ILMU BAHAN
Studi Material Ilmu Bahan Fiber
Disusun Oleh :
Pertama – tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.
Rasa terima kasih juga kami panjatkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, tidak terkecuali kepada Dosen
pembimbing mata kuliah Ilmu Bahan, Ibu Siti Fariya, S.T., M.T yang telah sudi
untuk memberikan segenap tenaga dan pengetahuan untuk membimbing. Lalu
kepada teman – teman yang telah membantu menuangkan refrensi sebagai
kelancaran pembuatan makalah ini.
Makalah ini sedikit mengulas mengenai studi kasus Ilmu Bahan pada Material
Fiber Sebagai Metrial Pembuatan Kapal. Sebelum memasuki penjelasan yang lebih
jauh mengenai perihal tersebut, akan lebih baik bila kita mengulas sedikit mengenai
material fiber atau serat komposit, maka makalah ini kami tuliskan bertujuan untuk
memahami peranan material tersebut yang diadopsi sebagai material pokok
pembuatan kapal laut. Harapannya makalah ini dapat menambah wawasan dan bisa
berguna bagi pembaca yang ingin mengenal secara singkat mengenai Material
tersebut.
Sekian dari kami, apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penjelasan, kami
mohon maaf sebesar – besarnya.
BAB 1 PENDAHULUAN
A.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
C.1. Kesimpulan
C.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Materi ini membahas singkat perihal studi material fiber. Ada banyak macam
material pembuatan kapal, dalam makalah ini kami tuangkan rasa keresahan dan
penasaran atas studi kasus material ilmu bahan yaitu Fiber Reinforced Polymer atau
FRP atau biasa di kenal dengan Fiber, yang diadobsi sebagai material pembuatan
kapal pada era modern sekarang. Penguasaan materi ini diharapkan bisa membantu
kawan – kawan untuk menambah wawasan mengenai salah satu studi kasus
material ilmu bahan fiber khususnya.
A.3. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar mahasiswa mampu untuk mengetahui
secara singkat mengenai studi kasus material ilmu bahan, fiber khususnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Serat karbon memiliki modulus elastisitas yang tinggi, 230-380 Gpa. Serat karbon
tidak menyerap air dan tahan terhadap bahan kimia. Mereka mampu menahan lelah
(fatigue) dengan sangat baik, tidak menimbulkan korosi dan tidak
menunjukan creep atau kendur, memiliki kekenduran/relaksasi yang sedikit
dibandingkan dengan baja prategang mutu tinggi yang memiliki kekuatan tarik
rendah. Serat karbon juga bisa sebagai penghantar listrik, oleh karena itu
kemungkinan dapat menyebabkan korosi/karat galvanik jika bersentuhan langsung
dengan baja (Carolin, 2003).
Aramid adalah singkatan dari Aromatic Polyamid (poliamid aromatik). Merk yang
terkenal dari serat aramid adalah kevlar, selain itu juga ada yang lain seperti Twaron,
Technora, dan SMV. Modulus elastisitas seratnya adalah 62-117 Gpa. Aramid
biasa digunakan sebagai bahan pembuatan helm dan pakaian anti peluru. Serat
aramid sensitif terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan radiasi sinar ultra violet
oleh karena itu sangat jarang dipakai didalam konstuksi sipil (Carolin, 2003).
Serat glass lebih murah daripada serat karbon dan serat aramid. Sehingga bahan
komposit serat gelas menjadi sangat populer diantara jenis perkuatan dengan
material fiber lainnya, contohnya industri perahu. Modulus seratnya berkisar 72-80
GPa. Serat gelas sangat sensitif dengan kekenduran/relaksasi. Serat gelas/kaca
sangat sensitif juga dengan uap lembab/embun, tetapi dengan pemilihan matriks
yang tepat serat dapat terlindungi (Carolin, 2003).
Hal ini dicapai dengan menghubungi resin cetakan dan penguatan ke bekas seperti
cetakan terbuka yang bila disembuhkan menghasilkan laminasi FRP yang solid.
Mungkin atau mungkin tidak perlu diperkuat tergantung pada ukuran dan tujuan
barang jadi. Unstiffened berarti tidak ada anggota penguat tambahan yang
ditambahkan ke laminasi padat, kekuatan lambung berasal dari laminasi kulit dan
kelengkungan lambung. Ini hanya ditemukan dalam kerajinan yang sangat kecil.
Lengan yang kaku memiliki penyok melintang dan / atau longitudinal yang serupa
dengan bingkai dan senar yang terikat pada laminasi untuk mengurangi fleksibilitas
panel besar.
Dua laminasi tipis dipisahkan oleh inti ringan yang meningkatkan kekakuan panel
dengan meningkatkan ketebalan efektif tanpa menggunakan laminasi FRP yang
solid. Karena kekakuan, geladak, cabintops dan bulkheads yang melekat biasanya
dibuat sebagai sandwich. Jenis laminasi ini dimulai dengan cara yang sama dengan
yang di atas, namun setelah beberapa lapisan penguat pertama bahan inti lembaran
dilapisi dan dibiarkan membentuk ikatan yang solid. Bila ikatan itu diperiksa dan
dinilai kosong bebas laminasi FRP dilanjutkan pada permukaan material inti yang
terpapar. Bahan inti yang populer adalah kayu lapis, kayu balsa dan busa plastik
seperti Poly Vinyl Chloride (PVC) dan Uretan.
Karena kekakuan inti yang disebutkan di atas, mereka juga meminjamkan prototipe
atau konstruksi model tunggal sebagai FRP dapat diterapkan langsung ke bahan inti
mandiri. Dalam hal ini lembaran busa diletakkan di atas kerangka kerja terbuka dari
bentuk lambung dan ditutupi oleh kulit FRP. Setelah menghilangkan kerangka kerja
kulit interior dilaminasi untuk menyelesaikan lambung ganda atau sandwich. Pada
jenis aplikasi ini, permukaan laminasi yang disembuhkan kedua sisi inti tidak akan
memiliki lapisan halus yang dilapisi gelang dan akan memerlukan finishing tangan.
Ini berlaku proses yang sama seperti pembuatan steker. Sesekali setelah uji coba
telah selesai, sebuah lambung prototipe dapat dipertimbangkan untuk digunakan
sebagai steker jika konversi dan persiapan dinilai lebih murah daripada membuat
steker baru.
B.2.4. High Technology Developments in FRP
Perkembangan teknologi tinggi (hi-tech) dapat dibagi menjadi kemajuan material dan
perkembangan metode produksi. Yang pertama digunakan untuk mengurangi berat
badan atau untuk meningkatkan kekuatan dengan bobot yang sama dengan
menggunakan bala bantuan yang canggih seperti serat karbon yang dikombinasikan
dengan resin lainnya seperti epoksi dan terutama memiliki aplikasi militer atau balap.
Mereka semua lebih mahal daripada bahan yang sebelumnya dijelaskan dan jarang
digunakan oleh pembangun produksi di negara-negara utara. Perkembangan
metode produksi diarahkan pada produksi massal, terutama untuk mengurangi
kandungan tenaga kerja yang mahal dari barang-barang yang tunduk pada pasar
yang kompetitif dan tidak sesuai untuk masuk ke dalam pembuatan kapal FRP di
negara berkembang.
Adapun kelebihan dan kekurangan kapal yang berbahan pokok dari serat
komposit atau fiber yaitu, sebagai berikut:
Lebih tahan terhadap proses pelapukan sehingga usia atau masa pakai kapal dari
bahan fiberglass tentu lebih lama, selain itu perawatan kapal fiber juga lebih mudah
dan lebih minim biaya. Jangka waktu pembuatan kapal dari fiberglass lebih cepat
dan lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan kapal kayu. Selain itu, dengan
ketebalan yang sama, kapal yang terbuat dari bahan fiberglass memiliki kekuatan
yang lebih dibandingkan dengan kapal yang terbuat dari kayu, berat kapal juga lebih
ringan dibandingkan dengan kapal kayu.
Bahan fiber sangat rentan terhadap goncangan ombak. Selain itu, sifat fiber yang
tidak lentur menyebabkan bahan tersebut mudah pecah bila berbenturan dengan
benda yang lebih keras atau ombak, lalu mudah terbakar, dan dapat menyebabkan
pencemaran pada laut.
B.4. Kapal dari Material Fiber
Berikut adalah kapal dari material fiber yang telah selesai dan telah di
gunakan.
Klinik Apung Said Tuhuleley dibangun dengan bahan dasar fiberglass (GFRP)
dengan dimensi panjang 15,5 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 5 meter. Dengan
dukungan mesin berkekuatan 3 x 250 Cc, kapal bisa melaju hingga kecepatan 35
knot. Dalam joy ship kemarin, mesin telah menunjukkan kinerja yang baik dengan
kecepatan hingga 28 knot.
Kapal cepat dengan struktur utama terbuat dari konstruksi sandwich dengan lapisan
kulit (face skin) dari komposit serat karbon (CFRP) yang lebih ringan daripada
konstruksi metal ini memiliki panjang efektiv 60,7 meter serta digerakkan oleh empat
unit mesin penggerak pokok. Kapal ini didesain sebagai Kapal Siluman (stealth)
canggih yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi serta mampu menembus
ombak setinggi enam meter. Kapal ini diharapkan akan memperkuat jajaran Kapal
Republik Indonesia (KRI) TNI AL yang sudah ada. mampu mencapai kecepatan 50
knot.
BAB III
PENUTUP
C.1. KESIMPULAN
Material Fiber adalah suatu terobosan yang mana telah ada sejak beberapa
tahun yang lalu untuk mengurangi pengeluaran biaya konstruksi khususnya dan juga
untuk terobosan sebuah material yang mudah dan simple untuk dibangun, namun
hanya saja material ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri sebagaimana
telah dijelaskan diatas.
C.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA