Resus Untuk Stase Jiwa
Resus Untuk Stase Jiwa
Disusun oleh:
Tisa Susanti
NIPP. 20174011080
Pembimbing:
dr. Warih Andan P, M. Sc, Sp. KJ(K)
1. Pengalaman
Seorang perempuan, Ny. SY usia 54 tahun datang ke poli umum Puskesmas
Bambanglipuro dengan keluhan leher kaku, pusing cekot-cekot dan perut terasa kembung.
Saat dilakukan anamnesis di poli umum puskesmas Bambanglipuro pasien datang
dengan keluhan pusing yang sudah dirasakan kurang lebih selama dua minggu. Pasien juga
mengeluhkan badan yang terasa mudah lelah, leher kaku, pundak nyeri serta telapak tangan
yang kadang terasa kesemutan. Ketika dilakukan anamnesis lebih lanjut diketahui juga bahwa
pasien mengalami kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun dari tidur, keluhan tidur
tersebut sudah dirasakan oleh pasien selama lebih dari tiga minggu.
Pasien bercerita bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk tidur karena memikirkan
anak keduanya yang baru lulus dari SMK kesehatan dan tidak memiliki keinginan untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkatan yang lebih lanjut (perguruan tinggi). Pasien mengatakan
dia khawatir akan masa depan anak perempuannya karena menolak melanjutkan kuliah dan
memilih untuk mencari pekerjaan. Pasien berangagapan bahwa bagi seorang anak perempuan
akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan apabila melanjutkan sekolah hingga lulus kuliah.
Selain itu khawatir merasa tidak adil pada anaknya karena anak sulung pasien melanjutkan
pendidikan hingga luluskuliah. Hal ini membuat pasien menjadi lebih sering melamun dan
mudah terbangun pada malam hari.
Ketika dua hari kemudian yaitu pada 20 Mei 2018 dilakukan kunjungan ke rumah
pasien dan dilakukan anamnesis yang lebih mendalam mengenai keadaan pasien didapatkan
beberapa data lainmengenai diri pasien. Pasien menceritakan selama 9 tahun hingga
September 2017 pasien mengurus ibunya yang mengalami sakit stroke. Ketika ibu pasien
tersebut masih hidup pasien merasa bahwa tidak semua saudara-saudaranya bersungguh hati
untuk turut serta mengurusi ibunya yang mengalami sakit stroke tersebut. Kemudian setelah
bulan September tersebut ibu pasien meninggal dunia pasien merasa saudara-saudarany
terasa menjauh dan menjadi jarang berkunjung kerumah pasien. Hal-hal tersebut membuat
pasien merasa sedih, khawatir memikirkan apa yang terjadi dan mengapa saudara-saudaranya
menjadi jarang bertukar kabar. Pasien juga mengatakan hal ini membuatnya menjadi mudah
lelah dan malas untuk beraktivitas hingga mengalami kesulitan untuk tidur. Keluhan-keluhan
ini sudah diraskan pasien dari awal tahun 2018 dan menjadi bertambah parah sejak lebih dari
tiga minggu yang lalu setelah mendengar anaknya tidak mau melanjutkan kuliah. Pasien
diduga mengalami gangguan campuran anxietas dan depresi .Terapi yang diberikan oleh
puskesmas, yaitu, Ranitidin 2x1 dan Paracetamol 3x1.
3. Analisa Kritis
Gangguan ini mencakup pasien yang memiliki gejala anxietas dan depresi, tetapi tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan anxietas maupun suatu gangguan mood.
Kombinasi gejala depresi dan anxietas menyebabkan gangguan fungsioanl yang bermakna
pada orang yang terkena
Penatalaksanaan
1.Terapi Psikofarmaka4
Farmakoterapi dapat termasuk oabat anti anxietas atau obat antidepresan atau
keduanya.Diantara obat ansiolitik, penggunaan triazolobenzodiazepine mungkin
diindikasikan karena efektivitas obat tersebut dalam mengobati depresi yang
disertai kecemasan.Suatu obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe-1A (5-
HT1A), seperti buspiron, dapat diindikasikan.Diantara andidepresan, antidepresan
serotonergik mungkin paling efektif. Kapita
Terapi psikofarmaka banyak dipakai para dokter (psikiater) adalah obat anti
anxietas (anxiolytic) dan obat anti depresi (anti depressant).
Tabel 5. Obat Anti Anxietas (Minor Tranquillizers)4
Clobium, Proclozam.
Bromazepam
Lexotan
Lorazepam
Ativan, Merlopam, Renaquil
Buspirone HCL
Buspar, Tran-Q, Xiety
Meprobamate
Medicar
Alprazolam
Xanax, Alganax, Frixitas, Calmlet,
Alviz,
Atarax, Feprax, Zypraz
Chlordiazepoxide HCL
Arsitran, Cetabrium, Tensiyl
Oxazolam
Serenal-10
Hydroxyzine HCL
Iterax
Kava-kava rhizome
Laikan
Tabel 6. Obat Anti Depresi4
Nama Generik
Nama Dagang
Clomipramine HCL
Anafranil
Imipramine
Tofranil
Amitriptyline
Laroxyl
Doxepin
Sinequan
Maprotiline
Ludiomil, Sandepril 50
Mianserin
Tolvon
Amoxapine
Asendin
Moclobemide
Aurorix
Fluvoxamine maleate
Luvox
Opipramol diHCL
Insidon
Fluoxetine HCL
Prozac, Nopres, Antiprestin,
Courage,
Kalxetin, Lodep, Ndep, Ansi, Zac
Paroxetine HCL Seroxat
Trazodone HCL
Trazone
Setraline HCL (SSRI)
Zoloft, Fatral, Serenade, Fridep,
Nudep
Citalopram
Cipram
Perphenazine 2 mg + Amitriptyline HCL 25
Mutabon-D
mg
Tianeptine
Stablon
Mirtazapine
Remeron
Hypericum
Preso
Perforatum
Obat anti anxietas dan anti depresi yang ideal hendaknya memenuhi
kriteria antara lain sebagai berikut :4
3.Psikoterapi
Pada pasien yang mengalami anxietas dan depresi selain diberikan terapi
psikofarmaka (anti anxietas dan anti depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi
kejiwaan (psikologik) yang dinamakan psikoterapi. Psikoterapi ini banyak macam
ragamnya tergantung dari kebutuhan baik individual maupun keluarga, misalnya :
a. Psikoterapi suportif
Terapi ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri bahwa ia mampu mengatasi stressot psikososial yang sedang dihadapinya.
b. Psikoterapi re-edukatif
Terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan dan depresinya itu dikarenakan faktor
psiko re-edukatif masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode anak dan remaja.
Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stressor psikososial
yang sedang dihadapinya.
c. Psikoterapi re-konstruktif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor psikososial
yang tidak mampu diatasi oleh psaien yang bersangkutan
.
d. Psikoterapi kognitif.
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi .
e. Psikoterapi Psiko-dinamik.
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang itu tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga ia jatuh sakit (anxietas dan depresi)
dengan mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang bersangkutan mampu
mencari jalan keluarnya.
f. Psikoterapi perilaku
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang
maladaptive (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stressor psikososial yang
dideritanya.Dari terapi ini diharapkan pasien yang bersangkutan dapat beradaptasi
dengan kondisi yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar dalam
kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di
lingkungan sosialnya.
g. Psikoterapi Keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan anxietas dan depresi yang disebabkan
oleh stressor psikososial faktor keluarga.Dengan terapi ini dimaksudkan untuk
memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjai faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi
pemulihan pasien yang bersangkutan.Dengan demikian pada terapi ini tidak hanya
ditujukan pada pasien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota
keluarga lainnya.
4.Terapi Psikorelegius
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1984) telah menetapkan unsur spiritual (agama)
sebagai salah satu dari 4 unsur kesehatan.Keempat unsur kesehatan ingat.Selain dari pada
itu yang bersangkutan mampu membedakan nilai-nilai moral etika mana yang baik dan
buruk, mana yang boleh dan tidak, dan mana yang haram dan halal. tersebut adalah sehat
fisik, sehat psikis, sehat social, dan sehat spiritual. Pendekatan baru ini telah diadopsi oleh
psikiater Amerika Serikat (the American Psychiatric Association/APA, 1992) yang dikenal
dengan pendekatan “bio-psycho-socio-spiritual”.4
4. Referensi
1. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J. Sinopsis Psikiatri (Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis): Gangguan Kecemasan, Jilid II. Binarupa Aksara:
Jakarta.2010. hal. 21-25, 29-31.
2. Maslim, rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Obat anti
Anxietas dan Depresi. Bagian FK UNIKA AtmaJaya:Jakarta.2002
3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III). Gangguan
Anxietas : Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. FK-Unika Atmajaya:
Jakarta. 2001. hal. 75.
4. D. Elvira, Sylvia, Hadisukanto, Gitayanti, eds. Buku Ajar Psikiatri : Gangguan
Depresi, edisi II. FKUI: Jakarta.2013