Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik


itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus,
dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan
alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka
kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan
penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem
muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan
membahayakan jiwa.
Osteomyelitis adalah suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-
struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh
struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah
banyak dikembangkan tentang bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan
tepat. Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli
bedah plastik, ahli penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli
fisioterapi yang berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang
optimal bagi penderita. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat
berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak
dengan lingkungan luar tubuh. Referat ini berusaha merangkum mengenai
patogenesis, diagnosis, dan tatalaksana dari infeksi muskuloskeletal tersebut.
2.3.Osteomielitis pada Tulang Lain
1.3.1. Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat
perluasan infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi
bisa setempat atau difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit
sekali. Dibawah ini adalah gambaran CT-SCAN kepala pada pasien
dengan Osteomielitis Tuberkulosis (Raut, et al., 2004).

Fig 1. Lateral radiograph shows large circumscribed lytic lesion in frontal


bone.
Fig 2. Anteroposterior radiograph demonstrates a large frontoparietal lytic
lesion suggestive of diffuse spreading type.
Fig 3. Frontal radiograph shows a lytic lesion with a sclerotic margin.
Fig 4A. Contrast-enhanced axial CT scan shows peripherally enhancing
epidural collection in left frontal region with bone defect and scalp
swelling.
Fig 4B. Axial CT with a bone window shows left frontal calvarial defect
destroying both inner and outer tables. Note the bony sequestration.
Fig 5. Contrast-enhanced coronal CT scan shows right frontal epidural
collection with subgaleal soft tissue. Note the circumscribed area of
encephalomalacia of CSF attenuation.

Fig 6A. Coronal CT scan demonstrates a peripherally enhancing epidural


collection over parietal region, crossing the midline associated with
subgaleal soft tissue. On subsequent imaging, superior sagittal sinus
showed no evidence of filling defect. The sinus tract is seen.
Fig 6B, Coronal bone window demonstrates destruction of right parietal
bone.

1.3.2. Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi
gigi. Namun, infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada
mulut. Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering
dan diikuti hygiene oral yang buruk dan kerusakan gigi. Berikut ini
gambaran radiologi pada osteomyelitis mandibular (Mehra. Et al., 2013).

Explanation: A panoramic radiograph was taken: which revealed bifocal


radiolucent areas extending between left mandibular first premolar and
third molar.

Explanation: In the right hemimandible, in pre molar region is visible


osteolysis area bounded by reactive osteosclerosis, open on the vestibular
surface with periosteal reaction and some bone seizures in context.

1.3.3. Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian
sayap tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi
sakroiliaka jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang
yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan sekuester yang multipel.
Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses
dan fistula.
Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat,
dan pada tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam
diagnosis diferensial perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis
pubis yang merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung
kemih atau , jarang akibat operasi pelvis lainnya.

Explanation: X-ray showing signs of osteitis or osteomyelitis at the pubic


symphysis (reactive sclerosis, rarefaction, osteolysis and joint irregularity)
(Dunk, 2010).

1.3.4. Osteomielitis Pada Tulang Belakang


Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi
osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang
memiliki perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar
dengan cepat dari ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan
vertebra. Sumber bakteremia termasuk dari saluran kemih (terutama di
kalangan pria di atas usia 50), abses gigi, infeksi jaringan lunak, dan
suntikan IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia tersebut tidak
tampak pada lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki riwayat
penyakit sendi degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa
melaporkan terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka
tembus dan prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat
menyebabkan osteomielitis vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal
pada diskus vertebra.
Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh
infeksi tulang (Epstein, 1976), dan dapat muncul pada seluruh usia.
Kuman penyebab terbanyak ialah Staphylococcus aureus dan Eschericia
coli. Pasien yang menderita penyakit ini sering memiliki riwayat infeksi
kulit atau pelvis. Penyebaran infeksi biasanya menuju badan vertebra
daripada bagian yang lainnya, dan pada bagian yang mengandung banyak
darah. Badan vertebrae memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di
bawah end plate dimana terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan
sehingga berpotensi untuk terjadi infeksi.
Explanation:
A, T1-weighted sagittal MRI. B, T2-weighted sagittal MRI.
These nicely show the classic appearance of vertebral osteomyelitis.
The classic presentation of vertebral osteomyelitis is infiltration of two
adjacent vertebral bodies and the intervertebral disk space. An epidural
abscess is present posterior to L3 (arrow) (Ursprung, et al., 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Dunk, Rikke Arildsen & Jens Langhoff-Roos. BMJ Case Report. Osteomyelitis of the
pubic symphysis after spontaneous vaginal delivery. 2010. Doi :
10.1136/bcr.01.2010.2610.R1

Mehra, Heman, et al., Craniomaxillofac Trauma Reconstruction. Chronic Suppurative


Osteomyelitis of Mandible: A Case Report. India: 2013 Sep; 6(3): 197–200.

Raut, Abhijit A., et al., American Journal of Neuroradiology. Imaging Features of


Calvarial Tuberculosis: A Study of 42 Cases. 2004, 25 (3) 409-414.

Ursprung , William M., et al.,Journal of Manipulative and Physiological


Therapeutics. Vertebral Osteomyelitis: A Case Report Of A Patient Presenting With
Acute Low Back Pain. 2005. Doi:10.1016/j.jmpt.2005.09.011

Anda mungkin juga menyukai