Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa bayi dan balita menjadi masa yang baik bagi

pertumbuhan anak. Pemberian nutrisi yang sesuai menjadi

kewajiban ibu dan keluarga untuk mendukung pertumbuhan anak.

Gizi yang paling tepat diberikan kepada bayi adalah ASI (Air Susu

Ibu). Pemberian ASI Eksklusif kepada bayi 0-6 bulan telah

direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization),

UNICEF (United Nation Childrens Fund), serta Depkes RI

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia). Namun sayangnya

presentase pemberian ASI ekslusif di Indonesia masih belum

memenuhi target yang diinginkan, yaitu sebesar 54,3% dengan

target yang dinginkan sebesar 75%. Tingkat pengetahuan dan

status pekerjaan ibu merupakan faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif karena masih kurangnya pemahaman ibu

tentang praktik pemberian ASI eksklusif serta kesibukan ibu karena

pekerjaannya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif adalah ibu yang bekerja di luar rumah, sehingga tidak

dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.

Faktor ini terkait kurangnya pengetahuan ibu. Sesungguhnya, ibu

yang bekerja tetap bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya

selama 6 bulan. Bahkan, ibu yang bekerja tidak memerlukan


tambahan waktu setelah memperoleh cuti hamil 3 bulan. Ibu yang

bekerja dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan

cara memeras ASI, dan memberikannya kepada bayi saat ibu

bekerja. Pekerjaan sering kali menjadi alasan yang membuat

seorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang

dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja. Salah satu cara

yang dapat dilakukan adalah dengan menyusui bayi sebelum ibu

bekerja dan menyimpan ASI di lemari pendingin kemudian dapat

diberikan pada bayi saat ibu bekerja.

Banyak lagi alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain

ibu merasa ASI nya tidak mencukupi atau ASI nya tidak keluar

pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal ini tidak

disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI dalam jumlah yang

cukup untuk bayinya, disamping informasi tentang cara-cara

menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar

ibu-ibu. Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat

mengenai pentingnya ASI bagi bayi mengakibatkan program

pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal.

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pemberian ASI yang benar

dikarenakan kurangnya informasi atau pengetahuan yang dimiliki

oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang

terkandung dalam ASI. Seorang ibu yang memiliki pendidikan

yang lebih tinggi kemungkinan pengetahuan dan wawasannya pun

akan semakin luas, termasuk juga pengetahuan dan wawasan dalam


masalah pemenuhan gizi yang baik bagi bayi atau balitanya

(Prasetyono, 2009).

Dari hasil penelitian Sandra Fikawati, dkk menyebutkan

bahwa Faktor predisposisi dari ASI ekslusif yaitu faktor pemicu

atau pemudah yang memberikan kecenderungan seorang ibu untuk

melakukan ASI eksklusif. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang

dianggap menjadi pemicu seorang ibu untuk melakukan ASI

eksklusif adalah umur, pendidikan, pengetahuan, motivasi, sikap

dan kepercayaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan

permasalahan pada penelitian adalah apakah ada Hubungan antara

tingkat pengetahuan dan status pekerjaan dengan pemberian ASI

ekslusif ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besarnya pengaruh

hubungan antara tingkat pengetahuan dan status pekerjaan

dengan pemberian ASI ekslusif

Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dengan

pemberian ASI ekslusif


b. Mengetahui tingkat pendidikan ibu menyusui.

c. Mengetahui pengaruh status pekerjaan dengan pemberian

ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Sebagai sumber informasi dan memperkaya ilmu pengetahuan

dan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya

2. Manfaat institusi

Sebagai bahan masukan pertimbanan bagi pengelola institusi

terutama dalam mengembangkan ilmu kebidanan.

3. Manfaat penulis

Sebagai pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan

pengetahuan dan menambah wawasan tentang keluarga

berencana.

E. Keaslian Penelitian

No peneliti Judul peneliti Sasaran Variabel yang Hasil penelitian Metodologi


diteliti

1. Hubungan antara Ibu dan bayi Variabel Hasil penelitian cross sectional
tingkat pengetahuan berusia 6 independen: menunjukkan
Nurul dan status pekerjaan bulan bahwa ada
pengetahuan,
Septyasrini dengan pemberian hubungan antara
ASI ekslusif status tingkat
diwilayah kerja pekerjaan pengetahuan
puskesmas dengan
Variabel
banyodono 1 pemberian ASI
Boyolali universitas dependen:ASI ekslusif, nilai
muhammadiah ekslusif p=0,022.
Surakarta
2. Hubungan antara ibu yang Variabel nilai p sebesar cross sectional
pengetahuan, sikap mempunyai independen: 0,154, maka
Nana dan kepercayaan ibu bayi berumur pengetahuan secara statistik
Yulianah, dengan pemberian
6 - 12 bulan ibu , sikap tidak terdapat
dkk ASI ekslusif di
wilayah kerja ibu,kepercayaa hubungan
puskesmas bonto n bermakna antara
cani kabupaten bone Variabel sikap responden
tahun 2013 dependen:ASI dengan
ekslusif pemberian ASI
Ekslusif
3. Faktor-faktor yang ibu yang Variabel tidak terdapat
Isnaini mempengaruhi mempunyai independen: hubungan antara cross sectional
Agam,dkk pemberian ASI balita 6 – 12 umur, umur ibu study
ekslusif dikelurahan bulan pendidikan dengan
Tamamaung ibu, pekerjaan pemberian ASI
Panakkukang kota ibu, status gizi eksklusif (p =
Makasar ibu, inisiasi 0,185 terdapat
menyusu dini, hubungan antara
penolong pekerjaan ibu
persalinan, dengan ASI
pendapatan eksklusif (p =
keluarga 0,317).
dengan
pemberian ASI
eksklusif
Variabel
dependen:
pemberian ASI
ekslusif
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga, ( Notoatmodjo, 2007).

Untuk mengukur tingkat pengetahuan terdiri dari enam

peringkat:

1.1 Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah

diterima (Notoatmodjo, 2007)

1.2 Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,

dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar (Notoatmodjo,2007).

1.3 Aplikasi (aplication)


Aplikasi penggunaan hukum-hukum atau rumus,

metode, prinsip dan lain sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain (Notoatmodjo, 2007).

1.4 Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Seseorang mampu mengenali kesalahan-

kesalahan logis, menunjukkan kontradiksi atau

membedakan di antara fakta, pendapat, hipotesis,

asumsi dan simpulan serta mampu menggambarkan

hubungan antar ide (Notoatmodjo, 2007).

1.5 Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru dan koheren.

Manusia mampu menyusunformulasi baru

(Notoatmodjo,2007).

1.6 Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek dan

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau dengan ketentuan yangsudah ada sehingga, mampu


menyatakan alasan untuk pertimbangan tersebut

(Notoatmodjo, 2007).

2. Hubungan pengetahuan tentang ASI Eksklusif

Pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI dan cara

pemberian ASI yang benar akan menunjang untuk keberhasilan

menyusui. Suatu penelitian yang dilakukan di Semarang

menunjukkan bahwa wanita dari semua tingkat ekonomi

mempunyai pengetahuan yang baik tentang kegunaan ASI dan

mempunyai sikap positif terhadap usaha memberikan ASI,

tetapi dalam prakteknya tidak selalu sejalan dengan

pengetahuan mereka (Almatsier, 2001)

B. PEKERJAAN

Menurut penelitian dahlan,dkk (2013) bahwa Hubungan

Status Pekerjaan mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif apabila

status ibu adalah bekerja maka besar kemungkinan bagi ibu untuk

tidak memberikan ASI eksklusif, hal itu dikarenakan banyak waktu

yang ibu habiskan untuk pekerjaannya. Namun sebaliknya bila

status ibu adalah tidak bekerja maka besar kemungkinan bagi ibu

untuk memberikan ASI eksklusif, karena banyak waktu luang ibu

yang dapat digunakan untuk merawat dan memberikan kasih

sayang untuk bayinya. Tingginya jumlah ibu bekerja yang tidak

memberikan ASI eksklusif dikarenakan mereka merasa tidak

mempunyai waktu untuk memberikan ASI eksklusif. Selain itu,

maraknya iklan susu formula yang menyajikan penawaran yang


menarik dan meyakinkan serta tersedianya susu formula yang

mudah didapat juga menjadi alasan ibu untuk tidak memberikan

ASI eksklusif dan beralih menggunakan susu formula.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja

maupun tidak bekerja cenderung tidak memberikan ASI eksklusif.

Dalam hal ini mungkin yang mempengaruhi adalah tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

Sejalan dengan penelitian Sulistyoningsih (2005) di

Tasikmalaya bahwa dalam penelitiannya tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku ibu dalam

memberikan ASI.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Juliani (2009) di Medan dimana ada hubungan antara pekerjaan ibu

dengan pemberian ASI eksklusif. Bagi ibu yang bekerja, upaya

pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran

singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian

ASI eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus kembali bekerja.

Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk

tidak memberikan ASI eksklusif, terutama yang tinggal di

perkotaan (Prasetyono, 2009).

Menurut Khanal, dkk (2014) faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif antara lain yaitu karakteristik ibu


(pendidikan, pekerjaan, kondisi kesehatan, usia), karakteristik bayi

(jenis kelamin, urutan kelahiran, penyakit), dan praktik budaya

(awal menyusui, waktu pemberian makanan lain). Dalam penelitian

Satino dan Setyorini (2014) faktor yang mempengaruhi pemberian

ASI eksklusif pada ibu primipara antara lain yaitu usia, pendidikan,

pengetahuan, pekerjaan, perilaku, dan lingkungan.

C. ASI EKSLUSIF

1. Pengertian

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah SWT

untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam

melawan serangan penyakit (Yahya, 2005). Pengertian lain

tentang ASI adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup

bulan selama usia bulan-bulan pertama (Nelson, 2000).

Sehingga dapat disimpulkan ASI adalah makanan sempurna

bagi bayi baru lahir, selain itu, payudara wanita memang

berfungsi untuk menghasilkan ASI (Chumbley, 2004).

Menurut Peratutan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada

Ayat 1 diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya

disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi

sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan

dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”.

Semula Pemerintah Indonesia menganjurkan para ibu menyusui

bayinya hingga usia empat bulan. Namun, sejalan dengan


kajian WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes 11 lewat

Kepmen No 450/2004 menganjurkan perpanjangan pemberian

ASI eksklusif hingga enam bulan.

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara

eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,

dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2005).

2. Kandungan ASI

ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon,

enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih, dengan porsi yang

tepat dan seimbang. Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap

ibu, berubah dan berbeda dari waktu ke waktu yang disesuaikan

dengan kebutuhan bayi saat itu (Roesli, 2005).

Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI

dari hari ke hari (stadium laktasi) sebagai berikut:

2.1 Kolostrum (colostrum/susu jolong)

Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna

kuning atau dapat pula jernih yang kaya zat anti-

infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu matang)

dan protein, dan keluar pada hari pertama sampai

hari ke-4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat sisa

dari saluran pencernaan bayi dan


mempersiapkannya untuk makanan yang akan

datang. Jika dibandingkan dengan susu matang,

kolostrum mengandung karbohidrat dan lemak lebih

rendah, dan total energi lebih rendah. Volume

kolostrum 150-300 ml/24 jam. 12

2.2 ASI transisi/peralihan

ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai

sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar protein

makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin tinggi dan volume akan makin

meningkat. ASI ini keluar sejak hari ke-4/ke-7

sampai hari ke-10/ke-14.

2.3 ASI matang (mature)

Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari

ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan.

2.4 Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit

ASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai

komposisi berbeda dengan ASI yang keluar

kemudian (hindmilk). Foremilk dihasilkan sangat

banyak sehingga cocok untuk menghilangkan rasa

haus bayi. Hindmilk keluar saat menyusui hampir

selesai dan mengandung lemak 4-5 kali lebih


banyak dibanding foremilk, diduga hindmilk yang

mengenyangkan bayi.

2.5 Lemak ASI makanan terbaik otak bayi

Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi karena

mengandung enzim lipase yang mencerna lemak.

Susu formula tidak mengandung enzim, sehingga

bayi kesulitan menyerap lemak susu formula.

Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang

(omega-3, omega-6, DHA, dan asam arakhidonat)

suatu asam lemak esensial untuk myelinisasi saraf

yang penting untuk pertumbuhan otak. Lemak ini

sedikit pada susu sapi. Kolesterol ASI tinggi

sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan

otak. Kolesterol juga berfungsi dalam pembentukan

enzim metabolisme 13 kolesterol yang

mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari

sehingga dapat mencegah serangan jantung dan

arteriosklerosis pada usia muda.

2.6 Karbohidrat ASI

Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan

kandungannya lebih banyak dibanding dengan susu

mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih banyak

dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah

galaktosa yang merupakan makanan vital bagi


jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa

meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat

penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa juga

meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik

yaitu, Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa

menghasilkan asam laktat yang memberikan

suasana asam dalam usus bayi sehingga

menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

2.7 Protein ASI

Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna),

sedangkan protein utama susu sapi adalah kasein

(sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI

adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya

20:80. ASI tentu lebih menguntungkan bayi, karena

whey lebih mudah dicerna dibanding kasein. ASI

mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi

mengandung lactoglobulin dan bovine serum

albumin yang sering menyebabkan alergi. Selain itu,

pemberian ASI eksklusif dapat menghindarkan bayi

dari alergen karena setelah 6 bulan usus bayi mulai

matang dan bersifat lebih protektif. ASI juga

mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi

dan sebagai sistem imun usus bayi dari bakteri

patogen. Laktoferin membiarkan flora 14 normal


usus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen.

Zat imun lain dalam ASI adalah suatu kelompok

antibiotik alami yaitu lysosyme. Protein istimewa

lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah taurine

yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan

saraf, juga penting untuk pertumbuhan retina. Susu

sapi tidak mengandung taurine sama sekali.

2.8 Faktor pelindung dalam ASI

ASI sebagai imunisasi aktif merangsang

pembentukan daya tahan tubuh bayi. Selain itu, ASI

juga berperan sebagai imunisasi pasif yaitu dengan

adanya SIgA (secretory immunoglobulin A) yang

melindungi usus bayi pada minggu pertama

kehidupan dari alergen.

2.9 Vitamin, mineral dan zat besi ASI

ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang

lengkap dan mudah diserap oleh bayi.

3. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Roesli (2004) manfaat ASI bagi bayi yaitu:

3.1 ASI sebagai nutrisi Dengan tatalaksana menyusui yang

benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup

memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6

bulan.
3.2 ASI meningkatkan daya tahan tubuh Bayi yang mendapat

ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit,

karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan.

3.3 ASI meningkatkan kecerdasan 15 ASI mengandung

nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan

panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang

diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien

tersebut tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu

sapi. Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi yang diberi

ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.

3.4 Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang. Perasaan

terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi

dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk

kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang

baik.

3.5 Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu sebagai

berikut:

3.5.1 Melindungi anak dari serangan alergi.

3.5.2 Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian

bicara.

3.5.3 Membantu pembentukan rahang yang bagus.

3.5.4 Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes,

kanker pada anak, dan diduga mengurangi

kemungkinan menderita penyakit jantung.


3.5.5 Menunjang perkembangan motorik bayi.

4. Hambatan Menyusui Secara Eksklusif

Pada Ibu Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara

eksklusif sangat bervariasi. Namun, yang paling sering

dikemukakan sebagai berikut (Roesli, 2005):

4.1 ASI tidak cukup

Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan

ASI secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa

ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit (2-5%) yang secara

biologis memang kurang produksi ASInya. Selebihnya 95-

98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk

bayinya.

4.2 Ibu bekerja

Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI

eksklusif, karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI

perah. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan pemberian ASI oleh pekerja wanita telah

dituangkan dalam kebijakan Pusat Kesehatan Kerja

Depkes RI pada tahun 2009. 18

4.3 Alasan kosmetik

Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

tahun 1995 pada ibu-ibu Se-Jabotabek, diperoleh data

bahwa alasan pertama berhenti memberi ASI pada anak

adalah alasan kosmetik. Ini karena mitos yang salah yaitu


„menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi

jelek. Sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah

kehamilan

4.4 Adanya anggapan bahwa tidak diberi ASI bayi tetap

tumbuh Anggapan tersebut tidak benar, karena dengan

menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan

makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional,

fisik, dan neurologik yang optimal pula. Dengan demikian,

dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan lebih

sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun

kecerdasan emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi, dan

lebih baik spiritualnya.

4.5 Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan

manja Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak

manja karena terlalu sering didekap dan dibelai, ternyata

salah. Menurut DR. Robert Karen dalam bukunya, The

Mystery of Infant-Mother Bond and It’s Impact on Later

Life, anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja,

dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu

diperhatikan oleh orang tua.

4.6 Susu formula lebih praktis

Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu

formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air,

peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk


mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara

itu, ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat. 19

4.7 Takut badan tetap gemuk

Pendapat ini salah, karena pada waktu hamil badan

mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI.

Timbunan lemak ini akan dipergunakan untuk proses

menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan

lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini.

D. Kerangka Teori

ASI Eksklusif

Tingkat Pendidikan Tingkat Pekerjaan Tingkat


Pengetahuan

1. Daya Tahan
tubuh bayi
2. BAB
Pertumbuhan
III
Bayi
3. Perkembangan
Bayi
E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan

antara variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang

kemungkinan hasil penelitian (kelana.2011). hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

Ha: ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan status pekerjaan

dengan pemberian ASI ekslusif

H0: tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan status

pekerjaan dengan pemberian ASI ekslusif


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

B. Definisi Operasional

Adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau

tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.(

Notoadmojo, 2010 p. 112).

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif Adalah

kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan mengenai ASI

Eksklusif. Meliputi: pengertian ASI, kandungan dalam ASI, faktor

yang mempengaruhi produksi ASI, Hambatan Menyusui Secara

Eksklusif, Manfaat ASI, alasan pemberian ASI Eksklusif.

Alat ukur : Kuesioner

C. Kerangka Konsep

Pada dasarnya, kerangka konsep penelitian adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati melalui

penelitian- penelitian yang akan dilakukan.Dalam penelitian ini ada

dua variabel, variabel independen (variabel bebas) dan variabel

dependen (variabel terikat).

Variabel independen : tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu

Variabel dependen : ASI eksklusif


Tingkat pekerjaan, dan ASI eksklusif
pengetahuan ibu.

D. Metode Pengumpulan Data

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi yang

berusia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Kembang Seri.

2. Sampel

Pengambilan sample dilakukan secara…., yaitu

F. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan diwilayah Puskesmas Kembang

Seri Bengkulu Tengah dan waktu penelitiannnya dilaksanakan

pada bulan Agustus 2017 – September 2017

G. Pengumpulan Data

H. Analisis Data
DAPTAR PUSTAKA

Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI Ekslusif Pengenalan, Praktik, dan

Kemanfaatan-kemanfaatannya. Yogyakarta. Diva Press

Notoatmojo, S. (2007) Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:

Rineka cipta

Sulistyoningsih, H. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI di Desa Cikunir Kecamatan

Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005.

Perinansia. (2009) Bahan - bacaan Manajemen Laktasi Cetakan Ke 2.

Jakarta: Perinansia

Anda mungkin juga menyukai