Anda di halaman 1dari 2

Gambar 4-9 Ruptur sklera postreior luas bisa terjadi pada trauma tumpul berat.

A, B-scan transversal
menggambarkan defek pada sklera posterior (panah) dan cavitas ekstraokuler berdekatan menekan
retina. B, Spesimen gross patologi menggambarkan ruptur sklera dan penekanan jaringan retina.

Perdarahan Detasemen koroid

Perdarahn detasemen koroid umumnya terjadi pada ruptur sklera posterior. Di tambah lagi,
pengalaman menunjukkan bahwa adanya perdarahan detasemen koroid mengindikasikan bahwa
telah ada ruptur yang luas. Perdarahan detasemen koroid mungkin berlokasi pada tempat yang
cukup luas, dan mungkin mencapai bagian diskus optikus. Detasemen focal bisa membentuk dome
kecil, dimana bagian tersebut menjadi lebih luas dan memiliki konfigurasi yang sama dengan yang
terlihat pada luka tusuk (lihat hal 97). Pengecualian terjadi pada mata afakia pada trauma tumpul
menyebabkan kornea atau luka ruptur limbus atau mata pseudofakia yang menggunakan IOL
menekan pada luka dehisensi. Pada beberapa kasus, perdarahan detasemen koroid mungkin
menjadi elevasi yang cukup tinggi dan membentuk dome dan mungkin menjadi adisi sentral(
detasemen koroid apositional) (lihat bab, Perdarahan ekspulsif, pada hal 104). Munculnya
detasemen koroid dapat merubah waktu intervensi pembedahan sebaik pendekatan pembedahan.

Gambar 4-10 Avulsi akut pada nsaraf optik kiri bisa terjadi pada trauma tumpul berat. Pasien
mengalami kehilangan lapang pandnag total . A, Fotografi fundus pada mata kiri menunjukkan
perdarahan vitreus menutupi diskus optikus dan area terang sklera (panah) pada tepi diskus optikus
(tidka diperlihatkan). B, B-scan axial ekogram menunjukkan perdarahan memancar dari diskus optik
dan memperluas sampai inferior (panah). ON, saraf optik. C, B-scan longitudinal sepanjang fundus
temporal menunjukkan perdarahan vitreus (panah lurus), ruptur sklera tipis pada tepi diskus optik (
panah kecil), dan area kecil pada perdarahan orbita (panah lengkung).

Avulsi sarafOptik

Avulsi saraf optik merupakan sequel yang jarang terjadi pada trauma tumpul. B-scan juga
menunjukkan kerusakan yang nyata pada sklera di diskus optikus. (Gambar 4-10). Ada juga perluasan
dari saraf optic retrobulbar (lihat hal 429). Pada kasus yang berlangsung lama, perkembangan
proliferasi membran pada diskus optikus, dan insersi saraf optik mungkin muncul atipikal.10,13
(gambar 4-11)

Trauma Tembus

Luka tembus okular dapat menyebabkan gangguan dan distorsi struktur anatomi normal. Walaupun
begitu,pemeriksaan ultrasound sistemik akan sering berguna untuk mendapatkan informasi.

Segmen anterior
Gangguan pada segmen anterior mungkin akan terjadi pada luka tusuk. Hal ini dapat menjadi hifema
,iridodialisis dan gangguan pada lensa. Ultrasound adapat memperlihatkan banyak lesi dan ideal
untuk menentukan status kamera okuli anterior, iris dan lensa. Abnormalitas pada lensa dapat
ditunjukkan termasuk perubahan katarak (Gambar 4-2), subluksasi/ dislokasi (Gambar 4-12), ruptur
kapsul lensa (Gambar 4-13 dan 4-14), dan reabsorbsi dari lensa materiasl (Gambar 4- 15). Dislokasi
dari IOL dapat ditentukan dengan baik (Gambar 4-16). Membran sikliktik mungkin tampak pada
posterior dari lensa kristaline (gambar 3-63), IOL atau iris (mata afakia). Bodi siliar atau detasemen
siliokoroidal, baik hipotonik sekunder atau hasil traksi dari membran sikliktik mungkin muncul ( lihat
gambar 3-61). Penurunan perkembangan adalah komplikasi langka pada trauma tusuk. Pada kondisi
ini, sel epitel memanjang ke permukaan struktus anterior. Kadang kadang, penurunan
perkembangan dari kista atau masa solid dapat digambarkan dengan ultrasound (lihat hal 177).

Gambar 4-11 Avulsi dalam waktu lama pada saraf optik pada luka football. A, Foto fundus (11 tahun
setelah luka) menunjukkan diskus optikus yang pucatdengan jaringan glial pada permukaanya. B-
scan longitudinal menunjukkan avulsi diskus optikus (B) dan saraf optik yang normal (C). B, adesi
jaringan proliferatif (panah) dan saraf optik retrobulbar yang abnormal (ON). C, saraf optik yang
normal

Gambar 4-12 Hifema, iridodialisis dan subluksasi lensa pada luka tusuk. Imersi axial B-scan ekogram.
C, kornea, H, hifema kamera okuli anterior; I, iris; L, lensa; M, methilselulosa dengan kerangka sklera;
V, perdarahan vitreus; panah, iridodialisis

Gambar 4- 13 Ruptur Kapsul lensa posterior sekunder pada luka tusuk. Para axial B-scan
menunjukkan ruptur kapsul posterior (panah) dengan inkarserata pada vitreus anterior. V, kavitas
vitreus.

Gambar 4-14 Jalur perdarahan melalui kavitas vitreus dari luka penetrasi. A, macula vertikal B-scan
ekogram tampak tebal, jalur perdarahan tampak memanjang pada kavitas vitreus pada luka tusuk.
Tampak anterior , tampak rupur yang lebar pada kapsula lensa posterior (P).

B, B- scan transversal menunjukkan potongan melintang sekeliling vitreus yang jelas. C, B-scan
menunjukkan dangkalnya traksi RD (panah) pada posterior bagian yang terpengaruh. 9green RL,
Byrne SF : Diagnostic ophtalmic ultrasound, in Ryan SJ [ed]: Retina, ed 3, St Louis, Mosby, 2001, p
265).

Gambar 4-15 gangguan lensa pada luka tusuk. Imersi axial B-scan ekogram menunjukkan sisa
material lensa (panah). C, kornea; M, methilselulosa dengan permukaan sklera; V, kavitas vitreus

Gambar 4-16 Dislokasi IOL. A, Fotografi fundus menunjukkan dislokasi lensa (panah lurus)

Anda mungkin juga menyukai