Anda di halaman 1dari 6

Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang


memberikan porsi keleluasaan ruang dan waktu terbesar kepada siswa. Inkuiri dapat diartikan
sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa
mengalami proses-proses tertentu untuk menemukan konsep-konsep sains. Gross (2002)
menyatakan metode inkuiri akan membawa pikiran siswa untuk melakukan eksperimen dan
mengumpulkan data.

Pembelajaran inkuiri yang didesaian secara baik akan menghasilkan bentuk-bentuk


pengetahuan yang dapat diaplikasikan secara luas. Tugas guru dalam model ini adalah
membimbing/memelihara proses pembelajaran dengan menekankan pada proses inkuiri dan
mengajak/menggiring siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses itu (Indrawati, 2000).
Esensi lain dari pembelajaran berbasis inkuiri adalah keterlibatan dalam pembelajaran yang
membawa pada pemahaman. Karli dan Sri (2003) menyatakan bahwa pendekatan belajar
dengan model inkuiri terdiri atas lima tahapan yaitu:

1. Tahap pertama adalah penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka-
teki. Pada tahap ini guru membawa situasi masalah dan menentukan prosedur inkuiri
kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang
dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman
kreasi kepada siswa, tetapi sebaiknya didasarkan pada ide-ide sederhana.
2. Tahap kedua adalah pengumpulan dan verifikasi data. Siswa mengumpulkan data
informasi tentang yang mereka lihat atau alami.
3. Tahap ketiga adalah eksperimen. Pada tahap ini siswa melakukan eksperimen untuk
mengeksplorasi dan menguji secara langsung. Eksplorasi mengubah sesuatu untuk
mengetahui pengaruhnya, tidak selalu diarahkan oleh suatu teori atau hipotesis. Pada
tahap ini guru berperan untuk mengendalikan siswa bila mengasumsikan suatu
variabel yang telah ditangkalnya padahal pada kenyataannya tidak. Peran guru lainnya
pada tahap ini adalah memperluas informasi yang telah diperoleh. Selama verifikasi
siswa boleh mengajukan pertanyaan tentang obyek, ciri, kondisi, dan peristiwa.
4. Tahap keempat adalah mengorganisasi data merumuskan penjelasan. Kemungkinan
besar akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan
informasi yang diperoleh menjadi uraian penjelasan yang tidak begitu mendetail.
5. Tahap kelima adalah mengadakan analisis terhadap proses inkuiri, pada tahap ini
siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka. Mereka boleh
menentukan pertanyaan yang efektif, pertanyaan yang produktif atau tipe informasi
yang dibutuhkan dan tidak diperoleh. Tahap ini akan menjadi penting apabila
dilaksanakan pendekatan model inkuiri dan dicoba memperbaikinya secara sistematis
dan secara independen. Konflik yang dialami siswa ketika melihat suatu kejadian
yang menurut pandangannya tidak umum dapat menuntun partisipasi aktif dalam
penyelidikan secara ilmiah.

Variasi pendekatan pengajaran berbasis inkuiri menurut D’Avanzo dan Mc.Neal (dalam
Trautman, 2002) dikelompokkan dalam tiga kategori:
1. Terbimbing: guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terfokus, kemudian
mendorong dan mengawasi pendekatan-pendekatan yang digunakan siswa untuk
menuju pada pertanyaan.
2. Terbuka: guru memfasilitasi proses dari pemilihan pertanyaan dan pendekatan inkuiri
siswa.
3. Kolaborasi guru: guru dan siswa bekerja sama sebagai peneliti, dan bersamasama
memilih pertanyaan dan strategi untuk menentukan jawaban-jawaban yang tidak
diketahui secara pasti baik oleh guru maupun oleh siswa.

Inkuiri Laboratorium
Kegiatan laboratorium merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran IPA.
Menurut Lazarowitz & Tamir dalam Wiyanto (2006), kurikulum berbasis inquiry
mengalokasikan waktunya sekitar 50% untuk kegiatan laboratorium. Namun beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan laboratorium yang dikembangkan masih bersifat
verifikasi, yaitu membuktikan konsep atau prinsip yang telah dibahas sebelumnya dengan
kegiatan lab yang masih bersifat teacher centered. Kegiatan praktikum yang seperti ini tidak
mampu mengembangkan keterampilan kemampuan berpikir siswa dalam tahap yang lebih
tinggi.
Kegiatan laboratorium pada hakikatnya ditujukan untuk membantu siswa
mengembangkan pemahaman, kemampuan kognitif, berpikir kreatif dan sikap ilmiah melalui
keterlibatannya dalam hand-on activity (Novack, Gangoli, Hodson, dalam Suma 2005).
Kegiatan laboratorium adalah salah satu metode pengajaran yang paling penting untuk
memberikan pembelajaran yang efektif dan bermakna dalam pendidikan sains. Tamir (Koray
& Köksal, 2009) mengatakan kegiatan laboratorium didasarkan pada partisipasi aktif siswa
dalam proses pengumpulan data dan memberikan analisis dari fakta-fakta dari hasil yang
diperoleh. Selain itu, juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan
pemecahan masalah mereka dan keterampilan penyelidikan, untuk melakukan generalisasi
yang tepat tentang poin penting dalam ilmu pengetahuan, untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah dan untuk memegang sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

Terbatasnya efek kegiatan laboratorium terhadap domain kognitif, dapat disebabkan


oleh model kegiatan laboratorium yang diterapkan. Model kegiatan laboratorium
konvensional memiliki tuntunan kognitif yang rendah sebaliknya kegiatan inkuiri
laboratorium memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan penalaran baik secara kuantitatif atau kualitatif. Eksperimen dalam inkuiri
laboratorium dirancang bertolak dari pengetahuan awal siswa. Kegiatan laboratorium
semacam ini medorong kemampuan-kemampuan berpikir seperti mendeskripsikan
pengetahuan fisika secara efektif, menginterpretasikan konsep atau prinsip, dan membangun
konsep serta representasi ilmiah. Konsep-konsep serta prinsip penting tersebut dibangun
melalui peramalan, pengujian ramalan, inferensi, dan konflik kognitif.

Pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium menekankan pada aktivitas dalam


membantu siswa belajar dan memahami proses dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan
dan memahami karakteristik penelitian ilmiah (Wenning, 2010 & Khan, et al, 2011). Model
pembelajaran inkuiri laboratorium memiliki sejumlah langkah termasuk aktif
mengidentifikasi suatu topik atau masalah, menghasilkan pertanyaan yang akan diteliti,
menyelidiki masalah dengan melakukan penelitian yang relevan, berpikir kritis tentang
masalah yang akan dipecahkan, menjawab pertanyaan yang diajukan, menarik kesimpulan
dan merefleksikan pada proses penyelidikan (Vajoczki, S. et al, 2011). Menurut Lawson
(dalam Wiyanto, 2006) kegiatan dalam pembelajaran inquiry lab akan memungkinkan siswa
untuk :

(1) mengeksplorasi gejala dan merumuskan masalah,


(2) merumuskan hipotesis,
(3) mendesain dan melaksanakan cara pengujian hipotesis,
(4) mengorganisasikan dan menganalisis data,
(5) menarik kesimpulan dan mengkomunikasikannya.

Kegiatan laboratorium dalam model inkuiri laboratorium diselenggarakan terintegrasi


dengan pembelajaran di kalas, sehingga fakta-fakta yang teramati di laboratorium dapat
secara langsung digunakan dalam membangun dan mengembangkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip. Konsep-konsep dan hukum-hukum yang telah dibangun akan menjadi lebih
mudah dan lama diingat oleh siswa. Karakteristik dasar dari pembelajaran ini adalah
pembelajaran yang berbasis pada penyelidikan ilmiah, keterampilan berpikir, memerlukan
integrasi pengetahuan antar siswa yang mandiri dan mengembangkan keterampilan belajar
seumur hidup (Wenning, 2006b). Guohui (dalam Khan, et al, 2011) menambahkan,
karakteristik dasar dari pembelajaran inquiri laboratorium adalah konteks pembelajaran
berbasis pada situasi nyata, berfokus pada keterampilan berpikir, dan diterapkan pada
kelompok-kelompok kecil.

Inkuiri mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang
terkait dengan penyelidikan, termasuk mengajukan pertanyaan, perencanaan dan melakukan
investigasi, menggunakan alat yang sesuai dan teknik untuk mengumpulkan data, berpikir
kritis dan logis tentang hubungan antara bukti dan penjelasan, membangun dan menganalisis
penjelasan alternatif, dan berkomunikasi argumen ilmiah. Menurut Wenning (2010) langkah-
langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri
laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Fase berhadapan dengan masalah
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada suatu permasalahan, diantaranya dengan
menyajikan situasi yang saling bertentangan. Guru menjelaskan secara garis besar prosedur
penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal ini guru membimbing siswa dengan cara
mengajukan pertanyaan pembimbing. Siswa juga harus menggunakan beberapa keterampilan
proses mereka dalam menjawab pertanyaan guru, untuk mengidentifikasi masalah.
b. Fase pengumpulan data pengujian (aktivitas pre-lab inquiry)
Pada fase ini siswa berusaha untuk mengumpulkan data informasi sebanyak-
banyaknya, tentang masalah yang mereka hadapi. Data tersebut dapat diperoleh berdasarkan
kondisi atau hakikat objek dengan menguji bagaimana proses terjadinya masalah tersebut.
Kemudian siswa merumuskan hipotesis (menciptakan hubungan-hubungan dengan sesuatu
yang telah diketahui).
c. Fase pengumpulan data dalam eksperimen
Pada fase ini dilakukan osilasi terhadap data-data yang menjadi inti masalah yang
dihadapi melalui kegiatan investigasi di laboratorium. Siswa dapat mengintrogasikan elemen-
elemen dari hasil isolasi ke dalam suatu masalah, untuk melihat apakah peristiwanya akan
menjadi lain.
d. Fase formulasi dan penjelasan
Pada fase ini siswa mengorganisasi dan menganalisis data, menghubungkan dengan
hipotesis, memprediksi, menseleksi temuan yang sesuai dengan apa yang telah diketahui,
kemudian menginterpretasikannya (menarik kesimpulan). Sedangkan guru merumuskan
penjelasan untuk membimbing siswa yang menemui kesulitan dalam mengemukakan
informasi yang mereka peroleh untuk memberikan uraian yang jelas, guru dapat memberikan
penjelasan yang sederhana saja.
e. Fase analisis proses inquiry
Pada fase ini siswa diminta untuk menganalisis proses penelitian untuk memperoleh
prosedur yang lebih efektif, atau menentukan temuan yang dapat digunakan memprediksi
fenomena lain dengan mendesain prosedur baru.

Model inkuiri laboratorium dibagi menjadi dua aktivitas yaitu aktivitas pre-lab dan
aktivitas inkuiri laboratorium. Aktivitas pre-lab diawali oleh suatu permasalahan baik yang
diajukan oleh siswa maupun diberikan oleh guru. Dari permasalahan siswa membuat
hipotesis atau dugaan sementara yang berupa jawaban berdasarkan pengetahuan awal.
Kemudian dalam aktivitas inquiry, siswa diberi kebebasan seluas-luasnya dalam
mengidentifikasi dan melakukan penelitian untuk menemukan konsep baru. Sasaran utama
kegiatan pembelajaran inkuiri laboratorium adalah:
1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran
3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri

Hal tersebut membutuhkan suatu kondisi yang sangat mendukung. Adapun kondisi umum
yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah
1) aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi
2) inkuiri berfokus pada hipotesis
3) penggunaan fakta sebagai bukti (Vajoczki et al, 2011).

Menurut American Association of Physics Teachers (AAPT) (Wenning, 2006b), tujuan


pembelajaran berbasis laboratorium adalah:
1) mengidentifikasi pertanyaan dan konsep yang memandu penyelidikan ilmiah,
2) mendesain dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan teknologi dan
matematis untuk mendukung penyelidikan dan komunikasi,
3) merumuskan dan meninjau kembali penjelasan ilmiah dengan menggunakan logika
dan bukti,
4) mengenali dan meneliti alternatif penjelasan dan model,
5) komunikasikan dan mempertahankan suatu argumentasi ilmiah

Dengan menerapkan tujuan laboratorium tersebut niscaya pengembangan


keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman konsep siswa dapat berkembang secara
optimal.

Dapat disimpulakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang berbasis pada
penyelidikan ilmiah dan berpusat pada siswa. Pada awal pembelajaran diberikan suatu
permasalahan yang terkait dengan konsep yang akan dipelajari. Dari permaslahan tersebut
dijadikan sebagai dasar bagi siswa untuk merumuskan hipotesis, merancang percobaan,
melakukan investigasi, menganalisis data, sampai menyimpulkan hasil percobaan. Pada
pembelajaran ini siswa diberikan kebebasan secara penuh untuk melaksanakan penyelidikan
ilmiah. Dengan kebebasan tersebut siswa dapat merancang percobaan untuk memecahkan
suatu permasalahan dengan ide-ide kreatif yang dimiliki oleh siswa. sehingga dengan
demikian pembelajaran inkuiri laboratorium mampu mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif dan keterampilan proses sains siswa.

Karakteristik Pendekatan Laboratorium Inkuiri


Pendekatan laboratorium inkuiri mulai dikembangkan dan diterima secara umum
dalam pelajaran sains sejak tahun 1960-an. Banyak pendidik yang mempertengkarkan arti
inkuiri sebagai bagian penemuan, sebagian pendidik lainnya menganggap penemuan
merupakan bagian inkuiri. Penemuan terjadi jika individu terutama dilibatkan dalam
menggunakan proses-proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip. Kegiatan
penemuan termasuk suatu pelajaran yang direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri, misalnya
mengamati (Sund dan Trowbridge, 1973). Dalam pengajaran inkuiri siswa-siswa mempelajari
gejala ilmiah dengan kegiatan semangat seorang ilmuwan.
Menurut NRC (2000) tahapan pembelajaran inkuiri dibagi menjadi lima
phase:
1. Phase 1 : Siswa dilibatkan dengan sebuah pertanyaan ilmiah, kejadian atau fenomena.
Hal ini dihubungkan dengan pengetahuan siswa, membuat ketidakseimbangan
(dissonance) dengan ide-ide yang mereka miliki, dan atau memotivasinya untuk
belajar lebih.
2. Phase 2 : Siswa menggali ide-ide melalui pengalaman hands-on, memformulasi dan
menguji hipotesis, memecahkan masalah dan membuat penjelasan terhadap apa yang
mereka observasi.
3. Phase 3 : Siswa menganalisis dan menginterprestasi data, mensitesis ide-ide mereka,
membangun model, dan memperjelas konsep-konsep dan penjelasan, dengan guru dan
sumber pengetahuan ilmiah lain.
4. Phase 4 : Siswa memperluas pemahaman dan kemampuan baru mereka dan
mengaplikasikan apa yang dapat mereka pelajari pada situasi baru.
5. Phase 5 : Siswa dengan gurunya mereview dan mengakses apa yang telah mereka
pelajari dan bagaimana mereka telah mempelajarinya.

Pendekatan inkuiri menurut Sund dan Trowbridge (1973) siswa-siswa membutuhkan


banyak waktu untuk belajar dengan pendekatan inkuiri, sehingga bahan-bahan yang dapat
dicakup hanya sedikit. Oleh karena guru-guru yang baru pertamakali menggunakan
pendekatan ini seringkali menjadi frustasi dan mengira bahwa mereka tidak banyak
memperoleh kemajuan. Masih banyak guru yang beranggapan bahwa sebagai guru yang baik
jika mereka dapat mencakup semua bahan pelajaran. Anggapan seperti ini merupakan
anggapan yang keliru tentang fungsi pengajaran.

Manfaat dari kegiatan laboratorium inkuiri, yaitu: pertama menuntut pengajaran sains
dalam kelas, kegiatan laboratorium inkuiri bukan merupakan ilustrasi-ilustrasi terhadap
situasi permasalahan, kedua kegiatan laboratorium inkuiri memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyelenggarakan suatu penyelidikan kecil. Menurut Sund dan Trowbridge
(1973) kegiatan laboratorium inkuiri menghilangkan perbedaan semu antara ruang kelas dan
laboratorium, antar pikiran dan tenaga. Tujuan umum pembelajaran inkuiri adalah membantu
siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang diperlukan dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keingintahuan
mereka.

Model pembelajaran inkuiri didasarkan pada konfrontasi intelektual. Siswa diberi teka-
teki (masalah) untuk diselidiki. Segala yang misterius tidak didugaduga atau tidak diketahui
manfaat untuk mengarahkan pada ketidak pastian. Karena tujuan model pembelajaran inkuiri
agar siswa memperoleh pengetahuan baru, maka konfrontasi hendaknya didasarkan pada
gagasan yang dapat ditemukan. Pembelajaran sains dengan pendekatan inkuiri dapat
memfasilitasi siswa untuk memecahkan masalah, karena pendekatan itu melalui penyelidikan
ilmiah, sehingga siswa dapat menemukan sendiri jawabannya (McDermott et al dalam
Wiyanto, 2008).

Pada kegiatan laboratorium berbasis inkuiri terjadi proses pembelajaran yang melalui
suatu sistem pemikiran yang sistematis. Di dalam proses ini, siswa diharapkan dapat
memahami dan terampil terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Peran guru
dalam proses inkuri ini, tidak hanya memberikan teori saja, tetapi membantu dan
membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan.

Sumber
https://smartstudentblog.wordpress.com/2012/05/31/inkuiri-laboratorium/

http://www.academia.edu/5847449/PROPOSAL_PENELITIAN_JUDUL_PENELITIAN_Pe
ngaruh_Model_Pembelajaran_Inkuiri_Terbimbing_Berbantuan_Virtual_Laboratory_Terhada
p

Anda mungkin juga menyukai