Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ABSES MANDIBULA

A. Defenisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat
atau infeksi bakteri. (www.,medicastore.com,2004)
Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai
nanah, di suatu tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi
pertahanan tubuh terhadap benda asing (Mansjoer A, 2005)
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali
dengan proses yang disebut peradangan (Bambang, 2005)
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa
kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah
abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang
submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari
daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2001)

B. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan
jarum yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya
abses.
Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu
abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sisitem kekebalan.
Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001),
abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau
gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah
submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba
adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat
menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas.
Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas hasur segera
dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan
eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak
ada tanda- tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi
tidak ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis
submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi
untuk kuman aerob dan anaerob.
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut,
rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat
dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.

C. Patofisiologi
Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeks. Sebgian sel mati dan hancur, menigglakan rongga yang berisi jaringan
dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan
tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan
setelah menelan bakteri.sel darah putih kakan mati, sel darah putih yang mati
inilah yang memebentuk nanah yang mengisis rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong
jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling abses dan menjadi dinding
pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencefah penyebaran
infeksi lebih lanjut jka suat abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa
menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung
kepada lokasi abses.(www.medicastre.com.2004).

D. Anatomi dan fisiologi


A). Mulut (oris)
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut.
Rongga mulut dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang
rahang dan langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi,
serta sebelah bawah oleh rahang bawah.
1) Rongga Mulut(Cavum Oris)
Rongga mulut merupakan awal dari saluran pencernaan makanan. Pada
rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk
membantu pencernaan makanan, yaitu:
Gigi(dentis)
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi
partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat oleh gusi.
Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut:
Mahkota Gigi
Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang gigi).
Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih
kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak garam kalsium.
Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua bagian,
yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi gusi disebut
leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang rahang disebut
akar gigi. Akar gigi melekat pada dinding tulang rahang dengan perantara
semen.
Rongga gigi
Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi terdapat
pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh karena itu, rongga gigi
sangat peka terhadap rangsangan panas dan dingin.
menurut bentuknya, gigi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
(a) Gigi seri (incisivus/I), berfungsi untuk memotong-motong makanan.
(b) Gigi taring (caninus/ C), berfungsi untuk merobek-robek makanan.
(c) Gigi geraham depan (Premolare/ P), berfungsi untuk menghaluskan
makanan.
(d) Gigi geraham belakang (Molare/ M), berfungsi untuk menghaluskan
makanan.
Pada manusia, ada dua generasi gigi sehingga dinamakan bersifat
diphydont. Generasi gigi tersebut adalah gigi susu dan gigi permanen. Gigi
susu adalah gigi yang dimiliki oleh anak berusia 1-6 tahun. Jumlahnya 20
buah. Sedangkan gigi permanen dimiliki oleh anak di atas 6 tahun, jumlahnya
32 buah.

B) Lidah (lingua)
Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-
otot lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis otot, yaiyu:
(1) Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.
(2) Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: radiks lingua
(pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah).
Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah makanan yakni dalam hal
membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam
menelan makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam
berbicara.
Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf
perasa (papila). ada tiga bentuk papila, yaitu:
(1) Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur, terletak di bagian sisi lidah
dan ujung lidah.
(2) Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian
depan lidah.
(3) Papila serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun seperti
huruf V terbalik di bagian belakang lidah.
Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat mendeteksi 4 sensasi
rasa: manis, asam, pahit, dan asin.

C) Kelenjar Ludah
Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi
dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar
ludah mengandung menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin
atu amylase yang berfungsi mengubah zat tepung atau amilum menjadi zat
gula atau maltosa.
Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut:
(1) Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar ini menghasilkan
saliva berbentuk cair yang disebut serosa. Kelenjar paotis merupakan
kelenjar terbesar bermuara di pipi sebelah dalam berhadapan dengan
geraham kedua.
(2) Kelenjar submandibularis / submaksilaris, terletak di bawah rahang
bawah.
(3) Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah.
Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan lender yang
disebut Iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara di tepi lidah.

E. Pencegahan
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan
dalam anasksi lokalal untuk abses yang dangkal dan teriokalisasi atau
eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada
tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan
luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi
reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah
dengna sendirinya dan mengeluarkan isinya.kadang abses menghilang
secara perlahan karena tubuh menghancurkan. infeksi yang terjadi dan
menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan
yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses
bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah,
sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia Antibiotik biasanya diberikan
setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi
kebagian tubuh lainnya.

F. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa
berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi
benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah.
Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena
kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan
gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin
menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin
berfluktuasi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita
abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilkukan
pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau MR.
G. PENYIMPANGAN KDM
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


O Keperawatan Kriteria
Hasil
1. Nyeri akut NOC NIC
Defenisi : pengalaman  Pain level Pain manajement
sensori dan emosional Kriteria hasil : - Lakukan
yang tidak menyenangkan  Mampu pengkajian nyeri
yang muncul akibat mengontrol secara
kerusakan jaringan yang nyeri ( tahu komprehensif
aktual atau potensial atau penyebab termasuk lokasi,
digambarkan dalam hal nyeri, karakteristik,dura
kerusakan sedemikian mampu si, frekuensi,
rupa ( international menggunaka kualitas dan
association for the study n teknik faktor prespitasi
of pain) awitan yang tiba nonfarmakol - Observasi reaksi
–tiba atau lambat dari ogi untuk nonverbal dari
intensitas ringan hingga mengurangi ketidaknyamanan
berat dengan akhir yang nyeri, - Gunakan teknik
dapat diantisipasi atau mencari komunikasi
diprediksi dan bantuan) terapeutik untuk
berlangsung < 6 bulan  Melaporkan mengetahui
Batasan karakteristik : bahwa nyeri pengalaman nyeri
 Perubahan selera berkurang pasien
makan dengan - Bantu pasien dan
 Perubahan tekanan menggunaka keluarga untuk
darah n manajemen mencari dan
 Perubahab nyeri menemukan
frekwensi jantung  Mampu dukungan
 Perubahan mengenali - Kontrol
frekwensi nyeri ( skala lingkungan yang
pernapasan intensitas, dapat
 Laporan isyarat ferekuensi, mempengaruhi

 Diaforeses dan tanda nyeri seperti suhu

 Perilaku distraksi ( nyeri ruangan,

misalnay berjalan Menyatakan rasa pencahayaan dan

mondar mandir nyaman setelah nyeri kebisingan

mencari orang lain berkurang. - Pilih dan lakukan

dan atau aktifitas penanganan nyeri

lain, aktivitas yang ( farmakologi dan

berulang) non farmakologi

 Mengeskpresikan dan interpersonal)

prilaku (mil, - Kaji tipe dan

gelisah merengek, sumber nyeri

menangis) untuk
menentukan
 Masker wajah (
intervensi
mis, mata kurang
- Berikan analgetik
bercahaya,tampak
untuk mengurangi
kacau, gerakan
nyeri
mata berpencar,
- Kolaborasikan
atau tetap pada
dengan dokter
satu fokus
jiak ada keluhan
meringis)
dantindakan nyeri
 Sikap melindungi
tidak behasil
area nyeri
 Fokus menyempit Analgesic
( mis, Administration
gangguanpersepsi - Tentukan
nyeri, hambatan lokasi,
proses berpikir, karakteristik,
penurunan kualitas, dan
interaksi dengan derajat nyeri
orangdan sebelum
lingkungan) pemberian
 Indikasi nyeri obat
yang dapat - Cek instruksi
diamatai dokter tentang
 Perubahan posisi jenis obat,
untuk menghindari dosis, dan
nyeri frekueansi

 Sikap tubuh - Cek riwayat

melindungi alergi

 Dilatasi pupil - Pilih

 Melaporkan nyei analgesik

secara verbal yang


diperlikan
 Gangguan tidur
atau
Faktor yang berhubungan
kombinasi
:
dari analgesik
Agen cedera ( mis,
ketika
biologis , zat kimia, fisik,
pemberian
psikologis
lebih dari satu
- Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung
tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian,
dan dosis
optimal
- Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
- Monitor vital
sing sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik yeri
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi evektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
2. Gangguan nutrisi nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan  Nutritional Nutrition Management
tubuh Status:
Defenisi: asupan nutrisi  Nutritional - Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk Status: food and ahli gizi untuk
memenuhi kebutuhan fluid menentukan jumlah
metabolic  Intake kalori dan nutrisi
Batasan karakteristik:  Nutritional yang dibutuhkan
 Kram abdomen Status: nutrient klien
 Nyeri abdomen intake - Anjurkan klien untuk
 Menghindari makanan  Weight control meningkatkan intake

 Berat badan 20% atau Kriteria Hasil: Fe

lebih dibawah berat  Adanya - Anjurkan klien untuk

badan ideal peningkatan berat meningkatkan protein

 Kerapuhan kapiler badan sesuai dan vitamin C


 Diare dengan tujuan - Yakinkan diet yang
 Kehilangan rambut  Berat badan ideal dimakan
berlebihan sesuai dengan mengandung tinggi
 Bising usus hiperaktif tinggi badan serat untuk mencegah

 Kurang makanan  Mampu konstipisa

 Kurang informasi mengidentifikasi - Berikan makanan

 Kurang minat pada kebutuhan nutrisi yang terpilih (sudah

makanan  Tidak ada tanda- dikonsultasikan


tanda malnutrisi dengan ilmu gizi)
 Penurut berat badan
dengan asupan  Menunjukkan
peningkatan Nutrition Monitoring
makanan adekuat
fungsi - Monitor adanya
 Keslahan konsepsi
pengecapan dari penurunan berat
 Kesalahan informasi
menelan badan
 Membrane mukosa
 Tidak terjadi - Monitor tipe dan
pucat
penurunan berat jumlah aktivitas yang
 Ketidakmampuan
badan yang biasa dilakukan
memakan makanan
berarti - pengobatan dan
 Tonus otot menurut
tindakan tidak selama
 Mengeluh gangguan
jam makan
sensasi rasa
- Monitor kulit kering
 Mengeluh asupan
dan perubahan
makanan kurang dari
pigmentasi
RDA (recommended
- Monitor turgor kulit
daily allowance)
- Monitor mual dan
 Cepat kenyang setelah
muntah
makan
- Monitor kadar
 Sariawan rongga
albumin, total
mulut protein, Hb, dan
 Steatorea kadar Ht
 Kelemahan otot - Monitor
pengunyah pertumbuhan dan
 Kelemahan untuk otot perkembangan
penenan - Monitor pucat,
Faktor-faktor yang kemerahan, dan
berhubungan: kekeringan jarinagn

 Faktor biologis konjugtiva

 Faktor ekonomi - Monitor kalori dan

 Ketidak mampuan intake nutrisi

untuk mengabsorbsi - Catat adanya edema,

nutrient hiperemik, hipertonik


papil lidah dan
 Ketidak mampuan
cavitas oral
untuk mencerna
Catat jika lidah berwarna
makanan
magenta, scarlet.
 Ketidak mampuan
menelan makanan
 Faktor psikologis
3. Hambatatan komonikasi Noc : Nic :
verbal:  Anxietty self Comonikation
Defenisi : control enchanment : speech
Penurunan, kelambatan,
 Coping deficit ;
atau ketidakmampuan
Kriteria hasil : - Gunakan
menerima, proses,
 Komonikasi penerjemaan jika
mengirim,
:penerimaan diperlukan
dan/menggunakan sistim
- Beri kalimat
interprestasi
symbol.
simple jika
Batasan Krateristik : dan eksperesi
bertemu jika
 Tidak dapat bicara pesan lisan,
diperlukan
 Kesulitan tulisan dan
- Dorong klien
menyusun non verbal
untuk
kaliamat meningkat berkomonikasi
 Tidak bicara  Komonikasi secara berlahan.
 Tidak mampu eksperesif ( - Dengarkan engan
bicara dalam penuh perhatian
kesulitan
bahasa pemberian - Berdiri didepan
berbicara
asuhan pasien jika
eksperesi
 Ketidakmampuan berkomonikasi
pesan verbal
verbalisasi - Ajarkan berbicara
dan atau non
 Sulit bicara dengan
verbal yang esophagus jika
 Gagap
brmakna ) diperlukan
 Bicara dengan
kesulitan  Gerakan - Anjurkan

Faktor yang terorgasnisasi eksperesi diri

berhubungan: mampu dengan cara lain

- Hambatan fisik mengkoordin dalam

- Kondisi psikologi ( menyampaikan


asi gerakan
misalnya psikos informasi (
dalam
kurang stimulus ) - bahasa isarat )
menggu akan
- Pelemahan sisitim
isarat
muskululetal Anative listenening
DevicitAnctyie
reducation
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ABSES MANDIBULA
1. Pengkajian.
Pengkajian adalah usaha untuk mengumpulkan data-data
sesuai dengan respon klien baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, wawacara, observasi dan dokumentasi secara bio-psiko-sosio-
spiritual (Doenges, 2001).
Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan pada
kasus abses mandibula menurut Doenges, (2001) adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi.
d. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
f. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
i. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.
j. Prioritas keperawatan
1) Mengurangi ansietas dan trauma emosional
2) Menyediakan keamanan fisik
3) Mencegah komplikasi
4) Meredakan rasa sakit
5) Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
6) Menyediakan informasi mengenai proses penyakit/prosedur
pembedahan, prognosis dan kebutuhan pengobatan
k. Tujuan pemulangan
1) Pasien menghadapi situasi yang ada secara realistis
2) Cidera dicegah
3) Komplikasi dicegah/diminimalkan
4) Rasa sakit dihilangkan/dikontrol
5) Luka sembuh/fungsi organ berkembang ke arah normal
6) Proses penyakit/prosedur pembedahan, prognosis, dan regimen
terapeutik dipahami
Sedangkan menurut Dr. Rahajeng, (2006) pengkajian pada Abses
Mandibula, adalah:
a. Keadaan umum: lemah, lesu, malaise, demam
b. Pemeriksaan Ekstra oral : asimetri wajah, tanda radang jelas, fluktuasi
(+), tepi rahang teraba
c. Pemeriksaan intra oral: Periodontitis akut, muccobuccal fold, fluktuasi (-)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut T. Heather Herdman, et.al (2007), diagnosa keperawatan pada
pasien dengan abses mandibula adalah:

a. Nyeri Akut yang berhubungan dengan egen injuri biologi


Menurut Carpenito (2000) nyeri akut adalah keadaan dimana individu
melaporkan dan mengalami adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau
sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.

b. Nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi.


Menurut Carpenito (2000) nyeri akut adalah keadaan dimana individu
melaporkan dan mengalami adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau
sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.

c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak


mampuan menelan makanan, nyeri area rahang. Menurut Carpenito (2000)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan suatu keadaan dimana individu
yang tidak mengalami puasa atau yang beresiko mengalami penurunan berat
badan atau yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.

d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya peradangan di


area mulut. Menurut Carpenito (2000) Gangguan komunikasi verbal adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami, atau dapat mengalami
penurunan kemampuan atau ketidakmampuan untuk berbicara tetapi dapat
mengerti orang.
DAFTAR PUSTAKA
Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris :
kurt J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi
13. jakarta : EGC. 2005.
NANDA, 2015
NIC, 2005
NOC2005
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2005
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa
Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGUAN PADA SISTEM PENCERNAAN
SEHUBUNGAN DENGAN “ ABSES MANDIBULA”
DI RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien

Nama :
Umur :
Tahun :
Jenis kelamin :
Agama :
Status Pernikahan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Masuk :
Tanggal Penkajian :
Diagnosa Medis :
2. Identitas Penaggung Jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan Dengan Klien :
B. STATUS KESEHATAN
1. Riwayat Perjalanan Penyakit
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
C. ASPEK PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1 Status Psikologis
2.Status Sosial
3. Status Spiritual
D.POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
No Pola Aktivitas Sebelum di RS Setelah di RS
1. Nutrisi
- Makan
Frekuensi
Porsi
Diet

- Minum
Jenis minum
Frekuensi
2. Eliminasi
- BAK
Frekuensi
Warna

-BAB
Frekuensi
Warna
Konsistensi

3. Pola Aktivitas

4. Istirahat Tidur
- Tidur malam
Lamanya
Insomnia

-Tidur Siang
Lamanya

E. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


1. KEADAAN UMUM
A. Kesadaran :
B. Tanda-tanda Vital
2.KEADAAN KHUSUS
A. kepala
- Rambut
Warna :

- Wajah
Bentuk :
-Mata :
Kebersihan :
Diplopia :
Pupil :
Konjuntiva :
Skelera :
-Hidung :
Polip :
-Mulut :
Bibir :
Mukosa :
gagi :
-Telinga :
B. Leher :
C.Pola Nafas
nafas :
Retraksi dinding dada :
Keluhan :
Payudara :
D Abdomen:
Kesimetrisan :
lain-lain:
E.Genetalia:
F. Anus:
G.Ekstrimitas:
H. Punggung :

-
F.THERAPY OBAT
N JENIS PEMBERIAN DOSIS
O
1

4
5
6

G. DATA PENUNJANG
H. ANALISA DATA

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


1
B. Prioritas Masalah

ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan Tindakan Keperawatan


N
Keperawa
o Tujuan Intervensi Rasional Implementasi
tan

Anda mungkin juga menyukai