Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Tuli mendadak atau Sudden Sensorineural Hearing Loss (SSNHL) merupakan


pengalaman yang menakutkan yang menyebabkan pasien segera mengunjungi dokter.1
Tuli mendadak didefinisikan sebagai bentuk sensasi subjektif kehilangan pendengaran
pada satu atau kedua telinga yang berlangsung dalam periode 72 jam, dengan kriteria
audiometri berupa penurunan pendengaran ≥ 30 dB minimal pada 3 frekuensi berturut-
turut.1,2 Di Amerika Serikat, kejadian tuli mendadak ditemukan pada 5 – 20 tiap 100.000
orang per tahunnya.3 Distribusi laki-laki dan perempuan hampir sama. Tuli mendadak
dapat ditemukan pada semua kelompok usia, umumnya pada rentang usia 40 – 50
tahun.4,5 Sering terjadi unilateral dan bersifat idiopatik.6
Tuli mendadak merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan
penanganan segera, walaupun beberapa kepustakaan menyatakan bahwa tuli mendadak
dapat sembuh spontan.7,8 Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan audiometri.2,9 Angka pemulihan pasien yang tidak mendapat
pengobatan adalah 28 – 65%, dimana sebagian besarnya pulih dalam dua minggu setelah
munculnya gejala.8 Masalah yang umum ditemukan pada kasus tuli mendadak adalah
keterlambatan dalam diagnosis, sehingga pengobatan tertunda yang akhihrya
menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen.8,9 Oleh sebab itu, penting untuk
mengenali dan mendeteksi dini kelainan agar dapat menunjang pemulihan fungsi
pendengaran dan meningkatkan kualitas hidup pasien.8

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI
Telinga merupakan organ penerima gelombang suara atau gelombang
udara kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi impuls listrik dan
diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Telinga dibagi
dalam tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.10
a. Telinga bagian luar
Telinga luar terdiri atas auricula/pinna dan liang telinga (meatus acusticus
externus). Auricula terdiri dari tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali
pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga yang terutama terdiri dari
lemak. Auricula berfungsi untuk menangkap gelombang suara (6–8 dB)
dan menghantarkan ke dalam liang telinga. Liang telinga dengan panjang
sekitar 2,5 cm berfungsi menghantarkan getaran suara menuju membran
tympani. Sepertiga luarnya adalah tulang rawan, dua pertiga dalamnya
adalah tulang. Liang telinga bagian tulang rawan tidak lurus dan dapat
diluruskan dengan mengangkat daun telinga ke arah superior dan
posterior.11

2
Pada liang telinga terdapat wax yang berfungsi untuk meningkatkan
kepekaan terhadap frekuensi suara hingga 3.000–4.000 Hz. Membran
tympani yang tebalnya 0,1 mm dengan luas 65 mm2 mengalami vibrasi
dan diteruskan ke telinga bagian tengah yaitu pada tulang pendengaran
(malleus, incus, stapes). Nilai ambang dengar normal  20 Hz. Bila
intensitas suara sampai 160 dB, membran tympani akan mengalami ruptur
atau pecah.10

b. Telinga bagian tengah


Telinga bagian tengah terdiri dari 3 buah tulang yaitu malleus, incus, dan
stapes. Suara yang masuk sebesar 99% akan mengalami refleksi dan hanya
0,1% saja yang diteruskan. Pada frekuensi kurang dari 400 Hz membran
tympani bersifat seperti “per”, sedangkan pada frekuensi 4.000 Hz membran
tympani akan menegang. Telinga bagian tengah memegang peranan penting
sebagai proteksi terhadap suara yang sangat keras. Hal ini dimungkinkan oleh
adanya tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam telinga bagian tengah
karena mempunyai hubungan langsung dengan nasofaring.

Pada beberapa penyebab sehingga terjadinya perbedaan tekanan antara


telinga tengah dan dunia luar akan mengakibatkan penurunan sensitifitas
tekanan (misalnya pada penderita influenza) pada tekanan 60 mmHg yang
mengenai membran tympani akan mengakibatkan perasaan nyeri. Tekanan
udara pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui
meatus acusticus externus dan tuba eustachius. Celah tuba eustachii akan

3
tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita
menelan, dengan demikian tekanan udara dalam ruang tympani
dipertahankan tetap seimbang dengan udara atmosfer, sehingga cedera
atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat dihindari.
Namun adanya hubungan dengan nasofaring memungkinkan terjadinya
infeksi pada hidung atau tenggorokkan dapat menjalar masuk ke dalam
rongga telinga tengah.10

Tulang–tulang pendengaran terdiri dari tiga tulang kecil yang tersusun


seperti rantai yang tersambung dari membran tympani sampai rongga
telinga bagian dalam. Tulang sebelah luar adalah malleus, berbentuk
seperti martil dengan gagang yang terikat pada membran tympani,
sementara kepalanya menjulur ke dalam ruang tympani. Tulang yang
berada di tengah adalah incus dan pada bagian dalam ada sebuah tulang
kecil yaitu stapes. Stapes berkaitan dengan incus pada ujung yang lebih
kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terikat pada membran yang
menutup fenestra vestibuli atau tingkap jorong. Rangkaian tulang–tulang
ini berfungsi untuk menhantarkan getaran suara dari gendang telinga
menuju rongga telinga dalam.11

c. Telinga bagian dalam


Rongga telinga dalam terdiri dari labirin dan dilapisi dengan membran
yang membentuk labirin membranosa. Saluran–saluran ini mengandung
cairan dan ujung–ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.11

4
Vestibulum merupakan bagian tengah dan tempat bersambungnya cochlea
dan canalis semicircularis (saluran setengah lingkaran). Terdapat 3 jenis
canalis semicircularis yaitu superior, posterior, dan lateral. Canalis
semicircularis lateral terletak horizontal, sementara ketiga saluran
tersebut saling membuat sudut tegak lurus satu sama lain. Pada salah satu
ujung setiap saluran terdapat penebalan yang disebut ampula. Bagian
telinga dalam ini berfungsi untuk membantu cerebellum dalam
mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran akan kedudukan kita.
Cochlea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya
seperti rumah siput. Belitan–belitan tersebut melingkari sebuah sumbu
berbentuk kerucut yang tersambung dengan bagian tengah dari tulang
yang disebut modius. Dalam setiap belitan ini terdapat saluran
membranosa yang mengandung ujung–ujung akhir saraf pendengaran.
Cairan dalam labirin membranosa disebut endolimfe, cairan di luar labirin
membranosa dan di dalam labirin tulang disebut perilimfe.11

5
Terdapat 2 tingkap dalam ruang melingkar, yaitu (1) tingkap jorong
(fenestra vestibuli/ovalis) yang ditutup oleh tulang stapes, (2) tingkap
bundar (fenestra cochlea/rotunda) yang ditutup oleh membran. Kedua
tingkap ini menghadap ke telinga dalam, adanya tingkap–tingkap ini
dalam labirin tulang bertujuan agar dapat dialihkan dari rongga telinga
tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfe. Getaran dalam perilimfe
dialihkan menuju endolimfe, dengan demikian merangsang ujung–ujung
akhir safar pendengaran.11

2. FISIOLOGI
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya gelombang suara oleh
daun telinga yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalu daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian luas membran timpani
dan oval window. Energi getar yang telah diamplifikasi diteruskan ke tulang
stapes yang menggerakkan oval window sehingga perilimfe pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong

6
endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria.12
Gerakan stapes yang mirip piston terhadap jendela oval memicu
gelombang tekanan pada kompratemen atas. Tekanan disebarkan melalui dua
cara ketika stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam: (1)
penekanan jendela bundar dan (2) defleksi membran basilaris. Gelombang
tekanan mendorong maju perilimfe di kompartemen atas, mengelilingi
helikoterma, dan masuk ke kompartemen bawah, dimana jendela bundar
akan terdorong keluar (ke arah telinga tengah) untuk mengompensasi
peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela
oval keluar (ke arah telinga tengah), perilimfe mengalir ke arah berlawanan,
menyebabkan jendela bundar menonjol ke dalam. Hal ini mengurangi tekanan
dalam koklea.13

Gelombang tekanan di kompartemen atas disalurkan melalui membran


vestibularis yang tipis menuju duktus koklearis, kemudian melalui membran
basilaris di kompartemen bawah. Transmisi gelombang tekanan melalui
membran basilaris menyebabkan membran ini bergerak naik turun, atau
bergetar, sesuai gelombang tekanan. Karena organ corti berada diatas

7
membran basilaris maka sel rambut juga bergetar saat membran basilaris
bergetar.14
Proses ini menjadi sebuah rangsangan mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menyebabkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan
ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) pada lobus
temporalis otak.12
Ada lima langkah dalam proses mendengar, yaitu :12
a Hantaran udara : sepanjang telinga luar sampai membran timpani
b Hantaran tulang : sepanjang telinga tengah sampai telinga dalam
c Hantaran cairan : sampai Organ Corti
d Hantaran saraf : menuju otak
e Interpretasi : oleh otak
3. DEFINISI
Tuli mendadak atau Sudden Sensorineural Deafness Hearing Loss
(SSNHL) didefinisikan sebagai bentuk sensasi subjektif kehilangan pendengaran
sensorineural pada satu atau kedua telinga yang berlangsung secara cepat dalam
periode 72 jam, dengan kriteria audiometri berupa penurunan pendengaran ≥30
dB minimal pada 3 frekuensi berturut-turut, yang menunjukkan adanya
abnormalitas pada koklea, saraf auditorik, atau pusat persepsi dan pengolahan
impuls pada korteks auditorik di otak. Jika penyebab tuli mendadak tidak dapat
didefinisikan setelah pemeriksaan yang adekuat, disebut Idiopathic Sudden
Sensorineural Hearing Loss (ISSNHL).1,2,5

4. EPIDEMIOLOGI
Insiden Sudden Deafness setiap tahunnya berkisar 5-20 kasus tiap 100.000
penduduk. Banyak kasus yang tidak dilaporkan. Sudden Deafness dapat sembuh
sebelum pasien dievaluasi secara medis.15
Perbandingan laki-laki dan perempuan yang mengalami Sudden Deafness
sama besar. Data dari beberapa penelitian menunjukan laki-laki sedikit lebih

8
banyak mengalami Sudden Deafness, sebesar 53%. Namun, penelitian lain pada
1220 pasien menunjukkan perempuan sedikit lebih banyak mengalami Sudden
Deafness.15
Sudden Deafness dapat terjadi pada semua usia, namun sedikit kasus yang
dilaporkan pada anak dan lansia. Puncak insiden terjadi pada usia dekade ke
empat dan lima. Sebuah penelitian oleh Sara et al menunjukkan onset Sudden
Deafness bilateral sensorineural lebih banyak terjadi pada usia muda.15

5. ETIOLOGI
Sudden Deafness dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain oleh
iskemi koklea, infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan
tekanan atmosfer, autoimun, obat ototoksik, penyakit meniere, dan neuroma
akustik.2
Sudden Deafness memiliki banyak kemungkinan etiologi. Beberapa
keadaan yang berhubungan dengan Sudden Deafness yaitu:

Banyak kasus Sudden Deafness yang termasuk idiopatik. Penelitian oleh


Passamonti et al menunjukkan risiko Sudden Deafness meningkat pada pasien

9
hiperhomosisteinemia dan peningkatan faktor VIII. Sebuah penelitian lain pada
118 pasien Sudden Deafness dan 415 pasien sehat sebagai kontrol, menunjukkan
defisiensi antitrombin atau protein C atau protein S, begitu juga dengan faktor
risiko kardiovaskular seperti hipertensi arterial, hiperlipidemia, diabetes, perokok
dapat meningkatkan risiko Sudden Deafness.16

6. PATOFISIOLOGI
Iskemia koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh karena spasme, trombosis, atau perdarahan arteri auditiva
interna. Pembuluh darah ini merupakan arteri ujung (end artery), sehingga bila
terjadi gangguan pada pembuluh darah ini koklea sangat mudah mengalami
kerusakan. Iskemia mengakibatkan degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria
vaskularis dan ligamen spiralis. Kemudian diikuti oleh pembentukan jaringan ikat
dan penulangan. Kerusakan sel-sel rambut tidak luas dan membran basal jarang
terkena.2 Koklea merupakan salah satu organ tubuh terakhir yang mendapatkan
vaskularisasi tanpa memiliki vaskularisasi kolateral. Fungsi koklea sangat sensitif
pada perubahan vaskularisasinya. 17
Beberapa jenis virus, seperti virus parotis, virus campak, virus influenza
B, dan mononukleosis menyebabkan kerusakan pada organ corti, membran
tektoria dan selubung myelin saraf akustik. Ketulian yang terjadi biasanya berat,
terutama pada frekuensi sedang dan tinggi.2
Penelitian histopatologi tulang temporal pada pasien Sudden Deafness
ditemukan kerusakan pada koklea yang mengalami infeksi virus. Kehilangan sel-
sel rambut dan sel-sel penunjang, atrofi membran tektorial, atrofi stria vascularis,
dan kerusakan saraf juga ditemukan. Gambaran khas tersebut ditemukan pada
kasus Sudden Deafness dengan mumps, campak, dan rubella. Infeksi virus dapat
dihubungkkan sebagai penyebab Sudden Deafness, namun hal ini belum
terbukti.17

7. GEJALA KLINIS
tuli mendadak dapat timbul biasanya dirasakan setelah bangun tidur
dimana pada malamnya tidak dirasakan keluhan pendengaran. Keluhan tidak

10
dapat mendengar dirasakan pada satu telinga maupun kedua telinga walaupun
hampir semua kejadian tuli mendadak dirasakan pada satu telinga. Kejadian tuli
mendadak biasanya diikuti dengan tinitus dan juga dapat disertai dengan vertigo.
Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau
menahun. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan,
tetapi biasanya menetap. Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan
tidak berlangsung lama. Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan
tinitus dan vertigo.2
Pada infeksi virus, timbulnya Sudden Deafness biasanya pada satu telinga,
dapat disertai dengan tinitus dan vertigo. Bisa juga terdapat gejala penyakit virus
seperti parotitis, varicella, variola, atau pada anamnesis baru sembuh dari penyakit
virus tersebut. Pada pemeriksaan klinis tidak terdapat kelainan telinga.2

8. DIAGNOSIS
Menurut AAO-HNS (American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery) guideline, langkah pertama diagnosis tuli mendadak adalah
membedakan tuli sensorineural dan tuli konduktif melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, tes penala, pemeriksaan audiometri, dan pemeriksaan
penunjang lainnya.18,19

Anamnesis
a) Kehilangan pendengaran mendadak biasanya satu telinga yang tidak jelas
penyebabnya berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.
b) Pasien biasanya mengingat dengan jelas kapan tepatnya mereka kehilangan
pendengaran, pasien seperti mendengar bunyi ”klik” atau ”pop” kemudian pasien
kehilangan pendengaran.
c) Gejala pertama adalah berupa tinitus, beberapa jam bahkan beberapa hari
sebelumnya bisa didahului oleh infeksi virus, trauma kepala, obat-obat ototoksik,
dan neuroma akustik
d) Pusing mendadak (vertigo) merupakan gejala awal terbanyak dari tuli mendadak
yang disebabkan oleh iskemik koklear dan infeksi virus, dan vertigo akan lebih

11
hebat pada penyakit meniere, tapi vertigo tidak ditemukan atau jarang pada tuli
mendadak akibat neuroma akustik, obat ototoksik.
e) Mual dan muntah.
f) Demam tinggi dan kejang.
g) Riwayat infeksi virus seperti mumps, campak, herpes zooster, CMV,
influenza.
h) Riwayat hipertensi.
i) Riwayat penyakit metabolik seperti DM.
j) Telinga terasa penuh, biasanya pada penyakit meniere.
k) Riwayat berpergian dengan pesawat atau menyelam ke dasar laut.
l) Riwayat trauma kepala dan bising keras.20

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, dilakukan inspeksi saluran telinga dan membran
timpani untuk membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural. Penyebab tuli
konduktif berupa impaksi serumen, otitis media, benda asing, perforasi membran
timpani, otitis eksterna yang menyebabkan edema saluran telinga, otosklerosis,
trauma, dan kolesteatoma. Sebagian besar kondisi ini dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan otoskopi. Pada pemeriksaan otoskopi pasien tuli sensorineural
hampir selalu didapatkan hasil normal. Pemeriksaan fisik umum dan
pemeriksaan neurologis juga dilakukan, terutama pada pasien dengan tuli
mendadak bilateral, tuli mendadak dengan episode rekuren, dan tuli mendadak
dengan defisit neurologis fokal. Hal ini dilakukan untuk mencari kelainan serta
penyakit penyerta lainnya.19
Selain itu sebelum dilakukan pemeriksaan audiometri, dapat dilakukan
pemeriksaan hum test dan tes penala untuk membantu klinisi membedakan tuli
konduktif dan tuli sensorineural sebelum dilakukan pemeriksaan audiometri. Pada
hum test, pasien diminta bersenandung dan kemudian memberitahu apakah suara
didengar lebih keras di satu telinga atau sama di keduanya. Pada tuli
konduktif, suara akan terdengar lebih keras pada telinga yang sakit. Tes penala
dengan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, dan
Schwabach memendek memberikan kesan tuli sensorieural.

12
Pemeriksaan penunjang
 Audiometri nada murni :
Tuli sensorineural ringan sampai berat.

 Audiometri khusus
a. Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index)
skor : 100% atau kurang dari 70%,
kesan :dapat ditemukan rekrutmen.
b. Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif.
Kesan : Bukan tuli retrokoklea.
c. Audiometri tutur (speech audiometry)
SDS ( speech discrimination score): < 100%
Kesan : Tuli sensorineural.
d. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Menunjukkan tuli sensori neural ringan sampai berat.

Pemeriksaan audiometri lengkap, termasuk audiometri nada murni, audiometri


tutur (speech audiometry), dan audiometri impedans (timpanometri dan
pemeriksaan refleks akustik), merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan
dalam mendiagnosis tuli mendadak.14

Pemeriksaan audiometri diperlukan untuk membuktikan ketulian dan


menentukan derajat penurunan pendengaran. Hantaran tulang dan hantaran udara
dalam audiometri nada murni membantu menentukan jenis ketulian, baik tuli
konduktif, tuli sensorineural, maupun tuli campuran.14 Audiometri tutur dapat
digunakan untuk memverifikasi hasil audiometri nada murni. Timpanometri dan
pemeriksaan refleks akustik juga dapat membedakan tuli konduktif dan tuli
sensorineural serta memberikan petunjuk tambahan untuk etiologi. Timpanometri
dapat membantu dalam mengeksklusi kemungkinan adanya komponen konduktif
pada pasien dengan penurunan pendengaran sangat berat.

13
Pemeriksaan BERA dapat memberikan informasi tambahan mengenai sistem
auditorik. Pemeriksaan ABR ini berguna mengevaluasi kemungkinan etiologi
retrokoklea dan dapat digunakan untuk menetapkan ambang batas pendengaran
pada pasien yang sulit diperiksa, seperti anak-anak, orang tua, dan
malingerers. Pemeriksaan BERA memiliki sensitivitas tinggi dalam
mendeteksi lesi retrokoklea, tetapi terbatas hanya untuk mendeteksi vestibular
schwannoma yang berukuran lebih dari 1 cm. Sensitivitas ABR untuk
mendeteksi vestibular schwannoma ukuran kecil sekitar 8-42%

 Laboratorium
Dilakukan berdasarkan keluhan dan riwayat pasien serta kemungkinan etiologi.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik tidak direkomendasikan sebab
jarang terbukti membantu menentukan etiologi tuli mendadak.19
 MRI
MRI merupakan baku emas diagnosis vestibular schwannoma. Pemeriksaan
MRI dengan Gadolinium dinilai memiliki sensitivitas tinggi dan digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan abnormalitas retrokoklea, seperti neoplasma,
stroke, atau penyakit demielinisasi.

9. DIAGNOSIS BANDING3,4

10. PENATALAKSANAAN 2,5

14
 Total Bed Rest selama dua minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stres
yang besar pengaruhnya pada keadaan gangguan neovaskular.
 Vasodilator injeksi yang cukup kuat disertai dengan pemberian tablet vasodilator
oral tiap hari.
 Prednison (kortikosteroid) 4 x 10 mg (2 tablet), tapering off tiap 3 hari (hati-hati
pada pasien diabetes melitus). Pada pasien diabetes perlu diperhatikan, sebaiknya
diberikan kortikosteroid injeksi dan dilakukan pemeriksaan gula darah secara
rutin serta konsultasi ahli penyakit dalam.
 Vitamin C 500 mg 1 x 1 tablet/hari, vitamin E 1 x 1 tablet/hari, Neurobion
(neurotonik) 3 x 1 tablet/hari.
 Diet rendah garam dan rendah kolesterol.
 Inhalasi oksigen 4 x 15 menit (2 liter/menit).
 Obat anti virus sesuai dengan virus penyebab.
 Terapi oksigen hiperbarik (HB).
Terapi ini memberikan oksigen 100% dengan tekanan lebih dari 1 ATA
(atmosphere absolute) dan bertujuan untuk meningkatkan oksigenisasi koklea dan
perilimfe, sehingga diharapkan dapat menghantaskan oksigen dengan tekanan
parsial yang lebih tinggi ke jaringan, terutama koklea yang sangat peka terhadap
keadaan iskemik. Terapi ini diperkirakan memiliki efek yang kompleks pada
imunitas tubuh, transpor oksigen dan hemodinamik, peningkatan respons normal
pejamu terhadap infeksi dan iskemia, serta mengurangi hipoksia dan edema.
Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap minggu selama satu bulan.
Definisi perbaikan pendengaran menurun Kallinen et al adalah sebagai berikut:

Definisi perbaikan Perbaikan ambang pendengaran

Sangat baik > 30dB pada 5 frekuensi


Sembuh < 30 dB pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000
Hz dan < 25 dB pada frekuensi 4000 Hz.

Baik 10-30 dB pada 5 frekuensi


Tidak ada perbaikan < 10 dB pada 5 frekuensi

15
Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan di atas,
dapat dipertimbangkan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Apabila
dengan alat bantu dengar masih belum dapat berkomunikasi secara adekuat perlu
dilakukan psikoterapi dengan tujuan agar pasien dapat menerima keadaan.
Rehabilitasi pendengran agar dengan sisa pendengaran yang ada dapat digunakan
secara maksimal bila memakai alat bantu dengar dan rehabilitasi suara agar dapat
mengendalikan volume, nada, dan intonasi oleh karena pendengarannya tidak
cukup untuk mengontrol hal tersebut. 6
Guideline umum terapi kortikosteroid untuk tuli mendadak5

16
11. PROGNOSIS
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu usia, derajat
gangguan pendengaran, metode pengobatan (kecepatan pemberian obat dan respon dua
minggu pengobatan pertama), ada tidaknya gejala vestibular, dan faktor predisposisi
lainnya yang berkaitan dengan disfungsi mikrovaskuler di koklea seperti hipertensi,
diabetes, dan hiperlipidemia. Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin
besar kemungkinan untuk sembuh, bila lebih dari dua minggu kemungkinan sembuh
menjadi lebih kecil.2,7 Vertigo dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan lesi
dan berkaitan dengan prognosis buruk.2 Namun, 28-65% pasien tuli mendadak yang
tidak diobati dapat mengalami pemulihan spontan.7,8 Pasien tuli mendadak disarankan
melakukan pemeriksaan audiometri ulang dalam waktu 6 bulan setelah diagnosis, untuk
menentukan keberhasilan terapi. Filipo dkk menggunakan klasifi kasi yang dibuat oleh
Furuhashi untuk evaluasi perbaikan pendengaran pada tuli mendadak, terdiri atas
pemulihan total, pemulihan bermakna, pemulihan minimal, dan tidak ada pemulihan.

17
Pasien tuli mendadak yang telah mendapat pengobatan, namun ketulian tetap bersifat
permanen dan menimbulkan kecacatan, membutuhkan rehabilitasi auditorik

18
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. National Institute of Deafness and Communication Disorder. Sudden


Deafness.2003.http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/Pages/sudden.aspx.
Accessed on January 5 2016.
2. Soepardi AE, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti DR. Tuli Mendadak. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala dan Leher. Ed. 6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2011.
3. Bailey BJ, Johnson JT. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Wilkins; 2006.
4. Cumming CW, Flint PW, Harker LA, Haughey BH, Richardson MA, Robbins
KT, et al. Cummings otolaryngology head and neck surgery. 4th ed. Philadelphia:
Elsevier Mosby; 2005.
5. Stachler RJ, Chandrasekhar SS, Archer SM, Rosenfeld RM, Schwartz SR, Barrs
DM, et al. Clinical practice guideline sudden hearing loss: Recommendations of
the American Academy of Otolaryngology-Head and neck Surgery. Otolaryngol
Head Neck Surg. 2012; 146: S1.
6. Rauch SD. Clinical practice: Idiopathic sudden sensorineural hearing loss. N
Engl J Med. 2008; 359: 833 - 40.
7. Harada H, Kato T. Prognosis for sudden sensorineural hearing loss: A
retrospective study using logistical regression analysis. Int Tinnitus J. 2005;
11(2): 115 – 8.
8. Novita S, Yuwono N. Continuing Medical Education: Diagnosis dan Tatalaksana
Tuli Mendadak. KalBar: IDI; 2013. vol. 40: 11.
9. Munilson Jacky, Yurni. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuli Mendadak.
Departemen Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher Fakultas
Kedokteran Unand RS. Dr. M. Djamil Padang .2010. [cited 2016 Jan 04].
Available at
:http://repository.unad.ac.id/18123/1/Tuli%20Mendadak%20perbaikan-
%20Yurni.pdf.
10. Moller AR. Hearing, Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory System.
2nd ed. Texas: Elsevier; 2006. p. 41-56
11. Gacek RR. Anatomy of the Auditory and Vestibular System. In: Snow Jr JB and
Wackym PA. Philadhelpia: People’s Medical Publishing House; 2009. p. 1-157.
12. Soetirto I., et al. Ganguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2014: 10-14.
13. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2009: 235-36.
14. Muller C. 2001. Sudden Sensorineural hearing loss. Grand Rounds Presentation,
UTMB, Dept of Otolaryngology. [cited 2015 January 3]. Available from:
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/SuddenHearingLoss-010613/SSNHL.htm
15. Medscape. Epidemiology, Sudden Hearing Loss. Available at:
www.medscape.com. Accessed on January 5 2016.
16. Medscape. Etiology, Sudden Hearing Loss. Available at: www.medscape.com.
Accessed on January 5 2016.

19
17. Medscape. Patophysiology, Sudden Hearing Loss. Available at:
www.medscape.com. Accessed on January 5 2016.
18. Alviandi W, Soetirto I. Tuli Mendadak dan Implikasinya. Jakarta. Bagian
THTFK-UI RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. 2006.
19. Bethesda. 2003. Sudden Deafness. [cited 2015 January 3]. Available from:
http://www.asha.org/public/hearing/disorders/prevalence_adults.htm
20. Griffith RW. 2004. Sudden Deafness On One Side Is It Diabetes. [cited 2015
January 3]. Available from: http://www.healthandage.com/public/health-
center/16/article-home/2926/Sudden-Deafness-on-One-Side-Is-It- Diabetes.html.

20

Anda mungkin juga menyukai