Islam memberikan kebebasan tiap individu untuk melakukan kegiatan ekonomi namun tentu
saja tidak bertentangan dengan aturan AlQuran dan AsSunnah, seperti tercantum dalam surat al
Baqarah ayat 188.
7. Bimbingan konsumsi
Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup kemewahan dan
bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-A’raaf ayat 31 seta Al-Israa ayat 16
8. Zakat
Adalah karakteristik khusu yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya manapun,
penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di masyarakat.
9. Larangan riba
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga) karean itu merupakan salah satu
penyelaewangan uang dari bidangnya. Seperi tercermin dalam surat al-baqarah ayat 275.
Dalam Islam hakikat ekonomi adalah untuk dapat kita merasakan bahawa segala harta benda
termasuk segala hal lain yang ada hubungannya dengan ekonomi adalah kepunyaan Allah samata-
mata, bukan kepunyaan kita.Kita hanya diamanahkan oleh Allah supaya kita dapat mengendalikan
dengan sebaik-baiknya.Itulah hakikat ekonomi Islam.Dengan demikian ekonomi yang diwujudkan di
dunia ini adalah ekonomi akhirat dengan tujuan untuk membina iman dalam diri kita.Ekonomi untuk
menginsafkan kita sebagai hamba Allah.Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang
memberikan landasan dan tujuannya, di satu pihak, dan aksioma-aksioma serta prinsip-prinsipnya, di
lain pihak.
Proses yang diikuti dengan seperangkat aksioma dan prinsip yang dimaksudkan untuk lebih
mendekatkan tujuan sistem tersebut merupakan landasan sistem tersebut yang bisa diuji. Setiap
sistem ekonomi membuat kerangka di mana suatu komunitas sosio-ekonomik dapat memanfaatkan
sumber-sumber alam dan manusiawi untuk kepentingan produksi dan mendistribusikan hasil-hasil
produksi ini untuk kepentingan konsumsi.
Tujuan ekonomi Islam sangat jauh berbeda dengan sistem ekonomi lain. Islam memandang
ekonomi sebagai salah satu aspek perjuangan untuk menegakkan agama Tuhan.Tujuan-tujuan
ekonomi Islam adalah seperti berikut:
Zakat
Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan dan
kesetaraan berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak berarti bahwa mereka
harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya. Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya
kebutuhan minimal warga negaranya, dalam bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan.
Haram
Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang telah
diajarkan dalam Alquran dan Hadist.Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa praktek dan aktivitas
keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diharapkan lembaga keuangan
syariah membentuk Dewan Penyelia Agama atau Dewan Syariah.Dewan ini beranggotakan para ahli
hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan penasihat syariah yang independen. Aturan tegas
mengenai investasi beretika harus dijalankan.Oleh karena itu lembaga keuangan syariah tidak boleh
mendanai aktivitas atau item yang haram, seperti perdagangan minuman keras, obat-obatan
terlarang atau daging babi.
Gharar dan Maysir
Al-quran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91). Al-quran
menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan dan kesenangan):
penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum
pada semua bentuk aktivitas judi.
Takaful
Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala, yang berarti
memperhatikan kebutuhan seseorang.Pada hakikatnya, konsep takaful didasarkan pada rasa
solidaritas, responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk bersama-
sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang telah ditetapkan.
6. Penerapan Hukum Ekonomi Syariah
Dalam sejarahnya upaya penerapan hukum syari’ah atau hukum islam di Indonesia sebenarnya
sudah dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan bangsa. Dimana kita ketahui sendiri
memang motor perjuangan kemerdekaan kita saat itu banyak didominasi oleh pejuang-pejuang
muslim yang memegang teguh prinsip-prinsip hukum syari’ah. Perjuangan tersebut memang tidak
secara frontal dilakukan, tapi lebih banyak kepada upaya-upaya politis yang berbasis pada kelompok
dan budaya.Sayangnya kemudian upaya-upaya tersebut terbentur dengan kekuasaan politik
pemerintah Hindia-Belanda pada masa penjajahannya secara sistematis terus mengikis
pemberlakuan hukum syari’ah di tanah-tanah jajahannya. Hingga pada gilirannya kelembagaan-
kelembagaan baik yang telah ada maupun yang kemudian dibentuk baik itu lembaga peradilan,
perserikatan, dan lainnya pada masa itu mulai meninggalkan nilai-nilai hukum syari’ah dan mulai
terbiasa menerapkan aturan hukum yang dibentuk pemerintah Hindia-Belanda yang saat itu disebut
Burgerlijk Wetbook yang tentunya jauh dari nilai-nilai syariah.
7. Penerapan Ekonomi Syariah
Kehancuran ekonomi global memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan radikal dan
struktural dalam sistem finansial global.Sistem yang didasarkan pada prinsip Islam menawarkan
alternatif yang dapat mengurangi berbagai risiko.Bank-bank Islam tak membeli kredit, tetapi
mengelola aset nyata yang memberikan perlindungan dari berbagai kesulitan yang kini dialami bank-
bank Eropa dan AS.
Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan dari unsur-
unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung penipuan, dan yang sejenisnya.Unsur-
unsur tersebut diatas, sebagian besarnya tergolong aktifitas-aktifitas non real.Sebagian lainnya
mengandung ketidakjelasan pemilikan.Sisanya mengandung kemungkinan munculnya
perselisihan.Islam telah meletakkan transaksi antar dua pihak sebagai sesuatu yang menguntungkan
keduanya; memperoleh manfaat yang real dengan memberikan kompensasi yang juga bersifat
real.Transaksinya bersifat jelas, transparan, dan bermanfaat.Karena itu, dalam transaksi perdagangan
dan keuangan, apapun bentuknya, aspek-aspek non real dicela dan dicampakkan.Sedangkan sektor
real memperoleh dorongan, perlindungan, dan pujian. Hal itu tampak dalam instrumen- instumen
ekonomi berikut:
Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam, yaitu emas
dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, mata uang Islam
telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H).Artinya, nilai nominal yang tercantum pada
mata uang benar-benar dijamin secara real dengan zat uang tersebut.
Penggunaan sumber daya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak membazir.
Distribusi harta,kekayaan,pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan merata