Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal nafas timbul akibat pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida
di paru tidak dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida
pada sel tubuh. Kondisi ini mengakibatkan tekanan oksigen arterial kurang dari 50 mmHg
(hipoksemia) dan tekanan karbondioksida arterial meningkat lebih dari 45 mmHg
(hiperkapnea).

Definisi ini berdasarkan analisis gas darah tersebut tidak absolute bergantung
pada dengan riwayat penyakit sebelumnya dari klien. Perawat harus membedakan antara
gagal nafas akut dengan ekserbasi akut gagal nafas kronis. Gagal nafas akut adalah gagal
nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara structural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul. Gagal nafas kronik adalah gagal nafas yang terjadi pada
pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronchitis kronik, emfisema, dan penyakit
paru hitam (penyakit penambang batu bara). Pasien ini mengalami toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnea yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut, paru
biasanya kembali pada keadaan awalnya. Pada gagal nafas kronis structural paru
mengalami kerusakan ireversibel.

Data epidemiologis mengenai gagal nafas di Indonesia sangat minim, dan


diperkirakan jauh lebih tinggi insidensinya.Tingkat kematian terkait dengan gagal
pernafasan bervariasi menurut etiologi. Untuk sindrom gangguan pernapasan akut, angka
kematian adalah sekitar 45% pada kebanyakan studi, persentase ini belum berubah dari
tahun ke tahun.Hubungan antara kegagalan pernafasan akut dan ras masih diperdebatkan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep dan asuhan keperawatan
pada klien dengan gagal nafas

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui definisi gagal nafas.
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui etiologi gagal nafas
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tanda dan gejala gagal nafas
d. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui patofisiologi dan patway dari
gagal nafas
e. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan pada klien gagal nafas
f. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien
gagal napas
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan pertukaran O2
dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri Rokhaeni,
dkk, 2012)

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam
sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia)
dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner
& Sudarth, 2012).

Gagal nafas adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan / atau kontraktilitas
miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru, dkk 2014).

B. Etiologi
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga
pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer


Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan
menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor
pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot
pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks


Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru.
Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau
trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan
yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut
dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks,
pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas.
Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia
diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat
asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi
lain yang menyababkan gagal nafas.

C. Tanda Gejala
1. Tanda
a. Gagal nafas total
1) Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
2) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak
ada pengembangan dada pada inspirasi
3) Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan

b. Gagal nafas parsial


1) Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
2) Ada retraksi dada
2. Gejala
a. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2 meningkat)
b. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

D. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang
timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk
secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada
gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan
normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan
ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah
batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan
menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen
menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari
analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas
akut.
PATWAY
Etiologi

Penurunan respon pernapasan dan otot pernapasan

Kegagalan pernapasan ventilasi

Hiperventilasi alveoli

Ganggun difusi dan retensi CO2

Hipoksia jaringan

kardio Paru-paru
otak

Sel otak mati Mekanisme Sekret, Peningkatan


kompensasi Peningkatan
edema, PaCO2
kerja napas
wheezing
Peningkatan TIK
Penurunan
curah jantung Kelelahan, Depresi
sianosis Gangguan
pusat
Kejang, pusing, pertukaran gas
pernapasan
penurunan kesadaran
Gangguan perfusi
Intoleransi
jaringan
aktifitas hipoventilasi

Ketidakefektifan
Pola napas
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Konsep asuhan keperawatan (pengkajian, Diagnosa keperawatan, Intervensi)


1) Pengkajian Primer
a. Airways : Look , listen and feel
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
2) Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan lab
c. Pemeriksaan penunjang
3) Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi
b. Gangguan pertukaran gas bd Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
c. Gangguan perfusi jaringan perifer bd hiperglikemi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menggunakan glukose
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan
perifer)
f. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
I. Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan dan Rencana Paraf
Kritreria Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan - Atur posisi pasien
nafas b.d tindakan asuhan (semi fowler)
akumulasi sekret keperawatan selama - Beri oksigenisasi
berlebihan 2x24 jam, sesuai kebutuhan
diharapkan pola - Monitori respirasi
nafas efektif - Ajarkan teknik
dengan kriteria relaksasi nafas dalam
hasil : - Berkolaborasi
1. Sesak pemberian terapi obat:
berkurang
2. RR 12-24 x
menit
3. Bunyi nafas
bersih
2 Gangguan Setelah dilakukan - Posisikan pasien untuk
pertukaran gas bd tindakan asuhan memaksimalkan ventilasi
ketidakseimbanga keperawatan selama - Buka jalan nafas dengan
n ventilasi perfusi 2x24 jam, teknik chin lift atau jaw
diharapkan perfusi thrush
jaringan efektif - Masukan alat
dengan kriteria nasopharyngeal air way
hasil : NPA atau OPA
1. Tekanan oropharyngeal airway
parsial - Berkolaborasi pemberian
oksigen terapi obat
didarah
arteri
(PaO2)
normal
2. Tekanan
parsial
dikarbon
diosida
didarah
arteri
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2015. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2011. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Mansjoer, A dkk. 20014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Naga Sholeh S. 2014. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta. DIVA Press

Nanda nic noc. 2016. Diagnose keperawatan, Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta

Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis NANDA,
NIC & NOC, jilid 2 edisi revisi. Jakarta: Media Action Publishing

Rab, T. 2012. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a) Tanggal Pengkajian : 9 Januari 2018
b) Jam pengkajian : 20:00 WIB
c) Tanggal MRS : 8 Januari 2018
d) Nama Inisial : An. M
e) Nomor. Reg : 246624
f) Jenis Kelamin : perempuan
g) TL / Umur : 14 tahun
h) Alamat : Tembalang /Semarang
i) Diagnose Medis : gagal nafas

2. Keluhan Utama : sesak nafas, tidak sadar, terpasang ETT

3. Pengkajian Primer
a. Airways :
Look : ada sumbatan jalan nafas
Listen : tidak ada suara tambahan
Fell : terasa hembusan nafas
b. Breathing : nafas cepat dan dalam, RR=32 x/menit, SpO2=100 %
Circulation : Akral dingin, irama reguler, CRT<3 detik, HR= 95x / menit,
TD = 135/70
c. Disability : Tingkat kesadaran sopor, GCS 15 E=2 M=4 V=ett
4. Pengkajian sekunder
a. Tidak ada riwayat alergi
b. Darah Lengkap
Ph : 7,48
Po2 : 68,5 mmHg
HCT : 40%
Na : 135,9 mmol/L
K : 3.68 mmol/L
Hb : 13,4 g/l
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Leukosit 10,83 10^3/ul 3.6 – 11
Eritrosit 3,08 10^6/ul 3.8 – 5.2
Hemoglobin 13,4 g/dL 11.7 – 15.5
Hematocrit 24,30 % 35 – 47
Trombosit 262 10^3/ul 150 – 440
GDS 185 Mg/dl 100-150
Elektrolit
Natrium 135,9 Mmol/L 135-145
Kalium 3.68 Mmol/L 3,5-5,0
Chlorida 91,6 Mmol/L 95,0-105

5. Terapi yang diberikan


- Infus RL 20 tpm : mengembalikan cairan tubuh

Oral
- Parasetamol 3x1: obat demam
- Azytromicym 1x500: obat antibiotic tubuh
Injeksi IV

- Ceftriaxone 2x1: obat antibiotik


- Cefoferazone 2x1gr: antibiotic saluran pernafasan
- Pct inf 3x1: obat demam

6. Analisa Data

No/tanggal Data Problem Kemungkinan


/jam Penyebab
1 DS : - Bersihan jalan Akumulasi sekret
09/01/201 nafas berlebih
8 DO :
21:00 - Jalan nafas klien
terdapat sekret pada
selang ETT dan rongga
mulut
- Ada sumbatan jalan
nafas tambahan

2 DS : Gangguan Ketidakseimbangan
DO :
10/01/201 pertukaran gas ventilasi perfusi
- Hasil BGA
8
PH: 7,48
21:00
PC02: 50.0
Po2: 193
Pao2: 149
HCO3: 25,3
DS : Ketidakefektifan Hiperventilasi
- Pasien nafas cepat dan
pola napas
dalam
- Pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3ml
- RR: 32x menit

5. Diagnosa keperawatan
- Bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret berlebihan
- Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
- Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
2. Perencanaan

No/T Dx Tujuan dan Rencana Paraf


angga Kritreria Hasil
l/Jam
1 Bersihan jalan NOC: NIC:
nafas b.d Setelah dilakukan -Menajemen jalan nafas:
akumulasi tindakan asuhan  Observasi karteristik bunyi
secret keperawatan selama nafas
berlebihan 1x7 jam,  Observasi refleks batuk dan
diharapkan jalan sekret yang keluar
nafas normal  Monitir pengeluaran sekret
dengan kriteria pada jalan nafas
hasil :  Lakukan hisap lendir secara
1. Sesak pariodik
berkurang  Obeservasi perubahan pola
2. RR 12-24 x nafas
menit  Berikan O2 sesuai kebutuhan
3. Bunyi nafas
bersih

2 Gangguan NOC: NIC:


pertukaran gas -Status pernafasan: -Manajemen jalan nafas
bd pertukaran gas  Pertahankan kepatenan
ketidakseimba Setelah dilakukan jalan nafas
ngan ventilasi tindakan asuhan  Posisikan pasien untuk
perfusi keperawatan selama memaksimalkan ventilasi
1x7 jam,  Buka jalan nafas dengan
diharapkan teknik chin lift atau jaw
gangguan thrush
pertukaran gas  Masukan alat
teratasi dengan nasopharyngeal air way
kriteria hasil : NPA atau OPA
1. Tekanan oropharyngeal airway
parsial  Berkolaborasi pemberian
oksigen terapi obat
didarah
arteri
(PaO2)
normal
2. Tekanan
parsial
dikarbondio
sida didarah
arteri
3 Ketidakefektif Status pernafasan Menajemen jalan nafas:
an jalan napas ventilasi:  Atur posisi pasien (semi
b.d Setelah dilakukan fowler)
hiperventilasi tindakan asuhan  Beri oksigenisasi sesuai
keperawatan selama kebutuhan
1x7 jam,  Monitori respirasi
diharapkan status  Berkolaborasi pemberian
pernafasan ventilasi terapi obat:
normal dengan - Injeksi IV
kriteria hasil : Cefoferazone 2x1gr
1. Sesak
berkurang
2. RR 12-24 x
menit

3. Implementasi
No No Waktu Tindakan Paraf
Dx
1 21:10  Atur posisi
pasien (semi
fowler)

21:15  Beri oksigenisasi


sesuai kebutuhan

21:20  Monitori
respirasi

21:25  Memonitor
pengeluaran
secret
22:00  Memberikan
terapi obat
2 06:10  Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi

06:10  Buka jalan nafas


dengan teknik
chin lift atau jaw
thrush

06:10  Berkolaborasi
pemberian terapi
obat
3 15.00  Atur posisi semi
fowler
 Berikan oksigen
 Memonitor
respirasi
4. Evaluasi
No No Dx Waktu Evaluasi TT
1 S:-
O:
- Pasien terlihat sesaknya sedikit berkurang
- RR : 33x/m
O : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

2 S:
O:
- Pasien terpasang ventilator
- PH: 7,48
- PcO2: 50,0
- Po2: 149
- HcO3: 25,3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

3 S:
O:
- Pasien masih sesak
- RR 32x/m
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV

APLIKASI EBN

1. Pengkajian
a. Tanggal Pengkajian : 9 Januari 2018
b. Jam pengkajian : 20:00 WIB
c. Tanggal MRS : 8 Januari 2018
d. Nama Inisial : An. M
e. Nomor. Reg : 246624
f. Jenis Kelamin : Perempuan
g. TL / Umur : 14 tahun
h. Alamat : Tembalang /Semarang
i. Diagnose Medis : gagal nafas
2. Data fokus
DS : -
DO :
- Pasien nafas cepat dan dalam
- Pasien terpasang oksigen nasal kanul 3ml
- RR: 38x menit
3. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi

4. EBN yang diterapkan pada pasien


Pemberian posisi semi fowler terhadap ketidakefektifan pola napas pada An. M diruang
ICU RSUD Wongsonegoro

5. Alasan dan justifikasi penerapan EBN


Pemberian posisi semi fowler pada pasien gagal nafas telah dilakukan sebagai salah satu
cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Posisi yang tepat bagi pasien dengan
penyakit kardiopulmonari adalah diberikan posisi semi fowler dengan derajat kemiringan
30 - 45°.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Justifikasi pemilihan EBN


Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien gagal nafas akan menimbulkan masalah
keperawatan dan mengganggu kebutuhan dasar manusia salah satu diantaranya adalah
kebutuhan istirahat, seperti adanya nyeri dada saat aktivitas, dyspnea saat istirahat atau
aktivitas, letargi dan gangguan tidur (Heather, 2013). Metode yang paling sederhana dan
efektif untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan
pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan penyakit
gagal nafas adalah diberikannya posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-45°
(Yulia, 2008). Posisi semi fowler pada pasien gagal nafas telah dilakukan sebagai salah
satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas (Bare, 2010).
Teridentifikasi frekuensi pernapasan sebelum diberikan posisi semi fowler sebagian
besar termasuk frekuensi sesak napas sedang sampai berat. Terindentifikasi frekuensi
pernapasan setelah diberikan posisi semi fowler sebagian besar termasuk frekuensi
pernapasan normal, serta terdapat pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap
kestabilan pola napas.

B. Mekanisme penerapan EBN


a. Prosedur penerapan IBN
Pengumpulan data dimulai dengan mendapat izin dari institusi tempat penelitian,
kemudian memulai dengan memperkenalkan diri, lalu melakukan survei pendahuluan
dan ditentukan sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Responden yang
memenuhi kriteria menjadi sampel kemudian diminta untuk menandatangani
informed consent, kemudian diberikan intervensi dan dievaluasi frekuensi
pernapasannya.
b. Mencatat hasil pre-test (RR)
c. Mencatat hasil post-test (RR)
C. Hasil
1. Intervensi ke-1 (7 November 2017)
Pengukuran Pre-Test Post-Test
(15:00 WIB) (15:30 WIB)

Respiratory Rate 38 x/menit 32x/menit

D. Kelebihan, kekurangan dan hambatan aplikasi EBN


1. Kelebihan
Kelebihan dari intervensi ini adalah sangat sederhana, murah dan efektif. Kemudian
aplikasi EBN ini juga dapat dilakukan mandiri oleh pasien bersama keluarga.

2. Kekurangan
Kekurangan dari intervensi ini adalah saat melakukan penerapan EBN harus
menggunkan alat ukur untuk mengukur derajat posisi semi fowler.
BAB VI

PENUTUP

E. Kesimpulan
- Frekuensi pernapasan pada An M sebelum diberikan posisi semi fowler dan
sesudah pemberian posisi semi fowler terhadap ketidakefektifan pola napas
mengalami perubahan dari pre-test (38x/m) menjadi post test (32x/m)
- Sehingga dapat disimpulkan pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap
ketidakefektifan pola napas sangat efektif untuk An.M

F. Saran
- Bagi rekan – rekan profesi keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dengan cara pemberian intervensi keperawatan yang mandiri khususnya
terhadap pasien yang mengalami sesak napas.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2015. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2011. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Mansjoer, A dkk. 20014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Naga Sholeh S. 2014. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta. DIVA Press

Nanda nic noc. 2016. Diagnose keperawatan, Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta

Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis NANDA,
NIC & NOC, jilid 2 edisi revisi. Jakarta: Media Action Publishing

Rab, T. 2012. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Anda mungkin juga menyukai