Oleh:
PEMBAHASAN
1. Konsep PPPs
Kemitraan Pemerintah Swasta disingkat KPS atau dalam bahasa Inggris disebut
sebagai Public Private Partnership atau disingkat PPP atau P3 adalah bentuk perjanjian
jangka panjang (biasanya lebih dari 20 tahun) antara pemerintah, baik pusat ataupun
daerah dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini, keahlian dan aset dari kedua belah
pihak (pemerintah dan swasta) bekerjasama dalam menyediakan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini risiko dan manfaat potensial dalam
menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan swasta.
Di Indonesia, jenis proyek infrastruktur yang dapat bekerjasama dengan investor swasta
meliputi:
1. Transportasi (pelabuhan laut, sungai atau danau, pelabuhan udara, jaringan
rel dan stasiun kereta api).
2. Jalan (jalan tol dan jembatan tol).
3. Pengairan (saluran pembawa air baku).
4. Air minum (bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan
distribusi, instalasi pengolahan air minum).
5. Air limbah (instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan
utama serta sarana persampahan (pengangkut dan tempat pembuangan).
6. Telekomunikasi (jaringan telekomunikasi).
7. Ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik).
8. Minyak dan gas bumi (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi
atau distribusi migas).
Ada beberapa keuntungan PPPs, diantaranya:
1. Terciptanya peningkatan peran serta masyarakat.
2. Meningkatkan efektivitas bagi pemerintah swasta dengan pengadaan fasilitas
publik.
3. Transfer teknologi dan peningkatan akuntabilitas.
Prinsip pelaksanaan PPPs sesuai Perpres No. 67 Tahun 2005 Pasal 6 adalah sebagai
berikut:
1. Adil
2. Terbuka
3. Transparan
4. Bersaing
5. Bertanggung-gugat
6. Saling menguntungkan
7. Saling mendukung
8. Saling membutuhkan
Manfaat PPPs :
1. Penghematan biaya
2. Pembagian risiko (risk sharing)
3. Perbaikan atau mempertahankan tingkat pelayanan
4. Peningkatan pendapatan dari layanan
5. Pelaksanaan yang lebih efisien
6. Manfaat ekonomi yang lebih luas (efek pengganda, penciptaan lapangan
kerja)
Resiko PPPs :
1. Hilangnya kontrol pemerintah
2. Penambahan biaya (jika tidak tepat penetapan tarif dan biaya sosial lain)
3. Risiko finansial berupa arus kas dalam pelaksanaan
4. Risiko politis berupa instabilitas
5. Tingkat akuntabilitas yang tidak bisa diterima
6. Pelayanan yang kurang prima
7. Ketidakmampuan memanfaatkan kompetisi yang disediakan
8. Berkurangnya kualitas/efisiensi pelayanan
9. Bias dalam proses seleksi
2. Jenis-jenis PPPs
a. Kontrak Servis
Kontrak antara pemerintah dan pihak swasta untuk melaksanakan tugas tertentu,
misalnya jasa perbaikan, pemeliharaan atau jasa lainnya, umumnya dalam jangka
pendek (1-3 tahun), dengan pemberian kompensasi/fee.
b. Kontrak Manajemen
Kontrak dimana pihak swasta membayar uang sewa (fixed fee) untuk penggunaan
sementara suatu fasilitas umum, dan mengelola, mengoperasikan, serta memelihara,
dengan menerima pembayaran dari para pengguna fasilitas (user fees). Penyewa/pihak
swasta menanggung resiko komersial. Masa kontrak umumnya antara 5-15 tahun.
Beberapa contoh Kontrak Sewa (lease):
d. Kontrak Build-Operate-Transfer/BOT
BOT adalah kontrak antara instansi pemerintah dan badan usaha/swasta (special
purpose company), dimana badan usaha bertanggung jawab atas desain akhir,
pembiayaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan (O&M) sebuah proyek investasi
bidang infrastruktur selama beberapa tahun; biasanya dengan transfer aset pada akhir
masa kontrak. Umumnya, masa kontrak berlaku antara 10 sampai 30 tahun.
e. Kontrak Konsesi
3. Praktik PPPs
Analisis
Rencana pembangunan tol dalam kota yang melibatkan pihak swasta dalam
pelaksanaannya sebagai pelaksana proyek ini merupakan salah satu contoh penerapan
public-private partnership di Indonesia. Pemerintah tentunya tidak bias melakukan
proyek ini jalan tol dalam kota ini sendiri karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Dalam penerapan PPPs, tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan.
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Aidan R. Vining dan Anthony E. Boardman dalam
Public–Private Partnerships; Eight Rules for Governments, setidaknya ada delapan hal
yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menggandeng pihak swasta dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Rencana pembangunan Tol Dalam Kota ini sudah memenuhi salah satu dari
delapan syarat Aidan dan Anthony, yakni Establish A Jurisdictional P3 Constitution
(membangun sebuah yurisdiksi konstitusi PPP), yang salah satu fungsinya adalah
memberi kesempatan kepada publik untuk melakukan kontrak kerjasama serta member
jaminan kredibilitas patner (private) yang jelas. Seperti yang dipaparkan di atas, rencana
pembangunan tol dalam kota ini sudah diumumkan jauh-jauh hari sebelum tanggal
tender dilaksanakan. Rincian pelaksanaannya juga sudah diumumkan oleh pemerintah
sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik proyek untuk melakukan kajian mendalam
tentang rencana pembangunan tol tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://annisamuawanah.wordpress.com/2013/07/31/public-private-partnership-
kerjasama-pemerintah-swasta/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kemitraan_pemerintah_swasta
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/2013/artikel/penerapan-konsep-public-private-
partnership-ppp-dan-konsep-new-public-management-npm-dalam-meningkatkan-
pemanfaatan-aset-negara
https://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/public-private-partnership/
http://andromedazone.blogspot.co.id/2012/07/public-private-partnership-kerjasama.html