Anda di halaman 1dari 6

“ SIFAT – SIFAT SEORANG MUSLIM“

Disusun Oleh :

EZA RIYENI

3311141110

FARMASI - C

JURUSAN FARMASI

TAHUN AKADEMIK 2014 / 2015

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ُ‫المهاج َر َم ْن َه َج َر َما ن َهى هللاُ َع ْنه‬


ِ َ ‫س ِل َم الم ْس ِل ُم ْونَ ِم ْن ِل‬
‫ و‬, ‫سانِ ِه َو َي ِد ِه‬ َ ‫الم ْس ِل ُم َم ْن‬

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari
lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang
dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )

Dan dalam riwayat Tirmidzi dan An Nasa’i,

‫و المؤمن من أمنة الناس على دمائهم و أموالهم‬

“Seorang mu’min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka
dan harta mereka dari gangguannya.”

Dan tambahan dalam riwayat lain,

‫و المجاهد من جاهد نفسه في طاعة هللا‬

“Dan yang disebut dengan orang yang berjihad adalah orang yang bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah .”

Hadis di atas menjelaskan tentang beberapa istilah yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-
Nya sebagai sebagai kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Islam, Iman, hijrah dan jihad

Dan disebutkan pula batasan-batasannya dengan menggunkan kalimat yang ringkas namun
sarat makna. Seorang muslim yang sempurna adalah jika orang-orang muslim lainnya selamat dari
gangguan lisan dan tangannya.

Oleh karena itulah hakikat islam adalah menyerahkan diri kepada Allah, menyempurnakan
ibadah hanya kepadaNya dan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak sesama muslim lain. Dan
tidak akan sempurna islam seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya. Hal ini tidaklah terrealisasi kecuali dengan selamatnya saudaranya dari kejelekan lisannya
dan jeleknya perbuatan tangannya. Karena hal ini merupakan kewajiban dasar seorang muslim
terhadap saudaranya sesama muslim. J

\ika saudaranya saja tidak bisa selamat dari gangguan lisan dan tangannya, bagaimana
mungkin dia bisa melaksanakan kewajibannya terhadap saudaranya sesama muslim? Selamatnya
saudara-saudaranya dari keburukan perkataan dan perbuatannya, merupakan salah satu tanda
sempurnanya keislaman seseorang.

Dalam hadits yang telah disebutkan di awal, Rasulullah menjelaskan bahwa seseorang yang
mempunyai iman yang sempurna ialah jika manusia merasa aman dari gangguannya. Karena
sesungguhnya iman, jika ia telah tinggal di dalam hati dan memenuhinya, maka ia akan mendorong
pemiliknya untuk melaksanakan hak-hak iman. Di antara hak-hak iman yang paling penting adalah:
Menjaga amanah, jujur dalam bermuamalah, dan menahan diri dari berbuat dholim terhadap
manusia dalam perkara darah dan harta mereka.

Jika dia telah melaksankan hal-hal tersebut, maka dengan hal itulah orang-orang akan
mengenal kebaikan-kebaikannya tersebut, sehingga mereka pun akan merasa aman (karena merasa
tidak akan di ganggu) darah dan harta mereka. Dan orang-orang pun akan percaya terhadapnya
karena mereka tahu bahwa dia adalah orang yang menjaga amanah, karena menjaga amanah adalah
termasuk dari kewajiban keimanan yang paling penting. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallambersabda,

ُ‫ََل ِإ ْي َمانَ ِل َم ْن ََل أَ َمانَةَ لَه‬

“Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah .” (HR. Ahmad 3/135,
Ibnu Hibban 194. Dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam shahiihul jaami ’)

Begitu pentingnya seorang muslim mempunyai sifat menjaga amanah hingga


Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyebutkan bahwa iman seseorang tidaklah
sempurna hingga ia menjadi seseorang yang menjaga amanah.

Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam punmenjelaskan dalam hadits di atas bahwa hijrah
yang menjadi kewajiban bagi setiap individu kaum muslimin adalah hijrah meninggalkan perbuatan
dosa dan maksiat, dan kewajiban ini tidaklah gugur bagi tiap mukallaf (orang yang baligh dan
berakal) bagaimanapun keadaannya. Karena AllahTa’ala telah melarang para hambanya melakukan
perbuatan-perbuatan haram dan perbuatan maksiat. Adapun hijrah secara khusus adalah seseorang
berpindah dari suatu negri kafir atau negri yang penuh dengan perbuatan bid’ah menuju negri islam.
Hijrah ini tidak wajib bagi semua individu, akan tetapi hukumnya berbeda-beda bagi setiap orang
sesuai keadaannya.

Kemudian dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan


hakikat orang yang berjihad, yaitu orang yang berjuang melawan dirinya untuk melakukan ketaatan
kepada Allah. Karena sesungguhnya jiwa manusia seringkali merasa malas untuk melakukan
ketaatan, memerintahkan kepada perbuatan buruk, dan cepat mengeluh ketika mendapat musibah.
Oleh karena itulah seseorang butuh kesungguhan untuk melawan nafsunya agar dia dapat kokoh di
atas ketaatan kepada Allah Ta’ala, agar dia bisa bersabar ketika mendapatkan musibah. Maka inilah
bentuk ketaatan yang sesungguhnya, yaitu seseorang bersungguh-sungguh melaksanakan perintah,
bersungguh-sungguh menjauhi larangan dan bersabar atas takdir yang menimpanya.

Siapa saja yang mengamalkan hadits di atas maka dia telah mengamalkan perkara agama
semuanya. Karena hadits tersebut menyebutkan bahwa seorang muslim yang sejati adalah orang
yang muslim lain selamat dari lisannya, orang yang manusia merasa aman darah dan harta mereka
darinya, orang yang meninggalkan perkara yang Allah larang, orang yang bersungguh-sungguh
berjuang melawan dirinya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah. Baginya, tidak ada kebaikan
dalam perkara agama maupun perkara dunia, baik lahir maupun batin kecuali dia akan
melaksanakannya, dan tidak ada keburukan kecuali pasti dia akan meninggalkannya.

Muslim yang ingin mempersiapkan diri dalam perjuangan Islam perlu memperbaiki dirinya
agar sentiasa terkehadapan daripada manusia lain.Risalah Islam yang syumul ini hendaklah
difahami dengan membentuk diri yang syumul juga. Maka hendaklah diteliti di sini tentang aspek-
aspek seorang da’ie Muslim dalam rangkanya untuk menjadi seorang Muslim yang sempurna.
Sifat-sifat yang perlu ada pada diri ialah:

1. Kuat tubuh badan (Qawiyyal Jism)


Dakwah adalah berat pada tanggungjawab dan tugasnya, maka di sini perlunya seorang
da’ie itu tubuh badan yang sihat dan kuat. Rasulullah saw menitikberatkan soal ini, sabdanya:
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dikasihi Allah dari mukmin yang lemah, tetapi pada
keduanya ada kebaikan.”Kita juga hendaklah sentiasa memeriksa kesihatan diri, mengamalkan
riadah dan tidak memakan atau minum suatu yang boleh dan diketahui merosakkan badan.

2. Akhlak yang mantap (Matinul Khuluq)


Akhlak kita ialah Al-Quran dan ianya terserlah pada diri Nabi saw. Telah dijelaskan
beberapa unsur oleh Imam Al-Banna dalam kewajipan seorang da’ie iaitu bersifat sensitif,
tawadhu’, benar dalam perkataan dan perbuatannya, tegas, menunaikan janji, berani, serius,
menjauhi teman buruk dan lain-lain.
3. Fikiran yang berpengetahuan (Mutsaqqafal Fikri)
Seorang da’ie perlu berpengetahuan tentang Islam dan maklumat am supaya mampu
menceritakan kepada orang lain perihalnya di samping perlu bersumberkan kepada Al-Quran dan
Hadis serta ulama’ yang thiqah.
Pesan Imam Banna: “Perlu boleh membaca dengan baik, mempunyai perpustakaan sendiri
dan cuba menjadi pakar dalam bidang yang diceburi.”Selain itu, seorang da’ie perlu mampu
membaca Al-Quran dengan baik, tadabbur, sentiasa mempelajari sirah, kisah salaf dan kaedah serta
rahsia hukum yang penting.

4. Mampu berusaha (Qadiran ala Kasbi)


Seorang da’ie walaupun kaya, perlu bekerja. Dia juga tidak boleh terlalu mengejar jawatan
dalam kerajaan. Dalam keadaan tertentu, meletakkan jawatan dan meninggalkan tempat kerja
mengikut keperluan dakwah lebih utama dari gaji dan pendapatan yang diterima. Selain itu, dia
hendaklah sentiasa melakukan setiap kerja dengan betul dan sebaiknya (ihsan). Dalam soal
kewangan, menjauhi riba dalam semua lapangan, menyimpan untuk waktu kesempitan, menjauhi
segala bentuk kemewahan apatah lagi pembaziran dan memastikan setiap sen yang dibelanja tidak
jatuh ke tangan bukan Islam adalah beberapa perkara penting yang perlu dititikberatkan dalam
kehidupan.

5. Akidah yang sejahtera (Salimul Aqidah)


Seorang da’ie semestinya redha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad
saw sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir. Sentiasalah muraqabah kepada Allah dan mengingati
akhirat, memperbanyakkan nawafil dan zikir. Di samping itu, jangan dilupakan tugas menjaga
kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat.

6. Ibadah yang betul (Sahihul Ibadah)


Seorang da’ie perlu melakukan ibadat yang meninggikan roh dan jiwanya, perlu belajar
untuk membetulkan amalannya dan mengetahui halal dan haram dan tidak melampau atau
berkurang (pertengahan) atau dengan kata lainnya bersederhana dalam setiap urusan dalam
kehidupannya.

7. Mampu melawan nafsu (Mujahadah ala Nafsi)


Seorang da’ie perlu mempunyai azam yang kuat untuk melawan kehendak nafsunya dan
mengikut kehendak Islam di samping tidak menghiraukan apa orang lain kata dalam
mempraktikkan Islam yang sebenarnya. Perlulah diingatkan bahawa dai’e mungkin melalui suasana
sukar yang tidak akan dapat dihadapi oleh orang yang tidak biasa dengan kesusahan.

8. Menjaga waktu (Haarithun ala Waqtihi)


Sentiasa beringat bahawa waktu, nilainya lebih mahal dari emas, waktu adalah kehidupan
yang tidak akan kembali semula. Mengimbau kembali sejarah di zaman dahulu, para sahabat
sentiasa berdoa agar diberkati waktu yang ada pada mereka.

9. Tersusun dalam urusan (Munazzamun fi syu’unihi)


Untuk manfaatkan waktu dengan baik, maka timbulnya keperluan kepada penyusunan
dalam segala urusan. Gunakanlah segala masa dan tenaga tersusun untuk manfaat Islam dan
dakwah.

10. Berguna untuk orang lain. (Nafi’un li ghairihi)


Da’ie umpama lilin yang membakar diri untuk menyuluh jalan orang lain. Da’ie adalah
penggerak kepada dakwah dan Islam. Masa depan Islam, hidup dan terkuburnya Islam bergantung
kepada da’ie. Amal Islam seorang da’ie ialah untuk menyelamatkan orang lain daripada kesesatan.
Da’ie akan sentiasa merasa gembira bila dapat membantu orang lain. Paling indah dalam hidupnya
ialah bila dapat mengajak seorang manusia ke jalan Allah.

Anda mungkin juga menyukai