Anda di halaman 1dari 6

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH PANDAN ARANG
KABUPATEN BOYOLALI
NOMOR 445/ TAHUN 2015
TENTANG
PANDUAN MANAJEMEN EFEK SAMPING
OBAT

PANDUAN MANAJEMEN EFEK SAMPING OBAT


BAB I
DEFINISI

A. Efek Samping Obat (Adverse Drug Reactions) adalah respon terhadap suatu
obat yang merugikan dan tidak diinginkan dan yang terjadi pada dosis
yang biasanya digunakan pada manusia untuk pencegahan, diagnosis,
atau terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisiologik
B. Kejadian Tidak Diinginkan (Adverse Events) adalah adalah kejadian medis
yang tidak diinginkan yang terjadi selama terapi menggunakan obat tetapi
belum tentu disebabkan oleh obat tersebut
C. Reaksi obat yang tidak diharapkan (ROTD) merupakan suatu efek samping
obat yang;
1. Perlu dihentikan;
2. Membutuhkan perubahan terapi;
3. Membutuhkan modifikasi dosis;
4. Perlu menjalani perawatan rumah sakit;
5. Memperlama masa perawatan rumah sakit;
6. Membutuhkan terapi suportif;
7. Membuat diagnose menjadi kompleks;
8. Prognosis menjadi lebih buruk;dan
9. Menimbulkan kerusakan sementara, menetap, cacat bahkan kematian.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini disusun sebagai panduan manajemen atau menatalaksana Efek


Samping Obat (ESO) pada pasien yang berobat di RSUD Pandan Arang
Kabupaten Boyolali

BAB III
KEBIJAKAN

A. Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara kolaboratif,
dengan prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit ;
B. Monitoring efek samping obat di rumah sakit dilaksanakan khusus untuk
pasien rawat inap;
C. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah obat baru
atau obat yang baru masuk formularium rumah sakit atau obat yang
terbukti dalam literatur menimbulkan efek samping serius.

BAB IV

2
TATA LAKSANA MANAJEMEN EFEK SAMPING OBAT

A. Prinsip Manajemen Efek Samping Obat


1. Pelaksanaan manajemen efek samping obat dilakukan oleh Apoteker
bekerjasama dengan Dokter dan tenaga kesehatan yang lain;
2. Pelaksanaan Manajemen Efek Samping Obat berpedoman pada petunjuk
Pusat Monitoring Obat Nasional di Jakarta.

B. Penentuan Efek Samping Obat


1. Pada saat penetuan ESO perlu dicermati adanya kondisi yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. Gejala putus obat;
b. Sindroma penyalahgunaan obat;
c. Keracunan;
d. Komplikasi akibat over dosis;
e. Hipersensitivitas/alergi.
2. ESO yang perlu dilaporkan adalah:
a. Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping obat;
b. Laporan tidak harus didasarkan atas kepastian seratus persen adanya
hubungan kausal antara efek samping dengan obat.
3. Reaksi yang seyogyanya dilaporkan sebagai berikut:
a. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek
samping obat yang selama ini belum pernah dihubungkan dengan
obat yang bersangkutan;
b. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah obat
baru/obat yang baru masuk formularium rumah sakit atau obat yang
terbukti dalam litelatur menimbulkan efek samping serius. Setiap
reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat.
c. Setiap reaksi efek samping serius antara lain:
1) Reaksi analfilatik;
2) Diskrasia darah;
3) Perforasi usus;
4) Aritmia jantung;
5) Kelainan congenital;
6) Perdarahan lambung ;
7) Efek toksik pada hati;

3
8) Efek karsinogenik;
9) Edema Laring;
10) Efek samping;
11) Serangan epilepsy dan neuropati;
12) Kegagalan ginjal;dan
13) Seluruh jenis efek fatal.
4. Penentuan suatu efek samping obat menggunakan pedoman dari Badan
POM RI sebagai Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dan juga
menggunakan Algoritme Naranjo dan / atau Drug Interaction Probability
Scale(DIPS) diantaranya:
a. Apakah gejala muncul segera setelah diberikan obat baru;
b. Apakah gejala muncul setelah dosis ditingkatkan;
c. Apakah gejla hilang jika obat dihentikan;
d. Apakah gejala muncul lagi jika obat yang distop diberikan lagi.
C. Prosedur Manajemen Efek Samping Obat.
1. Pengumpulan data informasi ESO;
a. Dokter, perawat, bidan dan apoteker diruang rawat, mengamati
kelainan kondisi pasien, keluhan pasien yang terkait dengan
pengobatan yang merupakan suatu ESO;
b Catat informasi ESO pada formulir Pendelegasian Pemberian Obat dari
Apoteker kepada Perawat pada kolom reaksi obat yang tidak
diharapkan meliputi.
1) Informasi tentang pasien:
a) Nama,tanggal lahir,nomor rekam medis;
b) Penyakit utama;
c) Kesudahan penyakit utama.
2) Informasi tentang ESO /Efek Samping Obat;
a) Tanda, gejala, keluhan pasien yang dicurigai sebagai reaksi obat
yang berlawanan;
b) Kapan gejala ESO muncul;
c) Riwayat obat yang digunakan;
(1) Adakah polifarmasi;
(2) Riwayat alergi.

4
d) Informasi tambahan
(1) Hasil pemeriksaan laboratorium yang terkait;
(2) Jenis Efek Samping Obat kronis atau akut.
c. Infokan segera ESO kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
mengenai tanda-tanda Efek Samping Obat.
2. Tindak lanjut informasi ESO oleh Instalasi Farmasi.
a. Melakukan analisis terhadap ESO yang dilaporkan.
b. Analisis ESO yang ada dengan.
1) Datangi ruang rawatpoli;
2) Wawancara pasien dan petugas di ruang rawat/poli;
3) Bandingkan keluhan pasien dengan diskripsi di litelatur;
4) Pastikan hubungan ESO dengan obat yang dicurigai sebagai
pencetusnya;
5) Pertimbangkan kemungkinan adanya penyebab selain obat sebagai
factor predisposisi;
6) Hubungan dosis dan lama pengobatan;
7) Gunakan algoritme Naranjo untuk melihat keterkaitan dan
kebermaknaan serta algoritme DIPS jika dicurigai /disebabkan oleh
adanya interaksi obat.
c. Jika ESO sudah terjadi, pantau dan analisa tingkat kegawatannya,
tentukan cara penyelesaiannya;
d. Koordinasikan dengan dokter/perawat/bidan di ruang rawat/poli,
catat dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintergrasi (CPPT);
e. Pantau ESO;
1) Tentukan kemungkinan tingkat keseriusan/kegawatan;
2) Koordinasi lebih insentif.
f. Pencegahan;
1) Identifikasi pasien dan obat berisiko tinggi;
2) Review semua kejadian ESO di Rumah Sakit;
3) Pengembangan pengamatan dan evaluasi ESO.

5
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Petugas (dokter, perawat, bidan, apoteker) yang menemukan ESO.


Catat Informasi ESO pada formulir serah terima dan catatan pemberian
obat dari apoteker kepada perawat pada kolom reaksi obat yang tidak
diharapkan.

B. Apoteker Instalasi Farmasi


1. Jika tidak ada yang harus dikoordinasikan, apoteker ruang rawat
mencatat dalam formulir MESO.
2. Jika ada yang harus dikoordinasikan, catat hasil koordinasi pada
formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi.
a. Catat pada formulir Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
untuk dilaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional;
b. Hasil yang didapat dievaluasi setiap 6 bulan;
c. Laporkan hasil evaluasi pada instansi terkait KSM rumah sakit setiap
6 bulan;
d. Laporkan hasil evaluasi pada Balai Pengawas Obat dan Makanan
setiap 12 (duabelas) bulan;

DIREKTUR RSUD PANDAN ARANG


KABUPATEN BOYOLALI,

SITI NUR ROKHMAH HIDAYATI

Anda mungkin juga menyukai