Anda di halaman 1dari 40

POTENSI SEDUHAN KEMANGI (Ocimum basillicum) DAN

SEMBUKAN (Paederia foetida) UNTUK PENGENDALIAN


Meloidogyne spp. PADA TANAMAN TOMAT

NURUL FAUZI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Seduhan


Kemangi (Ocimum basillicum) dan Sembukan (Paederia foetida) untuk
Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Nurul Fauzi
NIM A34110069
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar bagi IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
ABSTRAK

NURUL FAUZI. Potensi Seduhan Kemangi (Ocimum basillicum) dan Sembukan


(Paederia foetida) untuk Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat.
Dibimbing oleh ABDUL MUNIF.

Meloidogyne spp. adalah salah satu nematoda parasit penting pada tanaman
tomat yang menyebabkan penyakit puru akar. Penggunaan seduhan kemangi dan
sembukan sebagai nematisida nabati merupakan salah satu alternatif untuk
mengendalikan nematoda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi
seduhan kemangi dan sembukan untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne
spp. dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Daun sembukan dan
kemangi di blender sampai halus kemudian diinkubasi dalam ember selama 2
minggu dengan cara diaerasi dan tanpa aerasi. Setelah 2 minggu seduhan disaring
dan hasil saringan digunakan dalam penelitian ini. Setiap seduhan diaplikasikan
dengan konsentrasi berbeda yaitu 10%, 30%, dan 50%. Hasil uji fitotoksik
menunjukkan seduhan kemangi dan sembukan tidak menunjukkan gejala toksik
pada tanaman tomat. Perlakuan seduhan di rumah kaca menunjukkan bahwa
seduhan daun kemangi mampu menekan pembentukan puru akar dibandingkan
seduhan daun sembukan dan kontrol. Perlakuan seduhan kemangi tanpa aerasi
konsentrasi 50% dapat menekan pembentukan puru akar sebesar 73%. Hasil uji in
vitro terhadap mortalitas larva nematoda menunjukkan bahwa seduhan daun
kemangi tanpa aerasi konsentrasi 50% mampu meningkatkan jumlah mortalitas
larva nematoda Meloidogyne spp. mencapai 50% dibandingkan dengan seduhan
daun sembukan dan kontrol setelah 48 jam perlakuan. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa daun seduhan kemangi memiliki potensi untuk
mengendalikan nematoda puru akar Meloidogyne spp. pada tanaman tomat.

Kata kunci: seduhan, kemangi, sembukan, puru, Meloidogyne spp.


ABSTRACT

NURUL FAUZI. Potential Infusion of Basil (Ocimum basillicum) and Stinkvine


(Paederia foetida) for Control of Meloidogyne spp. on Tomato Plants. Supervised
by ABDUL MUNIF.

Meloidogyne spp. is one of the important parasitic nematodes on tomatoes


that cause root knot disease. Utilization of infusion basil and stinkvine as
botanical nematicides may become alternative for controlling root knot
nematodes. The objective of this study was to determine the potential of basil’s
and stinkvine’s infusion to control Meloidogyne spp. and it’s effect in promoting
growth of tomato. Stinkvine and basil leaves were blended until smooth and then
incubated in a incubation pail within 2 weeks by two aeration condition: aerated
and non aerated. After 2 weeks, the infusions was filtered and used for further
test. Each of infusion of that applied with a different concentration were 10%,
30%, and 50%. Infusion of stinkvine and basil has shown negative result in
phytotoxicity test. In greenhouse scale, infusion of basil and stinkvine showed that
infusion of basil gave better result compare to infusion of stinkvine and control.
Treatment of basil infusion without aeration at a concentration of 50% can
suppress root knot formation by 73%. Mortality test to larvae of Meloidogyne spp.
under in vitro assay indicated that infusion of 50% basil concentration of
increased the number of nematodes Meloidogyne spp. larvae mortality up to 50%
compared to infusion of stinkvine and control after 48 hours of treatment. The
results indicated that infusion of was strongly suggested as biocontrol agents in
controlling root knot nematodes Meloidogyne spp. on tomato.

Keywords: infusion, basil, stinkvine, gall, Meloidogyne spp.


POTENSI SEDUHAN KEMANGI (Ocimum basillicum) DAN
SEMBUKAN (Paederia foetida) UNTUK PENGENDALIAN
Meloidogyne spp. PADA TANAMAN TOMAT

NURUL FAUZI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada
putusnya selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyusun karya tulis berbentuk skripsi yang berjudul Potensi Seduhan Kemangi
(Ocimum basillicum) dan Sembukan (Paederia foetida) untuk Pengendalian
Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat. Sesuai dengan salah satu maksud dan
tujuan skripsi ini, disajikan untuk memenuhi persyaratan dan melengkapi sebagai
ujian, untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan
sejak bulan Februari 2015 sampai Juni 2015 bertempat di rumah kaca SEAMEO
BIOTROP dan Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi
Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis percaya dan sadar bahwa skripsi ini
jauh dari sempurna, namun penulis tetap berusaha dengan sebaik-baiknya
meskipun banyak hambatan yang terjadi antara lain seperti keterbatasan waktu,
kemampuan serta pengetahuan dalam pengumpulan data. Oleh karena itu, penulis
mengaharapkan kritik serta saran sebagai motivasi bagi penulis untuk
menyempurnakan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir
Abdul Munif, MScAgr selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu,
saran, motivasi, dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Idham Sakti Harahap,
MSi yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis.
Terima kasih kepada orang tua, Ayahanda Iwan Herdiawan dan Ibunda Sri
Hernawati serta kakak dan adikku tercinta Gustiani Riva dan Gemi Nurbaiti yang
senantiasa memberikan dukungan moral, materil, doa, dan kasih sayang yang
tiada hentinya. Teman seperjuanganku, Anggun Sasmita, Vera Rachmawati, Pipih
Nurparidah, teman-teman Proteksi Tanaman 48, serta teman-teman Wisma Murni
yang telah memberikan semangat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
kak Yadi Nurjayadi SSi, MSi atas bantuan dan nasihatnya selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

Nurul Fauzi
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
BAHAN DAN METODE 3
Tempat dan Waktu 3
Metode Penelitian 3
Perbanyakan Tanaman Tomat 3
Pembuatan Seduhan Daun Kemangi dan Sembukan 3
Penyiapan Inokulum Nematoda 4
Uji Fitotoksik terhadap Tanaman Tomat 4
Uji in vivo di Rumah Kaca 4
Uji in vitro Seduhan Daun Sembukan dan Kemangi
terhadap Nematoda 5
Populasi Mikroba pada Seduhan Daun Kemangi dan Sembukan 5
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Seduhan Daun Kemangi (Ocimum basillicum) dan
sembukan (Paederia foetida) 6
Uji Fitotoksik Seduhan Daun Kemangi dan Sembukan terhadap
Tanaman Tomat 8
Uji in vivo Seduhan Daun Kemangi dan Sembukan terhadap
Tanaman Tomat 9
Uji in vitro Seduhan Daun Kemangi dan Sembukan terhadap
Larva J2 Meloidogyne spp. 12
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR TABEL

1 Hasil pengukuran pH dan isolasi bakteri dan cendawan dari


seduhan daun kemangi dan sembukan 7
2 Uji fitotoksik seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap
tanaman tomat 9
3 Pengaruh seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap tinggi
tanaman, berat basah akar, dan berat basah tajuk tanaman tomat 10
4 Pengaruh seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap
jumlah puru akar dan populasi larva J2 Meloidogyne spp. 11
5 Pengaruh seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap
persentase kematian larva J2 Meloidogyne spp. 13

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil seduhan daun kemangi dan sembukan 6


2 Populasi bakteri dalam seduhan daun kemangi dan sembukan 8
3 Populasi cendawan dalam seduhan daun kemangi dan sembukan 8
4 Pengaruh perlakuan seduhan daun kemangi dan sembukan
terhadap tanaman tomat 9
5 Pengaruh perlakuan seduhan daun kemangi dan sembukan
terhadap akar tanaman tomat 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap berat basah tajuk


tanaman tomat 19
2 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap berat basah akar
tanaman tomat 19
3 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap tinggi tanaman tomat 19
4 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap jumlah puru akar
tanaman tomat 19
5 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap jumlah nematoda
per 100 g tanah tanaman tomat 20
6 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap persentase penekanan
populasi nematoda Meloidogyne spp. 20
7 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap persentase penekanan
puru akar nematoda Meloidogyne spp. 21
8 Hasil analisis ragam uji in vitro terhadap jumlah kematian
larva J2nematoda Meloidogyne spp. 21
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meloidogyne spp. merupakan nematoda endoparasit menetap yang


menyerang jaringan akar tanaman. Nematoda Meloidogyne spp. atau nematoda
puru akar mempunyai tanaman inang lebih dari 2 000 jenis tanaman (Agrios
1997). Kerugian ekonomi terbesar yang diakibatkan serangan nematoda
Meloidogyne spp. mencapai 11% sampai 25%, namun kadangkala dapat lebih
tinggi (Mulyadi 2009).
Nematoda tersebut mengakibatkan munculnya gejala pada akar dan juga
pada bagian tumbuhan di atas permukaan tanah. Gejala pada akar akan terlihat
seperti puru akar, luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak dan akar
membusuk apabila infeksi nematoda yang berkepanjangan. Secara visual gejala
tanaman akibat Meloidogyne spp. di atas permukaan tanah dapat terlihat seperti
pertumbuhan yang lambat, gejala seperti defisiensi hara dan daun menguning,
layu pada cuaca panas dan kering yang mengakibatkan hasil panen dan
kualitasnya rendah (Agrios 1997).
Pengendalian nematoda dengan nematisida sintetis dalam waktu 50 tahun
masih memegang peran yang sangat penting dikalangan petani (Mustika 2010).
Hal ini dikarenakan cara pengendalian lain belum mampu memberikan hasil yang
memuaskan. Namun, penggunaan nematisida sintetis dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap hasil pertanian dan lingkungan, terutama apabila penggunaan
nematisida terlalu berlebihan. Dampak negatif tersebut dapat menimbulkan
keracunan bagi manusia dan hewan peliharaan, mencemari air dan tanah, serta
membunuh organisme bukan sasaran termasuk musuh alami nematoda seperti
cendawan dan bakteri.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kemangi berpotensi
sebagai pestisida nabati. Kemampuan ekstrak kemangi (Ocimum basillicum)
sebagai larvasida pada lalat Musca domestica yang menyebabkan kematian dan
mengurangi kemampuan ekdisis dan eklosi larva (Iffah et al. 2008). Minyak atsiri
kemangi memiliki potensi sebagai insektisida yang menyebabkan imago
Bactrocera carambolae mengalami kematian dan repellent terhadap daya hinggap
imago (Rahayu 2014). Minyak atsiri kemangi ungu (Ocimum sanctum) dapat
menghambat aktivitas Cucumber mosaic virus (CMV), Mung bean mocais virus
(MBMV), Bean common mosaic virus (BCMV), dan Southern bean mosaic virus
(SBMV) (Rao et al. 1986). Berdasarkan penelitian Hasabo dan Noweer (2005),
senyawa aktif eugenol yang terkandung di daun kemangi berpotensi sebagai
nematisida yang dapat merusak telur dan membunuh juvenil nematoda puru akar.
Tanaman sembukan mengandung senyawa kimia yaitu minyak atsiri dan etanol
yang berpotensi sebagai antibakteri (Uddin et al. 2007).
Sejumlah penelitian lainnya telah dilakukan mengenai ekstrak tanaman
sembukan sebagai pestisida nabati. Kandungan senyawa tanin pada daun
sembukan (Pederia foetida) dilaporkan dapat menghambat perkembangan
Spodoptera litura yang menyebabkan jaringan larva menjadi mengerut dan lebih
kering (Asikin 2010). Selain itu, senyawa aktif pada ekstrak daun sembukan
dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan Alternia alternata, Culvularia lunata,
2

Fusarium equiseti, Macrophomina phaseolina, Botryodiplodia theobromae, dan


Colletrotichum corchori (Begum et al. 2007).
Penggunaan biopestisida untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman sangat potensial karena sifatnya yang alami, aman untuk diaplikasikan,
efektif dan diperoleh dari sumber daya alam lokal sehingga sistem produksi
pertanaman yang berkelanjutan lebih terjamin. Telah banyak diteliti mengenai
ekstrak tanaman dari tanaman obat yang banyak mengandung molekul yang
bekerja secara tunggal maupun berinteraksi dengan molekul lainnya yang mampu
berperan sebagai pestisida. Cara kerja molekul tersebut diantaranya sebagai
biotoksin, pencegah makan, penolak, dan pengganggu alami baik yang diperoleh
dari tumbuhan maupun mikroba lingkungan sekitar (Hadisoeganda dan
Suryaningsih 2004). Sejauh ini laporan terkait dengan seduhan Paederia foetida
(Rubiaceae) dan Ocimum basillicum (Lamiaceae) sebagai biopestisida terhadap
pengendalian nematoda puru akar belum banyak dilaporkan. Penggunaan seduhan
daun kemangi dan sembukan diharapkan dapat memberikan pengaruh untuk
menekan nematoda puru akar dan tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
tomat.
Oksigen merupakan molekul yang sangat penting bagi mikroba untuk
melakukan respirasi dan metabolisme. Pada proses aerasi mikroba akan
mendapatkan oksigen untuk respirasi, sedangkan tanpa aerasi bakteri yang
tumbuh mendapatkan oksigen berupa oksigen terlarut dalam medium. Perbedaan
ini yang menyebabkan bakteri perlu melakukan adaptasi dengan kondisi medium
yang baru, yang memiliki karakteristik berbeda dengan medium awal (Hidayah
2010). Perbedaan karakteristik mikroba dari proses yang berbeda yaitu aerasi dan
tanpa aerasi dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan atau
pertahanan tanaman tomat dan larva J2 Meloidogyne spp. (Aminudi 2013),
sehingga dalam penelitian ini dilakukan pengujian 2 jenis seduhan yang diaerasi
dan tanpa aerasi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi seduhan daun kemangi


dan sembukan untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman tomat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi


seduhan kemangi dan sembukan dalam mengendalikan penyakit khususnya
nematoda puru akar yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman tomat.
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan,


Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan
rumah kaca SEAMEO BIOTROP (Southeast Asian Regional Centre for Tropical
Biology). Penelitian ini dilaksanakan dari Februari sampai Juni 2015.

Metode Penelitian

Perbanyakan Tanaman Tomat


Benih tomat varietas Puchung disemai pada tray semai 72 lubang yang diisi
media semai yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 (Syahputra
2014). Setelah berumur kurang lebih 3 minggu setelah tanam, bibit tomat
dipindahkan ke polybag ukuran 25x25 cm yang berisi media tanam tanah, pupuk
kandang, dan pasir dengan perbandingan 2:2:1 sebanyak satu bibit per polybag.
Pemeliharaan dilakukan setiap 2 hari sekali, meliputi penyiraman dan penyiangan
gulma.

Pembuatan Seduhan Kemangi dan Sembukan


Bahan tanaman yang digunakan adalah daun dan ranting muda dari
tumbuhan kemangi yang diperoleh dari Pasar Cibeureum, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, dan sembukan yang diperoleh dari Desa Karangnunggal,
Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Ranting muda dan daun dari masing-masing tumbuhan dipetik dari batang
utama dan ditimbang seberat 1 kg kemudian dicuci menggunakan air bersih.
Bagian tanaman tersebut masing-masing dicampur dengan air sebanyak 4 liter dan
digiling dengan menggunakan blender hingga hancur (Aminudi 2013). Bahan
tanaman yang sudah digiling dipindahkan kedalam wadah plastik. Seduhan
kemangi dan sembukan yang digunakan dalam penelitian ini dibuat menjadi 4
macam jenis seduhan sebagai berikut:
1. Seduhan sembukan diaerasi
2. Seduhan sembukan tanpa aerasi
3. Seduhan kemangi diaerasi
4. Seduhan kemangi tanpa aerasi
Perlakuan seduhan yang diaerasi menggunakan aerator disimpan dalam
ember dan ditutup dengan plastik selama 2 minggu, sedangkan seduhan tanpa
aerasi hanya ditutup rapat dengan plastik selama 2 minggu. Setelah 2 minggu
masing-masing seduhan disaring untuk mendapatkan hasil seduhan yang bersih,
kemudian disimpan dalam botol plastik (Aminudi 2013).
4

Penyiapan Inokulum Nematoda


Nematoda yang digunakan dalam pengujian ini berasal dari akar tanaman
tomat dan tanah terinfestasi Meloidogyne spp. yang diperoleh dari Kebun
Percobaan IPB Pasir Sarongge, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Nematoda akar
tanaman tomat didapatkan dengan metode corong Baermann yang dimodifikasi
selama 3 hari, sedangkan nematoda dari tanah terinfestasi didapatkan dengan
metode flotasi sentrifugasi (Luc et al. 2005). Tahap ekstraksi tanah dan akar
tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut:
Ekstraksi Meloidogyne spp. dari tanah. Tanah dari perakaran tanaman
tomat yang terinfestasi Meloidogyne spp. diambil sebanyak 100 g dan dilarutkan
kedalam air sebanyak 800 mL, kemudian diaduk dan didiamkan selama 1 menit.
Selanjutnya tanah yang telah dilarutkan disaring bertingkat menggunakan
saringan ukuran 250, 400, dan 500 Mesh. Suspensi ditampung kedalam gelas
ukur, kemudian diamati menggunakan mikroskop binokuler (Wardhiany 2014).
Ekstraksi Meloidogyne spp. dari akar. Akar tanaman tomat dipotong-
potong kecil sepanjang 1 cm menggunakan gunting atau cutter. Potongan-akar
tersebut dimasukkan ke dalam gelas plastik, kemudian disimpan ke dalam alat
pengabutan. Setelah 3 hari, air dalam tabung plastik disaring menggunakan
saringan ukuran 500 Mesh, lalu dibilas dengan air destilasi. Selanjutnya suspensi
ditampung ke dalam cawan bergaris, kemudian diamati dan dihitung
menggunakan mikroskop binokuler (Wardhiany 2014).

Uji Fitotoksik terhadap Tanaman Tomat


Bibit tomat yang digunakan untuk uji fitotoksik adalah bibit tomat varietas
Puchung yang berumur 3 minggu setelah tanam. Seduhan kemangi dan sembukan
sebanyak 100 mL dengan konsentrasi 10%, 30%, dan 50% disiramkan pada tanah
di sekitar pangkal batang tanaman tomat. Pengamatan dilakukan dengan
mengamati tinggi tanaman, jumlah daun sebelum dan sesudah pemberian seduhan,
dan perubahan fisik tanaman. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali
selama 2 minggu setelah perlakuan.

Uji in vivo di Rumah Kaca


Bibit tanaman yang digunakan adalah bibit tomat varietas Puchung yang
berumur 3 minggu setelah tanam. Bibit tanaman tomat tersebut dipindahkan ke
dalam polybag ukuran 25x25 cm yang berisi media tanam yaitu tanah, pupuk
kandang, dan pasir dengan perbandingan 2:2:1 (Nezriyetti dan Novita 2012).
Seduhan kemangi dan sembukan sebanyak 100 mL dengan konsentrasi 10%,
30%, 50% disiramkan pada tanah di sekitar pangkal batang tanaman tomat.
Penyiraman dilakukan satu minggu sebelum inokulasi nematoda Meloidogyne
spp. Selanjutnya penyiraman seduhan dilakukan satu minggu sekali selama 4
minggu setelah inokulasi nematoda. Jumlah larva nematoda Meloidogyne spp.
juvenil 2 (J2) yang diinokulasikan sebanyak 500 ekor per polybag. Satu minggu
setelah penyiraman terakhir dilakukan pencabutan tanaman dengan akarnya untuk
mengetahui pengaruh seduhan. Variabel yang diamati diantaranya jumlah puru
akar per 1 g akar, populasi nematoda puru akar per 100 g tanah, panjang tajuk,
berat basah tajuk, dan berat basah akar. Untuk menghitung keefektikan penekanan
puru akar menggunakan rumus (Abbot 1925):
5

x 100%

Po : Populasi awal nematoda, Pt : Populasi akhir nematoda

Uji in vitro Seduhan Sembukan dan Kemangi terhadap Meloidogyne spp.


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh seduhan daun kemangi
dan sembukan terhadap larva J2 Meloidogyne spp.. Sebanyak 1 mL suspensi
nematoda yang berisi ±350 nematoda dan 4 mL seduhan dengan konsentrasi 10%,
30%, dan 50% dimasukkan kedalam cawan syrraucause. Setiap perlakuan
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan pada 48 jam setelah
perlakuan dengan mengamati jumlah kematian larva nematoda. Kematian diukur
dengan cara menghitung nematoda inaktif.

Populasi Mikroba pada Seduhan Sembukan dan Kemangi


Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui populasi cendawan dan bakteri
dari setiap perlakuan. Setiap seduhan kemangi dan sembukan diencerkan sampai
10-5 kemudian diambil sebanyak 0.1 mL dari pengenceran terakhir, dan disebar
rata pada cawan yang telah berisi media Tryptic Soybean Agar (TSA) untuk
bakteri dan pada media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk cendawan, kemudian
diinkubasi selama 48 jam. Sebelumnya pada media PDA ditambahkan antibiotik
cloramfenicol sebanyak 0.1 g sebagai penghambat pertumbuhan bakteri.
Pengamatan bakteri dilakukan dengan menghitung jumlah koloni pada 2 hari
setelah inkubasi, sedangkan pengamatan cendawan dilakukan pada 7 hari setelah
inkubasi. Penghitungan bakteri berdasarkan bentuk dan warna koloni, sedangkan
penghitungan cendawan dilakukan berdasarkan hanya warna koloni.

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada perlakuan ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh diolah dengan Microsoft Office Excel
2007 dan analisis sidik ragam menggunakan program SAS 9.1.3. Perlakuan yang
berpengaruh diuji lanjut dengan uji Duncan dengan taraf α = 0.05
HASIL DAN PEMBAHASAN

Seduhan kemangi (Ocimum


Ocimum basillicum)
basillicum dan sembukan (Paederia
Paederia foetida
foetida)

Seduhan kemangi dan sembukan


sembukan yang telah diinkubasi selama 2 minggu
memiliki warna, bau, dan pH yang berbeda. Seduhan tanpa aerasi memiliki warna
yang lebih gelap dan bau lebih asam, sedangkan seduhan yang diaerasi memiliki
warna yang lebih muda dan bau yang sama seperti daun aslinya. Hasil seduhan
daun kemangi yang diaerasi memiliki warna seduhan lebih muda yaitu hijau
kekuningan daripada hasil seduhan daun sembukan yang diaerasi yang memiliki
warna kuning kecokelatan.
latan. Hasil seduhan daun kemangi tanpa aerasi memiliki
warna seduhan yang berbeda dengan seduhan daun sembukan tanpa aerasi yaitu
hijau tua dan cokelat
lat kehitaman (Gambar
(Gambar 1). Perubahan warna pada medium
limbah organik dari kuning kecokelatan
kecok menjadi hitam diduga karena adanya
reaksi biokimia yang terjadi pada medium tersebut.
tersebut. Reaksi biokimia yang terjadi
karena metabolisme bakteri untuk mendegradasi substrat
substrat dalam medium (Hidayah
2010).

a b c d

Gambar 1 Hasil seduhan kemangi dan sembukan yang digunakan (a) Kemangi
tanpa aerasi, (b) Kemangi
Ke diaerasi, (c) Sembukan tanpa aerasi, (d)
Sembukan diaerasi

Pengukuran pH seduhan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Hasil


seduhan daun sembukan tanpa aerasi memiliki nilai pH terendah yaitu 6.72.
Seduhan daun sembukan yang diaerasi dan kemangi tanpa aerasi memiliki nilai
pH berkisar 7.45 dan 7.50. Hasil seduhan daun kemangi yang diaerasi memiliki
nilai pH tertinggi yaitu 7.81. Berdasarkan hasil yang didapatkan, nilai pH setiap
perlakuan berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan penelitian Kannangara (2006) yang
menyatakan bahwa kondisi pH pada pembuatan
pembuatan kompos menunjukkan adanya
aktivitas mikroba yang dapat mendegradasi asam organik dan amonia yang baik.
Pada awal dekomposisi kandungan asam organik sangat tinggi. Seiring
meningkatnya proses pengomposan asam organik tersebut akan terdegradasi oleh
mikroba sehingga senyawa asam organik semakin berkurang (Mulyadi 2008) 2008).
Amonia merupakan senyawa yang berasal dari bahan organik. Kandungan amonia
yang berlebihan akan mengakibatkan kondisi basa karena amonia memiliki sifat
basa. Kondisi basa akan menghambat
menghambat pertumbuhan tanaman dan mikroba
(Rahmiyah 2014). Dalam proses aerasi, aerator digunakan untuk mengalirkan
7

udara ke dalam seduhan. Aliran udara tersebut sebagai sumber oksigen proses
metabolisme mikroba.
Berdasarkan hasil uji pH, seduhan daun sembukan tanpa aerasi bersifat
asam, seduhan daun kemangi yang diaerasi bersifat basa, dan seduhan daun
kemangi tanpa aerasi dan sembukan yang diaerasi mendekati netral (Tabel 1). Hal
ini sesuai dengan penelitian Kannangara (2006) yang menyatakan bahwa kondisi
pH pada pembuatan kompos secara anaerob lebih rendah dibandingkan dengan
yang aerob. Proses aerasi dapat memungkinkan terjadinya pembuangan sisa
proses metabolisme mikroba seperti CO2 dan H2O (Anggraeni et al. 2013). Sifat
asam dari proses tanpa aerasi berasal dari peningkatan gas CO2. Seiring
meningkatnya waktu fermentasi, produksi gas CO2 semakin bertambah. Menurut
Kartohardjono et al. (2007), gas CO2 sering disebut gas asam karena gas CO2
memiliki sifat asam. Peningkatan produksi gas tersebut diikuti dengan
peningkatan nilai pH semakin asam (Azizah et al. 2012). Oleh karena itu gas CO2
berpengaruh terhadap nilai pH. Kondisi pH netral terjadi karena mikroba yang ada
dalam proses dekomposisi berada pada fase stasioner, yaitu aktivitas degradasi
yang cenderung stabil.

Tabel 1 Hasil pengukuran pH dan isolasi bakteri dan cendawan dari seduhan
daun kemangi dan sembukan
Jumlah Jumlah
(a)
Seduhan pH Warna Bakteri Cendawan(b)
(108cfu/mL) (105 cfu/mL)
Sembukan
7.4 Kuning kecokelatan 6.9 1.0
diaerasi
Sembukan
tanpa 6.7 Cokelat kehitaman 7.6 4.1
aerasi
Kemangi
7.8 Hijau kekuningan 7.2 0.0
diaerasi
Kemangi
tanpa 7.5 Hijau tua 4.5 2.0
aerasi
(a)
Pengamatan pada 2 hari setelah inkubasi.
(b)
Pengamatan pada 7 hari setelah inkubasi.

Kondisi pH sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri dan


cendawan. Tabel 1 menunjukkan populasi bakteri dan cendawan yang terdapat
pada seduhan daun kemangi dan sembukan. Perlakuan seduhan daun sembukan
tanpa aerasi memiliki jumlah koloni bakteri paling tinggi yaitu 7.6x108 cfu/mL.
Pertumbuhan cendawan terdapat pada seduhan daun sembukan diaerasi, seduhan
daun sembukan tanpa aerasi, dan seduhan daun kemangi tanpa aerasi.
Cendawan adalah organisme non fotosintetik sehingga membutuhkan
oksigen yang cukup untuk kehidupannya (Hidayat et al. 2006). Umumnya
cendawan tumbuh pada kondisi basa, tetapi pertumbuhan cendawan memiliki
cakupan yang lebih luas antara pH 2 sampai pH 8 (Achmad 2004). Bakteri
membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya, baik oksigen bebas ataupun
oksigen terlarut yang terdapat di dalam air. Pada proses tanpa aerasi ketersediaan
8

oksigen sangat terbatas karena sirkulasi udara yang tidak lancar, sehingga mikroba
yang tumbuhh pada pada seduhan tanpa aerasi merupakan mikroba yang mampu
bertahan pada kondisi tersebut. Proses aerasi yang yang lama akan mengganggu
pertumbuhan mikroba yang terdapat di dalam suatu medium karena oksigen yang
berlebihan (Hidayah 2010).

a b c d
Gambar 3 Populasi bakteri dalam seduhan daun kemangi dan sembukan
sembukan.(a)
Kemangi diaerasi, (b) Sembukan diaerasi, (c) Sembukan tanpa aerasi,
(d) Kemangi tanpa aerasi

a b c d
Gambar 3 Populasi cendawan dalam seduhan daun kemangi dan sembukan
sembukan.(a)
Kemangi diaerasi, (b) Sembukan diaerasi, (c) Sembukan tanpa aerasi,
(d) Kemangi tanpa aerasi

Uji fitotoksik seduhan


an daun kemangi dan sembukan terhadap tanaman
tomat

Berkaitan dengan keamanan sediaan atas seduhan ekstrak tumbuhan yang


digunakan sebagai pestisida nabati,
nabati perlu diperhatikan adanya gejala fitotoksik
yang terjadi pada tanaman. Gejala fitotoksik pada tanaman
an dapat berupa tanaman
layu, pertumbuhan terhambat, dan tanaman mati. Gejala fitotoksik tanaman akibat
asam organik dan fenolat dapat mengakibatkan sel akar tanaman rusak sehingga
unsur hara di dalam tanah terhambat kemudian pertumbuhan tanaman menjadi
kerdil,
rdil, daun mengalami klorosis, dan akhirnya tanaman mati (Fahmuddin dan
Subiksa 2008).
Tabel 3 menunjukan hasil uji fitotoksik perlakuan seduhan daun kemangi
dan sembukan tidak menunjukan gejala fitotoksik pada tanaman tomat. Hal ini
diduga adanya interaksi
si yang baik antara sel jaringan tanaman dengan senya
senyawa
aktif yang terdapat dalam seduhan. Selain itu,, tidak adanya gejala fitotoksik
menunjukkan bahwa mikroba
mikro yang terdapat pada seduhan tersebut tidak bersifat
patogen pada tanaman tomat. Berdasarkan hasil tersebut seduhan daun sembukan
dan kemangi sampai konsentrasi 50% masih aman untuk diaplikasikan. Sesuai
dengan Thamrin et al. (2007) menyatakan selain memiliki senyawa aktif utama, di
9

dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang keberadaannya ddapat
meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi).

Tabel 2 Uji fitotoksik seduhan daun kemangi dan sembukan pada tanaman tomat
Gejala fitotoksik
Seduhan Konsentrasi Pertumbuhan Tanaman layu Tanaman mati
terhambat
Sembukan 10% - - -
diaerasi 30% - - -
50% - - -
Sembukan 10% - - -
tanpa aerasi 30% - - -
50% - - -
Kemangi 10% - - -
diaerasi 30% - - -
50% - - -
Kemangi tanpa 10% - - -
aerasi 30% - - -
50% - - -
Kontrol - - -

a b c d e
Gambar 4 Pengaruh perlakuan seduhan daun kemangi dan sembukan pada
tanamat tomat (a) Kontrol, (b) Kemangi tanpa aerasi, (c) Ke
Kemangi
diaerasi, (d) Sembukan tanpa aerasi, (e) Sembukan diaerasi

Uji in vivo seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap tanaman tomat

Hasil uji in vivo seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap jumlah puru
akar tanaman tomat menunjukan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol (Tabel
3). Seduhan daun kemangi lebih baik dibandingkan seduhan daun sembukan
dalam menekan pembentukan puru dan populasi nematoda. Tanamaanaman yang diberi
perlakuan seduhan daun kemangi lebih rendah jumlah purunya dibandingkan
seduhan daun sembukan. Perlakuan seduhan daun kemangi tanpa aerasi mampu
menekan puru akar lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan
seduhan daun sembukan.
sembukan Seduhan daun kemangi tanpa aerasi dapat menekan puru
akar dan populasi larva J2 lebih dari 50%.
50% Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
10

seduhan daun kemangi tanpa aerasi dapat menstimulasi sistem pertahanan akar
tanaman tomat terhadap Meloidogyne spp. Pemberian seduhan dengan konsentrasi
yang semakin tinggi berpengaruh langsung dalam menghambat pembentukan puru
akar dan populasi nematoda. Perlakuan seduhan daun sembukan tanpa aerasi
konsentrasi 10% menunjukkan jumlah puru dan populasi larva juvenil 2 lebih
besar daripada kontrol. Hal ini diduga adanya penguapan senyawa aktif di dalam
tanah sehingga mengurangi daya toksiknya terhadap nematoda puru akar.
Senyawa aktif eugenol, methyl eugenol, isoeugenol, methyl isoeugenol, methyl
chavicol, tanin, dan saponin bersifat mudah menguap (Zamfirache et al. 2011).

Tabel 3 Pengaruh seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap jumlah puru
akar dan populasi nematoda
Jumlah Penekanan Populasi Penekanan
puru per g puru (%) larva J2 populasi
Perlakuan Konsentrasi
akar nematoda
(%)
Sembukan 10% 52.6 abc 25.0 abc 400.0 ab 19.8 ef
diaerasi 30% 46.6 abc 33.2 abc 282.6 ef 43.6 bc
50% 34.0 bc 51.6 ab 216.8 f 56.8 a
Sembukan 10% 77.6 a -10.6 c 317.8 de 36.6 cd
tanpa aerasi 30% 45.0 abc 35.6 abc 350.2 cd 30.0 de
50% 39.4 abc 43.6 ab 218.2 f 56.4 a
Kemangi 10% 41.4 abc 40.4 abc 430.6 ab 13.8 ef
diaerasi 30% 33.0 bc 52.6 ab 388.6 bc 22.2 def
50% 27.6 c 60.8 a 239.0 ef 52.4 ab
Kemangi 10% 28.0 c 68.4 a 232.4 ef 53.4 ab
tanpa aerasi 30% 23.6 c 66.2 a 193.0 f 61.2 a
50% 18.6 c 73.0 a 206.4 f 58.8 a
Kontrol 70.0 ab 456.2 a
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang
berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Tanaman kemangi memiliki kandungan senyawa aktif yang dapat


mengganggu perkembangan nematoda. Berdasarkan penelitian Hasabo dan
Noweer (2005), kandungan senyawa eugenol pada kemangi berpotensi sebagai
nematisida yang dapat membunuh telur dan juvenil nematoda puru akar dengan
merusak protein pembentukan embrio di dalam telur, menghambat dan mencegah
aliran elektron dalam proses respirasi. Tanin dapat menghambat sistem enzimatik
nematoda dan bereaksi dengan protein penyusun sel-sel sehingga dapat
mengurangi kemampuan nematoda dalam menginfeksi akar (Lopes 2005).
Tanaman kemangi memiliki kandungan senyawa yang dapat mengganggu
perkembangan nematoda. Kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman
kemangi diantaranya eugenol, methyl eugenol, isoeugenol, methyl isoeugenol,
methyl chavicol (Zamfirache et al. 2011). Menurut penelitian Bharadwaj dan
Sharma (2007), senyawa aktif methyl eugenol dan eugenol yang didapatkan dari
ekstrak kemangi dapat memperlambat dan mengendalikan penetasan telur
nematoda Meloidogyne incognita. Berdasarkan penelitian Hasabo dan Noweer
(2005), kandungan senyawa yang terkandung di daun kemangi berpotensi sebagai
11

nematisida yang dapat merusak telur dan juvenil nematoda puru akar. Tanaman
sembukan memiliki beberapa senyawa aktif yang sama dengan tanaman kemangi
yaitu eugenol dan etanol. Senyawa aktif eugenol dan etanol pada sembukan
berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Enterococcus faecalis dan
Staphylococcus aureus (Uddin et al. 2007).Variabel lain yang diamati pada
pangujian in vivo diantaranya berat basah akar, berat basah tajuk, dan tinggi
tanaman. Pada pengamatan tinggi tanaman, perlakuan seduhan daun kemangi dan
sembukan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tanaman kontrol (Tabel 4).
Rata-rata seduhan daun kemangi memiliki tinggi tanaman lebih tinggi
dibandingkan seduhan daun sembukan dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
seduhan kemangi mampu menstimulasi pertumbuhan tinggi tanaman lebih baik
daripada seduhan sembukan. Diduga seduhan kemangi memiliki kandungan bahan
organik lebih banyak. Pada pengamatan berat basah tajuk tanaman seduhan
kemangi tanpa aerasi konsentrasi 50% berbeda nyata dibandingkan tanaman
kontrol dan perlakuan lainnya (Tabel 4). Tanaman yang diberi perlakuan seduhan
kemangi tanpa aerasi konsentrasi 50% memiliki berat basah tajuk yang paling
tinggi. Menurut Subba Rao (1994) hubungan bahan organik dengan pertumbuhan
tanaman secara tidak langsung memberikan nutrisi bagi tanaman dan penting
dalam pembentukan struktur tanah dan aerasi tanah. Menurut Singh dan
Sitaramaiah (1994), penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat
meningkatkan aerasi tanah dan penyediaan nutrisi akar yang menyebabkan
tanaman dapat tumbuh dengan baik, sehingga mampu mengimbangi kerusakan
yang diakibatkan oleh serangan nematoda. Kandungan bahan organik di dalam
seduhan daun kemangi tanpa aerasi diduga lebih banyak dibandingkan dengan
seduhan lainnya.

Tabel 4 Pengaruh seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap tinggi


tanaman, berat basah akar, dan berat basah tajuk
Berat basah Berat basah Tinggi
Perlakuan Konsentrasi akar (gram) tajuk (gram) tanaman
(cm)
Sembukan 10% 4.5 ab 37.2 c 59.3 d
diaerasi 30% 5.0 ab 46.4 c 64.8 bcd
50% 3.2 b 55.3 bc 65.9 abcd
Sembukan 10% 3.5 b 50.2 bc 61.9 d
tanpa aerasi 30% 2.7 b 55.0 bc 68.0 abcd
50% 2.9 b 48.2 bc 59.5 d
Kemangi 10% 3.7 b 56.6 bc 66.2 abcd
diaerasi 30% 5.8 a 54.4 bc 77.5 ab
50% 6.6 a 47.9 bc 77.5 ab
Kemangi 10% 3.2 b 66.3 b 64.4 bcd
tanpa aerasi 30% 3.0 b 56.5 bc 76.3 abc
50% 4.8 ab 78.5 a 80.4 a
Kontrol 6.8 ab 48.9 bc 67.2 abcd
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang
berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
12

Pengamatan berat basah akar menunjukkan bahwa perlakuan seduhan daun


kemangi dan sembukan tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol.. Berat basah
akar pada tanaman kontrol lebih besar dibandingkan semua
semua tanaman perlakuan
yang disiram seduhan.. Hal ini disebabkan jumlah puru yang terdapat pada
tanaman kontrol lebih banyak dibandingkan
dibandingkan tanaman yang disiram seduhan
seduhan.
Banyaknya jumlah puru akar mempengaruhi berat basah akar tanaman tomat tomat.
Menurut Dropkin (1991) akar yang terinfeksi nematoda seringkali lebih berat
daripada akar normal,
rmal, sehingga rasio bagian tajuk tanaman terhadap akar bbergeser
ke arah akar tanaman yang terinfeksi.
terinfeksi Pertumbuhan tanaman yang baik dapat
disebabkan oleh mikroba dan bahan organik yang terdapat pada media tanam.
Kemampuan mikroba dalam merombak bahan organik dari tanah menjadi sumber
nutrisi yang mudah diserap tanaman. Kematian beberapa mikroorganisme seperti
bakteri maupun alga pada saat dekomposisi dapat menjadi salah satu penyebab
naiknya kadar bahan organik (Anggraeni et al. 2013).

a b c d e

Gambar 5 Pengaruh perlakuan


perlakuan seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap
tanaman tomat (a) Kontrol, (b) Kemangi diaerasi (c) Sembukan
diaerasi (d) Sembuka
embukan tanpa aerasi (e) Kemangi tanpa aerasi

Uji in vitro seduhan daun kemangi dan sembukan terhadap nematoda


Meloidogyne spp.

Persentase mortalitas nematoda larva J2 pada kontrol berbeda nyata


dibandingkan dengan semua perlakuan seduhan daun kemangi dan sembukan sembukan.
Perlakuan seduhan dengan konsentrasi 50% menunjukkan mortalitas larva
nematoda lebih tinggi dibandingkan
diba konsentrasi 10% (Tabel 5). Hal ini
disebabkan semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi kandungan senyawa aktif
yang terdapat dalam seduhan. Perlakuan seduhan sembukan tanpa aerasi jumlah
kematian larva J2 lebih kecil dibandingkan kontrol. Hal ini diduga senyawa aktif
toksikk terhadap nematoda menguap pada saat pengujian. Menurut Prijono (1999(1999)
konsentrasi kandungan senyawa aktif pada ekstrak tanaman yang tidak mematikan
larva bukan karena senyawa tersebut tidak aktif, tetapi senyawa tersebut kurang
aktif sehingga tingkat efektifitasnya
ktifitasnya rendah.
Tingkat mortalitas nematoda Meloidogyne spp. p. dipengaruhi oleh kandungan
senyawa aktif seduhan daun kemangi dan sembukan. Diduga senyawa enyawa yang
berperan adalah alkaloid, flavonoid, dan tanin. Senyawa alkaloid bersifat anti
nematoda yang dapatapat menghambat perkembangan larva nematoda sedangkan
13

alkaloid dapat menghambat laju metabolisme di dalam tubuh nematoda dan


senyawa tanin dapat mempengaruhi perkembangan telur nematoda (Chedekal
2013).

Tabel 5 Pengaruh perlakuan seduhan kemangi dan sembukan terhadap persentase


kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam setelah
perlakuan
Perlakuan Konsentrasi Kematian larva J2 (%)
Sembukan diaerasi 10% 28.7 de
30% 36.3 bcd
50% 39.7 bcd
Sembukan tanpa aerasi 10% 10.7 f
30% 19.0 f
50% 20.0 ef
Kemangi diaerasi 10% 26.3 e
30% 35.0 cd
50% 37.0 bcd
Kemangi tanpa aerasi 10% 41.3 abc
30% 48.3 ab
50% 50.3 a
Kontrol 22.0 ef
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang
berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Senyawa flavonoid dan saponin mempunyai sifat lipophilic yang dapat


meleburkan membran sitoplasmik nematoda dan mengganggu fungsional struktur
enzim protein dari nematoda. Sedangkan senyawa tanin mampu melarutkan
protein dalam kulit telur nematoda pada fase awal yang belum terbentuk juvenil
sehingga menyebabkan kegagalan pembentukan embrio dan menghambat
penetasan telur akibat rusaknya protein selubung telur (Hasabo dan Noweer
2005). Dinding telur nematoda umumnya terdiri atas tiga lapisan utama yaitu
lipid, lapisan vitelin, dan lapisan kitin (Berg dan Taylor 2009). Lapisan lipid dan
lapisan kitin mengandung prolin yang merupakan asam amino dari susunan
protein. Dinding telur nematoda Meloidogyne javanica mengandung 50% protein
dan 30% kitin. Mekanisme serangan dari ekstrak tanaman ini yaitu mengubah dan
merusak protein, menghambat dan mencegar aliran elektron dalam proses
respirasi (Hasabo dan Noweer 2005).
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perlakuan seduhan daun kemangi dan sembukan tidak bersifat toksik pada
tanaman tomat. Seduhan daun kemangi dan sembukan menunjukkan efek
nematisida dengan menekan jumlah puru akar yang disebabkan oleh Meloidogyne
spp.. Seduhan kemangi memiliki efek nematisida yang tinggi dibandingkan
seduhan sembukan. Seduhan yang paling baik menekan pembentukan puru yaitu
seduhan daun kemangi tanpa aerasi konsentrasi 50% dengan persentase
penekanan pembentukan puru 73% dan menekan populasi larva J2 58.8%. Efek
nematisida pada seduhan daun kemangi menyebabkan larva nematoda
Meloidogyne spp. inaktif setelah 48 jam perlakuan. Perlakuan seduhan daun
kemangi mampu menekan puru akar dan populasi nematoda Meloidogyne spp.
mencapai 50% pada konsentrasi 50%. Seduhan daun sembukan memiliki jumlah
populasi mikroba yang lebih banyak daripada seduhan daun kemangi.

Saran

Perlu dilakukan pengujian dosis yang tepat terhadap nematoda Meloidogyne


spp.. Selain itu, diperlukan penelitian dan pengujian lebih lanjut tentang aktifitas
mikroba yang terdapat pada seduhan kemangi dan sembukan dalam
mempengaruhi perkembangan siklus hidup nematoda Meloidogyne spp..
DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 1997. Plant Pathology. Ed ke-4. San Diego (US): Academic Press.
Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta (ID): ANDI.
Aminudi. 2013. Potensi seduhan limbah baglog jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
untuk pengendalian Meloidogyne sp. pada tanaman tomat. [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Pertanian IPB.
Anggraeni BI, Slamet A, Hermana J. 2013. Efek aerasi terhadap dominasi
mikroba dalam sistem High Rate Algae Pond (HRAP) untuk pengolahan air
boezem morokrembangan [tesis]. Surabaya (ID): ITS
Asikin S. 2010. Uji efikasi ekstrak tumbuhan rawa untuk mengendalikan
hama ulat grayak (Spodoptera litura) skala laboratorium. Hasil Penelitian
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.
Azizah N, Al-baari AN, Mulyani S. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap
kadar alkohol, pH, dan pruduksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari
whey dengan substitusi kulit nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2):
72-77.
Begum J, Yusuf M, Chowdhury JU, Khan S, Anwar M. 2007. Antifungal activity
of forty higher plants against phytopathogenic fungi. Journal Microbiol
Bangladesh. 24(1):76-78.
Berg RH, Taylor CG. 2008. Cell Biology of Plant Nematode Parasitism.
Heidelberg (DE): Springer.
Bharadwaj A, Sharma S. 2007. Effect of some plant extract on the hatch of
Meloidogyne incognita eggs. International Journal of Botany. 3(3):312-316.
Chedekal AN. 2013. Effect of four leaf extracts on egg hatching and juvenile
mortality of root knot nematode Meloidogyne incognita. IJALS. 6(1):68-74.
Dropkin VH. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Jogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
Fahmuddin A, Subiksa. 2008. Potensilahan gambut untuk pertanian dan aspek
lingkungan. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry
Centre (ICRAF).
Hadisoeganda W, Suryaningsih E. 2004. Pestisida Botani untuk Mengendalikan
Hama dan Penyakit pada Tanaman Sayuran. Bandung (ID): Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.
Hasabo SA, Noweer NWE. 2005. Management of root-knot nematode
Meloidogyne incognita on egg plant with some plant extracts. J
Phytopathol. 33(2):65-72.
Hidayah N. 2010. Pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob penghasil gas hidrogen
pada medium limbah organik, ditinjau dari parameter pH dan cahaya
[skripsi]. Surabaya (ID): ITS.
Hidayat N, Padaga M, Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta (ID):
ANDI.
Iffah D, Gunandini D, Kardinan A. 2008. Pengaruh ekstrak (Ocimum basillicum
forma citratum) terhadap perkembangan lalat rumah (Musca domestica)
(L.). Perhimpunan Entomologi Indonesia. 5(1):36-44
16

Kannangara T, Forge T, Dang B. 2006. Effects of Aeration, Molases, Kelp,


Compost Type, And Carrot Juice on the Growth of Esherichia coli in
Compost Teas. Compost Science and Utilizations. 4(1):40-47
Kartohardjono S, Anggara, Subihi, Yuliusmun. 2007. Absorbsi CO2 dari
campurannya dengan CH4 atau N2 melalui kontraktor membran serat
berongga menggunakan pelarut air. Makara Teknologi. 11(2):97-102.
Luc M, Sikora RA, Bridge J. 2005. Plant Parasitic Nematodas in Subtropical and
Tropical Agricultural. Ed ke-2.USA (US): CABI Publishing.
Mulyadi. 2009. Nematologi Pertanian. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
Mulyadi A. 2008. Karakteristik kompos dari bahan tanaman kaliandra, jerami
padi, dan sampah sayuran. [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Mustika I. 2010. Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda parasit tanaman di
Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(2):81-101.
Nezriyetti, Novita T. 2012. Efektivitas ekstrak daun jarak pagar (Jatropa curcas
L.) dalam menghambat perkembangan nematoda puru akar Meloidogyne
spp. pada tanaman tomat. Biospecies. 5(2):35-39.
Prijono D. 1999. Prospek dan Strategi Pemanfaatan Insektisida Alami Dalam
PHT. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami.
Pusat Kajian PHT. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. 1-7.
Rahayu R. 2014. Uji potensi minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basillicum L.)
sebagai insektisida nabati terhadap lalat buah (Bactrocera carambolae).
[skripsi]. Yogyakarta (ID). Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan
Kalijaga.
Rahmiyah M. 2014. Kelimpahan Mikoriza Arbuskula Lahan Bekas Tambang
Batubara di Sumatera dan Lahan Kering Masam Lampung Tengah. [tesis].
Sumatra (ID). Universitas Sriwijaya.
Rao G.P, Pandey A.K, Shukla K. 1986. Essential oils of some higher plants vis-a-
vis some legume viruses. Indian Perf. 30:483-486.
Singh RS, Sitaramaiah K. 1994. The Plant Parasitic Nematodes. New York (US):
International Science Publisher.
Subba Rao NS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi
Kedua. Jakarta (ID): UI Press.
Syahputra E. 2014. Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk daun
terhadap pertumbuhan dan hasil tanam selada (Lactuca sativa). J Floratek
9:39-45.
Thamrin M, Asikin S. 2004. Alternatif Pengendalian Hama Serangga Sayuran
Ramah Lingkungan di Lahan Lebak. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
(Balittra). Laporan Hasil Penelitian Balittra.
Uddin B, Nahar T, Khalil MA, Hossain S. 2007. In vitro antibacterial of the
ethanol extract of Paederia foetida L. (Rubiaceae) leaves. J Life Sci.
19(2):141-143.
Wardhiany CK, Sritamin M, Yuliadhi KA. 2014. Studi uji ekstrak jenis gulma
dalam menekan nematoda puru akar Meloidogyne spp. pada tanaman tomat
(Licopersicum esculentum Mill). Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 3(1):32-
40.
17

Zamfirache MM, Padurariu C. 2011. Research Regarding The Chemical


Composition Of The Volatile Oil Of Some Taxa Belonging To The Genus
Ocimum. Biologie Vegetala. 1(6): 1-11.
LAMPIRAN
19

Lampiran 1 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap berat basah tajuk tanaman
tomat

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 13 6127.77483 471.36729 1.87 0.0539
Error 56 14096.91660 251.73065
Corrected Total 69 20224.69143

R-Square Coeff Var Root MSE beratbasahtajuk Mean


0.302985 29.51614 15.86602 53.75371

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


perlakuan 13 6127.774834 471.367295 1.87 0.0539

Lampiran 2 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap berat basah akar tanaman
tomat

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 13 125.4290986 9.6483922 2.25 0.0186
Error 56 240.1490000 4.2883750
Corrected Total 69 365.5780986

R-Square Coeff Var Root MSE beratbasahakar Mean


0.343098 49.00400 2.070839 4.225857

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


perlakuan 13 125.4290986 9.6483922 2.25 0.0186

Lampiran 3 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap tinggi tanaman tomat

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 13 3270.111424 251.547033 2.47 0.0098
Error 56 5697.894960 101.748124
Corrected Total 69 8968.006384

R-Square Coeff Var Root MSE tinggitanaman Mean


0.364642 14.65441 10.08703 68.83271

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


perlakuan 13 3270.111424 251.547033 2.47 0.0098

Lampiran 4 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap jumlah puru akar tanaman
tomat

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 13 271781.8857 20906.2989 1.86 0.0560
20

Error 56 629921.6000 11248.6000


Corrected Total 69 901703.4857

R-Square Coeff Var Root MSE jumlahpuru Mean


0.301409 66.74001 106.0594 158.9143

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


perlakuan 13 271781.8857 20906.2989 1.86 0.0560

Lampiran 5 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap jumlah nematoda per 100
gram tanah tanaman tomat

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 13 530612.0714 40816.3132 9.82 <.0001
Error 56 232757.2000 4156.3786
Corrected Total 69 763369.2714

R-Square Coeff Var Root MSE jumlahnematodatanah Mean


0.695092 21.52998 64.46998 299.4429

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


perlakuan 13 530612.0714 40816.3132 9.82 <.0001

Lampiran 6 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap persentase penekanan


populasi nematoda Meloidogyne spp.

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 13 21302.24286 1638.63407 9.86 <.0001
Error 56 9307.60000 166.20714
Corrected Total 69 30609.84286

R-Square Coeff Var Root MSE PERSENTASEPENEKANANPOPULASI Mean


0.695928 32.12707 12.89213 40.12857

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


perlakuan 13 21302.24286 1638.63407 9.86 <.0001
21

Lampiran 7 Hasil analisis ragam uji in vivo terhadap persentase penekanan puru
akar nematoda Meloidogyne spp.

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 13 60869.8429 4682.2956 1.95 0.0440
Error 56 134792.0000 2407.0000
Corrected Total 69 195661.8429

R-Square Coeff Var Root MSE penekananpuru Mean


0.311097 182.5775 49.06119 26.87143

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


perlakuan 13 60869.84286 4682.29560 1.95 0.0440

Lampiran 8 Hasil analisis ragam uji in vitro terhadap jumlah mortalitas nematoda
Meloidogyne spp.

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F


Model 12 5138.256410 428.188034 8.55 <.0001
Error 26 1301.333333 50.051282
Corrected Total 38 6439.589744

R-Square Coeff Var Root MSE mortalitas Mean


0.797917 22.17950 7.074693 31.89744

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F


Perlakuan 12 5138.256410 428.188034 8.55 <.0001
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 26 November 1992 sebagai


anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Iwan Herdiawan dan Sri Hernawati.
Pendidikan penulis dimulai dari SDN Karangnunggal 1 dan melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Karangnunggal. Pendidikan menengah
atas penulis tempuh di SMAN 1 Karangnunggal dan lulus pada tahun 2011.
Pendidikan tinggi ditempuh penulis di Institut Pertanian Bogor, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama perkuliahan penulis pernah aktif berorganisasi di Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) sebagai Staf Departemen Mitra Desa
pada periode 2012-2013. Tahun 2013 penulis pernah mendapatkan penghargaan
sebagai salah satu Duta Bedah Desa I-Share Institut Pertanian Bogor. Penulis juga
melanjutkan berorganisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian
(BEM-A) sebagai Sekretaris Departemen Mitra Desa periode 2013-2014. Penulis
sering terlibat dalam kepanitiaan pada beberapa kegiatan kampus seperti: panitia
dalam acara I-Share IPB tahun 2012 sebagai staf hubungan masyarakat, sebagai
penanggung jawab kelompok pada kegiatan masa perkenalan fakultas dan
departemen (MPF dan MPD) tahun 2013, sebagai staf pada acara National Plant
Protecion 2013. Bidang akademik penulis pernah menjadi asisten praktikum
Nematologi Tumbuhan tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai