Anda di halaman 1dari 8

TELAAH PENERAPAN PPPs

Oleh:

Kenni Rana (1510532014)

Suci Juliana (1510532016)

PEMBAHASAN

1. Konsep PPPs

Kemitraan Pemerintah Swasta disingkat KPS atau dalam bahasa Inggris disebut
sebagai Public Private Partnership atau disingkat PPP atau P3 adalah bentuk perjanjian
jangka panjang (biasanya lebih dari 20 tahun) antara pemerintah, baik pusat ataupun
daerah dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini, keahlian dan aset dari kedua belah
pihak (pemerintah dan swasta) bekerjasama dalam menyediakan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini risiko dan manfaat potensial dalam
menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan swasta.

Konsep PPPs dapat dijadikan sebagai alternatif penyediaan infrastruktur. Publik


Private Partnership dapat memunculkan hubungan antara publik dan private untuk
bekerjasama dalam pembangunan.

Di Indonesia, jenis proyek infrastruktur yang dapat bekerjasama dengan investor swasta
meliputi:
1. Transportasi (pelabuhan laut, sungai atau danau, pelabuhan udara, jaringan
rel dan stasiun kereta api).
2. Jalan (jalan tol dan jembatan tol).
3. Pengairan (saluran pembawa air baku).
4. Air minum (bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan
distribusi, instalasi pengolahan air minum).
5. Air limbah (instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan
utama serta sarana persampahan (pengangkut dan tempat pembuangan).
6. Telekomunikasi (jaringan telekomunikasi).
7. Ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik).
8. Minyak dan gas bumi (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi
atau distribusi migas).
Ada beberapa keuntungan PPPs, diantaranya:
1. Terciptanya peningkatan peran serta masyarakat.
2. Meningkatkan efektivitas bagi pemerintah swasta dengan pengadaan fasilitas
publik.
3. Transfer teknologi dan peningkatan akuntabilitas.

PPPs ini juga memiliki kelemahan, yaitu:


1. Adanya resiko kurang tertariknya investor untuk membiayai PPPs
2. Tidak tersedianya dana dari investor
3. Solusi yang dihadapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Permasalahan yang sering timbul dalam PPPs adalah perbedaan budaya


organisasi. Setiap organisasi cenderung bertindak, bekerjasama dengan organisasi lain,
sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Pemerintah bertindak sebagai sektor publik dan
swasta bertindak sebagai sektor swasta, meskipun pemerintah dan swasta telah lama
bekerjasama. Pemerintah berpikir bahwa swasta akan mengambil keuntungan dari
pemerintah sedangkan swasta berpikir bahwa pemerintah terlalu banyak pertimbangan
dan menghabiskan waktu. Pemecahan permasalahan tersebut adalah pemerintah dan
swasta harus menyadari posisinya masing-masing, sadar saling mempengaruhi, dan
sadar bahwa PPPs adalah untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat.

Prinsip pelaksanaan PPPs sesuai Perpres No. 67 Tahun 2005 Pasal 6 adalah sebagai
berikut:
1. Adil
2. Terbuka
3. Transparan
4. Bersaing
5. Bertanggung-gugat
6. Saling menguntungkan
7. Saling mendukung
8. Saling membutuhkan

Transparansi dan kompetisi dalam PPPs:


1. Harga pasar yang terendah
2. Diterimanya proyek tersebut oleh masyarakat umum
3. Meningkatkan pembiayaan tanpa jaminan pemerintah
4. Menurunkan biaya pendanaan
5. Mengurangi risiko kegagalan proyek
6. Mudah memperoleh perijinan proyek
7. Menarik pihak swasta yang berkualitas dan berpengalaman
8. Mengurangi KKN
9. Meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi

Peraturan yang mengatur tentang PPP di Indonesia yaitu:


1. PP No. 67 Th 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur.
2. PP No. 13 Th 2010 atas Perubahan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005
3. Permenkeu No.38 Th 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian Dan
Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur.
4. Permen. Koordinator Bidang Ekonomi No. 4 Th 2006 tentang Metodologi
Evaluasi Proyek Infratruktur KPS yang Memerlukan Dukungan Pemerintah.
5. PP No. 35 Th 2009 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia
Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) Di bidang Penjaminan
Infrastruktur.
6. Permendagri No 22 th 2009 Tentang Petunjuk teknis tata cara kerja sama
daerah.
7. Permendagri No 21 th 2011 Tentang Perubahan kedua atas peraturan menteri
dalam negeri nomor 13 tahun 2006.
8. Permenkeu No 178,/pmk.01/2008 tentang standar pelayanan minimum pusat
investasi pemerintah.
9. Perpres. No 78 th 2010 tentang penjaminan infrastruktur dalam proyek kerja
sama pemerintah dengan badan usaha yang dilakukan melalui badan usaha
penjaminan infrastruktur.
10. PP No 50 th 2007 Tentang Tata cara pelaksanaan kerja sama daerah .
11. PP No 1 th 2008 Tentang Investasi Pemerintah.

Manfaat PPPs :
1. Penghematan biaya
2. Pembagian risiko (risk sharing)
3. Perbaikan atau mempertahankan tingkat pelayanan
4. Peningkatan pendapatan dari layanan
5. Pelaksanaan yang lebih efisien
6. Manfaat ekonomi yang lebih luas (efek pengganda, penciptaan lapangan
kerja)

Resiko PPPs :
1. Hilangnya kontrol pemerintah
2. Penambahan biaya (jika tidak tepat penetapan tarif dan biaya sosial lain)
3. Risiko finansial berupa arus kas dalam pelaksanaan
4. Risiko politis berupa instabilitas
5. Tingkat akuntabilitas yang tidak bisa diterima
6. Pelayanan yang kurang prima
7. Ketidakmampuan memanfaatkan kompetisi yang disediakan
8. Berkurangnya kualitas/efisiensi pelayanan
9. Bias dalam proses seleksi

2. Jenis-jenis PPPs

a. Kontrak Servis

Kontrak antara pemerintah dan pihak swasta untuk melaksanakan tugas tertentu,
misalnya jasa perbaikan, pemeliharaan atau jasa lainnya, umumnya dalam jangka
pendek (1-3 tahun), dengan pemberian kompensasi/fee.

Beberapa contoh Kontrak Servis:

 Kontrak pembersihan jalan


 Pengumpulan dan pembuangan sampah
 Pemeliharaan jalan
 Pengerukan kali
 Jasa mobil derek

b. Kontrak Manajemen

Pemerintah menyerahkan seluruh pengelolaan (operation & maintenance) suatu


infrastruktur atau jasa pelayanan umum kepada pihak swasta, dalam masa yang lebih
panjang (umumnya 3-8 tahun), biasanya dengan kompensasi tetap/fixed fee.

Beberapa contoh Kontrak Manajemen:

 Perbaikan dan pemeliharaan jalan


 Pembuangan dan pengurugan sampah (solid waste landfill)
 Pengoperasian instalasi pengolahan air (water treatment plant)
 Pengelolaan fasilitas umum (rumah sakit, stadion olahraga, tempat parkir,
sekolah)

c. Kontrak Sewa (lease)

Kontrak dimana pihak swasta membayar uang sewa (fixed fee) untuk penggunaan
sementara suatu fasilitas umum, dan mengelola, mengoperasikan, serta memelihara,
dengan menerima pembayaran dari para pengguna fasilitas (user fees). Penyewa/pihak
swasta menanggung resiko komersial. Masa kontrak umumnya antara 5-15 tahun.
Beberapa contoh Kontrak Sewa (lease):

 Taman hiburan (entertainment complex)


 Terminal Udara/bandara
 Armada bis atau transportasi lainnya

d. Kontrak Build-Operate-Transfer/BOT

BOT adalah kontrak antara instansi pemerintah dan badan usaha/swasta (special
purpose company), dimana badan usaha bertanggung jawab atas desain akhir,
pembiayaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan (O&M) sebuah proyek investasi
bidang infrastruktur selama beberapa tahun; biasanya dengan transfer aset pada akhir
masa kontrak. Umumnya, masa kontrak berlaku antara 10 sampai 30 tahun.

Beberapa variasi dengan “tema” sama:

 BT (Build and Transfer)


 BLT (Build-Lease-Transfer)
 BOO (Build-Own-Operate)
 BTO (Build-Transfer-Operate)
 CAO (Contract-Add-Operate)
 DOT (Develop-Operate-Transfer)
 ROT (Rehab-Operate-Transfer)
 ROO (Rehab-Operate-Own)Development

Beberapa contoh Kontrak BOT:

 Pembangkit Listrik (Independent Power Producer/IPP).


 Jalan Tol
 Terminal Udara (Airports)
 Bendungan& bulk water supply
 Instalasi Pengolahan Air (water/wastewater treatment plant)
 Pelabuhan Laut (Seaports)
 Fasilitas IT (Information Technology)

e. Kontrak Konsesi

Struktur kontrak, dimana pemerintah menyerahkan tanggungjawab penuh kepada pihak


swasta (termasuk pembiayaan) untuk mengoperasikan, memelihara, dan membangun
suatu aset infrastruktur, dan memberikan hak untuk mengembangkan, membangun, dan
mengoperasikan fasilitas baru untuk mengakomodasi pertumbuhan usaha. Umumnya,
masa konsesi berlaku antara 20 tahun sampai 35 tahun.

Beberapa contoh Kontrak Konsesi:

 Pelabuhan Udara (keseluruhan atau sebagian)


 Jalan Tol
 Pelabuhan Laut
 Penyediaan dan distribusi air bersih
 Rumah Sakit
 Fasilitas olahraga

3. Praktik PPPs

Studi Kasus: Rencana Pembangunan Tol Dalam Kota di Jakarta

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menargetkan penandatangan perjanjian


pengusahaan jalan tol (PPJT) proyek enam ruas tol dalam kota Jakarta dilaksanakan
pada September 2012. Hal itu menyusul pengajuan surat penawaran proyek oleh PT.
Jakarta Tollroad Development (JTD).
Panitia Lelang Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) untuk Proyek Enam Ruas Tol
Dalam Kota masih akan melakukan penelaahan setelah surat penawaran diajukan, dan
setelah dilakukan evaluasi, negosiasi, dan kesepakatan, hal itu akan dituangkan dalam
kontrak PPJT antara badan usaha jalan tol dan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).
Langkah tersebut dilakukan untuk percepatan pembangunan proyek tersebut.
Dokumen penawaran yang diserahkan terdiri atas dua bagian yakni detail teknis
seperti desain dan gambar, serta bagian kedua berupa proposal keuangan. Selanjutnya,
pihak PT Jakarta Tollroad Development (JTD) selaku pihak swasta yang akan
bekerjasama dengan pemerintah akan menunggu dokumen dibuka oleh BPJT guna
diverifikasi isiannya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menerbitkan surat
penetapan lokasi pembangunan (SP2LP) Enam Ruas Tol Dalam Kota pada 11 April
2012. Surat Keterangan mengenai SP2LP dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur
DKI No 598/2012. SK tersebut menyebutkan lokasi proyek melewati lima wilayah di
DKI yakni Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta
Timur. Berdasarkan SP2LP tersebut, panjang proyek ditetapkan sepanjang 69.770
kilometer dan lebar 25,88 meter.
Dengan diterbitkannya SP2LP, maka proses pémbebasan tanah diperkirakan bisa
dilakukan pada awal 2013. Pasalnya, pemerintah perlu menetapkan Tim Pembebasan
Tanah (TPT) dan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) sebelum pembebasan tanah
dilaksanakan. Proses pembebasan tanah harus disesuaikan dengan aturan baru.
Pasalnya, pemerintah segera menerbitkan Perpres Pengadaan Tanah yang merupakan
turunan dari UU No 12/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
Sementara itu, enam ruas tol Lingkar Dalam Kota Jakarta akan dibangun dengan
nilai investasi Rp 40,02 triliun. Pembangunan proyek dilakukan dalam empat tahap.
Tahap pertama adalah pembangunan ruas Semanan-Sunter sepanjang 17,88 kilometer
senilai Rp 9,76 triliun dan ruas Sunter-Bekasi Raya (11 km) senilai Rp 7,37 triliun.
Tahap selanjutnya adalah pembangunan ruas tol Duri Pulo-Kampung Melayu (11,38
km) senilai Rp 5,96 triliun dan Kemayoran-Kampung Melayu (9,65 km) senilai Rp 6,95
triliun. Tahap ketiga adalah pembangunan ruas tol koridor Ulujami-Tanah Abang (8,27
km) senilai Rp 4,25 triliun. Tahap terakhir adalah pembangunan ruas jalan tol Pasar
Minggu-Casablanca sepanjang 9,56 kilometer senilai Rp 5,71 triliun.

Analisis

Rencana pembangunan tol dalam kota yang melibatkan pihak swasta dalam
pelaksanaannya sebagai pelaksana proyek ini merupakan salah satu contoh penerapan
public-private partnership di Indonesia. Pemerintah tentunya tidak bias melakukan
proyek ini jalan tol dalam kota ini sendiri karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Dalam penerapan PPPs, tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan.
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Aidan R. Vining dan Anthony E. Boardman dalam
Public–Private Partnerships; Eight Rules for Governments, setidaknya ada delapan hal
yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menggandeng pihak swasta dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Rencana pembangunan Tol Dalam Kota ini sudah memenuhi salah satu dari
delapan syarat Aidan dan Anthony, yakni Establish A Jurisdictional P3 Constitution
(membangun sebuah yurisdiksi konstitusi PPP), yang salah satu fungsinya adalah
memberi kesempatan kepada publik untuk melakukan kontrak kerjasama serta member
jaminan kredibilitas patner (private) yang jelas. Seperti yang dipaparkan di atas, rencana
pembangunan tol dalam kota ini sudah diumumkan jauh-jauh hari sebelum tanggal
tender dilaksanakan. Rincian pelaksanaannya juga sudah diumumkan oleh pemerintah
sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik proyek untuk melakukan kajian mendalam
tentang rencana pembangunan tol tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://annisamuawanah.wordpress.com/2013/07/31/public-private-partnership-
kerjasama-pemerintah-swasta/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kemitraan_pemerintah_swasta

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/2013/artikel/penerapan-konsep-public-private-
partnership-ppp-dan-konsep-new-public-management-npm-dalam-meningkatkan-
pemanfaatan-aset-negara

https://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/public-private-partnership/

http://andromedazone.blogspot.co.id/2012/07/public-private-partnership-kerjasama.html

Anda mungkin juga menyukai