Kelompok
White muscle disease (WMD) merupakan Penyakit gangguan pada otot sebagai
akibat dari kekurangan selenium dan vitamin E dalam pakan yang di konsumsi. Defsiensi
selenium dapat menyebabkan penyakit white muscle disease yang ditandai dengan bercak
putih pada otot. Hewan dengan keadaan ini menyebabkan kelemahan pada hewan, kekakuan
dan kerusakan pada otot dan hewan sulit untuk berdiri (Peterson dan Engle, 2005). Selenium
sebelumnya lebih dikenal sebagai mineral beracun namun menjadi jelas fungsinya setelah
tahun 1950, ketika dapat dibuktikan bahwa selenium dapat mencegahnya miopati pada sapi
dan domba dengan suplementasi selenium (McDonald et al., 2010). Pada tanaman selenium
didapat dalam bentuk seleno amino acid bersama dengan protein, dan kandungan selenium
dalam tanaman bervariasi tergantung kandungan selenium dalam tanah (Aminuddin, 1999).
Selenium memiliki hubungan yang erat dengan vitamin E yaitu bersama-sama dalam
Penyakit ini sering di temukan pada semua hewan besar ( kebanyakan pada kambing
dan Domba) yaitu ketika hewan besar tersebut baru lahir (gejala lemah tidak berkemampuan
untuk bangkit) dan ketika masa pertumbuhan. Gejala yang timbul ketika masa pertumbuhan
seperti kelainan otot, bungkuk, kaku, gemetar ketika berdiri, sulit bernafas dan hidung
berbusa. Dalam kondisi seperti itu, kualitas nutrisi pakan sangat bergantung pada rumput dan
mineralnya.
2. ETIOLOGI
Penyakit otot putih adalah miopati yang dihasilkan dari rendahnya tingkat selenium diet
dan vitamin E. Makanan yang tumbuh di daerah di mana tanah kekurangan selenium
mengakibatkan penurunan serapan oleh tanaman sehingga membuat kekurangan selenium pakan.
Kekurangan vitamin E dapat disebabkan oleh sejumlah besar asam lemak tak jenuh dan zat
pembentuk peroksida lainnya dalam makanan. Mekanisme lain untuk defisiensi selenium pada
sapi adalah hasil dari efek antagonis dari logam tertentu seperti perak, tembaga, kobalt, merkuri
dan timah.
3. GEJALA KLINIS
Umumnya white muscle disease terjadi secara sub akut yang ditandai dengan
melemahnya otot secara progresif, kekakuan ringan pada otot, nyeri saat berjalan, kaku,
penampilan membungkuk dan ketidakmampuan untuk berdiri, pada anak sapi yang dipaksa
berdiri akan gemetar, disfagia, trismus dan fasikulasi otot serta adanya gangguan metabolik yang
juga dapat bermanisfestasi sebagai bentuk perakut, dimana kematian disebabkan oleh kolaps
kardiovaskuler dan edema paru-paru yang terjadi dalam beberapa jam serta menunjukkan tanda-
tanda klinis seperti recumbency secara tiba-tiba,takipnea dan dyspnea. Pada hewan muda tanda
klinis yang terlihat harus diwaspadai karena dapat merupakan tanda klinis dari penyakit lainnya
yang bersifat fatal seperti septicemia,asfiksia neonatal, pneumonia botulism, tetanus, trauma dan
atritis septic. Biasanya pada sapi yang menderita white muscle disease kurang merespon
terhadap pemberian terapi antibiotik dan kematian dapat terjadi sebagai akibat dari akumulasi
cairan di paru-paru.
Penyakit white muscle disease ini sering terjadi pada sapi yang baru lahir atau anak sapi
dengan menunjukkan tanda klinis seperti lahir pada usia 4 hingga 6 minggu. Hal ini disebabkan
oleh induk sapi yang mengalami defisiensi selenium selama kehamilan dapat melahirkan
keturunan yang menderita defisiensi mineral, dengan begitu fetus yang terkandung dalam induk
sapi dapat mengalami lahir mati atau lemah dan mati (still birth) pada masa awal kebuntingan.
Pada beberapa kasus yang ekstrim, kerusakan permanen dapat terjadi dan dapat berkontribusi
terhadap masalah kesehatan kronis pada sapi dewasa. Pada sapi betina dapat terjadi retensi
membran janin sampai 24 jam yang dapat berkontribusi terhadap infeksi rahim dan mengganggu
4. DIAGNOSA
White muscle disease berdasarkan dari gejala klinis yaitu terjadinya peningkatan kadar
enzim otot (CK dan AST), menurunnya kadar vitamin E dan selenium dalam makanan, jaringan,
dan serum serta terjadi degenerasi otot. Pada sapi yang terinfeksi white muscle disease dapat
didiagnosis berdasarkan tanda dan lesi yang khas. Namun pada kasus yang ringan pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan histologi dan kadar glutathione peroxidase, AST dan CK
mungkin diperlukan. Pada saat dilakukan nekropsi, otot yang terinfeksi menjadi pucat, dan
pemeriksaan histologis menunjukkan degenerasi hialin dan nekrosis segmental. Dalam hal ini,
5. TREATMENT
Ternak yang mengalami white muscle disease dapat diobati dengan pemberian sodium
selenite dan vitamin E dalam emulsi steril. Senyawa ini dapat diberikan secara SC atau IM, pada
1 mg selenium dan 50 mg (68 IU) vitamin E per 18 kg (40 lb) beratbadan. Jika perlu, pengobatan
dapat diulang dua minggu kemudian, tetapi tidak lebih dari empat dosis total harus diberikan.
Pada anak sapi yang terkena defisiensi vitamin E, pengobatan sederhana dapat dilakukan dengan
Sapi biasnya dapat disembuhkan dari penyakit ini dengan menggunakan 600 mg α-tocopherol;
diikuti dengan dosis harian 200 mg. kandungan lemak takjenuh harus dihilangkankan dari diet
6. PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyakit ini pemeberian Se sebagai suplemen secara injeksi dapat
dilakukan secara berulang sebanyak delapan sampai dua belas kali tiap tahunnya. Untuk
120ppm dapat dilakukan. Metode ini lebih efektif dalam menjaga keseimbangan selenieum pada
pada ternak melalui konsumsi dietnya. Mengkonsumsi campuran garam mineral sebanyak satu
ons sehariakan membuat tubuh mengkonsum sisekitar tiga milli gram perhari dan hal tersebut
merupakan limit yang wajar. Penambahan selenium pada produk pakan juga dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan selenium harian pada sapi. Namun perludi ingat bahwa jumlah
selenium yang diberikan pada sapi adalah tiga milligram perhari perhewan. (John Maas, 2007)