
2) Medikamentosa
keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang
androgen.
3) Pembedahan
a) Pasien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
obstruktif.
a 1a (tamsulosin).
23
ii) Hematuria
hidronefrosis .
1) Prostatektomi
a) Prostatektomi suprapubis
yaitu suatu insisi yang dibuat dalam kandung kemih dan kelenjar prostat
diangkat ke atas.
b) Prostatektomi perineal
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini
lebih praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi
terbuka.
24
c) Prostatektomi retropubik
Adalah suatu teknik yang lebih umum dibanding pendekatan supra pubik
antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
cara memasukkan instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah kapsul prostat
2.2.1 Pengkajian
sebelumnya (Carpenito cit Dian Husada, 2012). pengkajian pada pasien BPH
dimulai dari pengkajian umum hingga pengkajian yang spesifik (Wijaya &
Putri,2013).
1) Identitas Identitas
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
akibat infeksi.
ii) keluhan lokal: pada saluran perkemihan antara lain nyeri akibat
kapsul prostat. Lokasi nyeri akibat inflamasi ini sulit untuk ditentukan,
iv) Keluhan miksi: keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat miksi
meliputi keluhan akibat suatu tanda adanya iritasi, obstruksi,
urine melemah, intermitensi, dan menetes serta masih terasa ada sisa
pertolongan.
Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.
27
6) Pemeriksaan Fisik
pembedahan di suprasimfisis.
ingin buang air kecil, Palpasi kandung kemih untuk menentukan batas
kandung kemih dan adanya nyeri tekan padaa area suprasimfisis dan
3) Perkusi: Pada daerah supra pubik apakah menghasilkan bunyi pekak yang
dan jumlah
b) Kaji pola nutrisi dan metabolisme: paien yang dilakukan anastesi pasca
c) Kaji pola eliminasi pada pasien dapat terjadi hematuri setelah pasca
operasi, retensi urine dapat terjadi bila terdapat bekuan darah pada kateter,
e) Kaji pola istirahat dan tidur: rasa nyeri dan perubahan situasi karena
g) Persepsi dan konsep diri : pasien dapat mengalami cemas karena kurang
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
2. Nyeri akut berhubungan dengan agent injuri fisik (spasme kandung kemih).
5. Retensi urine
sering dilakukan dalam lingkungan perawatan unit tindakan yang ringan. Karena
itu, pendidikan pasien serta keluarga dan pemantauan perawat sangat diperlukan
(Nursalam,2011).
30
NIC :
31
NIC :
3. Resiko infeksi NOC : Infection control
Defenisi: Mengalami 1. Immune status (kontrol infeksi)
pengingkatan resiko 2. Knowledge infection control 1. Bersihkan
terserang organisme 3. Resiko infeksi saluran kemih kontrol lingkunga
patogenik. Kriteria hasil : n setelah
Faktor-faktor resiko: 1. Klien bebas dari tanda dan gejala dipakai
1. Penyakitkronis infeksi pasien
a. Diabetes militus 2. Mendeskripsikan proses penularan lain.
b. Obesitas penyakit, factor yang 2. Pertahankan
2. Pengetahuan yang mempengaruhi penularan serta teknik
tidak cukup untuk isolasi
32
NIC :
4. Resiko Perdarahan NOC : Bleeding
Defenisi: Beresiko precautions
1. Blood lose severity
mengalami penurunan 1. Monitor tanda-
2. Blood koagulation tanda
volume darah yang dapat
menganggu kesehatan. Kriteria Hasil : perdarahan
Faktor resiko 1. Tidak ada hematuria dan hematesis 2. Catat nilai Hb
2. Kehilangan darah yang terlihat dan Ht
1. Aneurisme
3. Tekanan darah dalam batas normal sebelum dan
2. Sirkumsisi sesudah
sistol dan diastole
3. Defisiensi pengetahuan terjadinya
4. Tidak ada distensi abdominal
4. Riwayat jatuh 5. Hemoglobin dan hematrokrit dalam perdarahan.
5. Gangguan batas normal plasma, protrombin time, 3. Pertahankan bed
gastrointestinal (PT) partial trombloplastin time (PTT) rest selama
6. Gangguan hati (mis: dalam batas normal perdarahan
sirosis,hepatitis) aktif
4. Identifikasi
7. Trauma Efek samping
penyebab
terkait terapi (mis:
perdarahan
pembedahan,
33
NIC :
5. Risiko ketidakefektifan NOC : Acid-base
perfusi ginjal 1. Circulation status Management
Defenisi: Beresiko 2. Electrolit and acid 1. Observasi status
terhadap penurunan 3. Base balance dehidrasi
sirkulasi darah keginjal 4. Fluid balance (kelembab
yang dapat menganggu 5. Hidration an
kesehatan 6. Tissue prefusion membran
Faktor risiko 7. Urinary eliminasion mukosa,
1. Sindrome TD
kompartement Kriteria Hasil : ortostatik,
abdomen 1. Tekanan systole dan diastole dalam dan
2. Usia lanjut batas normal keadekuat
3. Nekrosis kortikal 2. Tidak ada gangguan mental, an dinding
bilateral orientasi kognitif dan kekuatan otot nadi)
4. Luka buang air kecil 3. Tidak ada distensi vena leher 2. Observasi tanda-
5. Pembedahan jantung 4. Tidak ada bunyi paru tambahan tanda
6. Bypass kardio 5. Intake output seimbang cairan
pulmonal 6. Tidak ada oedema perifer dan berlebih
7. Diabetes militus asites (oedema
8. Jenis kelamin 7. Tidak ada rasa haus yang abnormal distensi
9. Hipertensi 8. Membran mukosa lembab vena leher
10. Jenis kelamin dan asites)
3. Pertahankan
intake dan
output
secara
akurat
4. Bebaskan jalan
nafas
5. Monitor TTV
2.2.4 Implementasi
tujuan yang spesifik. Tahap implemntasi dimulai setelah rencana intervensi disusun
dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
2.2.5 Evaluasi
SOAP:
rasa ketidak nyaman yang hebat atau sensai yang tidak menyenangkan selama 1
detik hingga kurang dari enam bulan (Linda Jual, 2013). Nyeri adalah suatu
Upaya mengatasi nyeri tersebut, yaitu dengan cara farmakologis dan non
yang hebat.
nyeri, dan rasional dari setiap tindakan yang diberikan (Pesero, 2013).
1) Nyeri Akut : nyeri yang terjadi setelah cedera, penyakit, atau intervensi bedah
dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).
37
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang
tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
2) Nyeri Kronik : nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi
dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (Poter & Perry, 2007)
1) Usia
alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus mereka terima (Potter & Perry,
2006).
2) Jenis kelamin
Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
misalnya ada yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan
3) Kebudayaan
Individu mempelajari apa yang ajarkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
4) Perhatian
dengan respon nyeri yang menurun.Konsep ini merupakan salah satu konsep
5) Ansietas
2012).
6) Kelemahan
7) Pengalaman sebelumnya
ansietas atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya jika individu mengalami
jenis nyeri yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil
39
8) Gaya koping
berbeda dengan wanita yang mengalami nyeri cidera kepala akibat dipukul
1) Skala Wajah
Keterangan:
b) 1 = Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat ringan, seperti gigitan
nyamuk.
kulit.
e) 4 = (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa
komunikasi teraganggu.
41
rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau resikonya.
k) 10 = (sakit tidak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri,
kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini. Karena
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa.
Keterangan:
a. 0 : Tidak nyeri
b. 1-3 : Nyeri ringan: Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
dan kualitas nyeri seperti tumpul, kebas, rasa tekan, menjalar atau
memelintir.
perintah dengan baik dan kualitas nyeri seperti tajam, tusuk-tusuk atau
menembus.
d. 7-9 : Nyeri hebat: Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
posisi nafas panjang, distraksi dan kualitas nyeri seperti tusuk-tusuk, tajam
dan meremukkan.
upaya pelaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang
perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri seperti faktor
pengalaman subjektif.
1) Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan area
terutama untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
2) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya
digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menandakan tidak nyeri
3) Kualitas nyeri
besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.
4) Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare.Gejala itu bisa disebabkan
6) Faktor presipitasi
Aktifitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri, seperti aktifitas yang berta
dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu faktor lingkungan, stressor fisik, dan
aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan,
emosional.
8) Sumber koping
9) Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat
dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak faktor lain. Perawat
perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan
5) Laporan isyarat
6) Diaforesis
relaksasi sekelompok otot dan memokuskan pada perasaan rileks. Hal ini dapat
Menurut ahli fisiologis dan psikologis Edmun Jacobson yang menjadi pelopor
otot-otot kita melalui suatu cara yang tepat, maka hal ini akan diikuti relaksasi
mental atau pikiran. Teknik yang digunakan Jacobson terdiri dari peregangan dan
pengenduran berbagai kelompok otot di seluruh tubuh dalam sekuen yang teratur.
ini, dan berbagai kalangan telah menggunakan untuk mengatasi barbagai keluhan
menit, satu kali sehari secara teratur selama satu minggu cukup efektif dalam
otot dengan cara mengerutkan berbagai kelompok otot ditubuh dan melepaskan
ketegangan di otot dapat menurun keletihan otot, peredaran darah yang buruk,
kejang, dan kekakuan serta akan memperparah problem nyeri (Neville, 2009).
dengan ansietas sehingga akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah, dan
48
memberi kesempatan untuk beristirahat dan stress lingkungan eksternal dan stress
internal dan pikiran. Hal ini menghindari penggunaan semua tenaga vital saat
sistem saraf simpatis dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan
berpengaruh maka dengan bertambahnya salah satu aktivitas sistem yang satu
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
kemudian diminta untuk merasakan dan menikmati perbedaan antara ketika otot
tegang dan ketika otot lemas. Disini individu diberitahu bahwa pada fase
dengan kecemasan, dan sensasi tersbut bertindak sebagai isyarat atau tanda untuk
individu akan merasa rileks. Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, biceps,
bahu, leher, wajah, perut, dan kaki (Goldfried & Davison, 2013).
pada semua kelompok otot tubuhnya. Pada fase ini individu dilatih untuk lebih
tersebut. Dengan demikian individu itu akan lebih peka terhadap ketegangan dan
akan lebih ahli untuk mengurangi ketegangan (Goldfried & Davison 2013).
c) Bagian perut
d) Bagian kaki.
Dalam fase itu dilakukan selama 3 detik pada masing-masing bagian. Setelah
semua selesai pasien disuruh untuk memikirkan pada diri sendiri dengan kata-kata
yang kalem setiap anda bernafas. Hal ini akan membantu anda dalam
menghubungkan kata kalem tersebut dengan ketenangan yang anda rasakan saat
3) Differential Relaxation
otot menjadi tegang. Otot-otot yang diperlukan untuk melakukan aktivitas akan
relaksasi yang dalam, pada otot-otot yang tidak baik diperlukan untuk melakukan
tidak hanya menyadari kelompok otot yang diperlukan untuk melakukan aktivitas
tertentu, tetapi juga mengidentifikasi dan lebih menyadari otot0otot yang tidak
perlu untuk melakukan aktivitas tersebut. Latihan akan dimulai ketika subjek
sudah mencapai keadaan rileks. Latihan yang secara teratur akan mengurangi
ketegangan secara umum. Hal ini akan menyebabkan individu tersebut nyaman
7) Membuat tidur lebih lelap dan kesehatan mental menjadi lebih baik
8) Menjadikan daya ingat lebih baik dan meningkatkan daya berpikir logis
Progressif
ketegangan otot), sikap yang dapat diubah (mengosongkan semua pikiran dari
otot tertentu serta membedakan antara perasaan tegang dan relaksasi dalam.
Empat kelompok otot yang utama yang meliputi: pertama, tangan, lengan bawah,
dan otot biseps, kedua, kepala, muka, tenggorokan dan bahu, termasuk pemusatan
perhatian pada dahi, pipi, hidung, mata, rahang, bibir, lidah dan leher. Sedapat
otot yang paling penting dalam tubuh berada di sekitar area ini, ketiga, dada,
lambung, dan panggung bagian bawah, keempat, paha, pantat, betis dan kaki
(Davis, 2010).
kursi dengan kepala ditopang. Tiap otot atau kelompok otot diteganggang selama
lima sampai tujuh detik dan direksasikan dua belas sampai lima belas detik.
Prosedur ini diulang paling tidak satu kali. Jika area ini tetap tegang, dapat
dipraktekkan lagi sampai lima kali. Petunjuk relaksasi progressif di bagi dalam
dua bagian. Bagian pertama, relaksasi pada otot tubuh yang paling sering tegang.
53
sehingga relaksasi otot dapat dicapai dalam waktu sangat singkat (Davis 2010)
dengan cara menggenggam jari tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
ketegangan yang terjadi. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali
keadaan rileks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan
kanan.
b) Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
c) Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot biseps. Otot biseps adalah
otot besar yang terdapat di bagian atau pangkal lengan. Gerakan ini
otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat
Gambar 5, 6, 7 dan 8
56
leher bagian depan dan belakang. Gerakan ini diawali dengan otot leher
bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. pasien dipandu
punggung.
j) Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan, ini
ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi,
gerakan ini, pasien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi
turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, pasien dapat bernafas normal
dengan lega. gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan
kaki dan betis. Gerakan ini dilakukan secara berurutan. tujuannya untuk
melatih otot-otot paha dan betis, dilakukan dengan cara meluruskan kedua
belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang, sehingga ketegangan