Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) merupakan kelainan
perkembangan yang diturunkan secara geneik akibat adanya gangguan pada gen
transporter dopamine dan gen reseptor dopamine D4. Gangguan tersebut terjadi pada
system dopamineregik dan non-adronergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-
frontal dan sirkuit tronto-striatal (Ikatan Dokter Indonesia, 2010)
ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) merupakan suatu kelainan yang
nik dicirikan dengan sangat hiperaktif, impulsive dan anak tidak mampu bersosialisasi
denga baik (Soetjiningsih, 2006)
Menurut Martaniah (2001), ADHD merupakan suatu gangguan yang mengandung
dua komponen, yaitu; tidak mempunyai perhatian, tidak dapat mengikuti perintah yang
disertai hiperaktivitas dan impulsivitas
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006), ADHD menjelaskan kondisi anak-anak
yang memperlihatkan simtom-simtom kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsive yang
dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar akivitas hidup mereka

2. Etiologi
Penyebab pasti dan patologi ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
masih belum terungkap secara jelas. Seperti halnya gangguan autis, ADHD merupakan
suatu kelainan yang bersifat multifactor (Husnah, 2007)
Menurut Ikatan Dokter Indonesia(2010), banyak factor yang dianggap sebagai
penyebab gangguan ini, diantaranya :
a. Faktor Genetic
Factor Genetic memegang peranan terbesar terjadinya gangguan perilaku
ADHD. Beberapa penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa hiperaktivitas
yang terjadi pada seorang anak selalu disertai adanya riwayat gangguan yang
sama dalam keluarga setidaknya satu orang dalam keluarga dekat
Menurut Fanu (dalam Husnah, 2007), perbedaan-perbedaan pada fungsi dan
kimiawi otak seperti ini kemungkinan besar disebabkan oleh factor keturunan
karena ia dapat diwariskan secara genetik
b. Faktor perkembangan janin
Ketika memasuki masa kehamilan sang ibu pernah mengalami masalah dalam
kandungannyadan memasuki masa kelahiran terjadi gangguan pada proses

1
persalinan. Penggunaan forceps dan obat secara berlebihan dapat
menyebabkan hiperaktivitas pada anak
c. Penggunaan alcohol oleh ibu selama kehamilan
Zat-zat yang terkandung dalam alcohol terutama bahan kimiawi dapat
menyebabkan bayi mengalami gangguan hiperaktivitas
d. Keracunan dan kontaminasi lingkungan
Polusi udara dengan kandungan timbal yang tinggi dapat menyebabkan
hiperaktivitas pada anak
e. Alergi makanan
Beberapa peneliti mengungkapkan penderita ADHD mengalami alergi
terhadap makanan, teori Feingold menduga bahwa salisilat mempunyai efek
kurang baik terhadap tingkah laku anak, serta teori bahwa gula merupakan
substansi yang merangsang hiperaktivitas pada anak
f. Lingkunga fisik dan pola asuh oleh orang tua
Keluarga yang tidak harmonis misalnya perceraian orang tua, sering terjadinya
pertengkaran, perang tanggungjawab orang tua buruk dapat membuat anak
menjadi terabaikan. Begitu juga dengan pola asuh lingkungan yang tidak
disiplin dan tidak teratur, perbedaan perhatian dan kasih saying dalam
keluarga, dan lain-lain
g. Aktifitas otak yang berlebihan
Penelitian neuropsikologi menunjukkan kortek frontal dan sirkuit yang
menghubungkan fungsi eksekutif bangsal ganglia. Dopaminergic dan
noradrenergic neurotransmission merupakan target utama dalam pengobatan
ADHD. Perubahana lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertai
perubahan struktur dan anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan
terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang belebihan
yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam perkembangan
hubungan anak dan orang tua serta lingkungan sekitar. Pada pemeriksaan
radiologis otak PET (position emission tomography) didapatkan gambaran
bahwa pada anak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih
dominan didapatkan aktivitas otak yang berlebihan dibandingkan anak yang
normal dengan mengukur kadar gula yang didapatkan perbedaan yang
signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal

2
3. Manifestasi Klinis
ADHD ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas yang
mana ini terlihat pada kehidupan awal anak-anak. Biasanya gejala hiperaktifitas dan
impulsivitas mendahului inatensi. Gejala yang berbeda dapat muncul pada tempat yang
berbeda dan tergantung pada situasi. Anak-anak bisa jadi tidak dapat duduk dengan
tenang di kelasnya atau suka mengacau di sekolah, sedangkan tipe inatensi sering
terlihat melamun.
a. Anak Impulsif
Anak yang impulsif suka bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, sehingga
sering dianggap memiliki masalah dengan kedisiplinan. Anak yang impulsif
terlihat tidak mampu berpikir sebelum bertindak, sering mengatakan sesuatu
yang tidak sesuai tanpa dipikirkan dahulu, memperlihatkan emosinya tanpa
mampu mengendalikannya. Impulsivitas ini membuat anak sulit menunggu
sesuatu yang mereka inginkan atau menunggu giliran untuk bermain. Mereka
dapat merampas mainan dari anak lainnya atau memukul anak lain saat
mereka kalah. Pada remaja dan dewasa, mereka lebih memilih mengerjakan
sesuatu dengan segera walaupun gajinya kecil dibandingkan melakukan
sesuatu dengan gaji besar namun penghargaan yang diterimanya tidak segera
didapat.
b. Anak hiperaktif
Anak yang hiperaktif biasanya akan terus bergerak. Mereka suka
menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya, menyentuh atau bermain dengan
apa saja yang dilihatnya, atau bicara tanpa henti. Anak tersebut menjadi sangat
sulit untuk duduk diam saat makan ataupun di sekolah. Mereka suka
menggeliat dan gelisah di tempat duduknya atau suka mengelilingi kamar.
Mereka juga suka menggoyang-goyangkan kakinya, menyentuh segala
sesuatu, atau membuat keributan dengan mengetuk-ketukan pensilnya.
Sedangkan remaja atau orang dewasa yang hiperaktif lebih sering
merasakankegelisahan dalam dirinya. Mereka sering memilih untuk tetap
sibuk dan melalukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.
c. Anak Inatensi
Anak dengan tipe inatensi susah memusatkan perhatiannya pada satu hal,
perhatiannya mudah beralih pada suara-suara yang didengarnya atau apa saja
yang dilihatnya, dan mudah bosan dengan tugasnya setelah beberapa menit.
Bila mereka melakukan sesuatu yang sangat disukainya, mereka tidak
kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tetapi pemusatan perhatian yang
3
disengaja, perhatian untuk mengatur dan melengkapi tugas atau belajar sesuatu
yang baru sangatlah sulit. Anak-anak tersebut sering lupa mengerjakan
pekerjaan rumahnya atau meninggalkan tugasnya di sekolah. Mereka juga
sering lupa membawa buku atau salah membawa buku. Bila pekerjaan
rumahnya sudah selesai, biasanya banyak sekali kesalahan dan bekas hapusan.
Adanya pekerjaan rumah sering disertai frustasi baik pada anak maupun pada
orang tua anak tersebut. Anak tipe ini juga jarang sekali dapat mengikuti
perintah, sering kehilangan barang seperti mainan, pensil, buku, dan alat-alat
untuk mengerjakan tugas; mudah beralih dari aktivitas yang belum
diselesaikannya ke aktivitas lainnya.
Anak dengan tipe dominan inatensi sering terlihat melamun, mudah bingung,
bergerak lambat, dan letargis. Mereka sulit memproses suatu informasi secara
cepat dan akurat dibandingkan anak-anak lain. Saat gurunya memberikan
perintah langsung maupun tertulis, anak-anak tipe ini membutuhkan waktu
yang lama untuk mengerti apa yang harus mereka lakukan dan mereka
seringkali membuat kesalahan. Walaupun anak terlihat dapat duduk diam,
tidak mengacau, dan bahkan terlihat serius bekerja namun sesungguhnya anak-
anak ini tidak mengerti sepenuhnya apa tugasnya.
Semua anak ADHD terkadang terlihat gelisah, terkadang bertindak tanpa
berpikir, terkadang dapat terlihat melamun. Saat hiperaktifitas anak,
distraktibilitas, konsentrasi yang kurang, atau impulsivitas mulai berpengaruh
pada penampilan anak disekolah, hubungan sosial dengan anak lain, atau
perilaku anak di rumah maka terjadinya ADHD dapat diperkirakan

4. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang
meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta
yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang
baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf
pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang
berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi,
potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran
kulit.
4
Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya
perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka
angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang
diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih
baik.

5. Klasifikasi
Menurut wong (dalam supartini 2004) bahwa bermain diklasifikasikan
1. Berdasarkan isinya :
a) Bermain efektif social (social efektif play)
Permainan ini adalah adanya hubungan intrapersonal yang
menyenangkan antar anak dan orang lain.misalnya bayi akn mendapat
kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dari orang
tua atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “ cilukbaa”.
Atau bercerita sambil tersenyum tertawa.
b) Bermain untuk bersenang senang ( sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan
pasir anak akan membuat gunung gunung atau benda benda apah saja yang
dapat dibentuk dengan pasir.
c) Permainan keterampilan ( skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak. Khususnya
motorik dan halus. Misalnya bayi akan memegang benda benda kecil dan
bisa memindahkan dari tempat satu ketempat lain.
d) Permainan symbolik atau pura pura (dramatik play role)
Permainan ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak bberceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa.
Misalnya ibu guru, ibunya, bapaknya, kakanya, sebagai yang ia ingin
ditiru. Apabila anak bermain dengan temannya akan terjadi percakapan di
antara mereka tentang peran atau yang mereka tiru.
2. Berdasarkan permainan :
a) Permainan (games)
Yaitu jenis permainan dengan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau
dengan temanya. Banyak sekali jenis permainan ini yang dimulai dari sifat
5
tradisional maupun modern.seperti ular tangga, congklak, puzlle dan lain
lain.
b) Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviuor)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit jinjit, bungkuk, bungkut, memainkan kursi meja, atau apah
saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun sibuk dengan bajunya atau
benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan permainan tertentu dan
situasi atau objek yang ada disekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan.
3. Berdasarkan karakter social:]
a) Solitary play
b) Parallel play
c) Associative play
d) Cooperative play
e) Onlooker play

6. Pemeriksaan penunjang
a) Anamnesis
1. Riwayat penyakit sekarang
sesuai dengan kriteria ADHD berdasarkan DSM IV.

2. Riwayat penyakit dahulu


Temukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki interaksi
negatif dengan ADHD atau pengobatannya seperti: antikonvulsan,
antihipertensi, obat yang mengandung kafein, pseudoefedrin, monoamin
oxidase inhibitors (MAOIs).

Temukan pula adanya penyakit yang memiliki interaksi negatif dengan


ADHD atau pengobatannya seperti: penyakit arterial (mayor), glaukoma
sudut sempit, trauma kepala, penyakit jantung, palpitasi, penyakit hati,
hipertensi, kehamilan, dan penyakit ginjal.

Temukan pula adanya kelainan psikiatrik karena 30-50% penderita ADHD


disertai dengan kelainan psikiatrik. Adapun kelainan psikiatrik yang
dimaksud antara lain: gangguan cemas, gangguan bipolar, gangguan
perilaku, depresi, gangguan disosiasi, gangguan makan, gangguan cemas
menyeluruh, gangguan mood, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik
atau tanpa agorafobia, gangguan perkembangan perfasif, Posttraumatic
6
stress disorder (PTSD), psikotik, fobia sosial, gangguan tidur,
penyalahgunaan zat, sindrom Tourette’s atau gangguan Tic, dan
komorbiditas somatik (tidak ada komorbiditas somatik yang berhubungan
dengan ADHD).

3. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD atau
mengalami gejala seperti yang tercantum dalam criteria DSM IV

4. Riwayat sosial
Meliputi: interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum, keadaan
di sekolah, dan disfungsi keluarga

b) Pemeriksaan fisik :
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD karena pada
penderita ADHD menunjukkan gejala yang sedikit pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda vital, tinggi badan, berat
badan, tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan fisik umum termasuk penglihatan,
pendengaran dan neurologis. Tidak ada pemeriksaan fisik dan laboratorium
yang spesifik untuk ADHD. Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara seksama,
mungkin dapat membantu dalam menegakkan diagnosa, dan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain.5

c) Pemeriksaan psikologis (mental)


Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi menghisap,
kontrol impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental seperti: tes
intelegensia, tes visuomotorik, tes kemampuan bahasa, dan lain-lain.

d) Pemeriksaan Laboratorium
1. Liver Function Test
2. Complete blood cell counts
e) Pemeriksaan Imaging
1. MRI
2. PET (Positron Emision Tomography)

7
7. Penatalaksanaan
Penanganan holistik anak ADHD yang terbaik adalah:
1. Farmakoterapi (Medikamentosa)
2. Terapi perilaku
3. Kombinasi pengobatan medikamentosa dengan terapi perilaku
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai anak ADHD.

a. Terapi Medika mentosa


Penggunaan obat-obatan dalam terapi ADHD berperan sebagai CNS
stimulant, meliputi sediaan short dan sustained-release seperti methylphenidate,
dextroamphetamine, kombinasi dextroamphetamine dan amphetamine salt. Salah
satu keuntungan sediaan sustained-release untuk anak-anak adalah satu dosis di
pagi hari akan bertahan efeknyasepanjang hari sehingga anak-anak tidak perlu
minum dosis kedua maupun ketiga saat kegiatan di sekolah berlangsung.
Keuntungan lain adalah dipertahankannya obat ini pada level tertentu dalam
tubuh sepanjang hari sehingga fenomena rebound dan munculnya iritabilitas
dapat dihindari. FDA (The Food and Drug Administration) menyarankan
penggunaan dextroamphetamine pada anak-anak berusia 3 tahun atau lebih dan
methylphenidate pada anak-anak berusia 6 tahun atau lebih. Kedua obat inilah
yang paling sering dipakai untuk terapi ADHD.kaplan

Terapi second line meliputi antidepresan seperti bupropion, venlafaxine


dan juga terdiri dari Agonis reseptor α-Adrenergik seperti clonidine dan
guanfacine. Obat antidepresan sebaiknya diberikan bila pemberian obat
psikostimulan tidak efektif hasilnya untuk anak ADHD5.

Psikostimulan menstimuli area yang mengalami penurunan aktivasi hingga


dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi. Ternyata efek methylphenidate sangat
baik terhadap anak ADHD dimana anak ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan
adrenalin di sinaps,

sedangkan methylphenidate bekerja untuk menghambat reuptake dopamin


dan noradrenalin kembali ke sel syaraf. Efek methylphenidate menstimulasi
korteks serebral dan struktur sub kortikal5.

Efek samping psikostimulan yang tersering adalah insomnia,


berkurangnya nafsu makan sampai berat badan menurun, kadang-kadang sakit
kepala. Bila sebelum dan saat pengobatan anak ADHD menunjukkan gejala

8
sukar makan, maka perlu diberikan vitamin untuk nafsu makan. Bila timbul
efek samping sukar tidur, sebaiknya pemberian malam hari tak dilakukan,
dilakukan membaca terlebih dahulu sebelum tidur (bedtime reading), dapat
diberikan obat tidur bila sangat diperlukan.5,6

b. Terapi Perilaku
1. Intervensi pendidikan dan sekolah
Hal ini penting untuk membangun kemampuan belajar anak :

Psikoterapi : pelatihan ADHD, suport group, atau penggunaan keduanya


pada orang dewasa dapat membantu menormalisasi gangguan dan
membantu penderita agar fokus pada informasi umum. Konselor terapi
perilaku ini dapat melibatkan psikolog, dokter spesialis tumbuh
kembang anak, pekerja sosial dan perawat yang berpengalaman.
Modifikasi prilaku dan terapi keluarga juga dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang optimal.

Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi konflik orang tua dan anak
serta mengurangi ketidakpatuhan anak. Terapi perilaku ini terdiri dari
beberapa langkah, yakni:
2. Fase pemberian informasi (Information phase)
Memberikan informasi pada orang tua mengenai keadaan anak sebenarnya
termasuk kesukaran tingkah laku anak.
3. Fase penilaian (Assessment phase)
Menilai seberapa berat gangguan interaksi anak dengan saudara atau
orang tua.

4. fase pelatihan (Training phase)

Menawarkan pelatihan keterampilan sosial pada anak, orang tua, bila


memungkinkan gurunya.

5. Fase evaluasi (Review progress)

Menilai kemajuan/perbaikan tingkah laku anak ADHD.

9
Pendekatan pada anak untuk memperbaiki tingkah lakunya di rumah dan
hubungan interpersonal anak-orang tua dilakukan dengan cara :3

a. Mengidentifikasi situasi permasalahan yang spesifik dan peristiwa yang


menimbulkan tingkah laku yang tidak diinginkan misalnya sikap
menentang bila disuruh belajar, sikap tidak bisa diam, dan sebagainya.
b. Dilakukan monitor kemajuan anak dengan menggunakan skala penilaian
yang sudah baku.
c. Ditingkatkan hubungan/interaksi yang positif antara orang tua dan anak
serta dibatasi interaksi negatif antara orang tua dengan anak.
d. Berusaha untuk berkomunikasi secara efektif dan menetapkan peraturan.
e. Digunakan sistem hadiah (rewards) segera bila anak mencapai target tingkah
laku yang dikehendaki.
f. Digunakan “negative reinforcement” (time out) sebagai hukuman pada
anak pada masalah tingkah laku yang serius.

Pendekatan yang hampir sama dapat dilakukan oleh guru di sekolah pada anak
ADHD yang mengganggu teman-temannya di sekolah. Dalam terapi perilaku
sebaiknya orangtua menunjukkan perilaku yang baik yang dapat ditiru anak
(menunda kemarahan/lebih sabar, memberikan disiplin yang konsisten dan
sesuai dengan usia anak). Mengajarkan pada anak bermain olahraga yang
banyak mempergunakan gerakan adalah lebih baik daripada permainan yang
tenang (catur), misalnya sepakbola dan tenis.

8. Komplikasi
1. Diagnosis sekunder :
gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata
kata yang di ungkapkan).

10
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien :
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, laki-laki cenderung memiliki
kemungkinan 4x lebih besar dari perempuan yang dapat menderita ADHD.
b. Keluhan utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya bergerak
terus.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Orang tua atau pengasuh melihat tanda-tanda awal dari ADHD :
1) Anak tidak bisa duduk tenang
2) Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3) Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
Tanyakan kepada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera otak
e. Riwayat penyakit keluarga :
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetic yang di duga sebagai
penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
f. Riwayat psiko, sosio, dan spiritual :
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina
hubungan dengan teman sebanya karena hiperaktivitas dan impulsivitas.
g. Riwayat tumbuh kembang :
1) Prenatal : ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau obat-obatan
selama kehamilan.
2) Natal : ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan, lahir
premature, berat badan lahir rendah (BBLR).
3) Postnatal : ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apakah
tidak.
h. Riwayat imunisasi :
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1) Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
2) Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1
3) Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4) Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5) Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
11
6) Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
i. Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
j. Activity daily living (ADL)
1) Nutrisi : anak nafsu makannya berkurang (anorexia)
2) Aktivitas : anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan
3) Eliminasi : anak tidak mengalami gangguan dalam eliminasi
4) Istirahat tidur : anak mengalami gangguan tidur
5) Personal Higiane : anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan
sulit di atur.

2.1 Diagnosa Keperawatan

a. Dx. Gg perkembangan
b. Dx. Resiko cedera
c. Dx. Gg interaksi sosial
d. Dx. Koping tdk efektif
e. Dx. Ansietas(orang tua)

12
No Dx Keperawatan NOC NIC Rasional
Resiko Cedera 1. Perilaku pencegahan Manajemen Lingkungan: Observasi
(D.0136) jatuh Keselamatan 1. untuk mngetahui apa saja
Kategori : Lingkungan 2. Pengetahuan keamanan Observasi factor resiko jatuh
Subkategori : fisik anak 1. Identifikasi kebutuhan berdasarkan fungsi fisik,
Keamanan dari Proteksi 3. Keamananl ingkungan keselamatan pasien kognitif pada masa lalu
rumah berdasarkan fungsi fisik dan
Definisi : beresiko kognitif serta riwayat Mandiri
mengalami bahaya atau Tujuan :Setelah dilakukan kesehatan masa lalu 1. untuk meminimalisir
kerusakan fisik yang tindakan keperawatan … x 24 jam. kejadian cedera akibat
menyebabkan seseorag Resiko jatuh dapat diatasi dengan : Mandiri memindahkan furniture
tidak lagi sepenuhnya KriteriaHasil : 1. Singkirkan bahaya yang dipindahkan anak
sehat atau dalam 1. Sering meletakkan lingkungan (karpet yang
kondisi baik penghalang untuk mencegah longgar dan kecil, furniture 2. untuk menghindari kontak
jatuh yang dapat dipindahkan) langsung anak dengan benda
2. Menggunakan talis epatu bahaya tersebut
yang pas untuk mencegah 2. Singkirkan benda-benda
jatuh berbahaya dari lingkungan
3. Melakukan strategi untuk
mencegah jatuh Health education
4. Melakukan strategi untuk Health education 1. Agar pengunjung tidak akan

13
mencegah kecelakaan 1. Edukasi pasien dan dengans engaja mengganggu
bermain pengunjung mengenai lingkungan yang di
5. Area bermain yang aman perubahan atau pencegahan rencanakan
cukup adekuat
Observasi Observasi
1. Identifikasi prilaku dan 1. Agar keluarga tahu
factor yang mempengaruhi bagaimana bisa menurunkan
resiko jatuh ini
2. Untuk mengetahui apa saja
2. Idektifikasi karanteristik yang dapat menyebabkan
lingkungan yang mungkin klien cedera
meningkatkan potensi jatuh Mandiri
Mandiri 1. Untuk meminimalisir
1. Pindahkan objek yang bisa potensi cedera akibat jatuh
menyebabkan anak dari tempat yang tinggi
memanjat kepermukaan Health education
yang tinggi 1. Agar keluarga bisa
Health education mengetahui apa yang harus
1. Ajarkan anggota keluarga dilakukan terhadap adanya
mengenai factor resiko kejadian jatuh
berkontribusi terhadap

14
adanya kejadian jatuh
Kolaborasi
kolaborasi 1. Untukm eminimalkan efek
1. Berkolaborasi dengan samping dari pengobatan
anggota tim kesehatan yang yang berkontribusi pada
lain kejadian jatuh

Observasi
Pendidikan Orang Tua:
Keluarga Yang 1. Agar orang tua tahu
MembesarkanAnak bagaimana
observasi perkembangan sesuai
1. Identifikasi tugas usianya
perkembangan atau tujuan
yang sesuai untuk anak 2. Untuk membantu
mengelola perilaku anak
2. Identifikasi dan sesuai dengan tahap
mengajarkan orang tua perkembanganya
menegenai cara
Mandiri
menggunakan berbagai
1. Agar orang tua bisa

15
strategi dalam mengelola membaca dan tahu
prilaku anak mengenai pola asuh pada
anak
Mandiri
1. Berikan sumberin formasi 2. Agar orang tua tidak jenuh
online, buku, atau literature dan tetap semangat serta
lainnya tidak menyerah dengan
strategi-strategi yang
2. Motivasi orang tua untuk dilakukan
mencoba strategi dalam
mengasuh anak 3. Untuk melatih teknik
komunikasi dan perananak
3. Gunakan teknik bermain
peranakan teknik Health education
pengasuhan dan 1. Agar orang tua bisa
keterampilan komunikasi mengidentifikasi bagaimana
Health education seharusnya perilaku normal
1. Ajarkan orang tua fisiologis, pada anak sesuai dengan
emosional dan karakteristik usianya
prilaku normal anak
2. Diskusikan pendekatan 2. Agar terjalin hubungan yang

16
orang tua yang dapat di baik dan anak bisa
gunakan dalam membantua mengungkap kanapa yang
nak-anak untuk dirasakannya kepada orang
mengungkapkan perasaan tua
positif
Kolaborasi Kolaborasi
1. rujuk orang tua kepada 1. Agar pengetahuan bisa lebih
kelompok pendukung atau ekpert dan bisa berdiskusi
kelas orang tua yang sesuai dengan orang tua lainya
untuk menambah
pengetahuan

17
NO Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional
1. Gangguan Interaksi Sosial 1. Keterampilan 1. Peningkatan
(D. 0118 ) interaksi sosial sosialisasi Observasi
Kategori : Relasional Obeservasi : 1. Untuk mengetahui dan
Sub kategori : Tujuan: 1. Identifikasi perubahan mengenal perubahan perilaku
interaksisosial Setelah dilakukan tindakan perilaku yang terjadi
keperawatan selama
Mandiri :
Definisi : ….x24jam diharapkan Mandiri :
1. Untuk membiasakan klien
Kuantitas dari/atau kualitas gangguan interaksi sosial dapat 1. Buat interaksi terjadwal
berinteraksi
hubungan sosial yang teratasi. 2. Libatkan pendukung
2. Untuk memudahkan klien
kurang atau berlebih KriteriaHasil: sebaya dalam
dalam beradaptasi dengan
1. Menunjukkan sikap memberikan umpan
teman sebaya karena biasanya
Gejala dan tanda mayor : senang berinteraksi balik interaksi
dengan teman sebaya klien
Subjektif 2. Memahami dampak 3. Ajari sikap asertif
dapat dengan cepat
1. Merasa tidak perilaku diri pada kepada orang lain
beradaptasi.
nyaman dengan interaksi sosial
3. Agar klien dapat terbiasa
situasi sosial 3. Menunjukkan sikap HE :
bersikap jujur kepada orang
2. Merasa sulit asertif dan peningkatan 1. Anjurkan belajar hargai
lain
menerima atau interaksi dengan orang orang lain
HE :
mengkomunikasikan lain
1. Agar kedepan klien akan
perasaan. 4. Mengungkapkan
terbiasa menghargai orang lain

18
Objektif keinginan untuk dan terhindar dari perdebatan
1. Kurang responsif berhubungan dengan antar teman sebaya.
atau tertarik pada orang lain
orang lain
2. Tidak berminat
melakukan kontak
emosi dan fisik.
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
1. Sulit menyatakan
kasih sayang
Objektif :
1. Gejala cemas berat
2. Kontak mata kurang
3. Ekspresi wajah tidak
responsif
4. Tidak kooperatif
dalam bermain dan
berteman dengan
sebaya
5. Perilaku tidak sesuai

19
Usianya tersebut

20
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional

1 Koping Tidak Efektif  Koping Observasi : Observasi


(0096)  Adaptasi Terhadap 1. Kenali latar belakang 1. Untuk dapat mengetahui latar
Kategori : Psikologis Disabilitas Fisik budaya/spritual pasien belakang budaya/spritual
Subkategori: Integritas Ego terhadap pasien itu sendiri.
Tujuan : 2. Monitor respon emosi,
Definisi : Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan fisik, sosial dan spiritual 2. Dapat menetapkan
menilai dan merespons keperawatan selama ….x 24 jam, terhadap aktifitas kemampuan, kebutuhan dan
stressor dan/atau diharapkan klien mampu mengatasi mengetahui perkembangan
ketidakmampuan koping tidak efektif dengan kriteria yang muncul setelah aktifitas
menggunakan sumber-sumber hasil : Mandiri:
yang ada untuk mengatasi - Anak mampu beradaptasi 1. Bantu pasien untuk Mandiri:
masalah. terhadap perubahan perilaku menyelesaikan 1. Membantu pasien dalam
- Anak mampu mengidentifikasi masalah dengan cara mempertahankan control diri
Gejala dan Tanda Mayor : pola koping yang efektif yang konstruktif yang dapat meningkatkan
Subjektif - Anak mampu mengekspresikan perasaan harga diri.
1. Tidak mampu kemarahan dengan cara yang 2. Bantu pasien untuk 2. Penguatan positif membantu
mengatasi masalah tepat secara social. mengurangi meningkatkan harga diri dan
Objektif penyangkalan sebagai meningkatkan penggunaan
1. Tidak mampu suatu mekanisme perilaku-perilaku yang dapat

21
memenuhi peran yang sikap defensif, yang diterima oleh anak.
diharapkan (sesuai memberikan bantuan
usia) yang positif untuk
2. Menggunakan mengidentifikasi
mekanisme koping masalah dan
yang tidak sesuai. pengembangan dari 3. Dengan megnidentifikasi
perilaku-perilaku aspek-aspek positif anak
Gejala dan Tanda Minor : koping yang lebih dapat membantu
Subjektif adaptif. mengembangkan aspek
1. Tidak mampu 3. Bantu pasien dalam positif sehingga mempunyai
memenuhi kebutuhan mengidentifikasi koping individu yang efektif.
dasar aspek-aspek positif
Objektif dalam
1. Perilaku tidak asertif mengembangkan
2. Partisipasi sosial rencana untuk Kolaborasi:
kurang merubah karakteristik 4. Pemberian obat stimulan
yang dilihatnya digunakan untuk mengurangi
sebagai negatif perilaku mengganggu dan
dapat meningkatkan
konsentrasi.

22
Kolaborasi: -
Kolaborasi pemberian
obat stimulan untuk anak
dengan gangguan
konsentrasi

23
No. Diagnose keperawatan NIC NOC Rasional
1 Ansietas (D.0008)  Tingkat kecemasan Observasi Observasi
Kategori : Psikologis  koping 1. Identifikasi pada saat terjadi 1. Untuk mengetahui
Subkategori : Integritas Ego perubahan tingkat kecemasan perubahan tingkat
Tujuan dan kriteria hasil kecemasan
Definisi : Kondisi emosi dan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
pengalaman subyaektif individu keperawatan selama ….x24 jam 1 Berada disisi klien untuk Mandiri
terhadap objek yang tidak jelas diharapkan ansietas dapat teratasi meningkatkan rasa aman dan 1. Agar klien merasa
dan spesifik akibat antisipasi mengurangi ketakutan nyaman dan rileks
bahaya yang memungkinkan Kriteria Hasil 2 Dorong klien atau keluarga 2. Agar klien tetap dalam
individu melakukan tindakan untuk mendampingi klien keadaan baik
untuk menghadapi ancaman.  Klien dapat beristirahat dengan cara yang tepat 3. Agar klien tidak

 Tidak ada rasa takut yang 3 Ciptakan atmosfer rasa aman merasakan kecemasan
Gejala dan tanda mayor di sampaikan secara lisan untuk meningkatkan rasa aman yang berlebihan
Subyektif :  Tidak ada rasa cemas 4 Bantu klien untuk 4. Agar klien dapat
1. Merasa khawatir akibat yang disampaikan dengan mengidentifikasi pemicu mengetahui cara
dari kondisi yang dihadapi lisan kecemasan mengatasi kecemasan

 Secara konsisten klien 5 Tunujukan dan praktikkan 5. Agar klien dapat

sudah menunjukan tehnik relaksasi pada klien mengikuti tehnik

menggunakan strategi relaksasi

koping yang efektif.

24
Health education

1. Agar klien dapat


Health Education menggunakan tehnik
1. Instruksikan klien untuk relaksasi yang baik
menggunakan tehnik dan benar.
relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi 1. Membantu keluarga
1. Konsultasikan dengan untuk dapat menerima
psikolog tentang situasi keadaan/situasi yang
yang dihadapi keluarga dihadapi

25

Anda mungkin juga menyukai