Anda di halaman 1dari 3

Kejang : gangguan fungsi otak paroksismal yang dapat dilihat sebagai kehilangan kesadaran, · Kejang hanya sekali / tidak

tidak berulang dalam 24 jam.


aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom.1,2 · Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)5,6
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih · Berlangsung lama (> 15 menit).
dari 380c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. · Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
· Kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
2.2. Epidemiologi
· Amerika Serikat Antara 2% sampai 5% anak mengalami kejang demam sebelum usianya yang ke 5. A. Anamnesis
5 sampai 10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di Hong Kong, dan 0.5-1.5% di China. v Adanya kejang, jenis kejang, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca
kejang, penyebab kejang di luar SSP.
2.4. Faktor Resiko v Riwayat Kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga (kakak-
1. Umur adik, orang tua).
a. 3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. v Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lainnya.
b. Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun,
c. Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan B. Pemeriksaan Fisik
bertambahnya umur. · Kesadaran -suhu tubuh -tanda rangsang meningkat
2. Jenis kelamin laki-laki: perempuan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral · tanda peningkatan tekanan intracranial seperti: kesadaran menurun, muntah proyektil, fontanel
3. Suhu badan berulangnya kejang demam sering pada anak dengan nilai ambang kejang rendah. anterior menonjol, papiledema tanda infeksi di luar SSP.
4. Faktor keturunan. 25 – 50% · Tanda ifeksi diluar SSP misalnya otitis media akut, tonsilitis, bronkitis, furunkulosis, dan lain-
lain1
Faktor –faktor lain diantaranya:
· riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
2.9. Pemeriksaan Penunjang
· perkembangan terlambat,
A. Pemeriksaan laboratorium: darah perifer, elektrolit dan gula darah.
· problem pada masa neonatus,
· anak dalam perawatan khusus, dan · Lumbal pungsi :meningitis. Resiko adalah 0,6%-6,7%.
· kadar natrium rendah. pungsi lumbal dianjurkan pada :
- Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Sekitar 1/3 kejang rekuren.faktor resiko ::
§ Usia muda saat kejang demam pertama - Bayi > 18 bulan tidak rutin
§ Suhu yang rendah saat kejang pertama B. Pencitraan
· ct scan mri atas indikasi seperti : kejang demam kompleks
§ Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
§ Durasi yang cepat antara onset demam dan timbulnya kejang
o 4 faktor 70% kemungkinan rekuren. 20% rec tanpa faktor - Paresis Nervus VI
- Papiledema.
2.5. Patofisiologi C. Tes lain (EEG)
demam perubahan keseimbangan membran neuron  difusi ion Kalium dan ion Natrium melalui · Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun
membran tadi lepas muatan listrik. Hipoksia meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul atau kejang demam fokal.
edema otak kerusakan neuron.
2.10. Diagnosis Banding
2.6. Klasifikasi 1. Kelainan intrakranium
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure).5,6 - Meningitis. Ensefalitis, Infeksi subdural dan epidural,Abses otak, Trauma kepala,Stroke dan
· Berlangsung singkat (< 15 menit) dan umumnya akan berhenti sendiri. AVM, Cytomegalic inclusion disease
· Kejang berbentuk umum (bangkitan kejang tonik dan atau klonik), tanpa gerakan fokal. 2. Gangguan metabolik
- Hipoglikemi, Defisiensi vitamin B-6 dicurigai penyebab virus herpes simpleks
- Gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hipokalsemia, porfiria - Keracunan · Gejala serebral lainnya dapat berupa ataksis, paresis, paralisis, afasia dan
3. Epilepsi sebagainya.
Epilepsi adalah suatu gangguan serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh · Gerakan involunter (bila terkena ganglia basalis)
timbulnya serangan paroksismal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron-neuron serebral Pemeriksaan laboratorium
secara eksesif. · Pemeriksaan LCS, biasanya jernih dengans el normal, atau sedikit meningkat
50-500 per mm3, hitung jenis didominasi sel limfosit.
MENINGITIS
· Banyak pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan namun jarang bersifat
Meningitis merupakan peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri patogen. Ditandai
diagnostik.
dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya
· Darah tepi lengkap, dapat menunjukkan polimorfonuklear ringan atau
bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.
leukositosis mononuklear.
· Pemeriksaan cairan serebrospinal : biasanya cairan jernih, jumlah sel normal
Manifestasi klinis
aqtau sedikit meningkta terutama limfosiy, sedikit peningkatan protein, kadar
a. Anamnesis
Meningitis bakterialis pada anak seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas atau
gula normal atau sedikit menurun.
pencernaan seperti demam, batuk, pilek, diare dan muntah. Demam, nyeri kepala dan meningismus · Biakan darah.
dengan atau tanpa penurunan kesadaran merupakan hal yang sangat sugestif meningitis. Banyak · Elektrolit lengkap.
gejala meningitis berkaitan dengan usia; anak berusia kurang dari tiga tahun jarang mengeluh nyeri · Pemeriksaan serologik darah.
kepala. · MRI/CT scan kepala biasanya hanya memperlihatkan edema otak baik umum
b. Pemeriksaan fisik maupun fokal.
· Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabel · EEG biasanya menunjukkan gambaran abnormal berupa aktivitas gelombang
· Dapat juga ditemukan ubun-ubun yang menonjol, kaku kuduk atau tanda rangsang meningeal lain, lambat umum.
kejang dan defisit neurologist fokal.
· Tanda rangsang meningeal mungkin tidal ditemukan pada anak kurang dari satu tahun.
Kriteria diagnosis 3. Pengobatan profilaksis
è Diagnosis ditegakkan dengan manifetasi klinis dan pemeriksaan penunjang. Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk
poin 1 atau 2) yaitu
1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
1. ENSEFALITIS6
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
Ensefalitis ialah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme,
2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologis
misalnya bakteri, ptozoa, cacing, spichaeta, atau virus. Penyebab adalah
sementara atau menetap
virusManifestasi klinis bervariasi mulai dari demam tidak tinggi disertai sakit
3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.
kepala, sampai keadaan berat, koma, kejang dan kematian. Awitan ensefalitis
4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur <12 bulan atau terjadi kejang
dapat secara tiba-tiba atau gradual. Komplikasi yang dapat terjadi termasuk
multipel dalam satu episode demam.
kenaikan tekanan intrakranial, edema otak dan syndrome of inappropriate
Bila hanya memenuhi 1 kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka
antidiuretic hormone (SIADH) secretion. Ensefalitis dapat menyebabkan
panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam
gejala sisa neurologis seperti kejang/ epilepsi, tuli, atau buta.
dengan diazepam oral atau rektal tiap 8 jam disamping antipiretik.

Manifestasi klinis
· Gejala khas berupa suhu naik mendadak, dapat sampai hiperpireksi, nyeri
2.12. Komplikasi10
kapala, muntah dan perubahan tingkah laku
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan kejang demam antara lain:18
· Kedaran menurun
o sewaktu terjadi serangan kejang demam :
· Kejang umum dan/atau fokal atau hanya ’twitching’ saja. Pada kejang fokal
§ trauma akibat jatuh atau terhantuk objek sekitar 2. Patogenesis Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh
§ mengigit tangan orang lain inhibisi dan eksitatori pada otak Ketidakseimbangan bisa terjadi karena :
Kurangnya transmisi inhibitori  Contoh: setelah pemberian antagonis GABA,
§ aspirasi cairan ke dalam paru yang dapat menimbulkan pneumonia
atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)
o efek samping obat antikonvulsan yang digunakan seperti hiperaktivitas, Meningkatnya aksi eksitatori  meningkatnya aksi glutamat atau aspartat
iritabilitas, letargi, rash, dan penurunan intelegensia PATHWAY
o komplikasi meningitis sebagai etiologi kejang demam 3. Diagnosis Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan kejang secara
o kejang berulang tanpa disertai demam berulang Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala, diperlukan
berbagai alat diagnostik :  EEG  CT-scan  MRI  Lain-lain A CT or CAT scan
(computed tomography) is a much more sensitive imaging technique than X-ray,
Kemungkinan berulangnya kejang demam :
allowing high definition not only of the bony structures, but of the soft tissues.
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga 4. Klasifikasi epilepsi Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi
2. Usia < 12 bulan menjadi :  kejang umum (generalized seizure)  jika aktivasi terjadi pd kedua
3. Suhu rendah saat kejang demam hemisfere otak secara bersama-sama  kejang parsial/focal  jika dimulai dari
4. Cepatnya kejang setelah demam daerah tertentu dari otak
5. Kejang umum terbagi atas: Tonic-clonic convulsion = grand mal  merupakan
Faktor Resiko terjadinya epilepsi : bentuk paling banyak terjadi  pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-
engah, keluar air liur  bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah  terjadi
Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko
beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur
menjadi epilepsi adalah : 6. Abscense attacks = petit mal – jenis yang jarang – umumnya hanya terjadi pada
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam masa anak-anak atau awal remaja – penderita tiba-tiba melotot, atau matanya
pertama. berkedip-kedip, dengan kepala terkulai – kejadiannya cuma beberapa detik, dan
2. Kejang demam kompleks bahkan sering tidak disadari • Myoclonic seizure – biasanya tjd pada pagi hari,
setelah bangun tidur – pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba – jenis yang
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung. sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal • Atonic seizure – jarang
Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4%- 6%; terjadi – pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot  jatuh, tapi bisa segera
kombinasi faktor risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10%- recovered Petit mal
49%. Risiko epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat 7. Kejang parsial terbagi menjadi : • Simple partial seizures – pasien tidak kehilangan
rumat/profilaksis pada kejang demam. kesadaran – terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh • Complex
partial seizures – pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan
mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran Kejang parsial
· Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat dirumah sakit apabila : 8. Sasaran Terapi Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalisasi
o Kejang demam kompleks adverse effect of drug mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
o Hiperpireksia syaraf yang berlebihan  melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur
o Kejang demam pertama ketersediaan neurotransmitter Strategi Terapi
9. Tatalaksana terapi • Non farmakologi: – Amati faktor pemicu – Menghindari faktor
o Usia dibawah 6 bulan
pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan
o Dijumpai kelainan neurologis jadwal tidur, terlambat makan, dll. • Farmakologi : menggunakan obat-obat
antiepilepsi
Etiologi  Epilepsi mungkin disebabkan oleh:  aktivitas saraf abnormal akibat 10. Obat-obat anti epilepsi Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+: •
proses patologis yang mempengaruhi otak  gangguan biokimia atau metabolik Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan
dan lesi mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain  muatan listrik • Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat
pada bayi  penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir, Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik: • agonis reseptor
trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital pada GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA 
otak, atau infeksi  pada anak-anak dan remaja  mayoritas adalah epilepsy contoh: benzodiazepin, barbiturat • menghambat GABA transaminase 
idiopatik, pada umur 5-6 tahun  disebabkan karena febril  pada usia dewasa konsentrasi GABA meningkat  contoh: Vigabatrin • menghambat GABA
penyebab lebih bervariasi  idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor transporter  memperlama aksi GABA  contoh: Tiagabin • meningkatkan
otak (usia 30-50 th), penyakit serebro vaskuler (> 50 th) konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien  mungkin dg menstimulasi
pelepasan GABA dari non-vesikular pool  contoh: Gabapentin

Anda mungkin juga menyukai