Materi Fisika Radiasi
Materi Fisika Radiasi
OLEH
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Masril, M.Si
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
RANGKUMAN
Limbah radioaktif umumnya berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik
pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun
pemanfaatan nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.Sumber limbah radioaktif
berasal dari Alam, Industri-industri yang memanfaatkan nuklir,Bahan bakar bekas dari
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Tipe-Tipe Limbah Radioaktif Ditinjau secara Kimiawi. Limbah ditinjau secara
kimiawi, terdiri atas:
1) Limbah organik,
2) Limbah anorganik
Limbah radioaktif adalah zat radioaktif yang tidak terpakai dan bahan
bekas serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif
karena operasi nuklir dan tidak dapat digunakan lagi.Limbah radioaktif
umumnya berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan
untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun
pemanfaatan nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit. Sumber limbah
radioaktif berasal dari :
a) Alam
Sumber radioakif ini memang sudah ada di alam seperti: pada
tambang uranium, pasir thorium, bahan-bahan yang mengandung K-40.
Lingkungan kita sendiri sebenarnya telah mendapat radioaktif alam
seperti dari tanah, sinar cosmic (75 – 100 mrem/th) sebagai akibat dari
peluruhan Uranium dan Thorium.
b) Industri-industri yang memanfaatkan nuklir.
Material (bahan struktur) yang terkena radiasi sehingga menjadi
materi aktif atau materi yang berasal dari laboratorium riset yang
menggunakan radioaktif.
c) Bahan bakar bekas dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
PLTN mengunakan batang – batang bahan bakar dengan rentang
usia setiap tiga tahun. Tiap tahun sekitar seperi tiga batang bahan bakar
yang habis dibuang dan disimpan dalam lembah pendinginan, baik
didalam lokasi reactor maupun di tempat lain . PLTN modern umumnya
membuang sekitar 30 ton bahan bakar yang teleh habis per reactor setiap
tahunnya.sedikit dari limbah ioni masih dapat didaur ulang dan kembali
digunakan. Sebenarnya daur ulang justru meningkatkan volume limbah
radioaktif, namun seperti dalam kasus limbah militer, limbah dari daur
ulang limbah sebelumnya ini lebih lemah dalam jangka panjang. Walau
begitu limbah dari daur ulang juga harus dibuang dengan hati-hati.
a. Golongan I
Konsentrasi radionuklida sama atau lebih
rendah dari 10-6 Ci/m3. Tidak diolah dan langsung
dibuang ke lingkungan.
b. Golongan II
Limbah radioaktif dengan konsentrasi
radionuklida lebih tinggi dari 10-6 Ci/m3 dan sama
atau lebih rendah dari 10-3 Ci/m3. Diolah dengan
metode biasa (evaporasi, penukar ion, dan secara
kimia) dan tidak diperlukan penahan radiasi untuk
peralatan.
c. Golongan III
Limbah radioaktif dengan konsentrasi
radionuklida lebih tinggi dari 10-3 Ci/m3 dan sama
atau lebih rendah dari 0,1 Ci/m3. Diolah dengan
metode biasa (evaporasi, penukar ion, dan secara
kimia) dan diperlukan penahan radiasi untuk
peralatan.
d. Golongan IV
Limbah radioaktif dengan konsentrasi
radionuklida lebih tinggi dari 0,1 Ci/m3 dan sama
atau lebih rendah dari 104 Ci/m3. Diolah dengan
metode biasa (evaporasi, penukar ion, dan secara
kimia) dan diperlukan penahan radiasi untuk
peralatan.
e. Golongan V
Limbah cairdengan konsentrasi radionuklida
lebih tinggi dari 104 Ci/m3. Sebelum diolah,
disimpan, dan diperlukan pendinginan.
3) Limbah gas
1. Pengangkutan Limbah
a) Alat angkut: truck, fork lift, crane, hand crane dan sebagainya
b) Transfer Cask /Kanister
c) Alat monitoring
d) Tanda bahaya radiasi dan tanda bahaya lainnya
e) Sarana keselamatan kerja dan sarana lain yang diperlukan
3. Pengolahan
dengan:
Vt = Volume titran (ml)
V1 = Volume labutakar (ml)
Vc = Volume cuplikan (ml)
G = Beratcuplikan (mg)
F = Faktorkoreksi (Fk)
(Fk = analisis uranium standar: kadar uranium
secarateoritisdibagipraktis)
Nt = Normalitastitran
BA = Berat Atom
3) Pengelolaan Limbah Radioaktif Gas
Limbah radioaktif gas dari PLTN biasanya berupa produk fisi (hasil belah)
yang timbul karena reaksi fisi pada bahan bakar yang bias lolos keluar dari
kelongsong bahan bakar. Dalam kondisi operasi normal, jumlah gas hasil fisi yang
bias lolos dari kelongsong bahan bakar sangat kecil. Pembakaran bahan bakar dari
PLTN dibatasi sesuai batas burn-up yang sudah ditetapkan sehingga kerusakan
kelongsong bahan bakar dapat dihindari dan peningkatan Iimbah gas hasil fisi dapat
dicegah. Secara umumIimbah gas yang timbul antara lain adalah gas
mulia(nobblegas), Iodine, Karbon-14 dan Tritium. Gas mulia yang terbentuk adalah
dari produkfisi dan biasanya terbawa dalam bentuk gas antara lain Kr - 85, Kr - 85m,
Kr - 87, Kr - 88, Xe -133 Xe -131m, Xe -133m, Xe -135m, Xe -135 dan Xe- 138.
Terbentuknya Karbon-I4 di dalam system pendingin reactor disebabkan oleh adanya
aktivasi isotop Oksigen-I7 dan Nitrogen-14 oleh netron.Jumlah Karbon-14 terbesar
yang terbentuk disebabkan oleh reaksi O17(n,α) C14, sedangkan jumlah Karbon-I4
yang terbentuk dari reaksi N14 (n, P) C14 jauh lebih sedikit.Limbah radioaktif gas yang
timbul diolah melalui beberapa tangki yang berisi bahan penyerap seperti karbon aktif
dan hepa filter. Sistem Pengolahan Limbah Gas (SPLG) dirancang berfungsi sebagai
tempat peluruhan,kontrol, pelepasan dU. Gas-gas yang timbul diolah sampai
konsentrasi dan kuantitasnya dapat diturunkan sehingga dosis yang diterima oleh
publik di sekitar unit pembangkit akibat pembuangan Iimbah gas tersebut memenuhi
standar yang ditentukan.
SPLG terdiri dari satu tangki drain utama, dua alat pengering limbah gas, dua
tangki charcoal, empattangki tunda berisi karbon aktif, satu High Efficiency
Particlilate Air (HEPA) filter, pipa-pipa termasuk valve-valve dan instrumentasi.
SPLG menggunakan charcoal pada suhu lingkungan untuk menunda gas radioaktif
yang melintasi sistem. Desain operasi banyaknya karbon aktif yang ditempatkan
dalam ttangki harus cukup untuk menyerap sedikitnya 45 hari untuk waktu tunda
Xenon dan sedikitnya 3.5 hari untuk waktu tunda Kripton. Kondisi alat pengering
limbah radioaktif dipasang pada pengolah gas untuk menjaga embun dan temperature
sehingga gas dapat mencapai tangki charcoal.
A. ManfaatPengolahanLimbahRadioaktif
Pemanfaatan zat radioaktif dalam industry sangat tergantung pada tujuan
pemanfaatan. Adapun zat radioaktif yang digunakan antara lain untuk
Bidang Logging : AmBe-241; Cs-137
Bidang Gauging : Co-60; Cs-137; Sr-90; Am-241
Bidang Irradiator : Co-60
BidangRadiografi : Ir-192; Co-60
Ciri radionuklida, umumnya berbentuk sumber tertutup atau terbungkus dengan
waktuparo yang cukup bervariasi yaitu hari sampai dengan ratusan tahun. Apabila
menggunakan sumber terbuka seperti untuk perunut/tracer dsb, zat radioaktif yang
digunakan yang mempunyai waktuparo yang relative pendek antara lain P-32, Cr-51.
Limbah Radioaktif dari Kesehatan dan Penelitian Zat radioaktif dalam pemanfaatan
bidangkesehatan untuk terapi digunakan zat radioaktif sumber tertutup dengan
aktivitas yang relative tinggi dan waktuparo yang lama seperti:
Teleterapi : Co-60; Cs-137; Ir-192
Brakhiterapi : Ra-226; Cs-137
Sedangkan untuk pemanfaatan sumber terbuka yaitu untuk kedokteran nuklir baik
untuk keperluan diagnostic maupun terapi, zatradioaktif yang digunakan yang
umumnya mempunyai waktuparo yang relative pendek atau kurang dari 100
hariseperti l-125; l-131. Oleh karenanya pengelolaan limbah yang digunakan adalah
prinsip 'pengenceran dan pembauran' sertaprinsip 'penangguhan dan peluruhan'.
Tujuan pengelolaan limbah radioaktif (Ps 4 ayat (1)) adalah untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari
bahaya radiasi dan atau kontaminasi.
(1) Bahwa penghasil limbah tingkat rendah dan tingkat sedang wajib
mengumpulkan, mengelompokkan atau mengolah dan menyimpan
sementara limbah tersebut sebelum diserahkan ke BATAN.
(2) Penghasil limbah radioaktif tingkat tinggi, wajib menyimpan sementara
selama operasi reaktor.
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No.10 Pasal 27, telah diterbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) No.27 tahun 2002 tentang pengelolaan limbah radioaktif, yang
mengatur tentang :
Tujuan pengelolaan selain untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
pekerja, masyarakat dan lingkungan juga dimaksudkan agar generasi
mendatang tidak terbebani oleh bahaya radiasi dan kontaminasi dari limbah
radioaktif yang dihasilkan saat ini.
Manajemen perizinan dimana keputusan untuk pemanfaatan zat radioaktif
harus sudah mempertimbangkan terhadap pengelolaan limbah yang akan
dilakukan nantinya.
Tanggung jawab BATAN sebagai Badan Pelaksana dan kewajiban Penghasil
Limbah Radioaktif.
Pelarangan wilayah Indonesia sebagai tempat penyimpanan limbah radioaktif
dari pemanfaatan luar negeri.
Pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan limbah radioaktif.
Pengolahan limbah radioaktif dari tambang nuklir dan non nuklir.
Limbah radioaktif dalam Undang-undang didefinisikan sebagai zat radioaktif
dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif
karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi dan
pengertian pengelolaan limbah radioaktif adalah kegiatan yang meliputi
pengumpulan, penampungan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif serta pemonitoran limbah
radioaktif tersebut di lingkungan. Untuk kegiatan pengelolaan limbah radioaktif
sampai dengan penyimpanan lestari dilaksanakan oleh Badan Pelaksana
(BATAN) yang dapat bekerja sama dengan atau menunjuk BUMN, koperasi,
dan/atau badan swasta lainnya. Sedangkan tugas pengawasan pemanfaatan tenaga
nuklir termasuk pula di dalamnya pengelolaan limbah radioaktif.
Sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang yang menyangkut pengelolaan
limbah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif. Selain itu ada Keputusan Kepala BAPETEN Nomor 03/ Ka-
BAPETEN/ V-99 tertanggal 5 Mei 1999 tentang ketentuan Keselamatan untuk
Pengelolaan Limbah Radioaktif yang berisi bahwa penghasil limbah dapat
melakukan pengelolaan limbah radioaktifnya sebelum hasil akhir dikirim ke
BATAN dan khusus untuk hasil pengelolaan yang telah mencapai tingkat tertentu
atau tingkat aman (clearance level), diperbolehkan untuk dilepas ke lingkungan
setelah mendapat persetujuan BAPETEN. Keputusan Kepala tersebut sudah
saatnya direvisi dan disesuaikan dengan peraturan di atasnya.