Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diare


Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Diare merupakan buang air

besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut

dapat/tanpa disertai lendir dan darah.6 Sedangkan menurut Depkes (2011),

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya

lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.7

2.2 Epidemiologi

Diare merupakan salah satu penyakit yang sangat sering ditemui.

Penyakit ini lebih sering mengenai anak-anak. Anak-anak di negara

berkembang lebih beresiko baik dari segi morbiditas maupun

mortalitasnya.Penyakit ini mengenai 3-5 miliar anak setiap tahun dan

menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau merupakan 12 %

dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada usia di bawah 5 tahun.8

Pada orang dewasa, diperkirakan 179 juta kasus Diare terjadi setiap

tahun, dengan angka rawat inap 500.000 dan lebih dari 5000 mengalami

kematian.9

3
Secara umum , negara berkembang memiliki angka rawat inap yang

lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Ini dimungkinkan

berdasarkan fakta bahwa anak-anak di negara maju memiliki status gizi dan

layanan kesehatan primer yang lebih baik.8Di Indonesia pada tahun 2010

diare oleh penyebab infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama

penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak

96.278 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar

1,92%.10

Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment, yang

diuraikan sebagai berikut:2

a. Host

Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak

terjadi pada balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah/menurun system

pencernaan dalam hal ini adalah lambung tidak dapat menghancurkan

makanan dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah

tinggal di dalam lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk

menginfeksi saluran pencernaan. Jika terjadi hal demikian, akan timbul

berbagai macam penyakit termasuk diare.2

b. Agent

Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang

disebabkan oleh faktor infeksi karena faktor kuman, malabsorbsi dan

faktor makanan. Aspek yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu

infeksi kuman e.colli, salmonella, vibrio chorela (kolera) dan serangan

4
bakteri lain yang jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan

kesempatan ketika kondisi lemah) pseudomonas.2

c. Environment

Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi

antara penjamu (host) dengan faktor agent. Lingkungan dapat dibagi

menjadi dua bagian utama yaitu lingkungan biologis (flora dan fauna

disekitar manusia) yang bersifat biotik: mikroorganisme penyebab

penyakit, reservoir penyakit infeksi (binatang, tumbuhan), vector

pembawa penyakit, tumbuhan dan binatang pembawa sumber bahan

makanan, obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan fisik, yang bersifat

abiotic: yaitu udara, keadaan tanah, geografi, air dan zat kimia. Keadaaan

lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh sanitasi lingkungan yang

memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencemaran lingkungan sangat

mempengaruhi perkembangan agent yang berdampak pada host

(penjamu) sehingga mudah untuk timbul berbagai macam penyakit,

termasuk diare.2

2.3 Etiologi / Faktor Predisposisi

Faktor penyebab diare adalah :7

5
1. Faktor infeksi

a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi

internal sebagai berikut:

1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoli, salmonella shigella, capylabactor,

versinia aoromonas dan sebagainya.

2) Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)

3) Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis,

protozoa, jamur).

b. infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA,

tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.

2. Faktor malabsorbsi:

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,

dan sukrosa), mosiosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan

galatosa).

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada

anak yang lebih besar).

5. Faktor lingkungan

Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi

penyebab diare antara lain :

6
- Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat

kesehatan.

- Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.

- Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.

- Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.

- Belum ditanganinya higiene dan sanitasi industri secara intensif.

- Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan

lingkungan.

- Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.

2.4 Klasifikasi Diare


Diare dapat di klasifikasikan berdasarkan beberapa faktor:5

1. Berdasarkan lama waktu :11

a. Akut : berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya 7 hari) akibat

diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan

penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Persisten: berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus,

akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

c. Kronik: diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan

kehilangan berat badan dan berat badan tidak bertambah selama

diare.

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

a. Osmotic, peningkatan osmolaritas intraluminar

7
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

3. Berdasarkan derajatnya

a. Diare tanpa dehidrasi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang

c. Diare dengan dehidrasi berat

4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak

a. Infektif (enterovasif)

Bakteri yang merusak (invasive) antara lain Enteroinvasive

E.coli (EIEC) dan Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perferingens

tipe C. diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa

nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan

diare dapat tercampur lendir dan darah . walau demikian infeksi

kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare

koleriformis. Kuman salmonella yang sering menyebabkan diare

yaitu S. Paratyphi. B, Styphimurium, S, enterriditis, S cholerasuis.

Penyebab parasit yang sering yaitu E. histolitika dan G.lambia.5

b. Non infektif( enterotoksigenik)

Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V. Cholera Etac,

Enterotoxigenic E.coli (ETEC) dan C. perferingens v. Cholerae eltor

mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30

menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan

kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding

sel usus,sehingga meningkatkan kadar adenosine 3,5-siklik

8
monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif

anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion

bikarbonat, kation natrium dan kalium.5

2.5 Patofisiologi6

mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

1. Gangguan sekresi

Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus.

Hal ini terjadi, bila absorpsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi

klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Kalau pada diare

infeksi prinsip dasarnya adalah kemampuan bakteri mengeluarkan

toksin-toksin yang bertindak sebagai reseptor untuk melekat pada

enterosit, merusak membran enterosit dan kemudian menghancurkan

membran enterosit, mengaktifkan enzim-enzim intraseluler sehingga

terjadi peningkatan sekresi, sehingga terjadi diare sekresi.

2. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

9
3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

10
Gambar 2.1 Patofisiologi Diare

11
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis diare antara lain adalah :
1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering

2. Muntah (umumnya tidak lama)

3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

4. Kram abdomen, tenesmus

5. Membrane mukosa kering

6. Fontanel cekung (bayi)

7. Berat badan menurun

8. Malaise

Manifestasi klinis Diare pada bayi secara umum antara lain: nafsu

makan berkurang, mulut kering, kadang-kadang demam, produksi air

kemihnya berkurang, merasa haus, berat badan menurun, anak menjadi

cengeng, sering menangis dan gelisah, dan mengalami gangguan minum.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan oleh

lambung yang meradang dan akibat gangguan keseimbangan asam basa dan

elektrolit. Pada bayi penderita diare biasanya warna muntah seperti warna

susu, tinja cair dan disertai lendir. Warna tinja makin lama berubah menjadi

kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.3

Bila penderita telah kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak. Secara umum gejala dan tanda dehidrasi pada anak

antara lain: mengantuk, tampak kehausan yang luar biasa, kulit, bibir, dan

lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit

pucat (sianosis), turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin, air kemih

12
berkurang, gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan

pernafasan kuszmaull (pernafasan yang cepat dan dalam), pada keadaan yang

luar biasa anak terlihat kurang merespon keadaan sekitarnya atau disebut juga

dengan apatis.3

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:7

1. Diare Tanpa Dehidrasi


Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
a. Balita tetap aktif,
b. Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
c. Mata tidak cekung
d. Turgor kembali segera
2. Diare dengan dehidrasi ringan - sedang
Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
a. Gelisah atau rewel
b. Mata cekung
c. Ingin minum terus/rasa haus meningkat
d. Turgor kembali lambat
3. Diare dengan dehidrasi berat
Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare.
Tanda-tandanya:
a. Lesu/lunglai, tidak sadar
b. Mata cekung
c. Malas minum
d. Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik
4. Diare

13
Tabel 2.1 Gejala khas diare oleh berbagai penyebab:5
Gejala Rotavirus Shigella Salmonela ETEC EIEC Kolera

Klinik

Masa 17 – 72jam 24-48 jam 6 -72 jam 6 – 72 jam 6 – 72jam 42-


tunas 72jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + - -
muntah
Nyeri Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Sering
perut kramp kolik kramp kramp
Nyeri - + + - - -
kepala
Lamany 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3hari
a sakit
Sifat Tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuen 5-10/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
si menerus
Konsiste Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
nsi sering
Darah - ± kadang - + -
Bau Langu Busuk + - Amis
khas
Warna Kuning Merah kehijauan Tak berwarna Merah Seperti
hijau hijau hijau air
cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain- Anoreksia Kejang± Sepsis+ Meteorismus Infeksi ±
lain sistemik

14
2.7 Penegakkan Diagnosa

1. Anamnesa
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu

mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air,

malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri yang menyebabkan.13

Curiga terjadinya diare apabila terjadi perubahan tiba-tiba

konsistensi tinja menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang terjadi

tiba-tiba. Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan

kebanyakan berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung

selama 1-2 hari, dan kebanyakan berhenti dalam 3 hari.

Tanyakan :

1. Kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare akut

dan/atau muntah

2. Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui (mungkin

dari makanan atau air yang terkontaminasi)

3. Perjalanan atau berpergian

2. Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat

berguna dalam menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai

dengan menilai perubahan pada tekanan darah dan nadi, temperatur

tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama juga

merupakan hal yang penting dilakukan.2

15
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan

makroskopik dan mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap

berbagai antibiotika, pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi

laktosa.12

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan

darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali,

pemeriksaan kadar ureum.2

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat

atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain, pemeriksaan

darah tepi lengkap (hemoglobin, hematrokit,leukosit, hitung jenis

leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan

tinja dan pemeriksaan Enzym-linked immunasorbent amebiasis, dan

foto x- ray abdomen.5

Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah

dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan

infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasive ke mukosa,

memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia

dapat timbul pada salmonellosis.5

16
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya

kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaan tinja

dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja berdarah atau

pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien,

sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada

pasien AIDS yang mengalami diare, kolonskopi dipertimbangkan

karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma didaerah kolon

kanan. Biopsy mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa terlihat

inflamasi berat.5

2.8Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (

lima langkah tuntas kan diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter

Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu –

satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus

serta mempercepat penyembuhan / menghentikan diare dan mencegah

anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati

diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:13

1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut – turut

3. Teruskan pemberian ASI dan makanan

4. Antibiotic selektif

5. Nasihat kepada orang tua/ pengasuh

17
a) Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila

tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,

air matang. Oralit yang saat ini beradar di pasaran sudah oralit yang

baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa

mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita

diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa

minum harus segera di bawa ke saran kesehatan untuk mendapat

pertolongan cairan melalui infuse. Pemberian oralit didasarkan pada

derajat:

1. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun :1/4 – ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur -1 – 4 tahun ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 tahun :1 – 1 ½ gelas setiap kali anak mencret

2. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang

Dosid oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg BB

dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit setiap diare

tanpa dehidrasi.

3. Diare dengan dehidrasi berat

Penderitaan diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk

kepuskesmas untuk di infus.

18
Tabel 2.2kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang disediakan

diberikan saat BAB dirumah

<12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)

>5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan

sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan

botol tidak boleh dilakukan anak yang lebih besar dapat minum langsung

dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian

mulai lagi perlahan – lahan misalnya 1 sendok setiap 2 – 3 menit.

Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

b) Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

Zinc dapat menghambat enzim. INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),

dimana eksresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan

hipersekresi epitel usus. Zink juga berperan dalam epitelisasi dinding usus

yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.13

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparam diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi

volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

19
berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera

saat anak mengalami diare.14

Dosis pemberian zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan :1/2 tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sdah berhenti. Cara

pemberian tablet zinc: Larutan tablet dalam 1 sedok makan air matang

atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare

c) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya

bermanfaat pada penderita diare dengan dengan darah (sebagian besar

karena shigellosis), suspek kolera.

Obat anti diare juga tidak dapat diberikan pada anak yang

menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak

dianjurkan kecuali muntah berat. Obat – obat ini tidak mencegah dehidrasi

ataupun meningkat kan status gizi anak, bahkan sebagian besar

menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat

anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit

(amuba, giardia,)

d) Pemberian ASI / Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

20
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus

lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga sering

berikan lebih sering biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicernadan di berikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah

diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu

untuk membantu pemulihan berat badan.14

e) Pemberian nasihat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus

dibeli nasihat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas

kesehatan

- Diare lebih sering

- Muntah berulang

- Sangat haus

- Makan / minuman sedikit

- Timbul demam

- Tinja berdarah

- Tidak membaik dalam 3 hari

21
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995.7

penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai /
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, *Haus,ingin minum *Malas minum
tidak haus banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : Turgor Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Derihdrasi ringan Dehidrasi berat
atau sedang *bila ada tanda 1
*bila ada 1 tanda di tanda ditambah 1
tambah 1 atau lebih atau lebih tanda
tanda lain lain
Terapi Rencana Terapi Rencana terapi Rencana terapi
A B C
*= tanda penting

Derajat dehidrasi dinilai sesuai dengan tanda dan gejala yang mencerminkan
jumlah cairan yang hilang:

 Pada tahap awal dehidrasi, tidak ada tanda-tanda atau gejala.


 Sesuai dehidrasi meningkat, tanda-tanda dan gejala berkembang. Awalnya
termasuk: rasa haus, gelisah atau perilaku pemarah, turgor kulit menurun,
mata cekung, dan fontanel cekung (pada bayi).
 Pada dehidrasi berat, efek ini menjadi lebih jelas dan berkembang menjadi
tanda-tanda syok hipovolemik, ternasuk: hilang kesadaran, kurangnya

22
urin, lembab dingin ekstremitas, denyut nadi yang cepat dan lemah denyut
(nadi a.radialis mungkin tidak terdeteksi), rendah atau tidak terdeteksinya
tekanan darah, dan sianosis perifer. Dapat terjadi kematian yang cepat jika
tidak dimulai rehidrasi dengan cepat.
Untuk menilai derajat (kekurangan cairan) dapat digunakan skor WHO di bawah
ini.7

Yang dinilai 1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu atau haus Gelisah, lemas,
mengantuk hingga
syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30 x/menit 30 – 40 x/menit >40x / menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120x/menit 120-140x/menit >140x/menit

Skor :

6 : tanpa dehidrasi

7-12: dehidrasi ringan sedang

>13 : dehidrasi berat

23
RENCANA TERAPI A6
Diare Tanpa Dehidrasi
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Keadaan Umum baik, sadar
Mata tidak cekung
Minum biasa, tidak haus
RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH

1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya


 Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
 Anak yang mendapat ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
 Anak yang tida mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit
atau cairan rumah sebagai tambahan ( kuah sayur, air tajin, air matang, dsb )
 Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutan
sedikit demi sedikit.
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali BAB
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali BAB
 Anak harus diberi oralit untuk digunakan di rumah bila ;
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.
 Ajari ibu cara mencampur dan memberian oralit
2. Beri obat zinc
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI
 Umur < 6 bulan diberi 10 mg ( ½ tablet) per hari
 Umur > 6 bulan diberi 20 mg ( 1 tablet ) per hari
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
 Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat.
 Tambahkan 1-2 sendok teh minya sayur setiap porsi makan
Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang
Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil ( setiap 3-4 jam)
 Setelah diare berhenti,beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2
minggu.
4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya disentri, kolera,dll
5. Nasihati ibu/ pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila
- Berak cair lebih sering
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan dan minum sangat sedikit
- Timbul demam

24
- Berak berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari

RENCANA TERAPI B6
Diare dehidrasi ringan / sedang
Bila terdapat 2 tanda atau lebih :
 Gelisah, rewel
 Mata cekung
 Ingin minum terus, ada rasa haus
 Cubitan kulit perut / turgor kembali lambat

Rencana terapi B untuk terapi diare dehidrasi ringan / sedang jumlah oralit yang
diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan
 Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini :

Umur sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

 Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah


 Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
 Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini
 Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
 Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut.

Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit


- Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
- Berikan sedikit demi sedikit tetapi sering dari gelas
- Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
- Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masa atau
ASI. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang.

Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana
terapi A, B atau C untuk melanjutkan terapi
- Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak
biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur
- Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi rencana terapi B
- Anak mulai diberi makanan, susu, dan sari buah
- Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana terapi C

Bila Ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B


- Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
- Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah

25
- Jelaskan 5 langkah rencana terapi terapi A untuk mengobati anak di rumah

RENCANA TERAPI C6
Diare dehidrasi berat
Bila terdapat 2 tanda atau lebih
 Lesu, lunglai / tidak sadar
 Mata cekung
 Malas minum
 Cubitan kulit perut turgor kembali sangat lambat

RENCANA TERAPI CUNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA


KESEHATAN
 Beri cairan intravena segera Ringer laktat atau NaCl 0,9
IKUTI TANDA PANAH % ( bila RL tidak tersedia) 100 mg/kgBB dibagi
Jika jawaban : sebagai berikut :
“ya”, dilanjutkan ke KANAN Pemberian 1 Selanjutnya,
Jika “tidak” dilanjutkan ke BAWAH 30 ml/kgBB berikan 70
dalam mg/kgBB
Dapatkah saudara dalam :
Ya
memberikan < 1 tahun 1 jam 5 jam
cairan intravena? > 1 30 menit 2 ½ jam
tahun
 Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tida
Tidak
teraba
Adakah terapi  Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat.
terdekat
Ya  Juga beri oralit ( 5 ml/kg/jam) bila penderita bisa
( dalam 30 menit)? minum; biasanya setelah 3-4 jam ( bayi) atau 1-2 jam (
anak)
Tidak  Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut
 Setelah 6 jam ( bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat
dehidrasi kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai
Apakah saudara dapat ( A,B, atau C ) untuk melanjutkan terapi.
menggunakan pipa
 Rujuk penderita untu terapi intravena
nasogastrik / orogastrik Ya Ya bisa minum, sediaan oralit dan tunjukkan
untuk rehidrasi ?  Bila penderita
cara memberikannya selama di perjalanan.
 Mulai rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik/
Tidak Ya orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20
Apakah penderita ml/kg/BB/jam selama 6 jam.
bisa minum?
 Nilai setiap 1-2 jam
- Bila muntah atau kembung berikan cairan lebih
Tidak lambat.
- Bila rehidrasi tak tercapai setelah 3 jam, rujuk
untuk terapi intravena.
Segera rujuk anak untuk  Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi
rehidrasi melalui pipa
yang sesuai (A,B,atau C)
nasogastrik / orogastrik
 Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut. Berikan
atau intravena 26sedikit demi sedikit, 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam.
 Nilai setiap 1-2 jam
 Setelah 6 jam nilai kembali, & pilih rencana terapi
Panduan cairan untuk terapi rumatan untuk bayi normal aterm dan anak-

anak.13

Bayi baru lahir :

 Hari – 1 : infuse D10 dengan rate 50-60 ml/kg/24 jam

 Hari – 2 : infuse D10 dengan 0.2% NaCl, infused rate 100 ml/kg/24 jam

 Setelah hari ke-7 : D5%dengan 0.45% NaCl , atau D10 dengan 0.45%

NaCl, infused rate 100 ml- 150 ml/kg/24 jam

Pemberian cairan pada anak

 BB 0-10 kg : 100 ml/kg/24jam

 BB 10-20 kg : 1000 ml/ 24jam + 50 ml/kg/24jam atau 40ml/jam + 2

ml/kg/24jam

 BB > 20 kg : 1500 ml/.24jam + 25ml/kg/24jam atau 60ml/jam + 1

ml/kg/24jam

Kebutuhan total cairan per hari seorang anak dihitung dengan formula

berikut:

 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu 50 ml/kgBB untuk 10 kg

berikutnya,

 selanjutnya 25 ml/kgBB untuk setiap tambahan kg BB-nya.

27
 Contoh: seorang bayi dengan berat 8 kg mendapatkan 8 x 100 ml = 800 ml

setiap harinya, dan bayi dengan berat 15 kg (10 x 100) + (5 x 50) = 1250

ml per hari.

Tabel 2.3 Kebutuhan Cairan Rumatan

Terapi replacement cairan

 Terapi cairan pengganti dirancang untuk mengganti kehilangan

abnormal cairan dan elektrolit yang sedang berlangsung.

 Konstituen dari kehilangan cairan-elektrolit tersebut secara substansial

berbeda dari komposisi cairan rumatan, maka bila hanya meningkatkan

volume cairan rumatan saja akan sangat berbahaya. Secara umum para

peneliti mengganti sejumlah besar volume cairan untuk mengganti

cairan yang keluar dari stoma atau kehilangan cairan oleh sebab lain

dengan cairan fisilogis secara equivalent.

28
Tatalaksana cairan dibedakan dalam 3 keadaan :

 Terapi deficit

 Terapi maintenense

 Terapi replacement

Terapi deficit : Terapi deficit adalah penatalaksanaan terhadap kehilangan

cairan dan elektrolit yang terjadi, sebelum tampak klinisnya pada pasien.

Terapi deficit mempunyai 3 komponen: Estimasi derajat dehidrasi yang

terjadi, Menentukan tipe dari deficit cairannya dan Perbaiki defisitnya

Derajat dehidrasi : Derajat dehidrasi ditentukan berdasarkan riwayat

penyakit dan pemeriksaan fisik (Depkes, 2011)

a. Diare Tanpa Dehidrasi

Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-

tandanya: Balita tetap aktif, memiliki keinginan untuk minum

seperti biasa dan mata tidak cekung, turgor kembali segera.

b. Diare Dehidrasi Ringan - sedang

Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-

tandanya: Gelisah atau rewel, mata cekung, ingin minum

terus/rasa haus meningkat, turgor kembali lambat.

29
c. Diare Dehidrasi Berat

Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-

tandanya: Lesu/lunglai, tidak sadar, mata cekung, malas minum

dan turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik.

Tipe dehidrasi : Tipe deficit cairan bisa diperkirakan dari riwayat penyakit

dan pemeriksaan fisik, nilai elektrolit, dan tonusitas serum.

 Dehidrasi Isotonus (osmolaritas serum 270-300 mOsm/L, konsentrasi

Na serum 130-150 mEq/L)

 Dehidrasi Hipotonus (osmolaritas serum < 270 mOsm/L, konsentrasi

Na serum < 130 mEq/L)

 Dehidrasi Hipertonus (osmolaritas serum > 130 mOsm/L, konsentrasi

Na serum >150 mEq/L) Pasien dengan dehidrasi hipertonik

memerlukan perhatian khusus, karena komplikasinya ; diantara nya :

edema serebral bisa terjadi selama re-hidrasi.

2.9 Komplikasi

Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara

mendadak dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:3

a. Gangguan keseimbangan asam basa yaitu elektrolit, terutama natrium

dan kalium yang ikut hilang bersama dengan hilangnya cairan tubuh

dan dapat menyebabkan dehidrasi.3

30
b. Hipokalemia adalah keadaan kadar kalium dalam darah yang rendah,

yaitu dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia

(denyut jantung lambat), perubahan pada elektrokardiogram.3

c. Hypoglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang rendah). Gejala

hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg%

pada bayi disertai lemas apatis, peka rangsang, tremor berkeringat,

pucat, syok,dan kejang. Pada anak dan bayi dengan gizi yang cukup

baik, hypoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada bayi atau

anak yang sebelumnya sudah menderita KKP (Kekurangan Kalori

Protein), hal ini terjadi karena persediaan glikogen dalam hati

terganggu dan adanya gangguan absorbsi glukosa.3

d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi laktase karena

kerusakan vili mukosa usus halus.3

e. Gangguan gizi sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan

gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu

yang singkat. Hal ini disebabkan karena: makanan sering dihentikan

oleh orang tua karena takut dan memberikan air teh saja, walaupun

susu diteruskan sering diberi dengan pengenceran, dan diberikan

dalam jangka waktu yang lama, makanan yang diberikan tidak dapat

dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik

usus.3

31
f. Gangguan sirkulasi terjadi karena gangguan sirkulasi darah berupa

renjatan (shock) hipovolemik yang selanjutnya dapat mengakibatkan

perdarahan dalam otak, dan kesadaran menurun.3

2.10 Pencegahan7

a. Imunisasi Rotavirus

Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan

untuk mencegah diare karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus.

Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam.

Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada

usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian,

dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan

2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua

pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi

belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu

diberikan karena belum ada studi keamanannya.

b. Pemberian ASI

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6

bulan. Selama 6 bulan kedua dari kehidupannya, pemberian ASI turut

memberikan perlindungan terlindungan terhadap diare. Pada bayi

yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya

32
lindung 4x lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang

disetai dengan susu botol.3

c. Makanan pendamping ASI

Pemberianmakanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara

bertahap. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya

meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang

menyebabkan kematian. Ada beberapa cara pemberian makanan

pendamping ASI yang baik, yaitu:3

- Perkenalkan makanan lunak ketika anak berumur 4-6 bulan

tetapi teruskan pemberian ASI. Berikan makanan lebih sering

(4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua

makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 sehari, teruskan

pemberian ASI bila mungkin.

- Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi/bubur dan

biji-bijian untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur,

ikan daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayur-

sayuran berwarna hijau kedalam makananya.

- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi

anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.

- Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada

tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum

diberikan kepada anak.

33
d. Menggunakan air yang bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui jalur orofecal. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan

kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja,

misalnya air minum, jari – jari tangan, makanan yang di siapkan

dalam panic.3

e. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan,

mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare.3

f. Menggunakan jamban

Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

resiko terhadap penyakit diare. Keluarga harus buang air besar di

jamban, dan yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:3

- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik

dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

- Bersihkan jamban secara teratur.

- Jarak jamban dengan sumber air minum minimal 10 M

34

Anda mungkin juga menyukai