Anda di halaman 1dari 22

TUGAS FITOKIMIA 1

“PEMISAHAN SECARA ELEKTROFORESIS”

Dosen: Dr. Tiah Rachmatiah,M.Si.,Apt

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Mahran Muhammad Jaubah (16334079)
Ani Rahayu (16334086)
Ayu Shandra (16334088)
Rini Kartini (16334089)
Yasinta Dwianitami (16334091)
Adisty Deanissa (16334092)
Tantry Suattika (16334095)

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang “Pemisahan
secara elektroforesis.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-
banyaknya untuk Ibu Dr. Tiah Rachmatiah,M.Si.,Apt selaku dosen mata kuliah
Fitokimia yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait dampak yang diakibatkan karena sampah, serta sekaligus langkah-langah
tentang bagaimana sampah dapat diolah menjadi barang kerajinan yang dapat
dipakai.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jakarta, 20 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
A. Nata de Coco ............................................................................ 3
B. Gel Elektroforesis ..................................................................... 3
C. Zat warna Reaktif ..................................................................... 5
D. Buffer Fosfat ............................................................................. 7
E. Gelatin ...................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 9
A. URAIAN PENELITIAN .......................................................... 9
B. HASIL DAN DISKUSI ............................................................ 11
BAB IV KESIMPULAN .............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Elektroforesis merupakan teknik pemisahan komponen atau molekul
bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam aliran medan
listrik yang diberikan. Perbedaan tingkat migrasi disebabkan oleh perbedaan
ukuran dan berat molekul serta muatan listrik yang dimiliki oleh molekul
yang akan dipisahkan.
Metode elektroforesis terbagi atas beberapa jenis berdasarkan media
yang digunakan yaitu elektroforesis kertas, gel elektroforesis dan
elektroforesis kapiler. Metode elektroforesis yang sering digunakan adalah
gel elektroforesis. Gel elektroforesis banyak digunakan untuk penentuan
suatu protein maupun asam amino Gel elektroforesis menggunakan matrik/gel
yang berfungsi untuk meminimalisir konveksi, sebagai tempat bergeraknya
molekul dan sebagai penyaring ukuran molekul..
Media baru yang diusulkan sebagai gel elektroforesis adalah nata de
coco. Nata de coco merupakan bioselulosa yang mengandung air sekitar 98%
dengan tekstur agak kenyal, padat dan kokoh, bewarna putih dan transparan
terbentuk dari aktifitas organisme bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco
dibuat dari limbah air kelapa, sehingga penggunaan media ini cukup murah.
Nata de coco juga tidak berbahaya bagi kesehatan karena nata de coco
biasanya digunakan sebagai makanan. Gel elektroforesis memerlukan larutan
elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik dalam elektroforesis.
Larutan elektrolit yang biasa digunakan adalah buffer/penyangga. Pada
penelitian ini digunakan larutan buffer yang digunakan adalah buffer fosfat.
Buffer fosfat sudah sering digunakan dan pertama kali digunakan oleh
Jorgenson dan Lukacs yang mengawali penggunaan buffer phosphate di
tahun 1981, Salah satu keunggulan buffer fosfat adalah area kerja buffer
fosfat sangat lebar yaitu dari asam sampai basa. Hal ini dikarenakan asam
fosfat adalah trivalen dengan nilai pKa masing-masing 2,12; 7,47; dan 12,36
yang bisa mempertahankan penyanggaan pH.

1
Lima jenis remazol (Remazol Red RB, Remazol Yellow FG, Remazol
Brilliant Blue R, Remazol Turquoise Blue G dan Remazol Violet 5R) yang
berbeda digunakan dalam penelitian ini untuk mempelajari penggunaan nata
de coco sebagai media dalam gel elektroforesis serta untuk mempelajari
karakteristik migrasi dari remazol. Remazol sebagai pewarna akan diujikan
sebagai pewarnaan diawal (prestaining) pada gelatin yang merupakan protein
turunan dari kolagen yang terdiri atas susunan asam amino dalam gel
elektroforesis menggunakan media nata de coco.

B. Tujuan
a. Mengetahui definisi teori elektroforesis
b. Mengetahui pemanfaatan Nata de Coco
c. Mengetahui pemisahan secara elektroforesis
d. Mengetahui pembuatan media elektroforesis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Nata de Coco
Nata de coco merupakan produk pangan berbahan dasar air kelapa. Nata
digunakan untuk menyebut pertumbuhan menyerupai gel atau agar - agar yang
terapung yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum di permukaan
media yang mengandung sumber karbon (gula), hidrogen, nitrogen, dan asam
(Hamad et al., 2011). Nata berupa selaput tebal yang mengandung 35 - 62 %
selulosa, berwarna putih keruh, dan kenyal. Selulosa yang dihasilkan selama
fermentasi adalah jenis polisakarida mikrobial yang tersusun dari serat - serat
selulosa yang dihasilkan oleh Acetobacte xylinum dan saling terikat oleh
mikrofibril (Sari et al., 2014).
Selama proses fermentasi, bakteri Acetobacter xylinum akan menghasilkan
karbondioksida sebagai hasil metabolisme (Hamad et al., 2011).
Karbondioksida tersebut akan menempel pada serat - serat polisakarida
ekstraseluler atau nata sehingga menyebabkan nata dapat terapung (Majesty et
al., 2015). Oleh karena itu, nata tidak akan terbentuk di dalam cairan media
melainkan terdorong ke permukaan media. Terbentuknya pelikel atau lapisan
tipis nata mulai terlihat setelah 24 jam inkubasi dan proses tersebut
berlangsung bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan pada
bagian bawah nata (Rizal et al., 2013). Seperti selulosa alami pada umumnya,
nata sangat baik untuk kesehatan manusia. Nata mengandung serat pangan
atau dietary fiber yang bermanfaat dalam proses pencernaan makanan di usus
halus serta penyerapan air di usus besar (Setiaji et al., 2002). Manfaat yang
terdapat dalam nata menjadikan nata semakin digemari masyarakat sebagai
campuran dalam hidangan pencuci mulut sehingga banyak pula masyarakat
yang memproduksi nata dalam kemasan.

B. Gel Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul
bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan

3
listrik (Westermeier, 2004). Ada juga yang menyebutkan bahwa Elektroforesis
merupakan teknik untuk memisahkan molekul-molekul seperti protein atau
fragmen asam nukleat pada basa berdasarkan kecepatan migrasi melewati gel
elektroforesis. Teknik elektroforesis digunakan untuk memisahkan dan
mempurifikasi makromolekul. Makromolekul yang dijadikan objek
elektroforesis adalah protein dan asam nukleat yang memiliki perbedaan
ukuran, kadar ion, dan molekul-molekul penyusunnya. Molekul-molekul
tersebut diletakkan dalam di dalam medan listrik sehingga akan bermigrasi
karena adanya perbedaan muatan. Molekul protein dan asam nukleat yang
bermuatan negatif akan bergerak dari kutub negatif menuju kutub positif dari
gel elektroforesis (Lawrence, 1989). Kecepatan molekul yang bergerak pada
medan lisrtik tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran. Dengan demikian
elektroforesis dapat di gunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein
dan asam nukleat). Posisi molekul yang terseparasi pada gel dapat di deteksi
dengan pewarnaan atau autoradiografi, atau pun dilakukan kuantifikasi dengan
densitometer (Yuwono, 2005). Secara umum ada dua jenis elektroforesis :
1) Elektroforesis kertas Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis
yang terdiri dari kertas sebagai fase diam dan partikel bermuatan yang
terlarut sebagai fase gerak, terutama ialah ion-ion kompleks.
Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi konsentrasi sepanjang
sistem pemisahan (Sulaiman et al, 2007). Pergerakan partikel dalam
kertas tergantung pada muatan atau valensi zat terlarut, luas
penampang, tegangan yang digunakan, konsentrasi elektrolit, kekuatan
ion, pH, viskositas, dan adsorpsivitas zat terlarut (Khopkar, 2002).
2) Elektroforesis gel Elektroforesis gel ialah elektroforesis yang
menggunakan gel sebagai fase diam untuk memisahkan molekul-
molekul. Awalnya elektoforesis gel dilakukan dengan medium gel
kanji (sebagai fase diam) untuk memisahkan biomolekul yang lebih
besar seperti protein-protein. Kemudian elektroforesis gel berkembang
dengan menjadikan agarosa dan poliakrilamida sebagai gel media
(Yepyhardi, 2009).

4
C. Zat warna Reaktif
Zat warna reaktif digunakan secara ekstensif dalam industri tekstil karena
karakteristiknya seperti kecerahan warnanya, tahan luntur dan mudah dalam
aplikasi sederhana dengan konsumsi energi rendah (O’Mahony et. al, 2002).
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat dan membentuk ikatan kovalen dengan serat tersebut, sehingga
zat warna tersebut merupakan bagian dari serat (Isminingsih dan Djufri,
1976). Hasil celupan zat warna reaktif mempunyai ketahanan cuci yang
sangat baik. Selain itu, zat warna reaktif dapat bereaksi dengan selulosa atau
protein sehingga memberikan tahan luntur warna yang baik. Zat warna reaktif
selain dapat dipergunakan untuk mencelup serat selulosa, dapat juga mencelup
serat wol dan sutera (Isminingsih dan Djufri, 1976).
Pada tahun 1940 mulai dipelajari sifat zat warna triazin atau yang
mengandung klorida sianurat (Isminingsih dan Djufri, 1976). Zat warna triazin
merupakan sistem reaktif dalam zat warna reaktif yang mengadakan reaksi
dengan serat.
Struktur molekul dari sistem reaktif triazin dapat dilihat pada gambar berikut :

Cl

C
N N

C  Cl C  Cl
N

Gambar Sifat Zat Warna Triazin

Menurut kereaktifan zat warna, zat warna reaktif dapat dibagi dalam beberapa
golongan, yaitu : (Isminingsih dan Djufri, 1976)
a. Golongan turunan klorida sianurat
 Monokloro triazina
 Dikloro triazina

5
b. Golongan trikloropirimidina
c. Golongan vinilsulfon
d. Golongan akrilamida
e. Golongan kinoksalina
f. Golongan kloroasetil dan bromoasetil

Menurut cara pemakaiannya, zat warna reaktif dapat dibagi menjadi :


(Isminingsih dan Djufri, 1976)
1. Pemakaian secara dingin : zat warna reaktif yang mempunyai
kereaktifan tinggi, misalnya Procion M dengan sistem reaktif dikhloro
triazin.
2. Pemakaian secara panas : zat warna reaktif yang mempunyai
kereaktifan rendah, misalnya Procion H, Cibacron dengan sistem reaktif
monokhloro triazin serta Remazol dengan sistem reaktif vinil sulfon.

Pada umumnya struktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai
bagian-bagian dengan fungsi-fungsi tertentu dan dapat digambarkan sebagai
berikut : (Isminingsih dan Djufri, 1976)

S  K  P  R  X
Dimana :
S : gugus pelarut, yaitu gugus dalam molekul zat warna yang dapat
menyebabkan zat warna tersebut menjadi larut dalam air, misalnya
gugusan sulfonat dan karboksilat.
K : kromofor, yaitu gugusan yang menentukan warna atau pembawa
warna dari suatu zat warna, misalnya sistem azo dan sistem
antrakinon.
P : gugusan penghubung antara kromofor dengan sistem reaktif, misalnya
gugusan amina, sulfoamina dan amida.
R : sistem reaktif, yaitu senyawa dalam molekul zat warna yang
memungkinkan terjadinya reaksi antara molekul zat warna dengan
serat, misalnya triazin, pirimidin, kinoksalin dan vinil.

6
X : gugus reaktif, yaitu gugusan yang mudah terlepas dari sistem reaktif,
sehingga memungkinkan terjadinya reaksi kovalen antara sistem
reaktif zat warna dengan serat. Contoh gugus reaktif adalah gugusan
khlor dan gugus sulfat.
Kelebihan zat warna reaktif adalah berat molekulnya kecil sehingga kilapnya
akan lebih baik dari zat warna lainnya. Tetapi kelemahan dari zat warna reaktif
adalah meninggal sisa warna yang paling tinggi dibandingkan zat warna lain
(Isminingsih dan Djufri, 1976).

D. Buffer Fosfat
Buffer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Buffer fosfat dapat
dibuat dengan menggunakan monosodium fosfat (NaH2PO4) dan basa
konjugatnya yaitu disodium fosfat (Na2HPO4). Meskipun buffer fosfat juga
merupakan larutan penyangga, namun kerja buffer ini tidak lebih baik dari
cairan rumen dalam mempertahankan pH. Hal ini dikarenakan adanya proses
saliviasi di dalam rumen. Saliva yang dihasilkan kelenjar ludah berperan
sebagi buffer alami bagi rumen sehingga kemampuan mempertahankan pH
rumen lebih bagus (Daintith, 2005).
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu
larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion
hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan.
Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang
kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang
kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang
disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).

E. Gelatin
Gelatin merupakan suatu senyawa protein yang diesktraksi dari hewan,
dapat diperoleh dari jaringan kolagen hewan yang terdapat pada kulit, tulang
dan jaringan ikat. Gelatin yang adaa di pasaran umumnya diproduksi dari kulit
dan tulang sapi atau babi. Gelatin banyak digunakan dalam industri farmasi,

7
kosmetika, fotografi, dan makanan. Penggunaan gelatin dalam produk murni
bersifat sebagai penjernih. (Saiful, 2005).
Gelatin merupakan protein sederhana hasil hidrosil kolagen (komponen
tulang dan kulit, terutama pada jaringan penghubungnya) yang diperoleh
dengan cara hidrolisis asam. Istilah gelatin mulai popular kira-kira 1700 dan
berasal dari kata “gelatus” yang berarti kuat, kokoh, atau dibuat beku secara
fisik gelatin membeku atu dibuat beku. Secara fisik gelatin berbentuk padat,
kering, tidak berasa, dan transparan. Walaupun istilah gelatin kadang-kadang
digunakan mengacu pada pembentukan gel lain, ini secara tepat hanya
digunakan untuk bahanbahan protein yang diperoleh dari kolagen (Imerson,
1992).

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. URAIAN PENELITIAN
Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian
yaitu (1) Peralatan pembuatan Nata de Coco, (2) Peralatan Elektroforesis yang
terdiri atas: chamber untuk elektroforesis, power supply, kabel penghubung,
penjepit buaya. (3) Peralatan untuk pembuatan Larutan, (4) Peralatan Pengukuran
yang terdiri atas: multimeter, jangka sorong, penggaris dan pH meter.

2. Bahan
Bahan – bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula,
asam cuka, urea, aquadest, H3PO4
(Merck, 99,8%), NaH2PO4(Merck, 99,8%), Na2HPO4(Merck, 99,8%), Na3PO4
12H2O (Merck, 99,8%), NaOH (Merck, 99,8%), KOH (Merck, 99,8%), HCl
(Merck, 99,8%). Remazol Red RB, Remazol Yellow FG, Remazol Brilliant Blue
R, Remazol Turqouise Blue G, Remazol Violet 5R, didapat dari rumah batik di
Paciran Lamongan, gelatin sapi, gelatin kapsul, gelatin komersial SAP.

Prosedur kerja
1) Pembuatan media elektroforesis dari nata de coco Pembuatan Nata de coco
diawali dengan memanaskan 1L air kelapa hingga mendidih, kemudian 100
gram gula dan 4 gram urea ditambahkan ke dalam air kelapa dan dipanaskan
kembali hingga mendidih. Campuran didinginkan hingga suhu kamar (± 30°C)
dan keasamaanya diatur hingga pH 4 dengan menambahkan asam cuka.
Starter bakteri Acebacter Xylinum ditambahkan sebanyak 10% volume
campuran pada suhu ruang (± 30°C). Campuran dituang ke beberapa cetakan
dan didiamkan di ruang isolasi selama 1 – 9 hari. Nata de coco yang sudah
dipanen, dibilas dengan air untuk dibersihkan dari sisa campuran air kelapa.
Pencucian dilanjutkan menggunakan air panas. Nata de coco kemudian

9
direndam dengan air selama 3 hari. Selanjutnya nata de coco yang sudah
dipreparasi diberi lubang sebagai tempat masuknya sampel.
2) Pembuatan sampel pewarna remazol
Pewarna remazol (remazol red RB, remazol yellow FG, remazol brilliant blue
R, remazol turqouise blue G, remazol violet 5R) masing-masing dibuat dengan
konsentrasi 1%.
3) Pembuatan larutan buffer pH 2-12 dari garam fosfat
Larutan buffer Fosfat pH 2-12 dibuat dari garam-garamnya dengan
mencampurkan beberapa gram asam dan beberapa gram basa penyangga yaitu
pH 2-4 (H3PO4+NaH2PO4), pH 5-9 (NaH2PO4+Na2HPO4) dan pH 10 -12
(Na3PO4+ Na2HPO4)
4) Metode elektroforesis
Nata de coco digunakan sebagai media gel dalam metode elektroforesis.
Kemudian dibuat sumuran pada media gel elektroforesis sebagai tempat
sampel. Sample dimasukkan ke dalam lubang Nata de coco menggunakan
pipet sebanyak 0,1 mL. Nata de coco dimasukkan kedalam chamber
elektroforesis dan ditambahkan larutan buffer dengan ketinggian yang sama
dengan tinggi media nata de coco. Elektroforesis dijalankan dengan tegangan
150 V selama 15 menit. Setelah selesai, power supply dimatikan dan
dilakukan pengambilan data berupa suhu buffer menggunakan termometer, pH
buffer menggunakan pH meter dan jarak migrasi menggunakan penggaris.
5) Aplikasi penggunaan remazol sebagai pewarnaan dalam pemisahan gelatin
menggunakan gel nata de coco dalam proses gel elektroforesis Gelatin
sebanyak 2 mL dicampurkan dengan 1mL Remazol Turqouise Blue G dan
dipanaskan selama 1 jam. Campuran didinginkan hingga suhu ruang (± 30°C).
Selanjutnya gelatin digunakan sebagai sampel dalam elektroforesis

10
B. HASIL DAN DISKUSI
1. Pembuatan media elektroforesis dari nata de coco
Lapisan nata de coco yang merupakan serat bioselulosa terbentuk setelah
waktu inkubasi selama 3 hari. Semakin lama waktu inkubasi, Semakin tebal
lapisan serat bioselulosa yang terbentuk. Pengamatan ketebalan nata de coco yang
terbentuk dalam variasi hari ditunjukkan pada Gambar 1. Peningkatan bioselulosa
diamati dengan menghitung berat padatan nata yang telah dikeringkan. Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa kadar air yang terdapat dalam nata de coco sebesar
98-99%, dengan berat selulosa yang terbentuk ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan umur nata de coco terhadap ketebalan nata de coco dan
berat selulosa.

Gambar 2. Penampakan membujur nata de coco umur (a) 4 hari dan (b) 7 hari
menggunakan mikroskop perbesaran 1000x

Lapisan tipis nata de coco disayat tipis membujur untuk diamati pori-pori
nata yang terbentuk, hasilnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Nata de
coco yang terbentuk dipreparasi dengan mencuci nata de coco menggunakan air
hingga bersih dan di cuci dengan air panas untuk membunuh bakteri. Setelah
pencucian, nata de coco direndam dengan air selama 3 hari dengan penggantian

11
air setiap harinya. Hal ini untuk menetralkan pH nata de coco karena nata de coco
yang terbentuk memiliki pH asam. Perendeman dengan air bertujuan untuk
menghindari adanya ion-ion lain yang akan mempengaruhi proses elektrofore.

2. Pengaruh pH buffer garam terhadap hasil elektroforesis


Nilai pKa maupun pH tidak konstan untuk semua kondisi terutama dalam
sistem elektroforesis, dikarenakan adanya tegangan yang diberikan tetapi bentuk
fungsi kekuatan ion bisa mewakili kondisi tersebut. Nilai kekuatan ion didapatkan
dari perhitungan konsentrasi jumlah ion yang terdapat dalam buffer tersebut
dengan satuan molar (M). Nilai kekuatan ion tertinggi terdapat pada larutan buffer
pH 12 dan nilai kekuatan ion terendah terdapat pada larutan buffer pH 4.
Hubungan antara nilai kekuatan ion, pH dan jarak migrasi disajikan pada Gambar
3 untuk masing-masing remazol yang digunakan. Davis, 1982 menyatakan bahwa
mobilitas molekul tidak hanya dipengaruhi oleh pH dan kekuatan ion tetapi juga
dipengaruhi oleh jumlah valensi dan jumlah ion lain yang terdapat didalamnya
[2]. Nilai kekuatan ion buffer mempengaruhi migrasi dari remazol dimana,
semakin tinggi kekuatan ion larutan buffer maka akan menambah kecepatan
migrasi dari molekul remazol.

Jarak migrasi paling jauh diantara berbagai pH yang digunakan adalah pada
pH 12, tetapi tidak menghasilkan resolusi yang baik. Dengan demikian, hasil yang
paling baik dari penggunaan berbagai buffer adalah ketika digunakan larutan
buffer dengan pH 7 yang terbuat dari Na2HPO4 + NaH2PO4 dengan nilai
kekuatan ion sebesar 0,0461 M.

12
3. Pengaruh waktu elektroforesis terhadap migrasi remazol
Peningkatan jarak migrasi remazol dalam berbagai waktu ditunjukkan pada
Gambar 5. Jarak tempuh migrasi remazol semakin lama waktunya akan semakin
jauh. Remazol red dan remazol yellow bermigrasi lebih jauh daripada remazol
brilliant,violet dan turquoise. Urutan migrasi remazol dari yang paling jauh adalah
remazol red, remazol yellow, remazol violet, remazol turkish dan terakhir remazol
brilliant.

Gambar 3. Hubungan antara jarak miigrasi remazol pada berbagai pH dengan


kekuatan ion

Jarak migrasi remazol pada berbagai pH memiliki nilai yang bervariasi


sesuai dengan nilai kekuatan ion dari pH larutan buffer yang digunakan. Jarak
paling jauh pada komposisi buffer (NaOH+H3PO4) adalah pada pH 2, Jarak
migrasi terjauh pada komposisi (Na2HPO4 + NaH2PO4) adalah pada pH 7 dan
jarak migrasi terjauh pada komposisi buffer Na2HPO4 + Na3PO4 adalah pada pH
12. Hasil migrasi remazol pada kondisi asam pada pH 2 memiliki hasil pita yang
meruncing diujung dan remazol tidak bermigrasi secara keseluruhan. Hasil
resolusi elektroforesis pada pH 12 menghasilkan pita yang melebar dan remazol
bermigrasi secara keseluruhan. Hasil yang paling baik ketika digunakan buffer
pada pH 7 dimana, sampel remazol bergerak keseluruhan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.

13
Gambar 5. Pengaruh waktu elektroforesis terhadap jarak migrasi remazol

Ukuran dan bentuk masing – masing remazol diperkirakan menggunakan


software Chemdraw dan disajikan dalam Gambar 6. Ukuran remazol yang paling
besar berdasarkan perhitungan panjang ikatan antar atom adalah remazol brilliant
blue R yang berukuran 2,8911 nm3, sedangkan yang berukuran paling kecil adalah
remazol red RB yang berukuran 1,7774

Gambar 6. Ukuran dan bentuk remazol

Perbedaan jarak migrasi remazol terhadap waktu elektroforesis ini


disebabkan karena beberapa fakor diantaranya adalah ukuran molekul seperti yang
telah ditunjukkan pada Gambar 6. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ukuran
molekul remazol red lebih kecil sehingga pergerakan remazol lebih cepat dari
remazol yang lain. Remazol turquoise memiliki muatan total -4 lebih besar
daripada yang lain, tetapi karena berat molekul yang besar 990,30 g/mol dan
ukuran molekul yang besar migrasi remazol turquoise tidak terlalu jauh. Remazol

14
brilliant blue memiliki jarak migrasi yang paling pendek, hal ini dikarenakan
ukuran molekul remazol brilliant blue R yang besar yaitu 2,8911 nm3. Pewarna
remazol merupakan pewarna yang memiliki berat molekul relatif (Mr) yang tidak
terlalu besar, tetapi pewarna remazol memiliki syarat yang cukup digunakan
sebagai pewarna dalam elektroforesis antara lain berwarna, memiliki muatan, dan
dapat berikatan dengan senyawa lain.

4. Aplikasi penggunaan remazol sebagai pewarnaan dalam pemisahan gelatin


menggunakan gel nata de coco dalam proses gel elektroforesis
Gelatin yang digunakan pada penelitian kali ini adalah gelatin sapi, gelatin
kapsul dan gelatin komersial. Gelatin dilarutkan menggunakan air dan dibuat
konsentrasi 1200 ppm. Gelatin yang digunakan tidak berwarna dan tidak
memendar ketika disinari sinar uv. Oleh karena itu, pewarnaan dilakukan
menggunakan remazol turquoise terhadap gelatin yang akan digunakan pada
metode gel elektroforesis. Gelatin dan remazol turquoise dipanaskan pada suhu
100°C selama 1 jam selanjutnya sampel tersebut dilakukan elektroforesis
menggunakan media nata de coco. Hasil pemisahan menggunakan elektroforesis
didapatkan hasil seperti pada Gambar 7.
Pewarna remazol menghasilkan pita tunggal seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 7 (No. 1 dan 2). Gelatin yang diwarnai dengan remazol turquoise
menghasilkan pemisahan fragmentasi 2 pita pemisahan. Jarak migrasi untuk pita
paling jauh adalah 3,6 cm dan jarak migrasi untuk pita paling pendek 2 cm. Tidak
ada perbedaan pemisahan yang terjadi antara gelatin kapsul, gelatin sapi dan
gelatin yang dijual komersial masing – masingnya menghasilkan pemisahan dua
pita. Perbedaan pita yang terjadi antara remazol turquoise tunggal dengan gelatin
yang diwarnai dengan remazol turquoise menunjukkan bahwa penggunaan
remazol sebagai pewarnaan diawal (prestaining) bisa dilakukan. Dua pita
pemisahan tidak diidentifikasi lebih lanjut untuk senyawa hasil pemisahannya.

15
Gambar 7. Pemisahan gelatin dengan prestaining menggunakan remazol dengan
media gel nata de coco.Keterangan gambar : 1-2 Remazol Turquoise Blue-G; 3-4
Gelatin Kapsul; 5-6 Gelatin Sapi; 7-8 Gelatin Komersia

16
BAB IV
KESIMPULAN

Pemanfaatan gel nata de coco sebagai media dalam proses gel elektroforesis
telah dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang diperoleh
menunjukkan kesimpulan bahwa gel nata de coco dapat digunakan sebagai gel
dalam proses gel elektroforesis dengan kondisi sebagai berikut:
1. Umur nata de coco yang dapat digunakan minimal umur 4 hari.
2. Nilai pH larutan buffer fosfat tidak memberikan pengaruh terhadap migrasi
remazol, melainkan yang mempengaruhi adalah kekuatan ionnya, dimana
semakin besar kuat ion maka semakin jauh jarak migrasi remazol.
3. Semakin lama waktu elektroforesis, semakin jauh jarak migrasi yang ditempuh
remazol.
4. Pemisahan gelatin menggunakan pewarnaan remazol turquoise blue
menghasilkan 2 pita pemisahan dengan jarak pemisahan 2cm dan 3,6cm.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Ausubel, F. M., 1992. Short Protocols in Molecular Biology "Coomassie Blue


Staining", New York: Jhon Wiley & Sons,Inc.
 Davis, Bernard D., Edwin J. Cohn., 1983. The Influence of Ionic Strength and
pH on Electrophoretic Mobility. Boston; Harvard Press.
 Djufri, Rasjid dan Isminingsih, 1976, Teknologi Pengelantangan Pencelupan
dan Pencapan, Institut Teknologi Tekstil, Bandung.
 Gebauer, P., 2000. Capillary zone electrophoresis in phosphate buffer –
known or unknown?, Czech Republic: Institute of Analytical Chemistry
Academy of Sciences of the Czech Republic.
 Griffith, I., 1972. Immediate Visualization of Protein in Dedocyl Sulfate-
Polyacrylamide Gel by Prestaining with Remazol Dyes. Analytical
Biochemistry, Volume 46, pp. 401-412.
 Hamad, A., N. A. Andriyani, et al. 2011. Pengaruh Penambahan Sumber
Karbon Terhadap Kondisi Fisik Nata de Coco. Techo Volume 12 No.2: 74-77.
 Holde, K. E. v., Johnson, W. C. & Ho, P. S., 2006. Principles of Physycal
Biochemistry. 2nd penyunt. USA: Pearson Education,Inc.
 Imeson, A., 1992. Thickening and Gelling Agent for Food.Blackie Academic
& Profesional, New York.
 Jorgenson, J., 1981. High Resolution Chromatoghraphy. Chromatogr, Volume
4, pp. 230.
 McKee, T. & McKee, J. S., 2012. Biochemistry : The Molecular Basis of Life.
5th penyunt. New Yok: Oxford University Press.
 Mickelson, R., Eduardo, C. & `n, 2004. Bioanalytical Chemistry. Hoboken-
New Jersey: Jhon Wiley & Sons,Inc.
 Rizal, M.D., Pandiangan, D.M., Saleh A., 2013. Pengaruh dan Waktu
Fermentasi Terhadap Kualitas Nata de Corn. Jurnal Teknik Kimia No. 1, vol
19, Januari.
 Sanderson, B. A. et al., 2014. Modification of gel architecture and TBE/TAE
buffer composition to minimize heating during agarose gel electrophoresis.
Analytical Biochemistry, Volume 454, pp. 44- 52.

18
 Sari, M.T.I.P. 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun dan Bubuk Teh,
Kopi dan Coklat Terhadap Fermentasi Nata de Coco. Jurnal Biologi
Universitas Andalas 3(3): 202-206
 Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. 56 – 59, 198 – 215.
 Sulistiyana dan Ulfin, I., 2011. Studi Adsorpsi Kation Ca dan Mg (Penyebab
Kesadahan) Menggunakan Selulosa Bakteri Nata de coco dengan Metode
Batch. Prosiding Seminar Nasional Waste Management I. ISBN 978-602-
95595-4-5, pp. 432-438.
 Ulfin, Ita.,Widiastuti, Nurul., Kusumawati, Yuly., Ni'mah, Yatim Lailun.,
Farahnaz, Rizqa Rif'ati. 2012. Studi Transport Zat Warna MEtilen Biru,
Gentian Violet dan Congo Red Melalui Membran Nata de Coco. Prosiding
Seminar Nasional Kimia Unesa 2012; ISBN: 978-979-028-550-7.
 Underwood. 2002. “Analisis kimia Kuantitatif”. Erlangga : Jakarta
 Voet, D., Voet, J. G. & Pratt, C. W., 2011. 4th Edition Biochemistry. 4th
penyunt. USA: Jhon Wiley & Sons,Inc.
 Westemeier, 2004. Electrophoresis in Practice: A Guide to theory and
Practice, New Jersey: Jhon Wiley & Sons Inc.
 Yepyhardi. 2009. Elektroforesis; Pintu Gerbang Penelitian Biologi Molekular.
Jakarta: UI-Press.

19

Anda mungkin juga menyukai