I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi dan Demobilisasi
a) Sesuai persyaratan dalam Kontrak, maka Kontraktor harus mengadakanMobilisasi peralatan yang
akan dipakai dalam melaksanakan pekerjaan.
b) Biaya mobilisasi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendatangkan alat berat ke dan
dari lokasi pekerjaan
c) Pembayaran untuk pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi dilakukan lampsump dalam 2 (dua)
tahap yaitu :
Tahap kesatu sebesar 50% (lima puluh persen) pada tahap akhir mobilisasi
(mendatangkan alat), dan alat siap dioperasikan.
Tahap kedua sebesar 50% (lima puluh persen) pada saat pekerjaan
konstruksi siap 100% (seratus persen), dan alat sudah dipulangkan.
2. Pembersihan Lapangan
a) Pekerjaan pembersihan adalah pada lokasi/lapangan pekerjaan maupun lokasi untuk jalan masuk
peralatan agar dapat ditempuh langsung dengan mudah. Semua daerah yang ditempati bangunan
atau yang dilewati jalur bangunan dibersihkan sesuai petunjuk Direksi. Pembersihan meliputi
pembersihan pohon-pohon, sampah dan bahan lain yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
Hasil pembersihan itu harus ditempatkan diluar tempat kerja atau dibuang, kecuali ada ketentuan
lain sesuai petunjuk Direksi.
b) Pekerjaan tebas tebang dilakukan pada lokasi pekerjaan yang banyak ditumbuhi pepohonan
dengan diameter lebih besar 30 cm, yang bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan
tersebut dipotong-potong dan kemudian ditumpuk pada suatu lokasi/ tempat dengan syarat tidak
menggangu lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya sesuai dengan persetujuan Direksi
c) Pekerjaan cabut tunggul dilaksanakan pada lokasi dimana akan dibangun suatu bangunan tanggul
yang banyak terdapat pepohonan, apabila tidakdilaksanakan pekerjaan cabut tunggul dibuang
keluar lokasi pekerjaan dengan syarat tidak merusak lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya
atas persetujuan dari Direksi.
d) Kontraktor diminta untuk memulai pekerjaan pembersihan ini sebelum pekerjaan utama dimulai.
Semua kerusakan yang timbul akibat pekerjaan tersebut terhadap milik umum atau perseorangan
yang dilaksanakan untuk kontraktor, hal tersebut harus diperbaiki atau diganti atas biaya
kontraktor.
3. Dewatering
Pekerjaan pengeringan (Dewatering) harus dilakukan untuk pekerjaan yangmempunyai elevasi
dibawah permukaan air dan dilakukan secara terus menerus hingga konstruksi pasangan maupun
beton bertulang sudah mengering dengan sempurna. Tidak dibenarkan melakukan pasangan batu
maupun beton dalam keadaan tergenang air .
a) Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan Dewatering (pengeringan) dilakukan menurut
harga satuan lump sump atau disesuaikan dengan satuan seperti yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Pekerjaan yang dilaksanakan menurut kebutuhan dalam
pekerjaan konstruksi seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau sesuai
yang ditentukan oleh Direksi.
o. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi kemiringan lereng
galian harus mengikuti Tabel berikut. Selain itu untuk setiap tinggi 6 m harus dibuat berm
lebar 2 m pada galian tanah.
Kemiringan
Bahan Keterangan
(V:H)
Untuk lereng permanen
1 : 0.3
Batuan Untuk lereng sementara dan galian yang
1 : 0.2
diisi kembali
Untuk lereng permanen
1 : 1.0
Batuan lapuk Untuk lereng sementara dan galian yang
1 : 0.6
diisi kembali
Tanah 1 : 1.5 Untuk lereng permanenUntuk lereng sementara dan galian yang
Tanah residual 1 : 1.0 diisi kembali
1 : 2.5 Untuk lereng permanen Untuk lereng sementara dan galian yang
Aluvium
1 : 2.0 diisi kembali
5. MERAPIKAN PERMUKAAN TANGGUL (AB)
a. Pemilihan, penempatan dan penyebaran material urugan harus sedemikian sehingga distribusi
dan gradasi material terpasang bebas dari kelainan tekstur, gradasi, kadar air atau densitas
dari material di sekitarnya.
b. Bila material berbeda karakternya maka material yang lebih halus dan lebih
urugan harus ditempatkan pada lokasi yang lebih ke tengah zona.
c. Penghamparan dan penyebaran material harus sedemikian sehingga memperkecil
kemungkinan segregasi. Batu dengan diameter lebih dari 10 cm tidak boleh ada pada material
urugan. Bila ditemukan kumpulan pasir, kerikil atau kerakal di sekitar struktur, batas zona,
area kontrak, maka harus dibuang untuk menghindari pemipaan sepanjang permukaan kontak
tersebut.
d. Jika Direksi berpendapat bahwa permukaan pondasi yang disiapkan atau permukaan
pemadatan lapisan urugan dianggap terlalu kering atau terlalu halus untuk pelekatan yang
baik dengan lapisan urugan berikutnya, maka permukaan tersebut harus dibasahi dan atau
dikasarkan dengan menggunakan alat yang disetujui oleh Direksi sebelum lapisan berikutnya
dihamparkan.
e. Jika menurut Direksi permukaan terpadatkan dari lapisan material urugan dianggap terlalu
basah untuk pemadatan lapisan berikutnya, maka harus dibuang, dibiarkan kering dahulu atau
dikasarkan dengan alat tertentu untuk mengurangi kadar airnya hingga yang diperlukan dan
kemudian dipadatkan kembali sesuai spesifikasi sebelum lapisan berikutnya digelar.
f. Material homogen harus ditempatkan di urugan secara menerus, kurang lebih horizontal
dengan ketebalan yang memungkinkan densitas yang diperlukan tercapai di seluruh lapisan
sesuai pasal di atas bila dipadatkan dengan catatan ketebalan lapisan tidak boleh lebih dari 30
cm sebelum dipadatkan. Semua lapisan harus mempunyai kemiringan drainase kurang
lebih 1:30 setelah pemadatan.
g. Direksi memiliki hak untuk merubah ketebalan lapisan material urugan setiap saat,
berdasarkan informasi yang didapat dari uji pengisian atau ujim kontrol selama konstruksi;
dan pada kejadian itu tidak boleh ada perubahan harga satuan pekerjaan yang telah ditentukan
sebelumnya.
6. PASANGAN BATU 1 : 4
Batu < 250 Kg, 250 Kg – 1.000 Kg dan batu > 1000 Kg Lokasi Pengambilan Material (Batu) dari
sekitar lokasi pekerjaan sepanjang masih memenuhi persyaratan atau pada tempat lain yang
disetujui Direksi. Batu tersebut harus tahan terhadap cuaca (udara, air, panas dan dingin,getaran,
tekanan) dan mempunyai kepadatan yang memenuhi syarat.Kontraktor harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi sebelum pengadaan material dengan menunjukkan
contoh / sample material yang akan digunakan.Pengujian material harus memenuhi syarat
standart ASTM atau standart lain yang diakui, dengan terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Direksi.Pegujian bahan batu yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Abration Test (ASTM C-131-03) dengan model test diijinkan lebih kecil atau sama dengan
10% - 20% dari batu mengalami kehausan.
Berat isi atau kepadatan bahan tidak kurang dari 2 t/m3
2. Material
Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/ kayu bakau dengan
berdiameter antara 8–10 cm. Apabila menggunakan kayu lain harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
3. Pelaksanaan
a. Sebelum dilakukan pemancangan, maka ujung kayu yang akan dipancang harus
dilancipkan terlebih dahulu untuk memudahkan pelaksanaan pemancangan, dan ujung
pancang kayu yang dilancipkan sekurang-kurangnya25 cm.
b. Posisi kayu saat pemancangan harus dibuat vertikal dan betul-betul tegak lurus sehingga
akan diperoleh hasil yang optimal, toleransi kemiringanya hanya 5 %.
c. Pemancangan kayu cerucuk dilakukan sampai mencapai tanah keras atau sesuai dengan
yang diarahkan oleh Direksi dan kayu cerucuk berada dalam posisi yang stabil dan secara
struktural berada dalam kondisi yang kokoh.
d. Untuk kayu penyokong ataupun angker kayu harus dibuat sesuai gambar rencana
ataupaun petunjuk Direksi yang biayanya sudah termasuk dalam biaya pemancangan.
4. Pembayaran
Volume pembayaran untuk pekerjaan ini adalah per m¹ kayu yang akan terpancang dan
masuk kedalam tanah.
9. Beton Cor 1 : 2 : 3
1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Semua "beton" yang akan digunakan pada bagian konstruksi harus sesuaispesifikasi dan yang
diminta oleh Direksi. Beton harus terdiri dari bahan yang disetujui oleh Direksi. Beton harus
terdiri dari bahan yang telah ditentukan dan harus secara proporsi sesuai dengan yang ditentukan
menurut ketentuan ketentuan dan kebutuhan seperti tersebut di atas. Konstruksi harus
dilaksanakan kecuali bila mana ada ketentuan-ketentuan yang tidak diperinci disini harus sesuai
dengan Standard Beton Indonesia yaitu NI. 2 PBI 1971.
2. Bahan
Seluruh material untuk beton, termasuk semen, pasir , agregat kasar dan air akan disesuaikan
dengan Bagian I, yaitu bahan-bahan umum.
3. Mutu Beton
3.1. Mutu Beton
Mutu beton harus disesuaikan dengan Standard Indonesia untuk beton NI. 2 PBI 1971 seperti
tabel berikut ini:
Dimana T'bk adalah karakteristik "Crushing Strength" yang diperoleh dari beberapa percobaan
sample crushing, dengan penyimpangan maksimum 5 % di bawah yang disyaratkan. T'bm adalah
nilai crusing stregth rata-rata. Jika tidak ditentukan lain, nilai crushing strength selalu diambil
nilai compresive strength dari kubus ukuran 15 (0.06) cm per sisi, diuji pada umur 28 hari.
Formula untuk menghitung adalah :
3.2. Kriteria
Secara umum USBR dapat diterima dengan ketentuan bahwa strength 80% dari hasil test
specemen harus lebih besar dari design strength. Design strength klasifikasi seperti:
Class I = 160 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari;
Class II = 200 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 21 hari;
Class III = 225 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama 28 hari
.
4. Campuran Beton
a. Beton terdiri dari semen portland, pasir, agregat kasar, air seperti yang telah tercantum pada
spesifikasi, semua dicampur secara baik dan membawa konsistensi yang layak.
b. b. Untuk beton mutu grade "B" campuran biasanya untuk "Non-Structural Work" digunakan
dengan kondisi bahwa proporsi semen portland, pasir, dan agregat tidak kurang dari 1:8. Jumlah
semen untuk tiap-tiap m3 beton harus sedikitnya 225 kg.
c. Untuk mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi harus digunakan "Design Mix". Design Mix
harus dari hasil pengujian campuran untuk memperoleh ketentuan-ketentuan dan karakteristik
kekuatan. Jumlah semen untuk tiap m3 beton sekurang-kurangnya 326 kg.
d. Berdasarkan SNI 2834, setiap pelaksanaan pengecoran beton untuk volume 10 m3 harus
melakukan design mixed beton dan harus mengambil sampel serta pengujian sampel untuk
setiap 10 m3 campuran beton.
e. Ukuran maksimum agregat dalam beton untuk beberapa bagian pekerjaan adalah yang paling
besar dari ukuran yang telah ditentukan dan penggunaannya mulai dari pengadukan beton
sampai pemasangan hingga memuaskan.
f. Proporsi untuk bermacam bahan-bahan yang akan digunakan untuk tempat yang berbeda harus
seperti yang didapatkan dari hasil percobaan test, dari waktu ke waktu selama pekerjaan
berlangsung.
g. Proporsi campuran air dan semen akan dideterminasi dari beton sudah diproduksi yang
mempunyai density yang cocok, impermeabilitas, ketahanan, dan tegangan yang dibutuhkan
tanpa menggunakan semen dengan jumlah yang berlebihan.
h. Perbandingan air semen dari beton (tak termasuk air dalam atau diabsorsi oleh agregat) tidak
akan lebih 0.55 dari berat untuk Class III dan tidak lebih 0.60 dari berat untuk Class-class lain.
i. Pengujian beton dibuat oleh Direksi dan proporsi campuran akan diganti bilamana diperlukan
untuk maksud pengukuhan kebutuhan ekonomi, kemampuan kerja, density, impermeabilitas,
ketahanan atau kekuatan dan Kontraktor harus menyanggupi bahwa tidak ada kompensasi
tambahan karena pertukaran yang demikian.
a. Jumlah air yang digunakan dalam beton harus diatur sesuai kebutuhan untuk menjamin
konsistensi betonyang sebenarnya dan untuk pengaturan berbagai variasi dalam kandungan
kadar air atau gradasi dari agregate sebagai mana dimasukkan ke dalam mixer. Penambahan air
untuk mengganti kekakuan dari hasil beton yang telah diaduk yang melampaui batas untuk dapat
dipakai lagi karena terlalu kering sebelum penurunan, tidak boleh lebih dari 5 cm untuk beton
yang mengandung ukuran agregate maksimum 7,5 cm. Untuk beton lantai jembatan, pada
puncak-puncak dinding, pilar, tepi trotoar dan plat yang horizontal atau mendekati horizontal
dan tidak akan lebih dari 7.5 cm. Untuk semua beton pengujian (test) disesuaikandengan standar
Indonesia NI.2 PBI 1971. Direksi menyatakan kebenaran tentang keperluan lesser
slump.
b. Compressive Strength dan pada beton akan didapatkan Direksi melalui pengujian pada silinder
dengan diameter 15 cm dengan 30 cm atau kubus 15 x 15 atau 20 x 20 dibuat dan diuji sesuai
dengan NI.2 PBI 1971 atau designation 29 sampai 33, termasuk edisi terakhir dari USBR
Concrete Manual, kecuali untuk semua sample beton silinderis yang dicetak. Butirdengan
ukuran lebih besar dari 3.8 cm harus dipisahkan dengan ayakan. Slump test akan dibuat oleh
Kontraktor dengan pengawasan Direksi sesuai dengan NI.2 PBI 1971 atau designation 22
USBR Concrete Manual. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk
memperoleh dan endapatkan test sample yang memadai.
c. . Frekuensi test akan ditetapkan oleh direksi dengan dasar "Placement Rate" pada bangunan,
tetapi tidak lebih dari yang diperlukan untuk menjamin bahwa beton yang dipasang sesuai
dengan spesifikasi dan kebutuhankebutuhan design.
Pipa PVC Dia. 3/4"yang dipakai adalah Pipa PVC yang ketebalannya 3,2 mm sesuai
dengan standar JIS atau SII dengan diameter ¾ inci. Cara penyambungan menggunakan material
sambungan dan socket.Semua bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan harus persetujuan direksi.
11. Pembesian
a. Semua penulangan harus dari baja U-24 , produksi dalam negeri dengan standar industri
Indonesia.
b. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat penulangan dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam N.I.2, kecuali tertulis pada gambar atau ditentukan direksi, bengkokan,
penggelasan selimut beton dan detail lainnya. Besi yang dipakai harus bebas dari gemuk /
pelumas, karat dan kotoran-kotoran lain serta tidak bengkok-bengkok. Diameter besi sesuai yang
telah ditentukan, batang dengan berbagai ukuran agar diberikan tanda yang jelas dan
dikelompokkan terpisah satu sama lainnya.
c. Selimut/ pelindung beton harus terjamin sesuai dengan gambar baik horizontal maupun vertikal
dengan memasang tahu-tahu beton.
d. Tulangan harus diikat erat dengan sedikitnya 2 (dua) kali putaran dengan kawat beton 1,6 mm,
ujung kawat beton agar dipotong sependek mungkin agar tidak mencuat dari keluar dari beton.
e. Bila pemasangan tulangan selesai dilakukan kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan untuk
diperiksa oleh pihak direksi dan konsultan pengawas untuk dilakukan pengecekan akhir
kebenaran penempatan penulangan.
f. Untuk pekerjaan tulangan menggunakan besi beton dengan diameter 12 mm dan besi beton
berdiameter 8 mm untuk besi behel dengan diikat oleh kawat beton.
g. Volume pekerjaan dibayar untuk pekerjaan ini adalah perkilogram
(Kg) berat bersih besi yang terpasang.