Anda di halaman 1dari 21

A.

DEFINISI
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan
isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2000),
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya
jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah
keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).

B. ETIOLOGI
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan
turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya
penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut
(Giri Made Kusala, 2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
(Giri Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti
pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit
atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi
pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya
organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
(Giri Made Kusala, 2009).

C. PATHOFISIOLOGI
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada
setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.Kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup.
Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan
otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis
dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi (Erfandi, 2009).

D. MANISFESTASI KLINIS
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau
skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra
peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila
pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di
daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali
karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah
dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut
hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang
terus menerus.
7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung
tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong
hernia berisi organ maka tergantung isinya.
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau
ovarium.
E. KLASIFIKASI HERNIA
Menurut Suratan dan Lusianah (2010:316) klasifikasi hernia terbagi
menjadi :
1. Klasifikasi menurut letaknya
a. Hernia inguinal dibagi menjadi :
1) Hernia indirek atau lateral
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar
dan sering turun ke skrotum.Umumnya terjadi pada pria.Benjolan
tersebut bias mengecil, menghilangkan pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapat
tumbuh kembali.
2) Hernia Direk atau medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inginalis dan femoralis
indirek.Lebih umum terjadi pada lansia.Hernia ini disebut direkta
karena langsung menuju annulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien
tidur.Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang menjadi irreponible
b. Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak
dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
c. Hernia umbilical
Hernia umbilical umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, biasanya pada klien obesitas dan multipara.
d. Hernia insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka
kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi
ekstrem atau obesitas. Usu atau organ lain menonjol melalui jaringan
parut yang lemah.
2. Hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia kongenital (Bawaan)
Hernia kongenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3
minggu testis yang mula-mula terletak diatas mengalami penurunan
(desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati
inguinal sampai skrotum prosesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan
berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan
setelah testis sampai pada skrotum, prosesus vaginalis peritoneal
seluruhnya tertutup (obliterasi).Bila ada gangguan obliterasi maka
seluruh prosesus vaginalisperitoneal terbuka, terjadilah hernia
inguinalis lateralis.
b. Hernia akuisitas (Didapat)
Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan
karena adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam
waktu yang lama, misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan
proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), asites, dan
sebagainya.
3. Hernia menurut sifatnya
a. Hernia reponible/ reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga
karena perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak
ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga
hernia akreta.
c. Hernia strangulate/inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi..
F. PATHWAYS

Resiko ketidakseimbagan
volume cairan
G. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang
akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.
Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis,
nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila
masuk pada hernia geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak
dipisahkan karena jika tidak, maka dapat timbul nyeri pada jaringan parut
setelah jahitan dibuka.
Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma,
infeksi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi
lama merupakan atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan
pleksus pampiniformis, dan yang paling penting, terjadinya residif
(kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien, letak hernia,
teknik yang digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya.
(Sjamsuhidajat,2010)

H. DATA PENUNJANG
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
2. Herniografi.
3. USG
4. CT dan MRI
5. Laparaskopi
6. Operasi Eksplorasi (Hudack& Gallo, 2007)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, pemeriksaan fisik.
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
2) Riwayatkesehatan / penyakit sekarang
3) Riwayatkesehatan / penyakit dahulu
4) Riwayatkesehatan / penyakit keluarga
c. Pemeriksaanfisik
d. Pemeriksaan tumbuh kembang
e. Pemeriksaan penunjang
2. Diagosa Keperawatan
a. Ansietas(00146) berhubungan dengan Stress, perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang
pengetahuan dan hospitalisasi
b. Nyeri Akut(00132) berhubungan dengan Agen cedera fisik (mis.
Abses,amputasi,luka bakar,terpotong,mengangkat berat,prosedur
bedah,trauma,olahraga berat.)
c. Intoleransi Aktivitas(00092) berhubungan dengan Tirah baring atau
imobilisasi
d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh(00002)
berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk memasukkan atau
mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi
(NANDA, 2011)
3. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Ansietas (00146) NOC : NIC :
Berhubungan dengan -Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Stress, perubahan status -Koping (penurunan
kesehatan, ancaman Setelah dilakukan kecemasan)
kematian, perubahan konsep asuhan  Gunakan
diri, kurang pengetahuan Selama…jam klien pendekatan yang
dan hospitalisasi kecemasan teratasi
DO/DS: dgn menenangkan
- Insomnia kriteria hasil:  Nyatakan dengan
- Kontak mata kurang  Klien mampu jelas harapan
- Kurang istirahat mengidentifikasi terhadap pelaku
- Berfokus pada diri sendiri dan pasien
- Iritabilitas mengungkapkan  Jelaskan semua
- Takut gejala prosedur dan apa
- Nyeri pada scrotum cemas yang dirasakan
- Peningkatan TD dan  Mengidentifikasi, selama prosedur
denyut nadi sebelum di mengungkapkan dan  Temani pasien
rawat inap 120/70, nadi menunjukkan tehnik untuk memberikan
80x/mnt, sesudah di rawat untuk mengontol keamanan dan
inap 150/80, nadi 88x/mnt. cemas mengurangi takut
- Gangguan tidur  Vital sign dalam  Berikan informasi
- Bingung batas normal faktual mengenai
- Bloking dalam  Postur tubuh, diagnosis, tindakan
pembicaraan ekspresi prognosis
- wajah tegang wajah, bahasa tubuh  Libatkan keluarga
dan tingkat aktivitas untuk mendampingi
menunjukkan klien
berkurangnya  Dengarkan dengan
kecemasan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kolaborasi
pemberian obat anti
cemas
2. Nyeri akut (00132) NOC : NIC :
berhubungan - Pain Level,  Lakukan pengkajian
dengan: - pain control, nyeri secara
Agen cedera fisik (mis. - comfort level komprehensif
Abses,amputasi,luka Setelah dilakukan termasuk lokasi,
bakar,terpotong,mengangkat tindakan karakteristik, durasi,
berat,prosedur keperawatan frekuensi, kualitas
bedah,trauma,olahraga selama…Pasien dan faktor presipitasi
berat.) mengalami nyeri  Observasi reaksi
DS: berkurang, dengan nonverbal dari
Pasien mengatakan nyeri kriteria hasil: ketidaknyamanan
hanya sedikit.  Mampu  Bantu pasien dan
DO: mengontrol keluarga
- ekspresi wajah datar nyeri(tahu untukmencaridan
- Tingkah laku berhati-hati penyebab nyeri, menemukan
- tampak lemah, sulit untuk mampu dukungan
bergerak,) menggunakan  Kontrol lingkungan
-Terfokus pada diri sendiri tehnik yang dapat
- Respon autonom (seperti nonfarmakologi mempengaruhi nyeri
diaphoresis, perubahan untuk seperti suhu ruangan,
tekanan darah, perubahan mengurangi pencahayaan dan
nafas, nadi dan pernafasan) nyeri, mencari kebisingan
- Perubahan autonomic bantuan)  Kurangi faktor
dalam tonus otot (mungkin  Melaporkan presipitasi nyeri
dalam rentang dari lemah bahwa nyeri  Kaji tipe dan sumber
ke kaku) berkurang nyeri untuk
- Tingkah laku ekspresif dengan Menentukan
(contoh : wajah datar, takut, menggunakan intervensi
gelisah) manajemen nyeri  Ajarkan tentang
- Perubahan dalam nafsu  Mampu teknik non
makan dan minum mengenali nyeri farmakologi: napas
(skala, intensitas, dala, relaksasi,
frekuensi dan distraksi, kompres
tanda nyeri) hangat/ dingin
 Menyatakan rasa  Berikan analgetik
nyaman setelah untuk mengurangi
nyeri berkurang nyeri
 Tanda vital dalam  Tingkatkan istirahat
rentang normal  Berikan informasi
 Tidak mengalami tentang nyeri seperti
gangguan tidur penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Intoleransi aktivitas (00092) NOC : NIC :
Berhubungan dengan : - Self Care :ADLs  Observasi adanya
-Tirah baring atau - Toleransi pembatasanklien
imobilisasi aktivitas dalam melakukan
DS: - Konservasi aktivitas
- Melaporkan secara verbal energi  Kaji adanya faktor
adanya kelelah atau Setelah dilakukan yangmenyebabkan
kelemahan. tindakan keperawatan kelelahan
- Adanya dyspneu atau selama….Pasien  Monitor nutrisi dan
ketidaknyamanan saat bertoleransi terhadap sumberenergi yang
beraktivitas. aktivitas dengan adekuat
DO : Kriteria  Monitor pasien akan
- Respon abnormal dari Hasil : adanyakelelahan
tekanan darah atau nadi  Berpartisipasi fisik dan emosi
terhadap aktifitas dalam aktivitas fisik secaraberlebihan
- Perubahan ECG : aritmia, tanpa disertai  Monitor respon
iskemia peningkatan kardiovaskulerterhad
tekanan darah, nadi ap aktivitas
dan RR (takikardi,
 Mampu melakukan disritmia,sesak
aktivitas sehari-hari nafas,diaporesis,
(ADLs) secara pucat, perubahan
mandiri hemodinamik)
 Keseimbangan  Monitor pola tidur
aktivitas dan dan lamanya
istirahat tidur/istirahat pasien
 Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan
pasien program
terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai
dengankemampuan
fisik, psikologi dan
sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk
membuatjadwal
latihan diwaktu luang
 Bantupasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan - Nutritional status: makanan
tubuh (00002) Adequacy of  Kolaborasi dengan
Berhubungan dengan : nutrient ahli gizi
Ketidakmampuan untuk - Nutritional Status : untukmenentukan
memasukkan atau mencerna foodand Fluid jumlah kalori dan
nutrisi oleh karena faktor Intake nutrisi yang
biologis, psikologis atau - Weight Control dibutuhkan pasien
ekonomi. Setelah dilakukan  Yakinkan diet yang
DS: tindakankeperawatan dimakan
- Nyeri abdomen selama….nutrisi mengandung tinggi
DO: kurang teratasi serat untuk
- Rontok rambut dengan indikator: mencegah konstipasi
- Kurang nafsu makan  Albumin serum  Ajarkan pasien
- Bising usus berlebih  Pre albumin bagaimana membuat
- Konjungtiva pucat serum catatan makanan
- Kulit kusam  Hematokrit harian.
 Hemoglobin  Monitor adanya
 Total iron binding penurunan BB dan
capacity gula darah
 Jumlah limfosit  Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan
dantindakan
tidakselama jam
makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringanjaringan
konjungtiva
 Monitor intake
nutrisi
 Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
 Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama makan
 Kolaborasi pemberan
anti emetik
 Anjurkan banyak
minum
 Pertahankan terapi
IV line
 Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonikpapila
lidah dan cavitas
oval
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer.2004 .Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Medica


Aesculaplus FK UI
Asep Subarkah, 2008. Klasifikasi untuk Hernia. Jakarta : EGC
Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Jennifer, 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001.
EGC
Syamsuhidayat, et.al. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Suratan dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Gatrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
Tambayong, dr. Jan. 2002. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta :
EGC
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HERNIA
RUANG KENANGA
RSUD SUNAN KALIJAGA KAB.DEMAK

DISUSUN OLEH :
REZANIA CINDY BERLIANTINE
16.079

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
20172018

Anda mungkin juga menyukai