NOMOR :
TANGGAL :
BAB I
DEFINISI
1
Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang
menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terpeutik dan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka, mereka yang mau
melahirkan dan menyediakan pelayanan berobat jalan.
2
BAB II
LATAR BELAKANG
Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”.
Etik merupakan morma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok
profesi terentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.
Etik dan hukum memeiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengatur tertib
dan tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat.
3
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan. Sanksi terhadap
pelanggaran hukum berupa tuntutan.
5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
(MKEK), yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kalau
perlu diteruskan kepada Panitia Pembinaan Etika Kedokteran (P3EK),
yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan (DEPKES). Pelanggaran
hukum diselesaikan melalui pengadilan.
6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik.
Penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik.
4
Etika Rumah Sakit
Etika rumah sakit adalah etika terapan (applied ethics) atau etika praktis
(practical ethics), yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu
praktis, seperti perlakuan terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum
perempuan, penggunaan hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian
lingkungan hidup, aborsi, etanasia, kewajiban bagi yang mampu untuk membantu
yang tidak mampu, dan sebagainya. Jadi, etika rumah sakit adalah etika umum
yang diterapkan pada (pengoperasian) rumah sakit.
Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna
yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian
formal tentang moralitas. Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan
moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang
dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu
yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang
amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Peter Singer,
filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya,
karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari
lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga
kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan
(ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang
profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi
antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan
terhormat.
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan
tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan
staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemerintah dan pada tingkat akhir
5
walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil,
profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.
Etika Rumah Sakit adalah suatu etika praktis yang dikembangkan untuk
Rumah Sakit sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan
dengan kehadiran etika biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika institusional
rumah sakit adalah pengembangan dari etika biomedika (bioetika). Karena
masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama sekali sebagai dampak atau
akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan teknologi biomedis, justru terjadi
di rumah sakit. Sebagai contoh, dapat disebut kegiatan reproduksi dibantu
transplantasi organ.
6
Sesuai dengan pengertian hukum kesehatan, maka hukum rumah sakit dapat
disebut sebagai semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan
kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
maupun dari pihak penyelenggara pelayanaan kesehatan yaitu rumah sakit dalam
segala aspek organisasi, sarana, pedoman medik serta sumber-sumber hukum
lainnya.
Selanjutnya apabila dilihat dari hubungan hukum yang timbul antara pasien dan
rumah sakit dapat dibedakan pada dua macam perjanjian yaitu :
a). Perjanjian perawatan dimana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan
pasien bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan dan di mana
tenaga perawatan melakukan tindakan perawatan.
b). Perjanjian pelayanan medis di mana terdapat kesepakatan antara rumah sakit
dan pasien bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan berupaya secara maksimal
untuk menyembuhkan pasien melalui tindakan medis Inspannings Verbintenis
(Fred Ameln, 1991: 75-76).
Dalam kaitan dengan tanggung jawab rumah sakit, maka pada prinsipnya
rumah sakit bertanggung jawab secara perdata terhadap semua kegiatan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan bunyi pasal 1367 (3) KUHPerdata.
Selain itu rumah sakit juga bertanggungjawab atas wanprestasi dan perbuatan
melawan hukum (1243, 1370, 1371, dan 1365 KUHPerdata) (Fred Ameln, 1991:
71).
7
Peran dan fungsi Rumah Sakit sebagai tempat untuk melakukan pelayanan
kesehatan (YANKES) yang profesional akan erat kaitannya dengan 3 (tiga) unsur,
yaitu yang terdiri dari :
2) Unsur keuntungan atau manfaat yang tercermin dalam mutu pelayanan; dan
3) Hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan kedokteran dan atau
medik khususnya (Hermien Hadiati Koeswadji, 2002: 118).
Dalam hal ini dokter dan tenaga kesehatan lainnya perlu memahami adanya
landasan hukum dalam transaksi terapetik antara dokter dengan pasien (kontrak-
terapetik), mengetahui dan memahami hak dan kewajiban pasien serta hak dan
kewajiban dokter dan adanya wajib simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan
dan pekerjaan (M.Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999: 29).
8
BAB III
A. DEFINISI
Panitia Etika Rumah Sakit (PERS)
Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI) disusun oleh Persatuan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). ERSI ini memuat tentang kewajiban
umum rumah sakit, kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat, kewajiban
rumah sakit terhadap pasien, kewajiban rumah sakit terhadap staf dan lain-
lain.
Pada saat ini beberapa rumah sakit telah mulai merasakan perlunya sebuah
badan yang menangani pelanggaran etik yang terjadi di rumah sakit. Di
rumah sakit besar di Indonesia telah ada badan yang dibentuk di bawah
nama Panitia Etika Rumah Sakit (PERS) yang di luar negeri disebut
Hospital Ethical Commitee dimana anggotanya terdiri dari staf medis,
perawatan, administratif dan pihak lain yang berkaitan dengan tugas rumah
sakit.
9
3. Memberikan nasihat kepada direksi rumah sakit untuk meneruskan atau
tidak, perkara pelanggaran etik ke MKEK.
Tugas PERS adalah membantu para dokter, perawat dan anggota tim
kesehatan di rumah sakit dalam menghadapi masalah-masalah pelanggaran
etik maupun pemantapan pengalaman kode etik masing-masing profesi
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai panduan bagi seluruh staf untuk mengatasi masalah
etika dan hukum di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Semua karyawan dapat mengetahui panduan etik dan
hukum rumah sakit
b. Digunakan sebagai panduan untuk mengatasi masalah
etika dan hukum di semua unit kerja
c. Semua unit kerja dapat menggunakan cara/langkah
yang benar saat mengalami masalah etika dan hukum di
rumah sakit.
d. Agar dapat mengidentifikasi permasalahan etik dan
hukum rumah sakit.
e. Dapat mengatasi masalah etik dan hukum secara
proporsional
C. RUANG LINGKUP
Etika rumah sakit terdiri atas dua komponen :
• Etika administratif
• Etika biomedis
Secara umum masalah etik rumah sakit yang perlu diatur adalah
tentang:
1. Rekam medis
2. Keperawatan
10
3. Pelayanan laboratorium
4. Pelayanan pasien dewasa
5. Pelayanan kesehatan anak
6. Pelayanan klinik medik
7. Pelayanan intensif, anestesi dan euthanasia
8. Pelayanan radiologi
9. Pelayanan kamar operasi
10. Pelayanan rehabilitasi medik
11. Pelayanan gawat darurat
12. Pelayanan medikolegal dan lain-lain
11
bagi begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak
punya akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika
administratif, jika terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu
sebab di satu pihak lain kewajiban moral untuk menjaganya
Persetujuan tindakan medis (Informed consent). Masalah etika
administratif dapat terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan
sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela
oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan tindakan
medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan
dimengerti olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin
terjadi sebagai akibat tindakan itu atau sebagai akibat sebagai tidak
dilakukan tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak terjadi banyak
masalah etika, jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis
sesuai dengan apa yang diharapkan semua pihak.
Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin
dikerjakan sehari-hari misalnya pendektomi erakibat fatal. Kasus demikian
dapat menjadi penyesalan berkepanjangan. Dapat juga terjadi dilema etik
pada dokter dirumah sakit, yang tega mengungkapkan informasi yang
selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan pasien akan
jadi bingung, panik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk
mencari pengobatan alternatif. padahal dokter percaya bahwa tindakan
medik yang direncanakan masih besar kemungkinannya untuk
menyelamatkan pasien.
Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi
berhubung dengan faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut
ini terjadi sehari-hari.
1. Apakah kemampuan pasien membayar uang muka adalah faktor
yang mutlak bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan
kepadanya. karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman
rumah sakit mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek
tertentu,dan dengan demikian mengakibatkan kebutuhan lain yang
12
mungkin lebih mendesak, lebih besar manfaatnya, dan lebih efektif
biaya.
2. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter tertentu sangat tinggi
tarif jasanya. Jika ditegur ia pasti akan marah, dan mungkin akan
hengkang kerumah sakit lain. padahal ia patient getter yang
merupakan ‘telur emas’bagi rumah sakit.
3. Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi
piutang periodiknya, padahal ia sangat memerlukan tindakan
khusus lanjutan.
4. Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika
ada konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan
keingginan pemegang saham yang melihat sesuatu hanya dari
perhitungan bisnis.
5. Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen
dan para klinis yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan
pendapatan. Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu
yang dapat diduga melakukan moral hazard dengan berkolusi
dengan PBF.
6. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap teknologi mahal; disatu
pihak diperlukan untuk meningkatkan posisi dan citra rumah sakit,
di pihak lain potensi moral hazard juga tinggi demi untuk
membayar cicilan kredit atau/ easing.
13
dampak revolusi biomedis sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat
masalah dan dilema baru sama sekali bagi para dokter dalam menjalankan
propesinya. Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh International
association of bioethics sebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang isu-
isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan
kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh penulis).
Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu
etika medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih
banyak menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara
dokter dan pasien. Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah
yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan
media masa) ditunding sebagai malpraktek.
Isu-isu Bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis
dalam arti pertama (bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan
rekayasa genetik,teknologi reproduksi,eksperimen medis, donasi dan
transpalasi organ, penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir
hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai dengan definisi
di atas tentang bioetika oleh International Association of Bioethics
,kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu
biologi tidak hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial,
hukum, agama, politik, pemerintahan, ekonomi,kependudukan,lingkungan
hidup,dan mungikin juga isu-isu di bidang lain.
Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis
dalam arti tidak hanya terbatas pada kepedulian internal rumah sakit saja-
misalnya Komite Etika Rumah Sakit dan para dokter saja seperti halnya
pada penanganan masalah etika medis ‘tradisional’- melainkan kepedulian
dan bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-displiner tentang masalah-
masalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis pada skala
14
mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan
sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian
bioetika yang sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh
dunia.Dengan demikian,identifikasi dan pemecahan masalah etika
biomedis dalam arti pertama tidak dibicarakan lebih lanjut pada presentasi
ini. yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan
rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian nasional dan
internasional,deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO,
Amnesty International, atau’fatwa’ Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional
(diIndonesia;AIPI) tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit
sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah yang sudah dikonsesuskan
oleh lembaga-lembaga nasional atau supranasional yang terhormat itu.
Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang belum diketahui
solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.
15
BAB IV
A. KEBIJAKAN
Pelaksanaan program Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit mengacu pada
SK Direktur ………… tentang Pembentukan Tim Etik Dan Hukum RUMAH
SAKIT KUSUMA HOSPITAL
B. PENGORGANISASIAN
Kegiatan Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit diselenggarakan secara
terorganisir dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direktur RUMAH SAKIT KUSUMA HOSPITAL bertanggung jawab
menetapkan kebijakan Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit
b. Ketua Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit bertanggung jawab atas
seluruh program Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit
c. Sekretaris Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit bertanggung jawab
mendokumentasikan semua program dan pelaksanaan program Panitia
Etik Dan Hukum Rumah Sakit
d. Prosedur penyampaian dugaan pelanggaran etik dan hukum:
(1) Dugaan terjadinya pelanggaran dapat diperoleh dari:
a. pengaduan tertulis dan/atau
b. temuan dari atasan Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran
(2) Setiap orang atau pemangku kepentingan (stakeholders) yang
mengetahui adanya dugaan pelanggaran dapat menyampaikan
pengaduan kepada atasan langsung Pegawai yang melakukan
pelanggaran dengan tembusan kepada
Manager Pengembangan Pegawai dan Sumber Daya Manusia
(PPSDM).
(3) Penyampaian pengaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan jenis pelanggaran yang
dilakukan, beserta bukti-bukti pelanggaran dan identitas pelapor.
16
(4) Atasan pegawai yang menerima pengaduan dan/atau mengetahui
adanya dugaan Pelanggaran Etik dan Hukum wajib meneliti
pengaduan tersebut dan menjaga kerahasian identitas pelapor.
(5) Dalam melakukan penelitian atas pengaduan dan/atau dugaan
pelanggaran Etik & Hukum, atasan dari Pegawai yang melakukan
pelanggaran secara hirarki wajib meneruskan kepada Panitia Etik Dan
Hukum Rumah Sakit
(6) Atasan Pegawai yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana
dimaksud ayat (3) dan ayat (4) dianggap melakukan pelanggaran dan
dikenakan sanksi.
(7) Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit mengambil keputusan setelah
memeriksa Pegawai yang diduga melanggar etik dan hukum.
(8) Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit mengambil keputusan setelah
Pegawai yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri.
(9) Keputusan Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit diambil secara
musyawarah mufakat.
(10) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(9) tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(12) Keputusan Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit bersifat final.
(13) Panitia Etik Dan Hukum Rumah Sakit wajib menyampaikan
keputusan hasil pemeriksaan ke Direktur melalui Manager PPSDM
sebagai bahan dalam memberikan sanksi moral dan/atau sanksi
lainnya kepada Pegawai yang bersangkutan.
17
BAB V
MASALAH ETIKA DAN HUKUM DI RUMAH SAKIT
Masalah etika dan hukum di rumah sakit yang paling marak saat ini adalah
malpraktek. Malpraktek (medis) sebenarnya adalah istilah hukum yang berarti
kesalahan dalam menjalankan profesi. Berkhouwer dan Borstman (dikutip oleh
Veronica Komalawati) mengatakan, seorang dokter melakukan kesalahan profesi,
apabila ia tidak memeriksa, tidak membuat penilaian, tidak melakukan tindakan
atau tidak menghindari tindakan (tertentu), sedangkan dokter-dokter yang baik
pada umumnya pada situasi yang sama akan melakukan pemeriksaan, membuat
penilaian, melakukan tindakan atau menghindari tindakan (tertentu).
Kita dapat melihat bahwa: Pertama, definisi ini bersifat relatif. Baik
buruknya seorang dokter menjalankan profesinya dibandingkan dengan rata-rata
dokter lain. Tentu ini ada kelemahan-kelemahannya, dapat saja seorang dokter
yang inovatif di tuduh melakukan malpraktek karena ia melakukan hal-hal yang
tidak biasa dilakukan kebanyakan dokter lain, padahal yang ia lakukan adalah
baik dan bermanfaat bagi pasien. Soal standar profesi tidak disinggung dalam
devinisi itu,mungkin karena belum ada, karena buku dua ahli hukum Belanda itu
diterbitkan lebih daripada setengah abad yang lalu dalam tahun 1950.
Kedua, walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan, dalam definisi ini dengan
kesalahan profesional ditonjolkan tentang kelainan; dokter tentu tidak melakukan
pemeriksaan. tidak membuat penilaian, tidak melakukan tindakan, dan tidak
menghindari tindakan tertentu. Ini sesuai dengan pemahaman, bahwa malpraktek
adalah sama dengan negligence.
1. Etika dalam hal ini diartikan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.
18
2. Etika rumah sakit adalah etika institusi, jadi kewajiban dan tanggng jawab itu
adalah institusional, bukan individual.
3. Namun, eksekutif puncak rumah sakit- sebagai yang oleh pemilik melalui
Governing Body (Badan Pengampu, Majelis Wali Amanah, Dewan Pembina,
atau nama jenis yang lain) diberi kekuasaan mengelola dan tanggung jawab
rumah sakit, dengan sendirinya juga adalah penanggung jawab moral dan etika
institusional.
4. Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban dan
tanggung jawab pada etika medis adalah hidup dan kesehatan manusia dan
kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. itu berarti pasien staf serta
karyawan rumah sakit,dan masyarakat.
5. Masalah etika rumah sakit timbul apabila terjadi pelanggaran terhadap asas-asas
etika (umum)dan Kode Etik Rumah Sakit, yang adalah uraian lebih operasional
dari asas-asas etika.
6. Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika praktis
adalah:
19
atas informasi,hak atas privasi,hak atas kerahasiaan,seta harkat dan
mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.
Asas keadilan (justice): keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan perlakuan
yang ‘fair’terhadap pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum.
Kurt Darr mengatakan, bahwa seorang eksekutuf rumah sakit tidak perlu sampai
mengikuti kursus tentang pilosofi atau etika untuk dapat mengidentifikasikan
masalah etika, walaupun kursus-kursus demikian akan banyak menolong. yang
penting,harus ada kepekaan, kebiasaan melakukan refleksi (an inquiring mind),
dan etika pribadi (personal etics)yang cukup baik. tiga pertanyaan berikut ini
dianjurkan diajukan pada diri sendiri untuk mengidentifikasikan kemungkinan
adanya etika pada kasus tertentu.
Apakah pasien, staf dan karyawan, atau masyarakat umum dalam kasus
tertentu itu diperlakukan seperti saya ingin diperlakukan dalam kasus
seperti itu? ini dinamakan The Golden Rule.
Apakah pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum cukup
dilindungi terhadap kemungkinan cidera dalam keberadaan dan pelayanan
di rumah sakit?
Apakah penjelasan tentang informed conset kepada pasien cukup memberi
informasi baginya tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya?
Jika salah satu atau lebih dari tiga pertanyaan itu terjawab dengan “tidak”,ada
indikasi masalah etika pada kasus yang dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya adalah:
20
Sama halnya dengan proses pemecahan masalah secara umum, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tepat adalah bagian penting proses itu.
2. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan
(root cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.
21
3. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
22
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Panitia Etik & Hukum Rumah Sakit Kusuma Hospital wajib mencatat dan
melaporkan kegiatan yang sudah dilaksanakan baik ada pegawai yang mendapat
masalah maupun tidak kepada Direktur secara berkala. Hal ini dilakukan guna
mengevaluasi keberhasilan program yang telah ditentukan.
23
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI
24
BAB VIII
PENUTUP
Ditetapkan di : Pamekasan
Pada tanggal : 25 Juli 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT KUSUMA HOSPITAL
25