Anda di halaman 1dari 23

METODE PELAKSANAAN

Pekerjaan : Lanjutan Pembangunan Jembatan Tiro - Sakti Kec. Tiro/Trusep Kab.


Pidie (Otsus Kab/Kota)
Nama Penawar : PT. POLADA MUTIARA ACEH

I. UMUM
I.2. Mobilisasi
Yang termasuk ke dalam tahap mobilisasi adalah :
.1Penyediaan fasilitas penunjang dan lokasi penimbunan material
.2Survey.
.3Mobilisasi Alat dan Personil.

I.2.1. Fasilitas Penunjang & Lokasi Penimbunan Material


Pada Tahap ini kontraktor menyediakan lahan kemudian meminta persetujuan
direksi, untuk digunakan sebagai fasilitas penunjang untuk keperluan diantaranya kantor
direksi, barak kerja, pergudangan, kantor kontraktor dan fasilitas lain yang menyertai
fasilitas penunjang tersebut.
Jika diperlukan dengan pertimbangan untuk kemudahan dan kelancaran
pemenuhan kebutuhan material yang didatangkan dari luar lokasi area kerja, kontraktor juga
menyediakan lahan untuk membuat base camp (sebagai tempat untuk penimbunan
sementara material yang didatangkan dari luar lokasi proyek) pada titik lokasi yang paling
efisien dari lokasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan, sebagai antisipasi untuk
menghindari tersendatnya pemasokan material jika didatangkan langsung dari luar lokasi
proyek hanya pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan, tanpa ditimbun terlebih dahulu di
dekat lokasi pelaksanaan pekerjaan.
Jika memang diperlukan, lokasi penimbunan dapat terdiri dari satu atau beberapa
titik lokasi yang strategis, sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan direksi, atau direksi
menentukan lain dalam hal ini.
Kontraktor juga berkewajiban untuk menyediakan tempat yang cukup dan layak
untuk penimbunan material-material untuk pekerjaan struktur, seperti :

 tempat (gudang) untuk penimbunan material semen yang cukup luas, sehingga
semen dalam jumlah banyak dapat ditumpuk tidak terlalu tinggi, yang dapat
menurunkan kualitas dan kinerja semen itu sendiri, baik dalam hal pengikatan
terhadap material beton lainnya, maupun terhadap kemudahan pengerjaan dalam
proses pembuatan campuran beton.

Metode Pelaksanaan
 lokasi untuk penempatan material besi struktur, hendaknya ditempatkan di tempat
tertutup, dan pada bagian bawahnya diberi alas balok kayu untuk menghindari
terkotori oleh tanah sebelum proses pekerjaan pembesian pada pekerjaan struktur
mulai dilakukan. Jika terpaksa ditempatkan pada tempat terbuka, hendaknya ditutup
dengan terpal plastik (tidak lupa diberi alas balok kayu pada bagian dasar tumpukan)
untuk menghindari terkena hujan dan panas secara langsung. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya korosi pada besi dan lain sebagainya yang dianggap perlu.

I.2.2. Survey
Survey lapangan dilakukan untuk menyesuaikan rancangan (gambar kerja) dengan
keadaan aktual di lapangan. Hasil data ukur dilaporkan ke direksi, kemudian dilakukan
tahap revisi design sebagai acuan pelaksanaan proyek.
Pekerjaan survey lapangan mencakup :
 survey perkerasan dan geometrik jalan lama seperti inventarisasi geometrik jalan,
survey kekuatan dari perkerasan penutup aspal, kekuatan perkerasan jalan yang
rusak,
 survey sistem drainase yang ada seperti jenis, bentuk, ukuran dan profil memanjang
saluran samping kanan-kiri jalan, gorong-gorong, aliran air yang memotong badan
jalan, dan bangunan drainase lain yang ada dilapangan,
 survey lokasi pembuatan talud yang kiranya diperlukan terutama untuk daerah
berbukit atau pegunungan,
 survey jembatan lama meliputi jenis, dimensi, dan lokasi jembatan,
 survey perlengkapan jalan lama dan rambu-rambu lalulintas yang ada seperti lokasi
dan fungsi detail dari marka jalan, patok kilometer, trotoar, median, traffic light dan
lampu penerang jalan.
Pengukuran memanjang (Longitudinal)

50 m 50 m 50 m 50 m 50 m 50 m 50 m 50 m

Pengukuran Melintang (Cross Section)

Metode Pelaksanaan
1.2.2 MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS
Rencana pengendalian lalu lintas sangat penting untuk mengurangi kemacetan lalu lintas
sebagai akibat dari pemblokiran sebagian jalan untuk pelaksanaan proyek. Untuk itu perlu
disusun tahapan – tahapan pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan sesuai dengan
penagturan lalulintas yang diinginkan.

Hal – hal yang penting untuk dilakukan :


 Pengukuran dan pengamanan lalu lintas selama pekerjaan
konstruksi berlangsung.
 Meminimalkan terjadinya gangguan arus lalu lintas akibat
pekerjaan konstruksi
 Melengkapi pangamanan jalan sekitar loaksi pekerjaan sekitar
dengan rambu – rambu informasi atau peringatan bagi pengguna jalan agar lebih
berhati – hati.
Peralatan yang digunakan :
 Rambu darurat
 Bendera merah

I.2.3. Mobilisasi Alat dan Personil


Mobilisasi Personil Inti Pelaksanaan Pekerjaan adalah pada tahap proses pekerjaan persiapan
sedang dilaksanakan, tujuannya adalah agar dapat dibuat rencana aktual pelaksanakan
pekerjaan secara detail, orientasi lokasi dan identifikasi lapangan, juga koordinasi dengan
direksi atau yang mewakili, sebelum pelaksanaan pekerjaan.

Resiko K3 :
 Terjadi tabrakan > Kerusakan alat berat dan korban jiwa.
 Lepasnya alat berat dari mobil angkutan / jatuh
 Terkena alat berat -> luka berat

Pengendalian Risiko K3 :
 Sopir yang memobilisasi alat berat harus yang memiliki keahlian dan memiliki izin
megemudi yang resmi.
 Alat berat yang diangkut harus diikat dengan pengikat yang standar
 Pengangkatan / Penurunan alat berat harus mengikuti prosedur yang standar

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH


Lingkup pekerjaan :
 Timbunan Biasa dari sumber galian
 Timbunan Pilihan dari sumber galian
 Penyiapan Badan Jalan

3.1 (1) Galian Biasa

Metode Pelaksanaan
 Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan yang mengacu
dari gambar kerja (shop drawing) yang telah disetujui. Galian biasa pada badan jalan
rencana menggunakan alat Excavator dengan kedalaman sesuai dengan ketentuan gambar
kerja. Hasil galian diangkut dengan menggunakan Dump Truck ke tempat yang telah
ditentukan oleh direksi. Dump truck membuang hasil galian keluar lokasi sesuai yang telah
disepakati.
 Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan
dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan
semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan
permanen.
 Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah dan di luar batas galian.
 Pekerjaan galian dilakukan sesuai dengan gambar kerja (shop drawing). Galian dilakukan
dengan menggunakan alat excavator dan beberapa orang pekerja beserta alat bantu.

Gambar Metode Pekerjaan Galian Biasa


Gambar – 1

Excavator

Tumpukan Hasil Galian

Gambar – 2
Excavator

Dump Truk

Resiko K3 :
 Terkena peralatan kerja > luka ringan / berat
 Pekerja / orang jatuh kedalam galian > Luka

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja yang benar.
 Memasang pagar pengaman.
 Menjaga jarak antara para pekerja pada jarak yang aman

3.5. Timbunan Biasa

Metode Pelaksanaan
Pekerjaan Timbunan Biasa ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui.
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah
atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi
syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.
Excavator menggali dan memuat material timbunan biasa ke dalam dump truck. Dump truck
membawa material timbunan biasa ke lokasi pekerjaan. Motor Grader meratakan hasil
timbunan di seluruh badan jalan, kemudian vibro roller memadatkan badan jalan yang telah
diratakan/dipotong oleh motor grader dengan bantuan water tanker agar badan jalan mudah
dipadatkan dengan kepadatan maksimum. Sekelompok pekerja akan membantu meratakan
badan jalan dengan menggunakan alat bantu.

3.2 (2) Timbunan Pilihan dari sumber galian


Permukaan yang akan ditimbun terlebih dahulu dibersihkan dari material lain (rumput,
humus dll), dump truck membawa bahan tanah timbun pilihan dari tempat pengambilan
tanah dan ditempatkan pada lokasi yang akan dikerjakan. Untuk penghamparan timbunan
pilihan ini digunakan alat wheel loader kemudian di distribusikan dengan menggunakan alat
Motor Grader secara merata keseluruh area pekerjaan timbunan pilihan. Untuk mencapai
kepadatan yang diinginkan sesuai dengan spesifikasi maka digunakan alat Vibro Roller dan
Water Tanker agar pekerjaan timbunan pilihan ini sesuai dengan ketebalan yang
direncanakan.

1. Permukaan yang akan ditimbun distripping/dibersihkan terlebih dahulu dengan motor grader dari
rumput, humus dan material lainnya.

2. Dump Truck menempatkan material timbunan.

3. Lokasi yang sudah ditumpuk material kemudian diratakan dengan menggunakan motor grader

Metode Pelaksanaan
4. Permukaan yang sudah rata dipadatkan dengan Vibro Roller sambil permukaan jalan disiram air
dengan menggunakan alat water tanker

Resiko K3 :
 Terkena peralatan kerja > luka ringan / berat.
 Terkena alat berat -> luka berat
 Pekerja / orang jatuh kedalam galian > Luka

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja yang benar.
 Memasang pagar pengaman.
 Menjaga jarak antara para pekerja pada jarak yang aman
 Pengangkatan / Penurunan alat berat harus mengikuti prosedur yang standar

3.3 Penyiapan Badan Jalan


Pekerjaan ini dilaksanakan dengan menggunakan alat : Motor Grader, vibro Roller dan
Water Tanker

1. Permukaan jalan Diratakan dan dibentuk untuk persiapan pelapisan subgrade dengan
kemiringan jalan sesuai dengan gambar dan atas persetujuan pengawas dilapangan.
2. Permukaan jalan yang sudah terbentuk dipadatkan dengan Vibro Roller dengan jumlah
lintasan + 8 lintasan atau sampai kepadatan yang sesuai, untuk menjaga kelembapan
dan untuk tercapainya kepadatan yang optimal vibro roller dalam melakukan pemadatan
dibantu water tanker untuk mensuply air guna membasahi permukaan jalan.

Vibro Roller Water Tanker Motor Grader

Resiko K3 :
• Terkena peralatan kerja > luka ringan / berat
• Pekerja / orang jatuh kedalam galian > Luka

Metode Pelaksanaan
• Terjadinya longsor karena tanah tidak kering > Luka
• Kecelakaan akibat terkena alat berat > Luka Berat

Pengendalian Risiko K3 :
• Personil harus mengenakan pakaian dan perlengkapan APD (sepatu boot, sarung tangan
dan masker)
• Dipasang rambu-rambu sedang ada pekerjaan dan memasang pagar pengaman.
• Usahakan tanah timbunan yang sudah kering
• Operator harus bekerja secara benar dan hati-hati, memasang rambu-rambu, dan
menempatkan pemandu lapangan

DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN

Yang termasuk pekerjaan tanah dalam pekerjaan ini meliputi :


1. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B dilaksanakan setelah penimbunan badan jalan selesai
dikerjakan. Material Agregat Kelas B dimuat dari quarry dengan mengguunakan Vibrator Roller
sambil disiram air dengan menggunakan Water Tank Truck apa bila dianggap terlalu kering,
kemudian dilakukan test kepadatan.

Urutan kerja lihat gambar dibawah :

1. Dump Truck membawa material Base dari Quarry dan menempatkan material tersebut di lokasi
jalan yang akan dilakukan pekerjaan perkerasan berbutir, sebelum pekerjaan ini dilakukan
pekerjaan penyiapan badan jalan harus sudah selesai dan kepadatan permukaan jalan yang akan
ditimbun harus sudah sesuai dengan spesifikasi atau ketentuan yang ada..

2. selanjutnya Motor Grader Meratakan Material Base yang sudah ditumpuk oleh Dum Truck dengan
ketebalan dan kemiringan jalan yang sesuai dengan gambar .

Metode Pelaksanaan
3. kemudian Vibro Roller melakukan pemadatan untuk permukaan yang sudah diratakan oleh motor
grader, sambil permukaan jalan disiram air dengan menggunakan alat water tanker untuk menjaga
kelembapan material dan untuk mencapai kepadatan yang optimal

DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR


Pekerjaaan perkerasan berbutir dalam pekerjaan pemeliharaan berkala jalan meliputi :
1. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
2. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

5.1. Lapis Pondasi kelas A.


Dibawah ini adalah penjelasan yang meliputi pemasokan, pemprosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat diatas permukaan badan jalan yang
telah disiapkan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Pemasokan Material
Material yang digunakan adalah agregat kelas A dengan spesifikasi gradasi agregat
yang lolos ayakan adalah 3,75 mm, abrasi agregat 0 - 40%, bertekstur keras dan
mempunyai minimal 1 bidang pecah. indeks plastisitas 0 – 6, nilai CBR minimal 90%.
Pasokkan agregat didatangkan dari Stone Crusher.
2. Pemrosesan
Pemrosesan agregat dilakukan di lokasi Stone Crusher dengan komposisi sesuai
dengan SNI 03-2417-1990, SNI 03-1966-1990, SNI 03-1967-1990, SNI 03-1744-1989
dan SK SNI M-01-1994-03 atau komposisi lain yang ditetapkan pemilik proyek,
dibuktikan dengan bukti pengujian dari badan atau laboratorium yang ditunjuk direksi.
3. Pengangkutan
Sumber material didatangkan dari Stone Crusher dan pengangkutannya menggunakan
Dump Truck. Untuk pekerjaan mencampur dan memuat material ke atas Dump Truck
dengan menggunakan alat Wheel Loader. Jumlah pengangkutan dan ketersediaan
materialnya sesuai dengan schedulle material yang telah disetujui oleh direksi.
4. Penghamparan.
Timbunan material (agregat kelas A) dihamparkan dengan menggunakan Motor Grader
dengan ketebalan, kelandaian dan lebar hamparan sesuai dengan gambar kerja.
5. Pembasahan.

Metode Pelaksanaan
Setelah dilakukan penghamparan material, sebelum dan saat pemadatan material
dilakukan pembasahan dengan menggunakan Water Tanker. Hal ini bertujuan agar
terjadi pengendapan padat pada penghamparan material secara menyeluruh disetiap
permukaan lapisan.
6. Pemadatan.
Pemadatan agregat dilakukan dengan menggunakan alat Vibratory Roller kemudian
dengan LEP (Lintas Ekuivalen Permulaan) disesuaikan dengan kelas jalan rencana.
Proses akhir pekerjaan pemadatan ini adalah dengan menggunakan alat Pneumatic
Tire Roller. Lintasan pemadatan dilakukan dari trase jalan yang rendah menuju yang
tinggi dengan nilai CBR minimal 90%.

5.2. Lapis Pondasi kelas B.


Metode Pelaksanaannya sama seperti lapis pondasi kelas A, yang membedakannya adalah
material & spesifikasinya.

DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL

1. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair


2. Lapis Perekat - Aspal Cair
3. Laston Lapis Aus (AC-WC)
4. Laston Lapis Antara (AC-BC)

6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair


Material untuk lapis resap pengikat adalah menggunakan aspal emulsi reaksi sedang
(medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) dengan residu kurang dari 50 % dan
penetrasi aspal kurang dari 80/100. Atau aspal cair dengan takaran 0,4 – 1,3 ltr per meter
persegi dengan suhu penyemprotan 70 °C untuk aspal cair MC-70 dan 45 °C untuk aspal
cair MC-30.

Tahapan pekerjaan lapis resap pengikat adalah :


1. Pengajuan contoh aspal untuk bahan lapis resap pengikat (5 liter) dilengkapi dengan
sertifikat dan hasil uji laboratorium.
2. Data kalibrasi dari meteran pengukur untuk pendistribusian aspal meliputi data
akurasi dan toleransi ketelitian.
3. Menyerahkan grafik penyemprotan dan buku pelaksanaan dari distributor aspal.
4. Mengajukan peralaatan dan operator yang terlibat pada pekerjaan ini.
5. Penyemprotan aspal lapis resap pengikat diatas lapisan agregat kelas A, yang
sebelunmnya dilakukan pembersihan atau penyapuan permukaan sehingga
permukaan yang akan dilapisi lapis resap pengikat dapat lebih mudah atau cepat
meresap, dengan menggunakan Compressor.
6. Pekerjaaan lapis resap pengikat menggunakan alat Tangki Aspal dengan alat
pemanas dan Aspalt Sprayer.

Metode Pelaksanaan
Urutan kerja lihat gambar dibawah :

1. Pelaksanaan Pembersihan permukaan Jalan yang menggunakan alat compressor dan alat bantu
penarik compressor.

Compresor Dump truck

2. Pelaksanaan Pelapisan Lapisan resap pengikat / perekat pada permukaan jalan dilakukan
dengan alat Asphalt sprayer yang ditarik dengan dump truck, yang sekaligus membawa material
aspal.

Asphalt Sprayer Dump Truck

6.2. Laston Lapis Pondasi (AC – Base)


Material menggunakan aspal emulsi rapid setting atau aspal emulsi yang diencerkan
dengan komposisi 1 air dan 1 aspal emulsi.
Juga bisa mengunakan Aston Pen. 60/70 atau Pen. 80/100 diencerkan dengan 25 sampai
30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal. Tebal overlay minimal 5 cm atau ditentukan
lain pemilik proyek. Pelaksanaan akan disesuaikan dengan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan dalam gambar kerja.

TAHAPAN PELAKSANAAN :
Tahapan persiapan pekerjaan lapis pengikat adalah :

Metode Pelaksanaan
a. Pengajuan contoh aspal untuk bahan lapis pengikat (5 liter) dilengkapi dengan sertifikat
dan hasil uji laboratorium.
b. Data kalibrasi dari meteran pengukur untuk pendistribusian aspal meliputi data akurasi
dan toleransi ketelitian.
c. Menyerahkan grafik penyemprotan dan buku pelaksanaan dari distributor aspal.
d. Mengajukan jenis material (agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal) dan job mix
design dilengkapi data pengujian yang sesuai dengan spesifikasi teknis,
e. Mengajukan daftar peralatan dan operator yang terlibat pada pekerjaan ini.
f. Persiapan pekerjaan di lapangan dengan mengajukan jadual/rencana kerja dan
penyiapan baik bahan maupun alat dan pekerja yang terlibat dalam pekerjaan
perkerasan,

Tahapan pelaksanaan pekerjaan lapis pengikat adalah :


a. Penyemprotan aspal lapis pengikat diatas lapisan prime coat menggunakan alat Asphalt
Sprayer,
b. Armada Dump Truck yang berisi asphalt yang dimuat dengan menggunakan Wheel
Loader di lokasi Stone Crusher, menyusul untuk mengisi Aspalt Finisher,
c. Penghamparan dan perataan campuran aspal dengan Asphalt Finisher. Dalam proses
penghamparan dan perataan campuran aspal ini, juga dipakai tenaga manuasia,
d. Proses pemadatan dengan menggunakan Tandem Roller atau Pneumatic Tire Roller,
diselingi pembasahan permukaan lapisan aspal dengan menggunakan Water
Tangker.
Tahapan kendali mutu pekerjaan lapis pengikat adalah :
a. Mengambil sample benda uji (core) untuk sisi kanan kiri dengan jarak periodik 100 m
atau 200 m sesuai instruksi direksi, untuk pengujian ketebalan,
b. Pengukuran menggunakan mistar lurus (Straight Edge) untuk mengukur tingkat
kerataan permukaan,
c. Dilakukan tes kekuatan lentur perkerasan dengan tes Bengkelman Beam.

PROSEDUR PEKERJAAN
Prosedur Pengangkutan yaitu :
a. Pencampuran benda uji Marshall
b. Pemadatan benda uji Marshall
c. Suhu pencampuran maksimal di AMP
d. Pencampuran, rentang temperatur sasaran
e. Menuangkan campuran aspal dari AMP ke truck
f. Pemasokan ke alat penghampar

Prosedur Penghamparan yaitu :


a. Penyiapan permukaan yang akan dilapisi ; permukaan lama dibersihkan dari bahan
lepas, penyemprotan take coat dan penghamparan campuran aspal.
b. Pembuatan acuan tepi sesuai dengan garis dan kemiringan yang sesuai dengan
spesifikasi teknis.

Metode Pelaksanaan
c. Penghamparan dan pembentukan ; sepatu ( Screed) Asphalt Finisher dipanaskan
terlebih dahulu, penghamparan dengan diikuti mesin vibrasi, penampung campuran
aspal selalu penuh dan temperatur konstan, kecepatan alat konstan sehingga koyak,
tidak rata dan retak permukaan bisa dihindari.

Prosedur Pemadatan yaitu :


a. Segera setelah penghamparan diikuti dengan penggilasan dengan tahapan penggilasan
awal, penggilasan antara dan penggilasan akhir.
b. Penggilasan awal menggunakan tandem roller maupun pneumatic tire Roller dengan
penggilasan minimal 2 kali.
c. Penggilasan antara menggunakan Pneumetic Tire Roller sedekat mungkin dengan
penggilasan awal.
d. Penggilasn akhir menggunakan Tandem Roller tanpa penggetar.
e. Kecepatan alat penggilas tidak boleh lebih dari 4 km/jam untuk roda baja dan tidak lebih
dari 10 km/jam untuk roda karet.
f. Roda penggilas harus selalu dibasahi sehingga tidak terjadi pelekatan campuran aspal
dengan roda.
Kepadatan yang disyaratkan tidak lebih kurang dari 97% ( Job Standart Density). Kemudian
pengambilan sample uji inti ( Core) dilapangan dan dibawa ke laboratorium (Kepadatan
campuran kerja = Job Mix Density) dan hasilnya dilaporkan ke Direksi untuk setiap 100 m
pemadatan.
Baik persiapan pekerjaan, pelaksanaan maupun hasil akhir diinspeksi direksi dan dibuatkan
Berita Acara Penerimaan Pekerjaan ini.

1. Material Aspal Beton Dituang dari Dump truck ke Asphalt Finisher

2. Asphalt Finisher Menghampar Material Aspal Beton Dilokasi Yang telah ditetapkan dengan
ketebalan sesuai dengan gambar / spesifikasi.

Metode Pelaksanaan
3. Pemadatan dilakukan dengan tandem roller dan Pneumatic Tire Roller dengan lintasan yang
optimal

DIVISI 7. STRUKTUR

Dalam Pekerjaan Ini Meliputi :


1. Beton mutu sedang fc’30 MPa lantai jembatan
2. Beton mutu sedang fc’20 MPa
3. Beton mutu rendah fc’15 MPa
4. Baja Tulangan U 24 Polos
5. Baja Tulangan U 32 Ulir
6. Pengadaan dan Pengangkutan Struktur Jembatan Rangka Baja Panjang 40 m, Lebar 7 m
7. Pemasangan Jembatan Rangka Baja Panjang 40 m, lebar 7 m
8. Pasangan Batu
9. Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis
10. Papan Nama Jembatan

7.1 Pekerjaan Beton


Pekerjaan Beton ini terdiri atas pekerjaan beton struktur yang dilaksanakan sesuai dengan
bentuk, dimensi seperti yang tercantum pada gambar rencana atau atas petunjuk Direksi,
dan sesuai dengan petunjuk dalam spesifikasii yang berhubungan.
Kelas beton yang digunakan pada setiap bagian struktur harus sesuai dengan apa yang
tercantum dalam gambar rencana atau atas izin direksi. Semua beton harus termasuk
dalam Beton. Tidak diperbolehkan adanya udara didalam beton seperti petunjuk dibawah ini
:
 Sebelum dilakukan Beton dibuat Job Mix Design dengan material yang disetujui direksi.
Material-material yang dipakaii harus memenuhi standar sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan.
 Pengecoran mengunakan molen (Mixer on Site). Untuk memperoleh hasil yang monolit
saat pengecoran digunakan penggetaran dengan menggunakan vibrator.
 Pengecoran Beton dilakukan setelah pekerjaan pembesian dan bekisting sudah
terpasang sesuai dengan ukuran sandaran dan telah disetujui oleh konsultan
pengawas dan direksi..

Metode Pelaksanaan
 Semua beton yang digunakan dikerjakan dengan spesifikasi campuran 1 Semen : 2
Pasir : 3 Kerikil dan untuk semua maksud yang berhubungan dengan pekerjaan ini
disetujui serta yang telah ditentukan oleh direksi haruslah terdiri dari bahan – bahan
yang dirinci dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai dengan ketentuan –
ketentuan yang tertera pada spesifikasi dalam dokumen lelang, setiap syarat – syarat
dan ketentuan – ketentuan lainnya dari cara pelaksanaan haruslah sesusai peraturan
yang berlaku yang sudah dibuktikan. Penggunaan bahan dan material semua Portland
semen harus dengan syarat – syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam standart
Indonesia N.I.8, ASTM.Model C.150.
Cara penyimpanan semen digudang harus terlindung terhadap kelembaban. Semen
dapat diafkir (tidak diterima) oleh direksi apabila tidak memenuhi speksifikasi yang
berlaku.
 Pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan sebelum semua pekerjaan
cetakan selesai dikerjakan, penyiapan – penyiapan lainnya yang berhubungan dengan
pengecoran harus dipersiapkan dan mendapat persetujuan direksi. Sebelum
pengecoran beton dimulai, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (cetak
lantai kerja) harus selesai dikerjakan dan disetujui oleh direksi/pengawas. Pengecoran
dapat dilaksanakan pada saat direksi/pengawas yang ditunjuk berada ditempat lokasi
pekerjaan. Suatu pengecoran tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai
dicor.
 Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau hujan teralu lama
karena berakibat spesi atau mortal terpisah dari agregat kasar.
Metode pelaksanaan untuk pekerjaan beton ini dilaksanakan dengan sistem serempak
untuk semua unit dengan metode konvensional (dicor di tempat lokasi pekerjaan). Karena
pekerjaan beton pada pier dikerjakan secara bertahap, maka untuk memulai pekerjaan
tahap berikut diberi pasta dahulu agar terjadi ikatan antara beton yang lama dengan beton
yang baru. Prosedur pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton yaitu:

Urutan Pelaksanaan :
1. Sebelum pelaksanaan dilakukan, terlebih dahulu mempersiapkan gambar kerja
bersama dengan Direksi Pekerjaan.
2. Sebelum dilakukan Pengecoran Beton Job Mix Design dengan material yang disetujui
direksi. Material-material yang dipakai harus memenuhi standar sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan.
3. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh
bahan.
4. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
5. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.

Metode Pelaksanaan
6. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu
pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu
harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
7. Lakukan pengecoran dan setiap melakukan pengecoran maka campuran beton sudah
harus dilakukan pengecekan terhadap kadar airnya dengan slump test dan buat silinder
untuk pengujian kuat tekan beton tersebut,
8. Pastikan skor-skor dan perancah kuat menopang beton basah sehingga didapatkan
hasil yang sesuai dengan gambar, dan
9. Lakukan pemeliharaan beton dengan penyiraman terus menerus atau dengan
pemberian karung goni sampai beton mencapai umur 28 hari.
Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada
beton non-struktural.

Resiko K3 :
 Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan
Meninggal
 Kecelakaan akibat Bahan Kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan Meninggal

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja dan APD yang benar, menggunakan penyokong
yang baik
 Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.
 menyusun intruksi kerja

7.3. Besi Tulangan U24 Polos


Sebelum mendatangkan besi beton, seluruh daftar ukuran dan daftar bengkokan besi beton
harus disiapkan oleh kontraktor dan diminta persetujuan kepada Direksi, dan tidak ada
bahan yang boleh didatangkan atau dikerjakan sebelum daftar besi beton disetujui oleh
Direksi.
Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat terlindung, ditumpuk agar tidak menyentuh
tanah dan dijaga agar tidak berkarat atau pun rusak karena cuaca dengan demikian perlu
diperhatikan :
 Pengajuan bar bending schedule ke Direksi/Pengawas.
 Perakitan dilakukan di lokasi,
 Setelah perakitan pekerjaan pembesian ini harus diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan atau Pemilik Proyek, sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran.

Metode Pelaksanaan
Resiko K3 :
 Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan
Meninggal
 Kecelakaan akibat Bahan Kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan Meninggal

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja dan APD yang benar, menggunakan penyokong
yang baik
 Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.
 menyusun intruksi kerja

7.2. Baja Tulangan U 32 Ulir


Sebelum mendatangkan besi beton, seluruh daftar ukuran dan daftar bengkokan besi beton
harus disiapkan oleh kontraktor dan diminta persetujuan kepada Direksi, dan tidak ada
bahan yang boleh didatangkan atau dikerjakan sebelum daftar besi beton disetujui oleh
Direksi.
Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat terlindung, ditumpuk agar tidak menyentuh
tanah dan dijaga agar tidak berkarat atau pun rusak karena cuaca dengan demikian perlu
diperhatikan :
 Pengajuan bar bending schedule ke Direksi/Pengawas.
 Perakitan dilakukan di lokasi,
 Setelah perakitan pekerjaan pembesian ini harus diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan atau Pemilik Proyek, sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran.

Resiko K3 :
 Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan
Meninggal
 Kecelakaan akibat Bahan Kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan Meninggal

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja dan APD yang benar, menggunakan penyokong
yang baik
 Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.
 menyusun intruksi kerja

Pemasangan jembatan Rangka Baja


Persiapan pekerjaan :
 Semua bahan atau komponen baja untuk pemasangan struktur jembatan rangka baja yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pemilik dan disimpan dalam satu depot penyimpanan berbagai

Metode Pelaksanaan
peralatan Pemilik atau lebih. Bahan untuk setiap struktur jembatan yang diberikan dapat
baru atau pernah dipasang sebelumnya pada lokasi lain.
 Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap stukrtur jembatan yang diberikan
dapat berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang telah dibeli sebelumnya
oleh Pemilik. Sistem tersebut dapat termasuk atau tidak termasuk komponen lantai
jembatan dan dapat dipasang dengan salah satu cara pelaksanaan kantilever berikut ini :
 Perakitan awal seluruh komponen utama struktur jembatan termasuk beban
pengimbang (counter-balance) yang cocok, pada penyangga sementara yang telah
disiapkan, dengan demikian struktur yang terpasang dapat secara bertahap diluncurkan
dari satu ujung jembatan ke ujung jembatan lainnya.
 Perakitan bertahap komponen utama struktur jembatan dimulai dari struktur rangka
jangkar yang telah dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung jembatan.
 Seluruh panel rangka utama termasuk batang-batang penulangan jika diperlukan, semua
trasom, ikatan angin, pengaku vertikal, alat penggaru, patok dan perletakan sendi bersama
dengan semua perlengkapan pengaku, pengangkat, penyambung, perangkat penyambung
antar struktur rangka (linking steel), perkakas kecil untuk merakit dan komponen peluncuran
tambahan seperti rol perakitan, rol peluncur, rol pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan
bahan untuk perakitan kerangka pengimbang dan ujung peluncuran (launching nose).

Pelaksanaan Pekerjaan :
 Perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja, baik dengan peluncuran maupun
dengan prosedur pelaksanaan pemasangan bertahap, harus dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa dengan teliti sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh masingmasing buku
petunjuk perakitan dan pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan ketentuan umum
yang disyaratkan di sini.
 Atas permintaan Penyedia Jasa, dukungan teknis tambahan oleh personil Pemilik yang
berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk member
pengarahan kepada insinyur dan teknisi pemasangan dari Penyedia Jasa tentang prinsip-
prinsip perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja.
 Struktur jembatan rangka baja yang disediakan oleh Pemilik dirancang untuk dirakit dan
dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut penghubung. Pengelasan di
lapangan yang tidak diijinkan kecuali secara jelas diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Resiko K3 :
 Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan
Meninggal
 Kecelakaan akibat Bahan Kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan Meninggal

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja dan APD yang benar, menggunakan penyokong
yang baik
 Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.

Metode Pelaksanaan
 menyusun intruksi kerja

Metode Pelaksanaan
Pasangan Batu
 Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan pada lokasi badan jalan yang longsor atau tidak
stabil untuk mengamankan badan jalan, maka dipasang tembok pengaman dengan
pasangan batu.

Urutan Pelaksanaan :
1. Sebelum pelaksanaan dilakukan, terlebih dahulu mempersiapkan gambar kerja
bersama dengan Direksi Pekerjaan.
2. Setelah lokasi yang akan dikerjakan ditentukan, kemudian dipasang patok dan elevasi
serta diberi rambu-rambu lalu lintas pada lokasi pekerjaan tersebut agar lalu lintas tidak
terhambat dan tidak merusak pekerjaan.
3. Selain persiapan di lokasi, material yang akan dipergunakan terlebih dahulu diusulkan
kepad direksi yaitu menyerahkan dua sample batu yang masing-masing seberat 50 Kg.
4. Setelah material disetujui direksi, penyiapan material pada lokasi pekerjaan harus telah
diperhitungkan terhadap kapasitas pekerja pada satu hari pekerjaan sehingga tidak
terdapat pekerjaan yang terlantar.
5. Kemudian pekerjaan dilaksanakan dengan pekerjaan lantai kerja sebelum pemasangan
batu dan setelah umur dari lantai kerja tercapai, pekerjaan pasangan batu dimulai dari
pondasi bawah dan kearah dinding atas.
6. Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengukuran bersama hasil pekerjaan dengan
Direksi Pekerjaan dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara pemeriksaan
pekerjaan sebagai dasar untuk menjadikan hasil pekerjaan pada progress prestasi
pekerjaan.

Resiko K3 :
 Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan
Meninggal
 Kecelakaan akibat Bahan Kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan Meninggal

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja dan APD yang benar, menggunakan penyokong
yang baik
 Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.
 menyusun intruksi kerja

Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis


Batu
Batu untuk pasangan bronjong ini dapat dipakai batu yang ada disekitarnya atau sumber material
diaman bentuknya mendekati bulat. Batu tersebut harus terdiri batu yang keras, segar, awet dan
padat serta tahan terhadap pengaruh cuaca dan air, memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Nilai hasil pengujian abrasi Los Angeles harus kurang dari 35%
 Berat isi lebih besar dari 2,3

Metode Pelaksanaan
 Absorbit tidak lebih besar dari 4%
 Sifat ketahanan terhadap sodium sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur) kehilangan harus kurang
dari 10%

2. Kawat Bronjong
a. Toleransi
 Ukuran batu, 85 % minimal ukurannya sama
 Rongga antara batu dalam bronjong tidak boleh lebih dari 40 %
 Lebar dan tinggi bronjong sebesar -5 % dan +5 %, sedangkan terhadap panjangnya -3 % dan +
3%

b. Persyaratan kawat bronjong


1. Baja berlapis seng yang memenuhi SNI 07-6892-2002 Kelas 1, dan SNI 07- 6443-2000. Lapisan
galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2.
2. Karakteristik kawat bronjong adalah:
 Tulangan tepi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG
 Jaringan, diameter : 4,0 mm, 8 SWG
 Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG
 Kuat Tarik : 4200 kg/cm2
 Perpanjangan diameter : 10% (minimum)

Persiapan
Dasar untuk pasangan bronjong harus digali sedalam yang dibutuhkan dan menurut bentuk yang
diminta. Seluruh permukaan yang dipersiapkan harus disetujui oleh Direksi sebelum penempatan
pasangan bronjong.

Penempatan Bronjong
a. Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk serta posisi
yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil sebelum pengisian batu
ke dalam kawat bronjong. Sambungan antara keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu
sendiri. Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka
bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 150 mm kawat pengikat
harus ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir dan dibengkokkan ke dalam keranjang.
b. Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan rongga
seminimal mungkin. Bila mana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya, dua kawat
pengaku horizontal dari muka kebelakang harus dipasang. Sisi luar batu yang berhadapan
dengan kawat harus mempunyai permukaan yang rata dan bertumpuan pada anyaman.
c. Setelah pengisian, tepi dari penitup harus dibentangkan dengan batang penarik pada
permukaan atasnya dan diikat dengan kuat.
Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertical harus dibuat
berselang seling.

Metode Pelaksanaan
Papan Nama Jembatan
Papan nama jembatan dibuat sesusai dengan nomenklatur yang ada, berisi nama jembatan
dan informasinya sebagaimana di bawah ini ;
 Ukuran minimal 40 x 60 cm2
 Bahan marmer dengan lambang PU
 Tolera nsi ± 10 cm
 Letak sesuai dengan ketentuan dan dipasang pada parapet
 Isi
 Tulisan :
1. Nomor jembatan
2. Nama jembatan
3. Lokasi
4. Data teknis
5. Tahun pembangunan

Resiko K3 :
 Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan
Meninggal
 Kecelakaan akibat Bahan Kerja > Luka Ringan, Luka Berat dan Meninggal

Pengendalian Risiko K3 :
 Menggunakan peralatan kerja dan APD yang benar, menggunakan penyokong
yang baik
 Menggunakan metode / cara kerja yang benar dan peralatan kerja yang baik.
 menyusun intruksi kerja

PROGRAM K3
Untuk keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan proyek akan dibentuk
unit K3 yang akan membuat program seperti tersebut di atas dan akan diawasi. Dalam menggulangi
hal – hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K-3 akan bekerja sama dengan Puskesmas, Klinik,
Rumah Sakit, maupun instansi – instansi lain yang terkait.

Untuk – untuk dalam program K3 adalah sebagai berikut :


 Mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran di proyek dan
menyediakan obat – obat pertolongan pertama dan tabung pemadam kebakaran.
 Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat – alat keselamatan kerja, seperti topi
pengaman, sabuk pengaman, sepatu, sarung tangan dan sebagainya.

METODA PENCAPAIAN PROYEK


Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, manajen telah mengeluarkan
kebijakan mutu. Sistim manajemen tersebut diatas dalam pelaksanaanya pengendali, berupa
perangkat lunak (software) sebagai sarana pengendali, dan perangkat keras (hardware) yang
berupa peralatan – peralatan sebagai sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan.

Metode Pelaksanaan
Tenaga Kerja
Personil yang terpilih yang berpengalaman dalam proyek sejenis akan ditempatkan sebagai personil
inti dalam organisasi proyek. Tenaga kerja terampil akan dipilih dan didatangkan dari luar dan dari
daerah setempat.

Tenaga kerja yang digunakan dalan penanganan proyek ini terdiri atas :
 Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek termasuk site engineer
 Tenaga operasional lapangan : Pelaksan (Supervisor), mekanik dan Operator.
 Pekerja (mandor, tukang, kenek dan operator)

PENGENDALIAN KUALITAS
(QUALITY CONTROL)
Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang disyaratkan, perlu
dilakukan pengendalian mutu (quality control) terhadap pelaksanaan pekerjaan yang antara lain
mengontrol,
 Seluruh material yang digunakan
 Pemilihan tenaga kerja
 Perawatan alat
 Test material di laboratorium dan lapangan
Melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan – bahan yang digunakan dalam
Pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri. Meskipun untuk hal
– hal tersebut di atas sudah ada penanggungjawabnya langsung, kiranya perlu ditunjuk petugas
khusus quality control yang dikoordinasikan oleh bagian Teknik dan melakukan proses Quality
Control dan prosedurnya yang telah berlaku diproyek yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.

Manajen mutu di proyek akan melaksanakan semua kegiatan sistematik dan terencana yang
diterapkan sebagai bagian dari sistem mutu perusahaan untuk menjamin bahwa proses
pelaksanaan di proyek secara kendali dan konsisten dapat mencapai semua sasaran dan
persyaratan mutu yang diminta dalam gambar – gambar pelaksanaan dan spesifikasi pekerjaan
pengendalian mutu di pelaksanaan akan dapat dijalankan dengan baik dengan adanya :
- Sasaran mutu yang jelas
- Sumber daya manusia yang profesional dan tanggung jawab yang jelas
- Organisasi proyek yang handal
- Sistem dan prosedur mutu yang baku
- Penerapan manajemen mutu yang konsisten.

PENUTUP
Demikian metode pelaksanaan secara garis besarnya, metode pelaksanaanya yang lebih detail
akan dibuat pada saat pelaksanaan nanti.

Metode Pelaksanaan
Tentu saja di dalam pelaksanaanya nanti dapat timbul alternatif – alternatif lain yang mungkin lebih
efesien dan efektif.
Mudah – mudahan uraian ini dapat diberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah – langkah
yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.

SELESAI

Metode Pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai