Anda di halaman 1dari 7

Komposisi:

Cefotaxime 1 g.

Bentuk Sediaan:
Vial injeksi.

Farmakologi:
Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga terjadi kebocoran sel bakteri dan
bakteri lisis.

Indikasi:
- Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan tenggorokan.
- Infeksi pada telinga.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak.

Dosis:
- Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 gram setiap 12 jam.
- Pada infeksi berat dosis 2 kali 2 gram/hari biasanya cukup.
- Interval pemberian obat dapat diperpendek menjadi setiap 6 - 8 jam.

Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap antibiotik cephalosporin.

Peringatan dan Perhatian:


- Pregnancy category B.
- Pada pasien yang hipersensitif terhadap Penicilin ada kemungkinan terjadi
sensitivitas silang.

Efek Samping:
- Gastrointestinal: coIitis, diare, nyeri abdomen.
- Susunan saraf pusat: sakit kepala, pusing.

Cefotaxime adalah antibiotic golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai khasiat
bakterisidal dan bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri.
Cefotaxime sangat stabil terhadap hidrolisis beta laktamease, maka Cefotaxime digunakan
sebagai alternatif lini pertama pada bakteri yang resisten terhadap Penisilin. Cefotaxime
memiliki aktivitas spectrum yang lebih luas terhadap organisme gram positif dan gram
negatif. Aktivitas Cefotaxime lebih besar terhadap bakteri gram negatif sedangkan aktivitas
terhadap bakteri gram positif lebih kecil, tetapi beberapa streptococci sangat sensitif terhadap
Cefotaxime.Pada pengobatan dengan Cefotaxime, bila pasien memiliki volume distribusi
sangat kecil, sebagian besar obat ada didalam darah. Antibiotik Cefotaxime ini dapat
diberikan secara i.v. dan i.m. karena absrpsi di saluran cerna kecil. Masa paruh eliminasi
pendek sekitar 1 jam, maka diberikan tiap 12 jam MIC dapat dicapai dalam waktu 10 jam.
Ikatan protein plasma sebesar 40 %. Ekskresi pada ginjal, hati-hati pemberian pada wanita
menyusui karena Cefotaxime juga diekskresi melalui air susu ibu.Pengobatan dengan
Cefotaxime yang merupakan antibiotik spektrum luas dapat mengubah flora normal dari usus
dan menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari Clostridia. Toxin yang dihasilkan
Clostridium difficile merupakan penyebab colitis. Jadi perlu hati – hati untuk pasien yang
memiliki gangguan pencernaan.
Cefotaxime sodium efektif untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang sensitif, seperti pada : infeksi saluran pernafasan bagian bawah, infeksi
saluran kemih dan kelamin, infeksi ginekologikal, Bakteremia/septikemia, infeksi kulit dan
jaringan lunak, infeksi intra-abdominal, infeksi tulang dan atau sendi dan infeksi sistem
syaraf pusat.Efek samping yang sering dilaporkan:
• Lokal : radang pada tempat suntikan, sakit, indurasi dan tenderness, demam, eosinofilia,
urtikaria, anafilaksis.
• Gastrointestinal : colitis, diare, mual, untah, gejala pseudo-membran colitis.
Metabolisme yang penting adalah desasetilasi. Metabolisme Cefotaxime di Hati dan 20 – 30
% berupa Desacetylcefotaxime yang merupakan metabolit aktif. Desacetylcefotaxime ini
dapat memperbesar aktivitas antibakteri dari Cefotaxime dan mempunyai waktu paruh yang
sedikit lebih panjang. Metabolit aktif Desacetylcefotaxime ini mempunyai penetrasi yang
baik terutama untuk cairan cerebrospinalis. Makin besar berat badan pasien dan serum
protein akan memperbesar clearencenya.
Penggunaan Cefotaxime bersama dengan Probenecid dapat menyebabkan konsentrasi plasma
Cefotaxime dan metabolit desacetyl menjadi lebih tinggi dan bertahan lebih lama. Dengan
bertambahnya metabolit Desacetylcefotaxime maka akan makin memperbesar aktivitas
antibakteri.Dalam pemberian dosis dari cefotaxime perlu diperhatikan karena dengan adanya
metabolit Desacetylcefotaxime yang memiliki waktu paruh eliminasi yang lebih panjang,
akan berada pada tempat kerja lebih lama jadi dapat mengakibatkan efek toksik bila terjadi
akumulasi dengan pemberian berulang karena melewati kadar efek toksik minimum. Selain
itu perlu juga diperhitungkan efek yang ditimbulkan dengan adanya metabolit
Desacetylcefotaxime akan meningkatkan efek antibakteri dari cefotaxime. Peningkatan
aktivitas antibakteri dikhawatirkan akan memberikan efek samping yang lebih besar dari
penggunaan cefotaxime seperti diare, mual dan muntah karena flora normal pada saluran
pencernaan terganggu dengan penggunaan cefotaxime yang merupakan antibiotik
berspektrum luas.
Komposisi:
Tiap vial mengandung cefotaxime sodium setara dengan 1,0 g cefotaxime
Murrayae folium..... 120 mg

Indikasi:
Cefotaxime digunakan : Untuk penyakit infeksi berat, terutama infeksi gram negatif, seperti :
1. Infeksi saluran pernafasan bawah, termasuk pneumonia, yang disebabkan oleh :
S.pneumoniae, S.aureus (penghasil penisilinase dan bukan penghasil penisilinase), E.coli,
Klebsiella, H. influenzae (termasuk yang tahan ampicillin), P.mirabilis, S.marcescens dan
Enterobacter.
2. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh : Enterococcus, S.epidermidis, Citrobacter,
Klebsiella, Proteus, S.marcescens. Juga gonore ringan (uncomplicated) yang disebabkan oleh
N.gonorrhoeae (termasuk yang menghasilkan penisilinase).
3. Infeksi ginekologis, termasuk penyakit inflamasi pelvis, Endometritis dan selulitis yang
disebabkan : S.epidermidis, Streptococci, Enterococcus, E.coli, P.mirabilis, Bacteroides,
Clostridium, Anaerobic cocci (termasuk Peptostreptococcus dan peptococcus).
4. Bacteremia / Septicema yang disebabkan oleh : E. coli, Klebsiella dan S. marcescens.
5. Infeksi kulit dan struktur kulit yang disebabkan oleh : S.aureus, S.epidermidis, S.pyogenes,
Enterococcus, E.coli, Enterobacter, Klebsiella, P.mirabilis, Pseudomonas, S.marcescens,
Bacteroides, Anaerobic cocci.
6. Infeksi perut yang disebabkan karena E.coli, Klebsiella, Bacteroides, Anaerobic cocci.
7. Infeksi tulang dan atau sendi yang disebabkan oleh S.aureus
8. Infeksi pasca operasi.
9. Untuk mengobati infeksi bakteri atau mencegah infeksi bakteri sebelum, selama atau
setelah pembedahan tertentu
Dosis:
Dewasa 2 - 12 gram dalam dosis terbagi setiap 4 - 12 jam.
Infeksi sedang sampai berat 1 - 2 gram setiap 8 jam.
Infeksi yang memerlukan dosis lebih tinggi (Septicemia dll) 2 g, setiap 6 - 8 jam.
Infeksi yang mengancam kehidupan 2 gram setiap 4 jam.

Efek Samping:
1. Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti anaphylaxis bisa
terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
2. Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek
hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi.
3. Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial
thromboplastin time), dan atau hypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan)
dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang mengandung
cephalosporins.

Parasetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri ringan sampai
sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan nyeri setelah pencabutan gigi serta
menurunkan demam. Selain itu, parasetamol juga mempunyai efek anti-radang yang lemah.

Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non-
steroid (AINS), menderita hepatitis, gangguan hati atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian
parasetamol juga tidak boleh diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan
jantung, paru, dan ginjal.

Parasetamol terdapat dalam berbagai bentuk dan dalam berbagai campuran obat sehingga
perlu diteliti jumlahnya untuk menghindari overdosis. Risiko kerusakan hati lebih tinggi pada
peminum alkohol, pemakai parasetamol dosis tinggi yang lama atau pemakai lebih dari satu
produk yang parasetamol.

EFEK SAMPING
Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa gejala ringan seperti
pusing sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal, gangguan hati, reaksi alergi dan
gangguan darah. Reaksi alergi dapat berupa bintik – bintik merah pada kulit, biduran, sampai
reaksi alergi berat yang mengancam nyawa. Gangguan darah dapat berupa perdarahan saluran
cerna, penurunan kadar trombosit dan leukosit, serta gangguan sel darah putih. Penggunaan
parasetamol jangka pendek aman pada ibu hamil pada semua trimester dan ibu menyusui.

DOSIS
Untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam, dosis parasetamol dewasa 325 – 650 mg
setiap 4 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Dosis anak adalah 10 – 15 mg/kgBB , dapat diberikan
setiap 4 jam (maksimal 5 dosis dalam 24 jam). Dosis maksimal akumulatif parasetamol
adalah 4 gram per hari. Efek parasetamol mulai muncul 30 – 60 menit setelah konsumsi dan
bertahan selama 4 jam.
Ranitidin efektif untuk mengatasi gejala akibat sekresi asam lambung yang berlebihan dan efektif
untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum, tukak lambung, gastritis erosif dan pengobatan
alternatif jangka pendek untuk pasien yang tidak dapat diberikan ranitidin oral. Pada pasien
didapatkan memiliki keluhan nyeri ulu hati disertai mual yang diakibatkan peningkatan asam
lambung sehingga dengan pemberian ranitidin, diharapkan keluhan nyeri ulu hati pada pasien
berkurang

ranitidine
.: Kemasan & No Reg :.
 Ranitidine 25 mg/mL injeksi (1 box berisi 10 ampul @ 2 mL), No. Reg. :
GKL0608513443A1
 Ranitidine 150 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg :
GKL0308509017A1

.: Farmakologi :.
Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.
Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50%
perangsangan sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama
6–8 jam.
Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2–3
jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan
dan antasida. Waktu paruh 2 ½–3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui
urin.

.: Indikasi :.
 Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi
gejala refluks esofagitis.
 Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung.
 Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan
mastositosis sistemik).
 Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa
diberi Ranitidine oral.

.: Kontra Indikasi :.
Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidine.
.: Dosis :.
Ranitidine injeksi

Injeksi i.m. : 50 mg (tanpa pengenceran) tiap 6 – 8 jam.


Injeksi i.v. : intermittent.

 Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam


larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v. lain yang cocok sampai diperoleh
konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL (total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak
lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit).
 Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam
larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi
tidak lebih besar dari 0,5 mg/mL (total volume 100 mL).
 Kecepatan infus tidak lebih dari 5 – 7 mL/menit (dengan waktu 15 – 20 menit).
 Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan
i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam.
Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidine injeksi
harus diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok
sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1
mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita.

Ranitidine oral

 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan
malam atau sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu.
 Tukak lambung aktif 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2 minggu.
 Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung Dewasa :
150 mg, malam hari sebelum tidur.
 Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger - Ellison, mastositosis sistemik) Dewasa :
150 mg, 2 kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan
gejala klinik yang ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing penderita. Dosis hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat.
 Refluks gastroesofagitis Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.
 Esofagitis erosif Dewasa : 150 mg, 4 kali sehari.
 Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.
 Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal Bila bersihan kreatinin < 50 mL / menit :
150 mg / 24 jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam
atau kurang tergantung kondisi penderita.
 Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidine yang terdistribusi.

.: Efek Samping :.
 Sakit kepala
 Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo,
agitasi, depresi, halusinasi.
 Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia,
atrioventricular block, premature ventricular beats.
 Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan :
pankreatitis.
 Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia.
 Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada
beberapa penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia,
anemia aplastik pernah dilaporkan.
 Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam,
eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam
kreatinin serum.

.: Over Dosis :.
Gejala-gejala overdosis antara lain, pernah dilaporkan : hipotensi, cara berjalan yang tidak
normal.

Penanganan overdosis :

 Induksi dengan cara dimuntahkan atau bilas lambung.


 Untuk serangan : dengan cara pemberian diazepam injeksi i.v.
 Untuk bradikardia : dengan cara pemberian atropin.
 Untuk aritmia : dengan cara pemberian lidokain.

.: Peringatan dan Perhatian :.


 Umum : pada penderita yang memberikan respon simptomatik terhadap Ranitidine,
tidak menghalangi timbulnya keganasan lambung.
 Karena Ranitidine dieksresi terutama melalui ginjal, dosis Ranitidine harus
disesuaikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
 Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati karena Ranitidine di metabolisme di
hati.
 Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut.
 Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui.
 Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti.
 Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan penderita
usia dewasa.
 Pemberian pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.

.: Interaksi Obat :.
 Ranitidine tidak menghambat kerja dari sitokrom P450 dalam hati.

 Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu


protrombin.
.: Lain-lain :.
Penyimpanan:

Ranitidine injeksi disimpan di tempat sejuk dan kering suhu 4–25oC, terlindung dari cahaya,
harus dengan resep dokter. Ranitidine tablet disimpan di tempat kering, suhu 15–30oC,
terlindung dari cahaya.

Anda mungkin juga menyukai