Risk Based Thinking Dalam ISO 9001-2015
Risk Based Thinking Dalam ISO 9001-2015
Persyaratan baru yang paling menarik perhatian dalam standar ISO-9001:2015 adalah adanya
'risk based thinking'. Persyaratan baru ini menjiwai keseluruhan ISO-9001:2015, sama dengan
persyaratan pendekatan proses dan siklus PDCA. Persyaratan dan istilah risk based thinking
disebut beberapa bagian di ISO-9001:2015, diantaranya:
Dalam klausul pendahuluan, disebutkan bahwa :
Dalam menerapkan sistem manajemen mutu, salah satu yang harus dipertimbangkan
adalah resiko dalam konteks dan sasaran organisasi,
Risk based thinking, dipadukan dengan pendekatan proses dan konsep PDCA menjadi
alat untuk mengintegrasikan sistem manajemen mutu dengan sistem manajemen yang
lain.
Dalam klausul 5.1.2 tentang Fokus pada pelanggan, disebutkan bahwa salah satu tanggung
jawab manajemen adalah memastikan bahwa resiko dan peluang yang dapat mempengaruhi
peningkatan kepuasan pelanggan harus di determine dan address
Dalam Klausul 6.1 tentang perencanaan sistem manajemen mutu, ditegaskan lagi bahwa
dalam merencanakan sistem manajemen mutu, organisasi harus mempertimbangkan dan
mengambil tindakan atas dasar resiko dan peluang yang ada.
Dalam klausul 8.5.5 tentang aktifitas paska pengiriman, disebutkan bahwa tingkat aktifitas
paska pengirimn yang diperlukan, organisasi harus mempertimbangkan resiko berkaitan dengan
produk dan layanan.
Dalam klausul 9.3 tentang tinjauan manajemen manajemen, disebutkan bahwa salah satu
yang ditinjau oleh manajemen adalah efektifitas tindakan yang diambil untuk menangani resiko
dan peluang.
Dapat dilihat bahwa risk based thinking kini menjadi bagian yang sangat penting dalam
menerapkan sistem manajemen berdasarkan ISO-9001.
Apa sebetulnya Resiko dan artinya risk based thinking.
Resiko
Dalam ISO-9001:2015, definisi dari resiko adalah: Effect of uncertainty on an expected result -
efek terhadap hasil yang diinginkan karena adanya ketidakpastian.
Contoh:
ISO-9001:2015 juga menjelaskan bahwa resiko dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari tingkat
kemungkinan dan konsekwensinya. Ini berarti mengacu pada skala resiko.
Contoh, bila kemungkinan macetnya lalu lintas cukup besar dan konsekwensi dari
keterlambatan sangan merugikan, maka resiko adalah tinggi.
Risk based thinking
Bila diartikan secara bebas, risk based thinking berarti memperhatikan dan mempertimbangkan
segala resiko dalam setiap pengambilan keputusan. Apa resiko yang ada, misalnya, kalau
organisasi akan membuat produk baru, atau akan mengeksekusi proyek baru, atau akan
mengirim produk ke pelanggan yang baru? Apa resikonya bila diinginkan penggunaan alat yang
baru? Dari situ, organisasi dapat memutuskan tindakan-tindakan yang diperlukan. Misalnnya,
membiarkan rancangan produk apa adanya, memodifikasi rancangan atau mungkin
membatalkan rancangan.
Resiko dan peluang
Dalam beberapa bagian, ISO-9001 menyandingkan kata resiko dengan peluang. Misalnya,
organisasi harus mempertimbangkan 'resiko dan peluang' dalam perencanaan sistem
manajemen...dan seterusnya. Ini membuat konsep tentang risk based thinking tidak sekedar
mengganti persyaratan preventive action dalam versi ISO-9001:2008, tetapi juga mencakup
peningkatan berkelanjutan. Ini juga menarik bila dikaitkan dengan konsep risk management.
Dalam konsep risk management yang sedang berkembang sekarang, resiko dibagi menjadi tiga
jenis: