PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Militus
b. Untuk mengetahui apa saja type Diabetes Militus
c. Untuk mengetahui apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Militus
d. Untuk mengetahui cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus
e. Untuk mengetahui hubungan Diabetes Militus dengan anggota tubuh
BAB II
LANDASAN TEORI
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus,
antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit
Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom
Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta
di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis
sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance,
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin
endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak
disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
Not insulin requiring diabetes.
2.5 Patofisiologi
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal,
seperti hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi
pengamatan yang sedang laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan
diabetes mellitus sering disebut terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme
atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat
pada resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma
hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang berdampak pada penyakit
kardiovaskular dan berakibat kematian.
GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan
menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah
dan asam lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan
kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot lurik. Walaupun demikian, pada
akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak dapat menurunkan resistansi insulin,
oleh karena berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak
orang, tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini
akan memicu komplikasi pada toleransi glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi
penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada
hiperglisemia dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin,
stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor
hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina
dengan hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.
Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang
disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada pasien bedah
pankreas, feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1.
Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai
membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo. Apoptosis
sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul
sitotoksik, seperti granzim dan perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-
.
2.6 Komplikasi
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda),
kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat
menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi
dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum
bila kontrol kadar gula darah buruk.
Komplikasi jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan
Yg terjadi Komplikasi
yg terkena
PERAWATAN PREVENTIF
1. Identifikasi
Penderita membawa keterangan tentang : jenis DM, komplikasi, regimen
Pengobatan
2. Vaksinasi
Merupakan tindakan yang baik terutama terhadap pnemokokus dan
influensa
3. Tidak merokok
4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia
5. Perawatan kaki
Kebanyakan orang mempunyai kebiasaan suka makan malas sikat gigi. Tapi itu
juga tidak semua. Apalagi bila orang tersebut tahu benar dengan menjaga
kesehatan gigi dapat menghindarkan tubuh dari penyakit lainnya. Salah satu
penyakit yang dapat dihindari adalah penyakit diabetes melitus. Karena menurut
studi penelitian di Amerika menunjukkan bahwa penderita kerusakan gigi kronis
bisa jadi orang tersebut pengidap penyakit diabetes melitus tipe 2.
Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke aliran darah dan
mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel sistem kekebalan tubuh yang rusak
melepaskan sejenis protein yang disebut cytokines. Cytokines inilah penyebab
kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu diabetes. Jika ini
terjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan sehat maka
orang tersebut berpeluang menderita diabetes tipe 2.
Selain itu tingginya kandungan kolesterol dari glukosa yang dibutuhkan tubuh
merupakan faktor utama pemicu risiko diabetes bagi orang yang mengalami
kerusakan gigi. Dan kolesterol rendah dapat menolong orang sehat untuk tidak
terserang problem gangguan gigi yang mampu memicu diabetes. Untuk itu,
penderita diabetes sebaiknya mengikuti diet rendah kalori, rajin mengonsumsi
obat pengatur hormon insulin dan menjaga kesehatan gigi. Dan alangkah baiknya
jika orang sehat juga ikut menjaga kesehatan giginya agar tidak berisiko terkena
diabetes.
Radang gusi adalah jenis penyakit gigi yang paling ringan, disebabkan oleh
bakteri dalam plak. Penyakit ini masih bisa disembuhkan, tapi jika disepelekan
tanpa perawatan lebih lanjut bisa berkembang menjadi penyakit gigi yang parah
juga. Plak yang menempel pada rongga antara gusi dan gigi mampu menimpulkan
infeksi dan menyebabkan kasus serius. Bahkan pada stadium tertentu, gigi harus
dicabut.
Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak mampu meregulasi kandungan
glukosa. Artinya, tekanan darah bisa menjadi sangat tinggi. Pengobatan dengan
insulin bisa membantu tubuh mengontrol jumlah glukosa pada aliran darah.
Pada diabetes tipe 2, insulin diproduksi sangat sedikit sehingga tidak cukup
jumlahnya untuk keperluan tubuh manusia. Biasanya hal ini sangat berpengaruh
pada orang berusia di atas 40 tahun. Untuk mengatasinya dibutuhkan diet teratur
dan mengonsumsi pil atau suntikan reguler.
Ulkus atau luka kaki dapat menjadi masalah yang sangat serius bagi penderita
diabetes. Penting untuk menyembuhkan ulkus secepatnya.
Kerusakan saraf pada diabetes dapat mengurangi nyeri sehingga ulkus kaki
kadang tidak menimbulkan rasa nyeri jadi sering diabaikan. Sejalan dengan
waktu ulkus kaki atau gejala-gejala penyakit dapat merusak kaki secara serius.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir. Ulkus
bisa dikatakan kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan
komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit
Diabetes Militus (DM) ini sangat berbahaya dan menakutkan. Banyak sekali
faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus.
Seperti conohnya, Obesitas(berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup
yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang
lainnya.
3.2 Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga
dan istirahat yang cukup
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula
melonjak tinggi.