Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

Di Susun Oleh:
Tri Septiningrum
P1337420216054
III B

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018

KONSEP DASAR
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat
truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok
(FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah
terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.
ANATOMI TULANG
1. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka
masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana
terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan
benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu
korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid
dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap
sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari
matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae
(didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang
menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat
pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah
inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar
tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya
terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat
sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk
sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah
yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow
kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan
Fat Embolism Syndrom (FES).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah
osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang
dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat
oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang
kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi
sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang
daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik
(kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang
antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan
Ignatavicius, Donna. D,1995).

2. Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering
menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis,
tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan
tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi
seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan sisinya
halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan
struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara
epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa
pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang sedang rongga medula (marrow)
adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al, 1993)

3. FUNGSI TULANG
1. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2. Tempat mlekatnya otot.
3. Melindungi organ penting.
4. Tempat pembuatan sel darah.
5. Tempat penyimpanan garam mineral.
(Ignatavicius, Donna D, 1993)

B. Etiologi
Menurut Barbara C Long (1996)

a) Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
b) Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
c) Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya
struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh
kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang
menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat
pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan,.

Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :

a) Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik


terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c) Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.

C. Patofisiologi
Pada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan femur pada orang
dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya pasien mengalami
multipel trauma yang menyertainya.
Secara klinis fraktur femur terbuka sering didapatkan adanya kerusakan
neurovaskuler yang akan memberikan manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok
hipovolemik karena kehilangan darah (pada setiap patah satu tulang femur diprediksi
akan hilangnya darah 500 cc dari sistem vaskular), maupun syok neurologik disebabkan
rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di bawah
tulang femur.
1. Proses Fraktur
Trauma muskuluskeletal bisa menjadi fraktur dapat dibagi menjadi trauma
langsung dan trauma tidak langsung.
a) Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak
ikut mengalami kerusakan.
b) Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung merupakan suatu kondisi trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.
2. Penyembuhan Tulang Normal
Ketika mengalami cedera fragmen. Tulang tidak hanya ditambal dengan
jaringan parut, tetapi juga akan mengalami regenerasi secara bertahap. Ada beberapa
tahapan dalam penyembuhan tulang :
a) Fase 1 : Inflamasi
Respon tubuh pada saat mengalami fraktur sama dengan respon apabila ada
cedera di bagian tubuh lain. Terjadi perdarahan pada jaringan yang cedera dan
pembentukan hematoma pada lokasi fraktur. Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan
diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan membersihkan daerah
tersebut dari zat asing. Pada saat ini terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri.
b) Fase 2 : Proliferasi sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk
benang-benang fibrin pada darah dan membentuk jaringan untuk revaskularisasi,
serta invasi fibroblast dan osteoblas.
Fibroblas dan osteoblas (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).
Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut di
rangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Namun, gerakan
yang berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh
menunjukan potensial.
c) Fase 3 : Pembentukan dan Penulangan kalus (osifikasi)
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai
sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan dan serat tulang imatur. Bentuk kalus dan volume
yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan
dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat
minggu agar fragmen tulang terhubung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.
Secara klinis, fragmen tulang tak bisa lagi digerakan.
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga
minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial. Mineral terus-
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Pada
patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga
sampai empat bulan.
d) Fase 4 : Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun pada beratnya
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan stres fungsional pada tulang
(pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus). Tulang kanselus
mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal
kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna,
muatan permukaan patah tulang tidak lagi negatif.
3. Faktor-faktor Penyembuhan Fraktur
a) Umur penderita.
b) Lokalisasi dan konfigurasi fraktur.
c) Pergeseran awal fraktur.
d) Vaskularisasi pada kedua fragmen.
e) Reduksi serta imobilisasi.
f) Waktu imobilisasi.
g) Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak.
f) Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal.
g) Cairan sinovia.
h) Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak.
i) Nutrisi.
j) Vitamin D.

D. Pathway
Trauma langsung,trauma tidak langsung dan trauma patologis

Fraktur
Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang Nyeri akut

Perubahan jaringan sekitar spasme otot

Pergeseran fragmen tulang Laserasi Kulit Risiko Infeksi

Deformitas

Gangguan fungsi ekstremitas

Hambatan Mobilitas Fisik


E. Klasifikasi Fraktur Femur
Ada 2 tipe utama fraktur pinggul :
1. Fraktur kolum femur : intra kapsuler
2. Fraktur trokhenter : ekstrakapsuler.

Fraktur kolum femur : penyembuhan akan lebih sulit dibandingkan dengan fraktur
trokhenter, karena system pembuluh darah yang memasok darah kekaput dan kolum femur
mengalami kerusakan karena fraktur.

F. Tanda dan Gejala


Menurut Brunner & Sudddarth (2002) tanda dan gejala fraktur :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2 Deformitas (perubahan bentuk) dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.


Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung
pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

3 Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4 Krepitasi (bunyi bila digerakkan) yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan,
teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu
dengan lainnya.

5 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.

6 Peningkatan temperatur lokal

7 Pergerakan abnormal

8 Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)

9 Kehilangan fungsi

10 Fungsi rontgent terlihat (bentuk patah dan lokasi patah)

11. Perdarahan
G. Komplikasi
Menurut Depkes RI (1995) komplikasi dari fraktur adalah :
1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang bisa berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cidera
2. Emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih
3. Sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika
tidak ditangani segera
4. Infeksi
5. Tromboemboli (emboli paru) yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu
setelah cidera
6. Koagulopati Intravaskuler Diseminata (KID)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan


sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan
kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada taha penyembuhan tulang.

b) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan


osteoblastik dalam membentuk tulang.

c) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat


Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.

3. Pemeriksaan lain-lain

a) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan


mikroorganisme penyebab infeksi.

b) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
c) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

d) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.

e) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

f) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.(Ignatavicius, Donna D,


1995)

I. Penatalaksanaan

1. Pengkajian Keperawatan
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan
diagnosis medis.
b) Pengkajian Primer
 Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
 Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
c) Pengkajian Sekunder
Menurut Doenges (2000) pengkajian keperawatan pada klien fraktur :
 Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan
jaringan, nyeri)
 Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang – kadang terlihata sebagai respons terhadap nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah) takikardia (respons stress,
hipovolemia) penurunan/tak nadi pada bagian distal yang cidera : pengisian
kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena. pembengkakan jaringan/massa
hematoma pada sisi cidera.
 Neurosensori
Tanda : Deformitas local : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.Agitasi
(mungkin mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas/trauma lain)Gejala :
Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot Kebas/kesemutan (parestesis)
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri berat tiba – tiba pada saat cidera (Mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang : dapat berkurang pada mobilisasi) tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.Spasme/kram otot (setelah mobilisasi).
 Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

2. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Problem
DS: Pasien mengatakan Agen injuri fisik Nyeri akut
nyeri. (fraktur)
P: Nyeri injuri fisik
Q: Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R:Nyeri di paha
kanan(femur)
S:Skala 6
T:Hilang timbul saat
bergerak
DO:
GCS:E M V
Kesadaran umum:
TTV:
T : mmHg
RR : x/menit
Suhu : OC
Nadi : x/menit

DS: Pasien mengatakan Kerusakan kerangka Hambatan mobilitas


kaki kanannya tidak neuromuskular fisik
bisa digerakkan
DO: Pasien post
operasi fraktur colum
femur dextra
DS: Keluarga Prosedur pembedahan Riisko infeksi
mengatakan pasien tadi
sempat panas
DO: akral hangat,
S:38.8 C

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2000) diagnosa keperawatan pada klien fraktur :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka
neuromuskular
c) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
d) Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan
dan disuse
e) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
f) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap informasi, terbatasnya kognitif
4. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Dx NOC NIC Rasional
1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri : a. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 a Kaji nyeri secara tingkat nyeri
jam,maka diharapkan pasien tidak komprehensif pasien
mengalami nyeri Dengan Kriteria termasuk lokasi, b. Untuk mengetahui
hasil: karakteristik, durasi, tingkat
frekuensi, kualitas ketidaknyamanan
Skala Awal Tujuan dan faktor dirasakan oleh
Melap presipitasi. pasien
orkan b. Observasi reaksi c. Untuk
3 5
adanya nonverbal dari mengalihkan
nyeri ketidak nyamanan. perhatian pasien
Frekue c.Gunakan teknik dari rasa nyeri
nsi 3 5 komunikasi d. Untuk mengetahui
nyeri terapeutik untuk apakah nyeri yang
Pernya mengetahui dirasakan klien
taan 3 5 pengalaman nyeri berpengaruh
nyeri klien sebelumnya. terhadap yang
Ekspre d.Kontrol faktor lainnya
si lingkungan yang e. Untuk
nyeri 3 5 mempengaruhi nyeri mengurangi factor
pada seperti suhu yang dapat
wajah ruangan, memperburuk
Keterangan : pencahayaan, nyeri yang
1 : Berat kebisingan. dirasakan klien
2 : Besar e.Kurangi faktor f. untuk mengetahui
3 : Sedang presipitasi nyeri. apakah terjadi
4 : Ringan f. Pilih dan lakukan pengurangan rasa
5: Tidak ada penanganan nyeri nyeri atau nyeri
Dengan tujuan: (farmakologis/non yang dirasakan
1. Klien melaporkan nyeri farmakologis). klien bertambah.
berkurang g. Ajarkan teknik non g. Pemberian “health
2. Klien dapat mengenal farmakologis education” dapat
lamanya (onset) nyeri (relaksasi, distraksi mengurangi
3. Klien dapat dll) untuk mengetasi tingkat kecemasan
menggambarkan faktor nyeri.. dan membantu
penyebab h.Berikan analgetik klien dalam
4. Klien dapat untuk mengurangi membentuk
menggunakan teknik non nyeri. mekanisme
farmakologis i.Evaluasi tindakan koping terhadap
5. Klien menggunakan pengurang rasa nyer
analgesic sesuai instruksi nyeri/kontrol nyeri. h. Untuk
j.Kolaborasi dengan mengurangi
dokter bila ada tingkat
komplain tentang ketidaknyamanan
pemberian analgetik yang dirasakan
tidak berhasil. klien.
i. Agar nyeri yang
dirasakan klien
tidak bertambah.
j. Agar klien
mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
dalam
memanagement
nyeri yang
dirasakan.
k. Pemberian
analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pasien

2. Setelah dilakukan tindakan selama a.Kaji tingkat a. ROM aktif dapat


2x24 jam,diharapkan pasien dapat kemampuan ROM membantu dalam
beraktifitas seperti biasanya aktif pasien mempertahankan/
dengan. Dengan Kriteria Hasil: b.Anjurkan pasien meningkatkan
Skala Awal Tujuan untuk melakukan kekuatan dan
Jari body mechanic dan kelenturan otot,
tangan 3 5 ambulasi. mempertahankan
kanan c.Berikan sokongan fungsi
Jari (support) pada cardiorespirasi,
tanagn 3 5 ekstremitas yang luka dan mencegah
kiri d.Ajarkan cara-cara kontraktur dan
Kaki yang benar dalam kekakuan sendi
3 5
kanan melakukan macam- b.Body mechanic dan
Keterangan: macam mobilisasi ambulasi
1 : Sangat Terganggu seperti body mechanic merupakan usaha
2 : Berat ROM aktif, dan koordinasi diri
3 : Sedang ambulasi. muskuloskeletal
4 : Ringan e.Kolaborasi dengan dan sistem saraf
5 :Tidak ada fisioterapi dalam untuk
Tujuan: penanganan traksi mempertahankan
- Klien meningkat dalam aktivitas yang boleh keseimbangan
fisik digerakkan dan yang yang tepat
- Mengerti tujuan dari peningkatan belum boleh c.Memberikan
mobilitas digerakkan sokongan pada
- Memverbalisasikan perasaan ekstremitas yang
dalam meningkatkan kekuatan luka dapat
dan kemampuan berpindah mingkatkan kerja
- Memperagakan penggunaan alat vena, menurunkan
Bantu untuk mobilisasi (walker) edema, dan
mengurangi rasa
nyeri
d.Agar pasien
terhindar dari
kerusakan
kembali pada
ekstremitas yang
luka
e.Penanganan yang
tepat dapat
mempercepat
waktu
penyembuhan

3. Setelah dilakukan tindakan selama Kontrol infeksi : a. Mengidentifikasi


2x24 jam,diharapkan tidak terdapat a. Pantau tanda-tanda tanda-tanda
faktor risiko infeksi.Kriteria Hasil: vital. peradangan
Skala Awal Tujuan b. Lakukan perawatan terutama bila suhu
Mengidentif terhadap prosedur tubuh meningkat.
ikasi faktor inpasif seperti infus, b. Untuk mengurangi
3 4
resiko kateter, drainase resiko infeksi
infeksi luka, dll. nosokomial.
Mengidentif c. Kolaborasi untuk c. Kolaborasi untuk
ikasi tanda pemberian pemberian
3 4
dan gejala antibiotik. antibiotic.
infeksi d. Bersihkan d. Meminimalkan
Mengetahui lingkungan setelah risiko infeksi
perilaku dipakai pasien lain. e. Meminimalkan
yang e. Batasi pengunjung patogen yang ada di
berhubunga 3 4 bila perlu. sekeliling pasien
n dengan f. Intruksikan kepada f. Mengurangi
faktor pengunjung untuk mikroba bakteri
infeksi mencuci tangan saat yang dapat
Keterangan: berkunjung dan menyebabkan
1 : Tidak pernah menunjukan sesudahnya. infeksi
2 : Jarang menunjukan g. Lakukan perawatan
3 : Kadang kadang menunjukan luka, dainage,
4 : Sedang menunjukan dresing infus dan
5 : Secara konsisten menunjukan dan kateter setiap
Tujuan: hari.
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi a. Jelaskan tanda gejala
2. Menunjukkan pemahaman infeksi dan anjurkan
dalam proses perbaikan kulit untuk segera lapor
dan mencegah terjadinya cidera petugas
berulang
3. Menunjukkan terjadinya proses
penyembuhan luka

5.Evaluasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
Evaluasi yang diharakan: Nyeri berkurang
b.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromuskular.
Evaluasi yang diharapkan: pasien dapat beraktivitas secara mandiri
c.Resiko Infeksi berhubungan dengan Prosedur pembedahan
Evaluasi yang diharapkan: tidak mengalami infeksi
DAFTAR PUSTAKA

 Doengoes, M.E., 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.


 Ircham Machfoedz, 2012. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
 Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
 Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapiuz
 Santosa, Budi. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20015-2017. Jakarta:
Prima Medika
 Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai