Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak
masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu perusahaan
juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka semua biaya yang
terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai
biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung, pengawasan
mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperlukan dalam proses
produksi.

PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

Sebelum menentukan anggaran biaya overhead pabrik, kita harus bisa menggolongkan
biaya overhead pabrik terlebih dahulu. Dengan adanya penggolongan, kita akan lebih mudah
dalam menentukan seberapa besar anggaran yang perlu disisihkan sebagai anggaran biaya
overhead pabrik sesuai dengan usaha di perusahaan kita. Biaya overhead pabrik dapat
digolongkan ke dalam tiga kriteria, yakni:

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya

Berdasarkan sifatnya, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi:

a. Biaya bahan penolong

Bahan penolong yang dimaksud dalam hal ini adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari hasil
produksi atau bahan yang nilainya relatif kecil dibandingkan harga keseluruhan produk.

b. Biaya tenaga kerja tak langsung

Tenaga kerja tak langsung yang dimaksud dalam biaya overhead pabrik adalah tenaga kerja
perusahaan yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk.

c. Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimaksud dalam biaya overhead pabrik adalah biaya suku
cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies), dan harga jasa yang perlu
dikeluarkan perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan mesin produksi, kendaraan,
dan alat-alat perusahaan lainnya.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan
perubahan volume produksi.

Penggolongan biaya overhead pabrik yang selanjutnya dibagi berdasarkan perilakunya dalam
hubungan dengan perubahan volume produksi. Perilaku biaya overhead pabrik ini dapat dibagi
menjadi tiga golongan:

a. Biaya overhead pabrik tetap, yakni biaya overhead pabrik yang tidak berubah meskipun terjadi
perubahan dalam volume produksi.

b. Biaya overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan
perubahan volume produksi.

c. Biaya overhead pabrik semivariabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah namun tidak
sebanding dengan perubahan volume produksi. Untuk memudahkan penentuan tarif biaya
overhead pabrik, biasanya biaya overhead pabrik semivariabel akan dipecah menjadi dua unsur
yakni biaya tetap dan biaya variabel.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.

Selain departemen produksi, sebuah perusahaan pasti memiliki departemen lain yang
dikategorikan sebagai departemen pembantu. Berdasarkan hubungannya dengan departemen-
departemen yang ada dalam perusahaan, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu:

a. Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead expenses), yakni
biaya overhead pabrik yang ada dalam sebuah departemen dan manfaatnya hanya dapat
dinikmati oleh departemen tersebut.

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departemental overhead expenses),
yakni biaya overhead pabrik yang manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu departemen.

METODE PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK

Untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan perlu memperhatikan jumlah tarif
biaya overhead pabrik yang akan digunakan. Terdapat tiga alternatif yang dapat perusahaan
digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik, yaitu:

1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal

Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead pabrik untuk pembebanan biaya overhead
pabrik ke pesanan maupun produknya dari awal sampai akhir proses.
2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi

Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap tahapan atau departemen
produksi yang ada di perusahaan. Jumlah tarif biaya overhead pabrik tergantung dari tahapan
atau departemen produksi yang ada.

3. Activity Rate / Tarif Setiap Aktivitas

Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap aktivitas yang terjadi dalam
pembuatan produknya. Cara ini dikenal dengan Activity Based Costing (ABC).

MENGHITUNG BIAYA OVERHEAD PABRIK

Untuk bisa menghitung biaya overhead pabrik, terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik didasarkan pada volume kegiatan yang akan
dilaksanakan di masa depan.

2. Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya overhead pabrik

Dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, dapat dipilih berdasarkan satuan
produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin.
Sementara itu faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembebanan biaya overhead
pabrik antara lain:

a. Memperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen
produksi

b. Memperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan hubungannya
dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik yang dapat dilakukan dengan rumus:
Beberapa dasar penentuan tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :

1) Atas dasar satuan produk

Tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk, dihitung dengan cara sebagai
berikut:

Contoh :
BOP untuk satu periode, ditaksir sebesar Rp 10.000.000,00 dan taksiran produk yang dihasilkan
pada periode tersebut sebanyak 10.000 unit. Tarif BOP per unit produksi, dihitung sebagai
berikut:
Rp 10.000.000,00 : 10.000 = Rp 1.000,00

2) Atas dasar biaya bahan baku

BOP yang dibebankan kepada produk, tarif biaya overhead dapat dihitung sebagai berikut:
Pertama, hitung persentase pembebanan BOP atas dasar pemakaian biaya bahan baku, dengan
rumus :

Selanjutnya, BOP yang dibebankan kepada setiap unti produk, dihitung dengan cara mengalikan
persentase pembebanan dengan biaya bahan baku per unit produk.

Contoh :
Taksiran BOP untuk sutau periode, sebesar Rp 60.000.000,00. Biaya bahan baku yang dipakai
pada periode tersebut, ditaksir sebesar Rp 50.000.000,00. Persentase pembebanan BOP, dihitung
sebagai berikut :
(Rp 60.000.000,00 : Rp 50.000.000,00) X 100% = 120% dari biaya bahan baku
Jika dalam pelaksanaanya, untuk menyelesaikan suatu produk pesanan menghabiskan biaya
bahan baku sebesar Rp 80.000,00, maka BOP yang bibebankan kepada produk pesanan tersebut
adalah :
120% X Rp 80.000,00 = Rp 96.000,00

3) Atas dasar biaya tenaga kerja langsung

Jika sebagian besar dari BOP terdiri dari biaya-biaya yang berhubungan erat dengan biaya tenaga
kerja langsung, maka BOP dibebankan kepada produk atas dasar pemakaian biaya tenaga kerja
langsung. Perhitungan pembebanan BOP kepada produk, tidak berbeda dengan perhitungan
pembebanan BOP atas dasar pemakaian biaya bahan baku. Dengan rumus :

Contoh :
BOP untuk suatu periode ditaksir sebesar Rp 60.000.000,00. Biaya tenaga kerja langsung pada
periode tersebut ditaksir sebesar Rp 80.000.000,00. Persentase pembebanan BOP dari biaya
tenaga kerja langsung, dihitung sebagai berikut :
Rp 60.000.000,00 : Rp 80.000.000,00 X 100% = 75%
Jika dalam pelaksanaanya, untuk menyelesaikan suatu produk pesanan menghabiskan biaya
bahan baku sebesar Rp 120.000,00, maka BOP yang bibebankan adalah :
75% X Rp 120.000,00 = Rp 90.000,00

4) Atas dasar jam tenaga kerja langsung

Selain atas dasar pemakaian biaya tenaga kerja langsung, BOP dapat pula dibebankan atas dasar
jam tenaga kerja langsung. Hal ini mengingat bahwa besarnya biaya tenaga kerja langsung, erat
hubungannya dengan banyaknya jam tenaga kerja langsung yang dipergunakan dalam proses
produksi. Tarif BOP per jam tenaga kerja langsung, dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Contoh :
BOP dalam suatu periode, ditaksir sebesar Rp 50.000.000,00. Jam tenaga kerja langsung yang
dapat dicapai pada periode itu, ditaksir sebanyak 40.000 jam. Tarif BOP per jam tenaga kerja
langsung, adalah :
Rp 50.000.000,00 : 40.000 = Rp 1.250,00

5) Atas dasar jam mesin

Pembebanan BOP dalam suatu periode atas dasar jam mesin digunakan, apabila sebagian besar
BOP terdiri atas biaya-biaya yang berhubungan erat dengan waktu penggunaan mesin. Tarif
pembebanan BOP per jam mesin dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Contoh :
Taksiran BOP dalam suatu periode berjumlah Rp 50.000.000,00 dan taksiran jam mesin yang
dipergunakan dalam periode tersebut sebanyak 20.000 jam. Tarif BOP per jam mesin, adalah :
Rp 50.000.000,00 : 20.000 = Rp 2.500,00 per jam mesin.

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Clean Cost Concepts adalah cara mengalokasikan BOP,
dimana BOP bagian Jasa secara langsung dialokasikan ke bagian produksi sesuai proporsi
pemakaiannya.

1. Metode alokasi langsung (direct alocation method)


Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi
yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh
departemen jasa hanya dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan tidak ada
departemen jasa lain yang memakai jasa tersebut (Departemen Jasa tidak memakai jasanya).
Contoh kasus: Metode Alokasi langsung
CV HAM mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni departemen
proses 1 dan proses 2, dan ditunjang oleh dua departemen jasa yaitu departemen jasa listrik (X)
dan departemen jasa pemeliharaan mesin (Y). Seluruh tenaga listrik dan pemeliharaan mesin
sepenuhnya digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:

Perkiraan besarnya BOP untuk masing-masing departemen adalah

Tentukan BOP Dianggarkan setelah alokasi dengan menggunakan metode alokasi langsung!

Jawab
Menghitung BOP dianggarkan Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:

1. Jasa X
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 30.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing :
Departemen Proses 1 = 30% x Rp 30.000.000 = Rp 9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Departemen Proses 3 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Total = Rp 30.000.000,-
2. Jasa Y
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 60.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen 1 = 25% x Rp 60.000.000 = Rp 15.000.000,-
Departemen 2 = 40% x Rp 60.000.000 = Rp 24.000.000,-
Departemen 3 = 35% x Rp 60.000.000 = Rp 21.000.000,-
Total = Rp 60.000.000,-

2. Metode Alokasi Bertahap (Step Method)


Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa tidak hanya dinikmati
oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula oleh departemen jasa yang lain.
Sebagai contoh bagian jasa terdiri dari bagian pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi.
Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh bagian
reparasi untuk memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi menggunakan pula
sebagian jasa yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk menggerakkan peralatan
reparasi.

Satu metode untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik bagian jasa apabila terjadi hal
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode aljabar (Algebraic method). Dalam
metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di masing-masing bagian jasa dinyatakan dalam
formula berikut:

Keterangan:
X = jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa Y
Y = jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa X
a1 = BOP bagian jasa X sebelum alokasi
a2 = BOP bagian jasa Y sebelum alokasi
b1 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa Y oleh bagian X
b2 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa X oleh bagian Y

Contoh Kasus : Metode Alokasi Bertahap

PT RAS mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Perusahaan
merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas normal produksi sebesar 50.000 unit,
selama Tahun 2006 sebesar:
Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain digunakan oleh
bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam hal ini
terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan. Proporsi
pemakaian jasanya adalah:

Berdasarkan data tersebut, diminta:


1. Menghitung BOP Neto masing-masing departemen jasa
2. Menghitung BOP Neto yang dianggarkan untuk masing-masing departemen produksi

Jawab
1. Menghitung BOP Neto bagian Jasa setelah alokasi
Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa dinyatakan dalam
persamaan-persamaan berikut:
X = a1 + b1 Y .................................. persamaan 1
Y = a2 + b2 X .................................. persamaan 2
X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X

Jadi
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X
X – 0,05 X = 28.500.000
X = 30.000.000
Y = 2.000.000 + 20% X
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)
Y = 8.000.000

Jadi

 BOP bagian jasa listrik setelah mendapat alokasi BOP dari bagian jasa pemeliharaan
adalah sebesar Rp 30.000.000,-
 BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa listrik
adalah sebesar Rp 8.000.000,-

Dengan demikian maka jumlah BOP Neto untuk masing-masing departemen jasa adalah:

Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian dibebankan kepala
masing-masing departemen produksi sesuai proporsi masing-masing:

2. Menghitung BOP Neto masing-masing Departemen Produksi setelah alokasi

Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:

1. Jasa X (departemen listrik)


BOP departemen jasa X sebanyak Rp 24.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen Proses 1 = 30/80 x Rp 24.000.000 = Rp 9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 50/80 x Rp 24.000.000 = Rp 15.000.000,-
Total = Rp 24.000.000,-
2. Jasa Y (departemen pemeliharaan)
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 6.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-masing
departemen produksi dengan proporsi masing-masing:
Departemen Proses 1 = 40/75 x Rp 6.000.000 = Rp 3.200.000,-
Departemen Proses 2 = 35/75 x Rp 6.000.000 = Rp 2.800.000,-
Total = Rp 6.000.000,-

Jadi selengkapnya adalah sebagai berikut:


RANGKUMAN MATERI KULIAH

SAP 8

BIAYA OVERHEAD PABRIK

OLEH :

NI MADE CINTYA DEVI ARI ADI 1607531002

I GUSTI AYU ARY AMALIA TAMARA 1607531010

KOMANG NIK RADHI HARDANI 1607531013


FAKULAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

DAFTAR REFERENSI

Mulyadi,2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5. YKPN. Yogyakarta.

https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/anggaran-biaya-overhead-pabrik-
bop/metode-alokasi-biaya-overhead-pabrik-bop

Anda mungkin juga menyukai