JUDUL JURNAL
ISI JURNAL
Memahami determinan dari niat dan perilaku kewirausahaan dapat membantu pendidik wirausaha,
konsultan, penasihat dan pembuat kebijakan untuk menemukan cara yang tepat untuk
menumbuhkan kewirausahaan di universitas dan akibatnya di masyarakat. Peneliti kewirausahaan
telah mengadopsi model disengaja kognisi sosial untuk mempelajari kunci determinan kognitif
dari niat dan perilaku kewirausahaan (misalnya, Krueger & Carsrud 1993; Kolvereid 1996).
Salah satu model sosial-kognitif yang diteliti dengan baik adalah Theory of Planned Behavior
(TPB), yang awalnya disajikan oleh Ajzen (1988, 1991). TPB mendalilkan bahwa niat adalah
penentu perilaku yang paling penting. Niat, pada gilirannya, dipengaruhi oleh sikap (sejauh mana
individu memegang penilaian pribadi positif atau negatif tentang perilaku atau konsekuensinya),
norma subjektif (persepsi tekanan untuk terlibat dalam perilaku), dan kontrol perilaku yang
dirasakan (PBC). : sejauh mana seseorang percaya bahwa mereka mampu melakukan perilaku).
Armitage dan Conner (2001) menyimpulkan bahwa TPB berkhasiat dalam memprediksi baik niat
maupun perilaku. Kemampuan TPB untuk memprediksi niat kewirausahaan (EI) telah dibuktikan
dengan sejumlah studi dalam kewirausahaan (misalnya Kolvereid, 1996; Krueger et al., 2000;
Autio et al., 2001; Linan & Chen, 2009). Studi ini menambahkan dua faktor situasional dan sosial
budaya yang penting, yaitu model peran kewirausahaan dan gender, ke dalam model TPB.
Tujuan penambahan model peran kewirausahaan kepada TPB sebagai variabel eksogen adalah
untuk menguji apakah variabel tambahan ini dapat meningkatkan kemampuan prediksi model TPB
yang asli. Perbedaan gender adalah dimensi sosiokultural mendasar lain yang mempengaruhi
kewirausahaan. Terlepas dari meningkatnya jumlah dan pangsa wirausaha perempuan (De Bruin
et al., 2006; Brush, 2006), kewirausahaan masih merupakan domain stereotip laki-laki dan terkait
dengan ciri-ciri maskulin (Ahl, 2006; Lewis, 2006) dan kewirausahaan perempuan adalah masih
jauh lebih rendah daripada laki-laki (Blanchflower, 2004; Langowitz & Minniti, 2007; Marlow,
2002).
H3: Mengetahui model peran secara positif terkait dengan norma subyektif siswa.
H4: Mengetahui model peran terkait secara positif dengan PBC siswa.
H5: Jenis kelamin memoderasi hubungan antara sikap dan IE sehingga hubungan ini lebih kuat
untuk siswa laki-laki dari pada siswa perempuan.
H6: Gender memoderasi efek norma subyektif pada IE sehingga hubungan ini lebih kuat untuk
siswa perempuan daripada untuk siswa laki-laki.
H7: Jenis kelamin memoderasi hubungan antara PBC dan EI sehingga hubungan ini lebih kuat
untuk siswa perempuan daripada untuk siswa laki-laki.
Implikasi
Implikasi teoretis
Studi ini memiliki beberapa implikasi teoritis. Pertama, model peran secara tidak langsung
mempengaruhi IE melalui pendahulunya. Kedua, gender memoderasi hubungan antara niat
wirausaha dan antesedennya. Hasil moderasi ini menunjukkan pendapat Fishbein (1980) bahwa
variabel eksogen (seperti jenis kelamin) dapat mempengaruhi penekanan relatif yang
ditempatkan orang pada komponen sikap dan normatif sebagai determinan dari niat. Selain itu,
ini meningkatkan pemahaman kita tentang peran gender dalam kewirausahaan. Penelitian
sebelumnya tidak terlalu memperhatikan efek moderasi jender pada hubungan dalam TPB dan
variabel tambahan lainnya seperti model peran
Implikasi praktis
Studi ini memiliki beberapa kontribusi dan implikasi praktis utama. Dengan meningkatnya
kehadiran perempuan dalam kewirausahaan dan di universitas, kepekaan terhadap kemungkinan
keragaman dalam proses pemilihan karier dan pendidikan kewirausahaan antara perempuan dan
laki-laki menjadi perlu, serta memikirkan perbedaan dalam persepsi dan motivasi antara jenis
kelamin; kepekaan terhadap perbedaan gender dapat menghasilkan, misalnya, dalam implikasi
untuk pendidikan kewirausahaan. Tindakan ini dapat secara positif meningkatkan niat wirausaha
siswa melalui antesedennya.