OLEH
Kelompok 11
Emy Pratama 1614201110074
Muhammad Fikri Khairani 1614201110093
Muhammad Norhidayat 1614201110094
Wahyu Ariyadi 1614201110118
2. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5–4 mikron x 0,3-0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan
dingin, bersifat dorman dan aerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau pada
pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri
ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-
bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2008).
3. Penularan
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberculosis batuk
dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas.
Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil
tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6
bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi
dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi
berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3 tahun, risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian
tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi lainnya melaporkan
bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2 kali lebih berisiko dibandingkan
kontak biasa(tidak serumah).
Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi
menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan.
Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/100.000 populasi.
Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga
yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTA-nya akan positif (0,5%). (Widoyono,
2008)
4. Manifestasi Klinis
Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa
keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi yaitu :
a. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang panas badan
mencapai 40-410C. Demam biasanya menyerupai demam influenza sehingga penderita
biasanya tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami 4 minggu dan
bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non produktif. Keadaan ini
biasanya akan berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi bagian
paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkanpleuritis.
e. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB menurun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Ari Sandi, 2012)
5. Patofisiologi
Port de’entri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air
borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan
terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar
melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang
dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam. ( Ardiansyah,
2012).
6. Pemeriksaan Diagnosis
a. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan
suatu kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk mengevaluasi
hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan
bakteri tuberkel terhadap OAT. Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area
dan ini adalah observasi yang dapat muncul pada sebuah proses penyembuhan yang
lengkap.
b. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil
yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal,
klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler,
bronkhiektasis, serta emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat
untuk mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada
pemeriksaan rontgen biasa.
c. Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta
mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal sebelum
penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah
tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil
rontgen toraks, tetapi ada beberapa kasus dimana bentuk milier klasik berkembang seiring
dengan perjalanan penyakitnya.
d. Pemeriksaan
Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan species Mycobacterium yang
satu dengan lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada
berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan, serta perbedaan
kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium Tuberculosis adalah sputum pasien,
urine, dan cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain yang dapat
digunakan, yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang belakang), cairan pleura, jaringan
tubuh, feses, dan swab tenggorokan. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis
Tuberculosis Paru, walaupun kurang sensitif, adalah pemeriksaan laju endap darah
(LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan immunoglobulin,
terutama IgG dan IgA.
7. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
Komplikasi dini
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
3. Empiema
4. Laringitis
Menjalar ke organ lain : Usus
Poncet’s arthropathy
Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
2) Kerusakan parenkim berat : SOPT / Fibrosis paru, kor pulmonal
3) Amiloidosis
4) Karsinoma paru
5) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.W
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki, Dst
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh batuk berdarah sudah sejak 8 bulan yang lalu, klien mengeluh nyeri
dada, nyeri saat menarik nafas, nyeri seperti tertusuk , skala nyeri 7, sering sesak
nafas, demam meriang sudah sekitar sebulan, jika malam hari sering berkeringat
berlebih padahal tidak sedang melakukan aktivitas fisik, klien mengatakan jika nafsu
makannya menurun.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita TB paru, mengeluh nyeri dada, sesak nafas, demam meriang,
kurang nafsu makan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan riwayat TB paru tahun 2015 dan dinyatakan sembuh
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan jika ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti
dirinya
f. Pernafasan
o Sesak nafas
o Nafas cepat
o Batuk berdarah
o Auskultasi : terdengar ronkhi basa pada bagian apical
g. Keamanan
o Demam
o BTA : (+) positif
h. Interaksi social
o Perasaan isolasi atau penolakan
B. Pemeriksaan Diagnostik
BTA : (+) positif
Foto thorak : terdapat bayangan berawan/nodular.
Domain 2 : Kondisi Sosial dan Pekerjaan
Dukungan keluarga
Pasien mengatakan mereka tinggal bersama keluarga besar dan keluarga juga selalu
memberikan dukungan.
Kondisi praktikal
Pasien mengatakan tidak ada keterbatasan gerak namun pasien tidak mampu
beraktifitas karena mengalami sesak dan kelelahan.
Harapan pasien
Pasien berharap dia bisa sembuh kembali dia tidak ingin menderita penyakit ini lagi
dan dia juga berharap dokter dan perawat mampu memberikan pengobatan dan
perawatan yang terbaik baginya.
2. DIAGNOSA
NO DIAGNOSA
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret