Anda di halaman 1dari 10

2.

2 Konsep Nyeri

2.3.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya

rasa ketidak nyaman yang hebat atau sensai yang tidak menyenangkan selama 1

detik hingga kurang dari enam bulan (Linda Jual, 2013). Nyeri adalah suatu

keadaan yang mempengaruhi seseorang, dan eksistensinya diketahui bila

seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2012).

Nyeri adalah keluhan pasien yang mempengaruhi tingkat kenyamanan.

Upaya mengatasi nyeri tersebut, yaitu dengan cara farmakologis dan non

farmakologis (Smeltzer, 2013).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu

keadaan yang mempengaruhi seseorang sehingga menimbulkan ketidak nyamanan

yang hebat.

2.3.2 Fisiologi Nyeri

Terdapat empat proses fisiologis dari nyeri nosiseptif (saraf yang

menghantarkan stimulus nyeri ke otak), transduksi, transmisi, persepsi

idanimodulasi (Pesero, 2013). Klien yang sedang mengalami nyeri tidak dapat

membedakan keempat proses tersebut. Bagaimanapun, pemahaman terhadap

masing-masing proses akan membantu kita dalam mengenali faktor-faktor yang

menyebabkan nyeri, dan rasional dari setiap tindakan yang diberikan.

2.3.3 Jenis-Jenis Nyeri

1. Nyeri Akut : nyeri yang terjadi setelah cedera akit, penyakit, atau intervensi

bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi

(ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat


(Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan

akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali

(Prasetyo, 2010).

2. Nyeri Kronik : nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu

periode waktu. Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi

dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (Poter & Perry, 2007)

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

1. Usia

Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Sebagai contoh anak-

anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa nyarinya, sementara

lansia mungkin tidak akan melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan

sesuatu yang harus mereka terima (Potter & Perry, 2006).

2. Jenis kelamin

Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan mempengaruhi jenis kelamin

misalnya ada yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan

tidak boleh menangis sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam

situasi yang sama (Rahadhanie Andari, 2015).

3. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengruhi individu mengatasi nyeri.

Individu mempelajari apa yang ajarkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan

mereka (Rahadhanie Andari, 2015).

4. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri.Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan

nyeri yang meningkat.Sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun.Konsep ini merupakan salah satu konsep yang

perawat terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi,

teknik imajinasi terbimbing (guided imaginary) dan mesase, dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, misalnya

pengalihan pada distraksi (Fatmawati, 2011).

5. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri.Namun nyeri juga dapat

menimbulkan ansietas.Stimulus nyeri mengaktifkan bagian system limbik yang

diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas (Wijarnoko,

2012).

6. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping

(Fatmawati, 2011).

7. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri.Apabila individu sejak lama

sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka ansietas

atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri yang

sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih

mudah individu tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri (Rahadhanie Andari,

2015).
8. Gaya koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.Sumber koping

individu diantaranya komunikasi dengan keluarga, atau melakukan latihan atau

menyanyi (Ekowati, 2012).

9. Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat berpengaruh untuk dapat

memberikan dukungan, bantuan, perlindungan, dan meminimalkan ketakutan

akibat nyeri yang dirasakan, contohnya dukungan keluarga (suami) dapat

menurunkan nyeri kala I, hal ini dikarenakan ibu merasa tidak sendiri,

diperhatikan dan mempunyai semangat yang tinggi (Widjanarko, 2012).

10. Makna Nyeri

Individu akan berbeda-beda dalam mempersepsikan nyeri apabila nyeri

tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan hukuman dan tantangan.

Misalnya seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri yang berbeda

dengan wanita yang mengalami nyeri cidera kepala akibat dipukul pasangannya.

Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna

nyeri (Potter & Perry, 2006).


2.2.5 Cara Mengetahui Skala Nyeri

1. Skala Wajah

0, 1-3, 4-6, 7-9, 10

Gambar 2.3 Skala Nyeri


( Sumber : Tamsuri, 2009 )
Keterangan :

a. 0 : Tidak nyeri

b. 1-3 : Nyeri ringan : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik dan kualitas nyeri seperti tumpul, kebas, rasa tekan, menjalar atau

memelintir.

c. 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik dan kualitas nyeri seperti tajam, tusuk-tusuk atau

menembus.

d. 7-9 : Nyeri hebat : Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang, distraksi dan kualitas nyeri seperti tusuk-tusuk, tajam

dan meremukkan.

e. 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul dan kualitas nyeri seperti rasa terbakar atau menghanguskan

.
2.2.6 Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang

efektif.Karena nyeri merupakan pengalaman yang subyektif dan diraskan secara

berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua faktor

yang mempengaruhi nyeri seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku,

emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama

yaitu :

1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.

2. Observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap

pengalaman subjektif.

Macam-macam pada pengkajian nyeri yaitu :

Table 2.3 pengkajian nyeri

P Provokatif atau pemicu, yaitu faktor yang

memicu timbulnya nyeri.

Q Quality atau kualitas nyeri.

R Region atau daerah perjalanan kedaerah lain.

S Severity atau keganasan yaitu, Intensitasnya.

T Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya,

kekerapan, sebab terjadinya nyeri.

( Sumber : Tamsuri, 2009)


2.2.7 Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)

1. 0 = Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.

2. 1 = Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat ringan, seperti gigitan

nyamuk. Sebagian besar waktu anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.

3. 2 = (tidak menyenangkan) = Nyeri, ringan seperti cubitan ringan pada kulit.

4. 3 = (bisa ditoleransi) = Nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung

menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.

5. 4 = (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit

dari sengatan lebah.

6. 5 = (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang sangat menusuk, seperti

pergelangan kaki terkilir.

7. 6 = (intens) = Kuat, nyeri yang menusuk bagian kuat sehingga tampaknya

sebagian mempengaruhi sebgaian indra anda, menyebabkan tidak focus,

komunikasi teranggu.

8. 7 = (sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa benar-benar

mendominasi indra anda meyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik

dan tak mampu melakukan perawatan diri.

9. 8 = (benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat sehinggaanda tidak lagi

dapat berpikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang

parah jika sakit dating dan berlangsung lama.

10. 9 = (menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat sehingga anda tidak bisa

mentolerinya dan sampai-sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa

sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau resikonya.
11. 10 = (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak

sadarkan diri, kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini.

Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelaan parah, tangan

hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar

biasa parah.

2.2.8 Riwayat Nyeri

Secara umum pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, ini

menurut Hidayat A. (2009) yaitu :

1. Lokasi

Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan area

nyerinya.Pengkajian ini bisa dilakukan dengan bantuan gambar tubuh.Klien bisa

menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri.Ini sangat bermanfaat, terutama

untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.

2. Intensitas nyeri

Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya

untuk menetukan intensitas nyeri pasien.Skala nyeri yang paling sering digunakan

adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menandakan tidak nyeri sama sekali dan

angka tertinggi menandakan nyeri yang hebat.

3. Kualitas nyeri

Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.

Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan pasien untuk menggambarkan

nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan

etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.


4. Pola

Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval

nyeri.Perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri

berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.

5. Gejala yang menyertai

Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare.Gejala itu bisa disebabkan

oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.

6. Faktor presipitasi

Aktifitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri, seperti aktifitas yang berta

dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu factor lingkungan, stressor fisik, dan

emosional juga dapat memicu nyeri.

7. Pengaruh pada aktifitas sehari-hari

Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktifitas harian klien

akan membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa

aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan,

konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan, aktifitas di

rumah, aktifitas di waktu senggang, serta status emosional.

8. Sumber koping

Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi

nyeri.Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau

pengaruh agama atau budaya.

9. Respons afektif

Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat

dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak faktor lain. Perawat perlu
mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada

diri pasien.

2.2.9 Batasan Karakteristik Nyeri

1. Perubahan selera makan

2. Perubahan tekanan darah

3. Perubahan frekwensi jantung

4. Perubahan frekwensi pernapasan

5. Laporan isyarat

6. Diaforesis

7. Perilaku distraksi (misalnya,berjaIan mondar-mandir mencari orang lain dan

atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

8. Mengekspresikan perilaku (misalnya, gelisah, merengek, menangis)

9. Masker wajah (misalnya, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan

mata berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)

10. Sikap melindungi area nyeri

11. Fokus menyempit (misalnya, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses

berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

12. Indikasi nyeri yang dapat diamati

13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

14. Sikap tubuh melindungi

15. Dilatasi pupil

16. Melaporkan nyeri secara verbal

17. Gangguan tidur

Anda mungkin juga menyukai