Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH FISIKA RADIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG


PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

OLEH

Enda Yuliana (15034059)

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Masril, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
RANGKUMAN

Limbah radioaktif umumnya berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik
pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun
pemanfaatan nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.Sumber limbah radioaktif
berasal dari Alam, Industri-industri yang memanfaatkan nuklir,Bahan bakar bekas dari
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Tipe-Tipe Limbah Radioaktif Ditinjau secara Kimiawi. Limbah ditinjau secara
kimiawi, terdiri atas:
1) Limbah organik,
2) Limbah anorganik

Berdasarkan bentuk fisiknya limbah Radioaktif dibedakan menjadi tiga bagian,


yaitu:
1. Limbah padat
2. Limbah cair
3. Limbah gas

Pengolahan Limbah Radioaktif (Limbah Cair, Padat dan Gas)Berdasarkan


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,
Bab VI Pengelolaan Limbah Radioaktif Pasal 23, Pengelolaan limbah radioaktif
dilaksanakan oleh Badan Pelaksana. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, Pasal 5 dan penjelasannya ditentukan bahwa Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN) adalah instansi pengelola limbah radioaktif.
MATERI

A. Sumber-Sumber Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah zat radioaktif yang tidak terpakai dan bahan
bekas serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif
karena operasi nuklir dan tidak dapat digunakan lagi.Limbah radioaktif
umumnya berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan
untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun
pemanfaatan nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit. Sumber limbah
radioaktif berasal dari :

a) Alam
Sumber radioakif ini memang sudah ada di alam seperti: pada
tambang uranium, pasir thorium, bahan-bahan yang mengandung K-40.
Lingkungan kita sendiri sebenarnya telah mendapat radioaktif alam
seperti dari tanah, sinar cosmic (75 – 100 mrem/th) sebagai akibat dari
peluruhan Uranium dan Thorium.
b) Industri-industri yang memanfaatkan nuklir.
Material (bahan struktur) yang terkena radiasi sehingga menjadi
materi aktif atau materi yang berasal dari laboratorium riset yang
menggunakan radioaktif.
c) Bahan bakar bekas dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
PLTN mengunakan batang – batang bahan bakar dengan rentang
usia setiap tiga tahun. Tiap tahun sekitar seperi tiga batang bahan bakar
yang habis dibuang dan disimpan dalam lembah pendinginan, baik
didalam lokasi reactor maupun di tempat lain . PLTN modern umumnya
membuang sekitar 30 ton bahan bakar yang teleh habis per reactor setiap
tahunnya.sedikit dari limbah ioni masih dapat didaur ulang dan kembali
digunakan. Sebenarnya daur ulang justru meningkatkan volume limbah
radioaktif, namun seperti dalam kasus limbah militer, limbah dari daur
ulang limbah sebelumnya ini lebih lemah dalam jangka panjang. Walau
begitu limbah dari daur ulang juga harus dibuang dengan hati-hati.

Gambar 1. skema sumber utama limbah radioaktif (www.batan.go.id)

B. Tipe-Tipe Limbah Radioaktif


a. Ditinjau secara Kimiawi
Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:
1. Limbah organik

Limbah organik adalah limbah yang berasal dari tumbuhan dan


hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,
petemakan, rumah tangga, dan industri yang secara alami mudah terurai
oleh aktivitas mikroorganisme baik secara aerob maupun anaerob.
Contoh limbah organik adalah batang sayuran, kulit buah-buahan, bulu
ayam, dan kotoran hewan.
2. Limbah anorganik

Limbah anorganik adalah limbah yang bukan berasal dari


makhluk hidup dan tidak dapat di uraikan oleh mikroorganisme. Limbah
anorganik tidak mudah hancur. contohnya botol, kaleng, kaca, pestisida,
logam,plastik, dan sebagainya. Limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun) adalah limbah hasil dari kegiatanmanusia yang mengandung
bahan kimia dan zat beracun yang berbahaya bagi makhluk hidup,
khususnya manusia.

Limbah radioaktif (LRA) yang dihasilkan dari penggunaan


tenaga nuklir, berdasarkan konsentrasi dan asalnya dikelompokkan
menjadi 2 yaitu HLW (High Level Waste) dan LLW (Low Level
Waste).

1) HLW (High Level Waste)


HLW dihasilkan dari pemisahan uranium dan plutonium
dari bahan bakar bekas pada fasilitas olah ulang. Sebagian besar
radionuklida HLW berasal dari unsur hasil belahan yang diperoleh
dari proses ekstraksi uranium dan plutonium hasil penguraian
bahan bakar bekas. Limbah ini disebut limbah radioaktif cair
tingkat tinggi yang akan distabilkan dengan cara vitrifikasi (blok
gelas) sebagai LRA tingkat tinggi (HLW).

2) LLW (Low Level Waste)


Pada bagian ini akan dibagi menjadi tiga, antara lain:
a. Limbah PLTN
Limbah PLTN adalah limbah yang dihasilkan dari
proses pengoperasian PLTN, terutama nuklida yang
memancarkan beta dan gamma dengan waktu paro pendek.
Limbah jenis ini akan disimpan pada fasiltas penyimpanan
tanah dangkal seperti yang ada di Rokkashomura-Jepang. Pada
limbah terdapat rentang tingkat radioaktivitas yang lebar dan
dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu tinggi (pemancar beta-
gamma), sedang dan rendah.

Gambar 2. Aliran pengolahan LLW di PLTN


b. Limbah Uranium
Limbah uranium dihasilkan dari proses konversi dan
fabrikasi bahan bakar serta dari mesin sentrifugal pada saat
proses pengayaan. Jenis limbah ini mempunyai waktu paro
yang sangat panjang walaupun aktivitas radiasinya rendah dan
tidak dapat disimpan pada fasilitas penyimpanan tanah dangkal.
c. Limbah yang berasal dari fasilitas radioisotop dan laboratorium
Limbah yang berasal dari laboratorium (pusat
riset,universitas,swasta) yang berhubungan dengan penelitian
seperti penggunaan sumber radiasi, bahan bakar reaktor,
fasilitas pengolahan bahan bakar, disebut sebagai limbah
laboratorium. Limbah tersebut akan disimpan dalam sistem
penyimpanan sederhana pada fasilitas tanah dangkal.

Gambar 3. Aliran pengelolaan limbah radioaktif yang


dihasilkan dari masing-masing fasilitas nuklir
Setiap negara mempunyai cara tersendiri dalam
mengelompokkan limbah radiokatif yang berpeluang
mencemar lingkungan. Sebagai contoh pada tabel 1 merupakan
pengelompokan sumber limbah radioaktif yang dihasilkan
Jepang.
Tabel 1. Pengelompokan sumber limbah radioaktif yang dihasilkan
jepang

a. Berdasarkan bentuk fisiknya limbah Radioaktif dibedakan menjadi


tiga bagian, yaitu:
1) Limbah padat

Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat.


Limbah padat bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada
yang memindahkannya. Limbah padat ini misalnya, sisa
makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah
plastik, dan logam.

Limbah radioaktif padat dipandang dari radiasi yang


dipancarkan terbagi menjadi :
a) Limbah radioaktivitas rendah
Limbah jenis ini dipisahkan menjadi :
1) Limbah bebas dari kontaminasi. Contohnya : baju, alat
tulis yang berasal dari daerah laboratorium/aktif.
2) Limbah yang terkontaminasi oleh radionuklida
pemancar beta/gamma dengan aktivitas rendah dan
yang terkontaminasi oleh radionuklida pemancar alfa.
Limbah tersebut adalah perlengkapan yang terkena
langsung dengan radionuklida tersebut.
b) Limbah radioaktivitas tinggi
Menurut standar IAEA, limbah radiaktif padat
dengan aktivitas tinggi diklasifikasikan menjadi :
1) Golongan I
Limbah ini dapat diabaikan, laju dosis radiasi
pada permukaan tidak lebih dari 0,2 R/jam. Dapat
ditangani dan diangkut tanpa tindakan pengamanan
tertentu.
2) Golongan II
Limbah ini dapat diabaikan, laju dosis radiasi
pada permukaan lebih besar dari 0,2 R/jam dan kurang
dari 2 R/jam. Dapat diangkut dalam wadah sederhana
berpenahan radiasi berupa lapisan beton atau timbal.
3) Golongan III
Limbah radioaktif yang dapat diabaikan, laju
dosis radiasinya lebih dari 2 R/jam. Dapat diangkut dan
ditangani dengan tindakan pengamanan tertentu.
4) Golongan IV
Limbah radioaktif padat dengan pemancar alfa
yang tidak dapat menimbulkan kekritisan dan pemancar
beta dan gamma yang dapat diabaikan. Aktivitasnya
dinyatakan dalam Ci/m3.
2) Limbah cair

Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair.


Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan
tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas
mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian,
dan sebagainya.

Menurut standar IAEA, limbah radioaktif cair


diklasifikasikan menjadi :

a. Golongan I
Konsentrasi radionuklida sama atau lebih
rendah dari 10-6 Ci/m3. Tidak diolah dan langsung
dibuang ke lingkungan.
b. Golongan II
Limbah radioaktif dengan konsentrasi
radionuklida lebih tinggi dari 10-6 Ci/m3 dan sama
atau lebih rendah dari 10-3 Ci/m3. Diolah dengan
metode biasa (evaporasi, penukar ion, dan secara
kimia) dan tidak diperlukan penahan radiasi untuk
peralatan.
c. Golongan III
Limbah radioaktif dengan konsentrasi
radionuklida lebih tinggi dari 10-3 Ci/m3 dan sama
atau lebih rendah dari 0,1 Ci/m3. Diolah dengan
metode biasa (evaporasi, penukar ion, dan secara
kimia) dan diperlukan penahan radiasi untuk
peralatan.
d. Golongan IV
Limbah radioaktif dengan konsentrasi
radionuklida lebih tinggi dari 0,1 Ci/m3 dan sama
atau lebih rendah dari 104 Ci/m3. Diolah dengan
metode biasa (evaporasi, penukar ion, dan secara
kimia) dan diperlukan penahan radiasi untuk
peralatan.
e. Golongan V
Limbah cairdengan konsentrasi radionuklida
lebih tinggi dari 104 Ci/m3. Sebelum diolah,
disimpan, dan diperlukan pendinginan.
3) Limbah gas

Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan)


yang berwujud gas. Limbah gas dapat dilihat dalam
bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga
penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah
gas pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan bahan
bakar minyakjuga menghasilkan gas buangan yang
berbahaya bagi lingkungan.

Limbah gas dapat berasal dari tambang uranium,


pabrik pengolahan-pemurnian-konversi uranium,
operasi reaktor nuklir, dll. Hal yang patut diperhatikan
dalam pembuangan limbah radioaktif gas adalah
aktivitas yang dibuang, bukan konsentrasinya. Efek dari
jumlah aktivitas yang dibuang tergantung pada lokasi,
tinggi cerobong gas, arah, dan kecepatan angin.
Berdasarkan standar IAEA (International Atomic
Energy Agency), limbah radioaktif gas diklasifikasikan
menjadi :

 Kategori 1 : efluen gas yang mengandung


radionuklida dengan konsentrasi ≤ 10-10 Ci/m3.
Gas ini biasanya tidak perlu diolah, langsung
dibuang menuju cerobong.
 Kategori 2 : efluen gas dengan konsentrasi lebih
dari 10-10 Ci/m3 dan ≤ 10-6 Ci/m3. Gas ini
dilewatkan saringan terlebih dahulu kemudian
dilepas ke cerobong.
 Kategori 3 : efluen gas dengan konsentrasi lebih
tinggi dari 10-6 Ci/m3. Sebelum dibuang melalui
cerobong, gas ini perlu diolah dengan teknik
khusus (scrubbing, filtrasi, dll.)
b. Berdasarkan Sumbernya, Jenis limbah dapat dibedakan
menjadi:
1) Limbah rumah tangga disebut juga limbah
domestik.
a) Limbah industry. Limbah industri adalah limbah
yang berasal dari industri. Hasil buangannya
dapat berbentuk padat, cair, dan gas bergantung
benda yang dibuat.
b) Limbah pertanian. Limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan pertanian, contohnya sisa daun-
daunan, ranting, jerami, dan kayu, sedangkan
limbah cair,
c) Limbah minyak. Minyak merupakan bahan
bakar utama pembangkit tenaga pada alat
transportasi maupun industri.Limbah /buangan/
tumpahan minyak dalam proses eksploitasi,
pengangkutan, dan penggunaannya dapat terjadi
akibatkebocoran, kecelakaan, maupun tumpahan
lainnya.
Klasifikasi limbah radioaktif menurut PP 27
tahun 2002 dibagi menjadi :
 Limbah Radioaktif Tingkat Rendah (LRR)
Yaitu limbah radioaktif dengan aktivitas di
atas tingkat aman (clearance level) tetapi di bawah
tingkat sedang, yang tidak memerlukan penahan
radiasi selama penanganan dalam keadaan normal
dan pengangkutan.Contoh LRR adalah limbah
kedokteran nuklir untuk tujuan diagnostik.
 Limbah Radioaktif Tingkat Sedang (LRS)
Limbah dalam kategori ini aktivitasnya masih
cukup tinggi sehingga memerlukan penahan radiasi
(shielding)selama penanganan dalam keadaan normal
dan pengangkutan., tetapi tidak atau sedikit sekali
menghasilkan panas. Contoh LRS adalah limbah
litbang iptek nuklir, limbah teleterapi (Co-60; Cs-137
dll), limbah industri (Am-241; Co-60; Cs-137 dll)
 Limbah Radioaktif Tingkat Tinggi (LRT)
Limbah kategori ini mengandung konsentrasi
aktivitas radionuklida yang tinggi, sehingga perlu
diproses dan dilakukan isolasi terhadap lingkungan
hidup melalui penyimpanannya. Selain aktivitas yang
tinggi, LRT mampu menghasilkan panas yang
berasal dari peluruhan radioaktif tersebut. Contoh
limbah LRT adalah bahan bakar bekas reaktor atau
bahan bakar nuklir.

3. Pengolahan Limbah Radioaktif (Limbah Cair, Padat dan Gas)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10


tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Bab VI Pengelolaan Limbah
Radioaktif Pasal 23, Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh
Badan Pelaksana. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, Pasal 5 dan penjelasannya ditentukan bahwa
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) adalah instansi pengelola
limbah radioaktif.

Selain itu, limbah radioaktif juga diatur dalam Peraturan


pemerintah No. 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Dengan demikian, BATAN merupakan satu-satunya institusi resmi di
Indonesia yang melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif. BATAN
memiliki satu Pusat yang khusus bertugas dalam pengelolaan limbah
radioaktif yaitu Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR). Bagi
industri atau rumah sakit yang menghasilkan limbah radioaktif dapat
mengirim limbahnya ke PTLR. Pengelolaan limbah radioaktif di
Indonesia diawasi pelaksanaannya oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN).

Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan untuk meminimalkan


dosis radiasi yang diterima masyarakat umum <10-1 dosis radiasi
maksimum yang diperkenankan bagi pekerja didaerah radiasi. Batasan
dosis radiasi dari ICRP (International Commission for Radiation
Protection) adalah semua penduduk tidak akan menerima dosis rata-rata 1
rem per orang dalam 30 tahun.

Pada dasarnya kegiatan pengelolaan limbah radioaktif meliputi tahapan :

1. Pengangkutan Limbah

Pengangkutan limbah meliputi kegiatan pemindahan limbah


radioaktif dari lokasi piha penghasil limbah menuju ke lokasi
pengelolaan limbah. Kegiatan pengangkutan harus memenuhi syarat-
syarat keamanan dan keselamatan sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. Perijinan Pengangkutan Limbah
didapat dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).Sarana dan
prasarana yang dipakai pada kegiatan pengangkutan limbah
antara lain :

a) Alat angkut: truck, fork lift, crane, hand crane dan sebagainya
b) Transfer Cask /Kanister
c) Alat monitoring
d) Tanda bahaya radiasi dan tanda bahaya lainnya
e) Sarana keselamatan kerja dan sarana lain yang diperlukan

2. Pra olah (Pre treatment)

Pra olah adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengolahan


agar limbah memenuhi syarat untuk dikelola pada kegiatan
pengelolaan berikutnya.

Kegiatan ini antara lain meliputi :


1) Pengelompokan sesuai dengan jenis dan sifatnya.
2) Preparasi dan analisis terhadapsifatkimia, fisikadankimia fisika
serta kandungan radiokimia
3) Menyiapkan wadah drum, plastik, lembar
identifikasi dan sarana lain yang diperlukan.
4) Pewadahan dalam drum 60, 100, 200 liter atau tempat yang
sesuai.
5) Pengepakan untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan
6) Pengukuran dosis paparan radiasi
7) Pemberian label identifikasi dan pengisian lembar fomulir isian
8) Pengeluaran dari hotcell
9) Penempatan dalam kanister, sehingga memenuhi kriteria
keselamatan pengangkutan

3. Pengolahan

Pengolahan limbah radioaktif adalah proses untuk


mengubah karakteristik dan komposisi limbah radioaktif sehingga
apabila disimpan dan atau dibuang tidak membahayakan masyarakat
dan lingkungan hidup. Tiga prinsip :
a. Pengenceran dan pembauran(dilute and disperse)
b. Penangguhan dan peluruhan (delay and decay)
c. Pengonsentrasian dan pengungkungan( concentration and contain)

Pengolahan limbah radioaktif dilakukan berdasarkan sifat dan jenis


limbah.
1) Pengelolaan Limbah Radioaktif Padat

Pengelolaan limbah radioaktif padat yang berada di PTBN


secara garis besar meliputi : pengumpulan, pengelompokan jenis
limbah, pengepakan dan pengangkutan ke instalasi pengolahan
limbah. Diagram pengelolaan limbah radioaktif padat di PTBN.
Setelah limbah padat radioaktif dimasukkan kedalam kantong
plastik kuning kemudian dikemas di dalam drum. Drum-drum
tersebut kemudian disimpan ditempat penyimpanan sementara di
PTBN. Di tempat penyimpanan sementara ini secara periodik
dilakukan pemeriksaan baik secara visual maupun dengan
menggunakan alat monitor radiasi (survey meter) guna
mengetahui laju paparan dan kontaminasi permukaan untuk
keperluan keselamatan. Proses selanjutnya drum limbah tersebut
kemudian dikirim ke unit pengolahan limbah radioaktif di PTLR.

2) Pengelolaan Limbah Radioaktif Cair

Langkah langkah pengelolaan limbah radioaktif cair di


PTBN adalah sebagai berikut : Apabila tangki limbah telah terisi
limbah cair sebanyak minimal 80 %, maka dilakukan sampling
limbah cair yaitu diambil sebanyak 500 ml. Sampel limbah
tersebut dianalisa di fasilaitas lab. Kimia. Analisa limbah cair ini
dilakukan dengan Titra redoks dan menggunakan alat
Potensiometri. Hasil analisis menentukan proses penanganan
boleh tidaknya limbah tersebut dibuang melalui saluran terpadu
pembuangan limbah cair yang dikelola oleh PTLR. Apabila
aktivitas radioaktifnya melebihi batasan ketentuan yaitu
mengandung U > 50 ppm di dalam cairan, maka limbah cair
tersebut harus dilakukan proses pemungutan uranium terlebih
dahulu.

Adapun analisis kadar uranium dengan Titra redoks dan


menggunakan alat Potensiometri adalah sebagai berikut : Langkah
awal diambil 2 ml cuplikan dipipet dari pada bilik katoda maupun
anoda ditambahkan dengan beberapa tetes HNO3, lalu dipanaskan
hingga kering. Kemudian ditambahkan 2 ml air, 2 ml HCIO4
pekat dipanaskan hingga timbul asap putih, dan didinginkan.
Langkah berikutnya ditambah 10 ml air bebas mineral, 2 ml asam
ammidosulfonat, 16 ml asam fosfat dan 2 mlferro sulfat, setelah
itu dipanaskan hingga suhu 40 0C selama 1 menit. Kemudian
ditambah 4 ml larutan, diaduk dengan pengaduk magnet selama
tiga menit, dan ditambahkan 40 ml larutan vanadium sulfonat 0,4
g/l, kemudian larutan dititrasi dengan 0,027 N kalium bikromat.
Adapun kandungan uranium dihitung menggunakan persamaan
atau

Selanjutnya kadar uranium dalam persen ditentukan dengan


persamaan

dengan:
Vt = Volume titran (ml)
V1 = Volume labutakar (ml)
Vc = Volume cuplikan (ml)
G = Beratcuplikan (mg)
F = Faktorkoreksi (Fk)
(Fk = analisis uranium standar: kadar uranium
secarateoritisdibagipraktis)
Nt = Normalitastitran
BA = Berat Atom
3) Pengelolaan Limbah Radioaktif Gas

Limbah gas harus diolah oleh pihak reactor dengan cara


pengambilan radionuklida menggunakan filter dan karbonaktif.
Filter dan karbonaktif yang sudah jenuh dikirim keinstalasi
pengelolaan limbah radioaktif untuk diolah sebagai limbah padat.
Untuk PLTN 1000 MWe biasanya melepaskan limbah gas
dibawah 1014Bq/tahun. Tabel 2. Merupakan perkiraan timbulnya
limbah gas dari operasi reaktor.Filter bekas diolah dengan cara
super kompaksi atau kompaksi 2 arah, sehingga reduksi volume
yang didapat maksimal. Sedangkan karbonaktif diolah dengan
cara insenerasi, dan abu yang ditimbulkan diimrnobilisasi dengan
semen.
Tabel 2. Perkiraan timbulnya limbah gas darioperasireaktor
Limbah Gas PerkiraanBq/Tahun
Gas Mulia 3,6 x 108
Gas Yodium TakTerdeteksi
Gas Carbon-14 Sangat Kecil

Limbah radioaktif gas dari PLTN biasanya berupa produk fisi (hasil belah)
yang timbul karena reaksi fisi pada bahan bakar yang bias lolos keluar dari
kelongsong bahan bakar. Dalam kondisi operasi normal, jumlah gas hasil fisi yang
bias lolos dari kelongsong bahan bakar sangat kecil. Pembakaran bahan bakar dari
PLTN dibatasi sesuai batas burn-up yang sudah ditetapkan sehingga kerusakan
kelongsong bahan bakar dapat dihindari dan peningkatan Iimbah gas hasil fisi dapat
dicegah. Secara umumIimbah gas yang timbul antara lain adalah gas
mulia(nobblegas), Iodine, Karbon-14 dan Tritium. Gas mulia yang terbentuk adalah
dari produkfisi dan biasanya terbawa dalam bentuk gas antara lain Kr - 85, Kr - 85m,
Kr - 87, Kr - 88, Xe -133 Xe -131m, Xe -133m, Xe -135m, Xe -135 dan Xe- 138.
Terbentuknya Karbon-I4 di dalam system pendingin reactor disebabkan oleh adanya
aktivasi isotop Oksigen-I7 dan Nitrogen-14 oleh netron.Jumlah Karbon-14 terbesar
yang terbentuk disebabkan oleh reaksi O17(n,α) C14, sedangkan jumlah Karbon-I4
yang terbentuk dari reaksi N14 (n, P) C14 jauh lebih sedikit.Limbah radioaktif gas yang
timbul diolah melalui beberapa tangki yang berisi bahan penyerap seperti karbon aktif
dan hepa filter. Sistem Pengolahan Limbah Gas (SPLG) dirancang berfungsi sebagai
tempat peluruhan,kontrol, pelepasan dU. Gas-gas yang timbul diolah sampai
konsentrasi dan kuantitasnya dapat diturunkan sehingga dosis yang diterima oleh
publik di sekitar unit pembangkit akibat pembuangan Iimbah gas tersebut memenuhi
standar yang ditentukan.
SPLG terdiri dari satu tangki drain utama, dua alat pengering limbah gas, dua
tangki charcoal, empattangki tunda berisi karbon aktif, satu High Efficiency
Particlilate Air (HEPA) filter, pipa-pipa termasuk valve-valve dan instrumentasi.
SPLG menggunakan charcoal pada suhu lingkungan untuk menunda gas radioaktif
yang melintasi sistem. Desain operasi banyaknya karbon aktif yang ditempatkan
dalam ttangki harus cukup untuk menyerap sedikitnya 45 hari untuk waktu tunda
Xenon dan sedikitnya 3.5 hari untuk waktu tunda Kripton. Kondisi alat pengering
limbah radioaktif dipasang pada pengolah gas untuk menjaga embun dan temperature
sehingga gas dapat mencapai tangki charcoal.

Gambar 3. Pengelolaanlimbah gas PLTN


HEPA filter dan karbonaktif yang sudah jenuh akan diolah sebagai limbah
padat. Setelah melewati tangki peluruhan, limbah gas mengalir melalui penyaring
partikulat (HEPA), termasuk debu karbonaktif,ditangkap kemudian dipindahkan ke
system bangunan HVAC. HEPA filter dan karbon aktif yang sudah jenuh akan diolah
sebagai limbah padat.
Kegiatan pengelolaan limbah radioaktif padat yang berada di PTBN ditempuh
melalui tahapan-tahapan proses pengumpulan, pengelompokan, pengepakan dan
pengangkutan ke instalasi limbah radioaktif. Hasil kegiatan pengelolaan limbah
radioaktif padat yang berada di PTBN selama tahun 2010 diuraikan sebagai berikut :
1) Pengumpulan
Penyebaran zat radioaktif dari radioaktif limbah dapat membahayakan pekerja
radiasi maupun lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyebaran tersebut
diperlukan wadah yang memadai berupa kantong plastik besar sebagai
penampung limbah radioaktif padat yang dapat menahan limbah dari
kebocoran. Untuk memudahkan identifikasi limbah radioaktif, digunakan
kantong plastik berwarna kuning yang diletakkan di dalam drum limbah dari
bahan logam berwarna kuning. Pelaksanaan pengumpulan limbah dilakukan
secara rutin setiap 2 minggu sekali.

Gambar 4. Penampung limbah radioaktif padat di PTBN.


2) Pengelompokan
Limbah padat yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan menurut
jenisnya yaitu limbah padat yang mudah terbakar (berupa: kertas bekas
penyapu dalam analisis kimia, proses kimiadan lain-lain) dan limbah padat
yang tidak mudah terbakar (berupa :botol bekas zat kimia, peralatan gelas
untuk analisis yang tidak terpakai dan lain-lain). Wadah untuk limbah yang
mudah terbakar dipisahkan dengan limbah yang tidak mudah terbakar. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah penanganan selanjutnya di instalasi
pengolahan limbah radioaktif PTLR.
3) Pengepakan
Pengepakan limbah padat dilakukan di ruang limbah yang terletak di lantai
basement dan lantai dasar. Limbah yang mudah maupun tidak mudah terbakar
dimasukkan kedalam sebuah drum limbah secara terpisah. Limbah yang telah
dimasukkan ke dalam drum dipantau paparan radiasinya sebelum penyegelan
drum. Pengepakan limbah padat dilakukan setiap 6 bulan sekali. Gambar
desain pengepakan limbah padat tersebut seperti

Gambar 5. Desain pengepakan Limbah Padat


4) Pengangkutan
Pengangkutan dilakukan untuk memindahkan limbah dari PTBN ke Instalasi
Pengolahan Limbah Radioaktif. Persiapan-persiapan yang harus ditempuh
sebelum limbah diangkut keluar yaitu:
a) Persediaan wadah untuk menampung limbah yang akan dipindahkan.
Wadah tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan antara
lain kuat dan dapat menahan limbah dari kebocoran.
b) Lokasi yang telah ditentukan untuk pembuangan/penyimpanan limbah.
Sebelum dilakukan pembuangan/penyimpanan limbah padat, lokasi yang
berada di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif harus benar-benar dalam
kondisi aman, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya
c) Surat pemberitahuan pengiriman limbah radioaktif dari Ka. PTBN ke Ka.
PTLR.

A. ManfaatPengolahanLimbahRadioaktif
Pemanfaatan zat radioaktif dalam industry sangat tergantung pada tujuan
pemanfaatan. Adapun zat radioaktif yang digunakan antara lain untuk
Bidang Logging : AmBe-241; Cs-137
Bidang Gauging : Co-60; Cs-137; Sr-90; Am-241
Bidang Irradiator : Co-60
BidangRadiografi : Ir-192; Co-60
Ciri radionuklida, umumnya berbentuk sumber tertutup atau terbungkus dengan
waktuparo yang cukup bervariasi yaitu hari sampai dengan ratusan tahun. Apabila
menggunakan sumber terbuka seperti untuk perunut/tracer dsb, zat radioaktif yang
digunakan yang mempunyai waktuparo yang relative pendek antara lain P-32, Cr-51.
Limbah Radioaktif dari Kesehatan dan Penelitian Zat radioaktif dalam pemanfaatan
bidangkesehatan untuk terapi digunakan zat radioaktif sumber tertutup dengan
aktivitas yang relative tinggi dan waktuparo yang lama seperti:
Teleterapi : Co-60; Cs-137; Ir-192
Brakhiterapi : Ra-226; Cs-137
Sedangkan untuk pemanfaatan sumber terbuka yaitu untuk kedokteran nuklir baik
untuk keperluan diagnostic maupun terapi, zatradioaktif yang digunakan yang
umumnya mempunyai waktuparo yang relative pendek atau kurang dari 100
hariseperti l-125; l-131. Oleh karenanya pengelolaan limbah yang digunakan adalah
prinsip 'pengenceran dan pembauran' sertaprinsip 'penangguhan dan peluruhan'.

B. Peraturan Pemerintah Tentang Pengolahan Limbah Radioaktif


Pengelolaan limbah radioaktif merupakan salah satu aspek dari kegiatan
pemanfaatan tenaga nuklir yang harus mendapat pengaturan dan pengawasan secara
memadai, mengingat potensi bahaya radiasi limbah radioaktif tersebut. Hal ini sejalan
dengan norma dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 tentang
ketenaganukliran, yang mewajibkan bahwa untuk setiap kegiatan yang berkaitan
dengan pemanfaatan tenaga nuklir harus memperhatikan keselamatan, keamanan,
ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat, perlindungan terhadap
lingkungan hidup.

Tujuan pengelolaan limbah radioaktif (Ps 4 ayat (1)) adalah untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari
bahaya radiasi dan atau kontaminasi.

Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 masalah pengelolaan limbah


dibahas dalam Bab VI Pasal 22 s.d. 27. Pasal 24 yang menyatakan :

(1) Bahwa penghasil limbah tingkat rendah dan tingkat sedang wajib
mengumpulkan, mengelompokkan atau mengolah dan menyimpan
sementara limbah tersebut sebelum diserahkan ke BATAN.
(2) Penghasil limbah radioaktif tingkat tinggi, wajib menyimpan sementara
selama operasi reaktor.
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No.10 Pasal 27, telah diterbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) No.27 tahun 2002 tentang pengelolaan limbah radioaktif, yang
mengatur tentang :
 Tujuan pengelolaan selain untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
pekerja, masyarakat dan lingkungan juga dimaksudkan agar generasi
mendatang tidak terbebani oleh bahaya radiasi dan kontaminasi dari limbah
radioaktif yang dihasilkan saat ini.
 Manajemen perizinan dimana keputusan untuk pemanfaatan zat radioaktif
harus sudah mempertimbangkan terhadap pengelolaan limbah yang akan
dilakukan nantinya.
 Tanggung jawab BATAN sebagai Badan Pelaksana dan kewajiban Penghasil
Limbah Radioaktif.
 Pelarangan wilayah Indonesia sebagai tempat penyimpanan limbah radioaktif
dari pemanfaatan luar negeri.
 Pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan limbah radioaktif.
 Pengolahan limbah radioaktif dari tambang nuklir dan non nuklir.
Limbah radioaktif dalam Undang-undang didefinisikan sebagai zat radioaktif
dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif
karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi dan
pengertian pengelolaan limbah radioaktif adalah kegiatan yang meliputi
pengumpulan, penampungan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif serta pemonitoran limbah
radioaktif tersebut di lingkungan. Untuk kegiatan pengelolaan limbah radioaktif
sampai dengan penyimpanan lestari dilaksanakan oleh Badan Pelaksana
(BATAN) yang dapat bekerja sama dengan atau menunjuk BUMN, koperasi,
dan/atau badan swasta lainnya. Sedangkan tugas pengawasan pemanfaatan tenaga
nuklir termasuk pula di dalamnya pengelolaan limbah radioaktif.
Sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang yang menyangkut pengelolaan
limbah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif. Selain itu ada Keputusan Kepala BAPETEN Nomor 03/ Ka-
BAPETEN/ V-99 tertanggal 5 Mei 1999 tentang ketentuan Keselamatan untuk
Pengelolaan Limbah Radioaktif yang berisi bahwa penghasil limbah dapat
melakukan pengelolaan limbah radioaktifnya sebelum hasil akhir dikirim ke
BATAN dan khusus untuk hasil pengelolaan yang telah mencapai tingkat tertentu
atau tingkat aman (clearance level), diperbolehkan untuk dilepas ke lingkungan
setelah mendapat persetujuan BAPETEN. Keputusan Kepala tersebut sudah
saatnya direvisi dan disesuaikan dengan peraturan di atasnya.

Anda mungkin juga menyukai