Anda di halaman 1dari 6

Korosi adalah suatu reaksi redoks antara logam dengan berbagai zat yang ada di lingkungannya sehingga

menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam kehidupan sehari-hari korosi kita kenal
dengan sebutan perkaratan.

Salah satu sumber kerusakan terbesar pada kapal laut adalah disebabkan oleh korosi air laut. Sampai saat
ini penggunaan besi dan baja sebagai bahan utama pembuatan kapal masih dominan. Dari segi biaya dan
kekuatan, penggunaan besi dan baja untuk bangunan kapal memang cukup memadai. Tetapi besi dan baja
sangat reaktif dan mempunyai kecenderungan yang besar untuk terserang korosi air laut. Korosi
merupakan suatu proses degradasi dari suatu logam yang dikarenakan terjadinya reaksi kimia antara
logam tersebut dengan lingkungannya. Pada dasarnya korosi adalah peristiwa pelepasan elektron-
elektron dari logam (besi atau baja) yang berada di dalam larutan elektrolit misalnya air laut. Sedangkan
atom-atom yang bermuatan positif dari logam (Fe+3) akan bereaksi dengan ion hydroxyl (OH-)
membentuk ferri hidroksida [Fe(OH)3] yang dikenal sebagai karat. Berdasarkan segi konstruksi pada kapal
laut, pelat lambung kapal adalah daerah yang pertama kali terkena air laut. Pada daerah lambung ini
bagian bawah air ataupun daerah atas air rentang terkena korosi. Korosi pada pelat badan kapal dapat
mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, mengurangi kecepatan kapal serta mengurangi
jaminan keselamatan dan keamanan muatan barang dan penumpang. Untuk menghindari kerugian
yang lebih besar akibat korosi air laut, maka perawatan dan pemeliharaan kapal harus dilakukan secara
berkala. bentuk korosi yang terjadi pada lambung kapal adalah korosi merata. Korosi merata adalah
jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau
paduan yang terpapar atau terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju yang hampir sama. Hampir
seluruh permukaan logam menampakkan terjadinya proses korosi.

Sampai saat ini untuk melindungi pelat badan kapal terhadap serangan korosi air laut masih
menggunakan 3 (tiga) cara yaitu menghindari penyebab korosi, pelindungan secara aktif (Dengan
metode Cathodic Protection) dan perlindungan secara pasif (Dengan proses pengecatan). Metode
cathodic protection merupakan metode yang sudah sangat lazim dilaksanakan untuk proteksi korosi pada
lambung kapal, namun adakalanya hal ini tidak terlalu diperhatikan secara serius sehingga hasil yang
diinginkan biasanya meleset dan tidak efisien. Salah satu metode cathodic protection adalah metode
anode korban.

Adakalanya di lapangan ditemui pelat-pelat lambung kapal yang terserang korosi berat dikarenakan
kurangnya anode korban yang dipasang. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan di bahas mengenai
kebutuhan pemasangan perlindungan katode untuk mencegah korosi pada lambung kapal di dalam media
air laut, dimana dilakukan perbandingan katode yang sering digunakan yaitu Zinc Cathodic Protection
(ZCP) dan Alumunium Cathodic Protection (ACP).
Sebelum dipasang anode korban yang baru, KM. ADRI XLIV mengalami proses Coating terlebih dahulu,
dimana memakai satu lapis / layer dengan ditambah 2 lapis intermadiate / top coats, minimum 300 µm
nominal DFT (Dry Film Thickness) kategori III dengan umur pelapisan adalah selama 5 tahun.
Rencana penggantian anode korban pada KM. ADRI XLIV adalah dengan menggunakan anode korban
alumunium dengan bentuk elongated flush mounted tanpa backfill dengan dimensi anode 395 mm x 150
mm x 30 mm dengan berat netto 4.5 Kg sebanyak 24 buah.

Sebelum melakukan perhitungan kebutuhan anode korban pada KM. ADRI XLIV, ada beberapa data yang
diperlukan dalam perhitungan. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan proteksi lambung kapal
dengan menggunakan anoda korban yaitu :

· Ukuran luas pelat lambung kapal yang akan di proteksi

· Coating kapal

· Jenis anoda

· Resistivitas air laut.

Nilai resistivitas air laut diperoleh dengan menggunakan acuan pada DNV RPB 401 tentang resistivitas
dimana temperature air antara 7oC sampai dengan 12oC, maka nilai resistivitas antara 0,3 dan 1,5(ohm.m).
Dalam hal ini diambil 1,5 ohm.m.
· Umur proteksi

Umur proteksi yang diperlukan sesuai peraturan BKI yaitu 3 tahun karena selama 3 tahun minimal kapal
harus docking atau naik dok satu kali. Dimana apabila kapal naik dok maka dapat diganti anoda korban
yang lama dengan anoda korban yang baru.

· Keperluan arus proteksi.

Nilai keperluan arus proteksi diperoleh dengan mengacu pada DNV RPB 401, dimana desain arus menurut
iklim sedang dan kedalaman 0 meter – 30 meter dengan temperatur 7 oC – 12 oC, maka nilai keperluan
arus proteksinya adalah 0,100 A/m2.

http://rdsujono.blogspot.com/2011/05/korosi-dan-pengendaliannya-pada-lambung.html

1. Mengontrol atmosfer agar tidak lembab dan banyak oksigen, misalnya dengan
membuat lingkungan udara bebas dari oksigen dengan mengalirkan gas CO2.

2. Mencegah logam bersinggungan dengan oksigen di udara dan juga air.


Pencegahan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengecatnya

Lapisan cat mencegah kontak langsung besi dengan oksigen dan air. Hanya jika cat
tergores atau terkelupas, maka korosi mulai terjadi dan dapat menyebar di bawah
cat yang masih utuh. Contoh yang menggunakan teknik ini adalah pada kapal,
jembatan dan mobil.

b. Memberi oli atau minyak

Lapisan oli bisa mencegah kontak langsung besi dengan oksigen dan air dan harus
dioleskan secara berkala. Contoh yang menggunakan teknik ini adalah pada
bagian bergerak dari mesin, seperti mesin mobil.

c. Memberi lapisan plastik

Lapisan plastik mencegah kontak langsung besi dengan oksigen dan air. Hanya jika
plastik terkelupas, korosi mulai terjadi. Contoh yang menggunakan teknik ini
adalah pada barang-barang dapur, seperti rak pengering.

d. Galvanisasi
Galvanisasi yaitu melapisi logam dengan seng (contohnya atap seng). Lapisan seng
(Zn) dapat mencegah kontak langsung logam dengan oksigen dan air. Disamping
itu, Zn yang teroksidasi ,emjadi Zn(OH)2 dapat bereaksi lebih lanjut dengan
CO2 di udara membentuk lapisan oksida Zn(OH)2.xZnCO3 yang sangat kuat.
Apabila lapisan Zn tergores, Zn masih dapat melindungi besi karena Zn (Eo=-0,76
V) lebih mudah teroksidasi dibanding Fe (Eo=-0,44 V). Contoh cara mencegah
korosi dengan teknik ini adalah pada besi penopang untuk konstruksi bangunan
dan jembatan.

 Baca juga: Mengenal Konsep Struktur Lewis dalam Ikatan Kovalen

e. Elektroplating

Elektroplating adalah pelapisan logam dengan logam lain menggunakan metode


elektrolisis. Sebagai contoh, pelapisan dengan logam nikel (veernikel), krom
(contohnya: kran air), timah (misalnya kaleng makanan), dan timbal (contohnya
pipa air minum).

f. Pelapisan krom/Cr

Lapisan Cr mencegah kontak langsung logam dengan oksigen dan air. Di samping
itu, Cr teroksidasi membentuk lapisan oksida Cr2O3 yang sangat kuat sehingga
dapat melindungi logam Fedi bawahnya. Apabila tergores, lapisan Cr masih dapat
melindungi besi karena Cr (Eo= -0,74V) lebih mudah teroksidasi dibanding Fe
(Eo= -0,44 V).

g. Pelapisan timah/Sn

Lapisan Sn dapat mencegah kontak langsung logamdengan oksigen dan air. Akan
tetapi, Sn (Eo= -0,14 V) kurang reaktif dibanding Fe (Eo= -0,44 V). Jadi, apabila
lapisan Sn tergores, maka besi di bawahnya mulai korosi.

h. Sherardizing

Sherardizing adalah mereaksikan logam dengan asam fosfat sehingga permukaan


logam tertutup dengan fosfat (Fe3(PO4)2). Sebagai contoh, badan mobil.

3. Perlindungan Katodik

Perlindungan katodik dilakukan dengan cara menghubungkan logam yang akan


dilindungi dengan logam lain yang mempunyai potensial elektrode yang sangat
rendah (biasanya Mg). Ketika terjadi oksidasi, logam yang dilindungi akan segera
menarik elektron dari logam pelindung sehingga oksidasi akan berlangsung pada
logam pelindung tersebut. Oleh karena logam pelindung teroksidasi, maka lama-
kelamaan dapat habis dan harus selalu diganti dengan yang baru secara periodik.

Anda mungkin juga menyukai