Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

AKUT ABDOMEN

Pembimbing:
dr. Ramadhana Effendi, SpB

Disusun oleh:
Rina Karina
11101030000091

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUP Fatmawati


Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
LEMBAR PERSETUJUAN

Referat dengan Judul Akut Abdomen


Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di RSUP Fatmawati

Jakarta, Juli 2015

dr. Ramadhana Effendi, SpB


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat makalah referat ini. Shalawat serta salam semoga tetap kita
limpahkan pada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, serta umatnya.

Makalah yang berjudul “Akut Abdomen” ini disusun untuk melengkapi tugas di
kepanitraan klinik Bedah di RSUP Fatmawati Jakarta.

Penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Ramadhana Effendi, SpB, selaku pembimbing di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUP Fatmawati Jakarta yang telah memberikan bimbingan
sehingga makalah referat ini dapat diselesaikan.

Makalah referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah referat ini.

Demikian lah, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang
menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran kami selanjutnya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Jakarta, Juli 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Akut abdomen merupakan suatu gejala-gejala dengan onset akut dan mengarah pada
penyebab dalam abdomen. Keadaan akut abdomen merupakan keadaan darurat dan dapat
mengancam nyawa bila tidak ditatalaksana dengan tepat. Gejala utama pada akut abdomen
adalah nyeri perut.1 Akut abdomen biasanya memerlukan tatalaksana terapi pembedahan segera.
Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena infeksi, obstruksi, iskemia, atau
perforasi. 2

Keadaan akut abdomen merupakan 7% gejala utama pasien datang ke Instalasi Gawat
Darurat. Prevalensi kasus akut abdomen pada rawat inap meliputi 20-40% dari pasien rawat
inap. Pada penelitian, didapatkan penyebab akut abdomen meliputi 33% merupakan nyeri
abdomen non spesifik yang banyak terdapat pada wanita muda, 23% appendisitis akut dan 8,8%
disebabkan oleh kolik bilier yang biasanya diderita oleh wanita tua. Hampir separuh dari keadaan
akut abdomen tersebut memerlukan terapi pembedahan.3

Akut abdomen dapat terjadi pada berbagai usia dan jenis kelamin. Gejala nyeri perut
merupakan gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat.
Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam mendiagnosis awal keadaan akut abdomen. Dalam
mendiagnosis akut abdomen diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik serta
pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang
lengkap. Pada keadaan akut abdomen juga dilakukan observasi yang ketat.4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Abdomen

Regio pada abdomen dapat diklasifikasikan menjadi 9 regio maupun 4 kuadran.

Gambar 1. 9 Regio Abdomen

Pembagian abdomen berdasarkan 9 regio, yaitu:5

1. Regio hipokondria kanan


2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondria kiri
4. Regio lumbal kanan
5. Regio umbilikus
6. Regio lumbal kiri
7. Regio iliaka kanan
8. Regio hipogastrika
9. Regio iliaka kiri

Gambar 2. 4 Kuadran Abdomen

Sedangkan pembagian abdomen berdasarkan 4 kuadran, yaitu:5

1. Kuadran kanan atas


2. Kuadran kiri atas
3. Kuadran kanan bawah
4. Kuadran kiri bawah

Perkembangan dari rongga abdomen dan anatomi organ-organ visera serta persarafan
sensoris viseral sangat penting untuk evaluasi penyakit akut abdomen. Setelah 3 minggu
perkembangan janin, usus primitif terbagi menjadi foregut, midgut, dan hindgut. Arteri
mesenterika superior menyuplai ke midgut (bagian keempat duodenum sampai
midtransversal kolon). Foregut meliputi faring, esofagus, lambung, dan proksimal
duodenum, sedangkan hindgut terdiri dari kolon distal dan rektum. Serabut aferen yang
menyertai suplai vaskuler memberikan persarafan sensoris pada usus dan terkait
peritoneum viseral. Sehingga, penyakit pada proksimal duodenum (foregut) merangsang
serabut aferen celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium. Rangsangan di sekum atau
apendiks (midgut) mengaktifkan saraf aferen yang menyertai arteri mesenterika superior
menyebabkan rasa nyeri di periumbilikalis, dan penyakit kolon distal menginduksi serabut
saraf aferen sekitar arteri mesenterika inferior menyebabkan nyeri suprapubik. Saraf
prenikus dan serabut saraf aferen setinggi C3, C4, dan C5 sesuai dermatom bersama-sama
dengan arteri prenikus mempersarafi otot-otot diafragma dan peritoneum sekitar
diafragma. Rangsangan pada diafragma menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu.
Peritoneum parietalis, dinding abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal menerima
persarafan somatik sesuai dengan segmen nerve roots.6

Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal yang kaya akan inervasi saraf akan
menghasilkan sensasi yang tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada
viseral mengiritasi pada peritoneum parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir.
Banyak "peritoneal signs" yang berguna dalam diagnosis klinis dari acute abdominal pain.
Inervasi dual-sensorik dari kavum abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf somatik
menghasilkan pola nyeri yang khas yang membantu dalam diagnosis. Misalnya, nyeri pada
apendisitis akut nyeri akan muncul pada area periumbilikalis dan nyeri akan semakin jelas
terlokalisir ke kuadran kanan bawah saat peradangan melibatkan peritoneum parietal.
Stimulasi pada saraf perifer akan menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan
terlokalisir dengan baik.6

Rangsangan pada saraf sensorik aferen intraperitoneal pada nyeri akut abdomen
menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas pusat nyerinya), nyeri tidak terlokalisasi
dengan baik, dengan onset gradual/ bertahap dan durasi yang lebih lama. Nervus vagus
tidak mengirimkan impuls nyeri dari usus. Sistem saraf aferen simpatik mengirimkan nyeri
dari esofagus ke korda spinalis.6

Saraf aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central dari diafragma, kapsul
lien, dan perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai C5. Spinal cord dari T6
sampai T9 menerima serabut nyeri dari bagian diafragma perifer, kantong empedu,
pankreas, dan usus halus. Serabut nyeri dari colon, appendik, dan visera dari pelvis
memasuki sistem saraf pusat pada segmen T10 sampai L1. Kolon sigmoid, rektum, pelvic
renalis beserta kapsulnya, ureter dan testis memasuki sistem saraf pusat pada T11 dan L1.
Kandung kemih dan kolon rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 sampai S4. Nyeri
abdomen dapat berupa nyeri visceral, nyeri parietal atau nyeri alih.6

Gambar 3. Persarafan Organ Abdominal

2.2. Akut Abdomen

2.2.1. Definisi

Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 24 jam, biasanya menimbulkan gejala nyeri yang dapat terjadi
karena masalah bedah dan non bedah. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu
dilakukan resusitasi dan tindakan segera.7
Keadaan klinis akut abdomen memerlukan pemeriksaan yang seksama dan cepat
untuk memutuskan perlunya tindakan operasi dan dimulainya terapi yang tepat. Oleh
karena itu, diagnosis awal yang tepat dapat menentukan terapi yang dipilih seperti perlunya
tindakan laparoskopi atau laporotomi segera.6

2.2.2. Epidemiologi

Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat darurat
atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat.8 Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari
pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh nyeri perut.9

Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir pasien dengan


nyeri akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%), obstruksi usus halus
(4%), keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis akut (3%), colic renal (3%), perforasi
ulkus peptic (2,5%) atau diverticulitis akut (1,5%).

2.2.3. Etiologi

Penyebab akut abdomen dapat dibagi menjadi penyebab non bedah dan bedah.
Penyebab non bedah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :2
1. Gangguan metabolik dan endokrin : uremia, krisis diabetic, krisis penyakit Addison.
2. Gangguan hematologi : krisis anemia sel sabit, leukemia akut, dan penyakit darah
lainnya.
3. Obat-obatan dan racun : keracunan logam berat, ketergantungan obat narkotik.

Sedangkan penyebab bedah dapat dibagi menjadi 5, yaitu :2


1. Perdarahan : Trauma organ viscera, ruptur aneurisma arteri, kehamilan ektopik
terganggu, ulkus intestinal, perdarahan pankreas.
2. Infeksi : appendicitis, kolesistitis, abses hati, abses diverticular.
3. Perforasi : perforasi ulkus gastrointestinal, perforasi kanker gastrointestinal, perforasi
diverticulum.
4. Obstruksi : adhesi yang berhubungan dengan obstruksi usus besar, hernia incarserata,
kanker gastrointestinal.
5. Iskemia : thrombosis atau emboli arteri mesenterika, colitis iskemik, torsi ovarium,
hernia strangulata.

Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan akut abdomen dapat dibagi menjadi 6


bagian besar kategori, yaitu:
1. Inflamasi

Kategori inflamasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang disebabkan
bakteri dan kimiawi. Inflamasi akibat bakterial seperti appendisitis akut divertikulitis,
dan beberapa kasus Pelvic Inflammatory Disease. Inflamasi akibat kimiawi antara lain
perforasi dan ulkus peptikum.

2. Mekanik

Penyebab mekanis misalnya keadaan obstruksi, seperti hernia inkarserata,


perlengkapan, intussusepsi, malrotasi usus dengan volvulus, atresia kongenital atau
stenosis usus. Penyebab tersering obstruksi mekanik usus besar adalah Ca kolon.

3. Neoplasma

4. Vaskular

Kelainan vaskular seperti trombosis atau embolisme a. mesenterika yang


menyebabkan aliran darah terhenti sehingga timbul nekrosis jaringan, dengan ganggren
usus.

5. Defek Kongenital

Defek congenital yang dapat menyebabkan akut abdomen seperti atresia duondenum,
omphalocele atau hernia diaphragmatica.
6. Trauma

Penyebab traumatik dari akut abdomen bervariasi dari luka tusuk dan tembak sampai
luka tumpul abdominal yang menyebabkan keadaan rusaknya organ visera seperti ruptur
lien.

Penyebab nyeri perut terkadang dapat diprediksi berdasarkan lokasi dan jenis rasa
sakit sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis. Perkiraan penyebab berdasarkan
fakta bahwa patologi struktur yang mendasari di setiap regio cenderung memberikan nyeri
perut maksimal di regio tersebut.3

Tabel Etiologi Nyeri Abdomen Berdasarkan Lokasi

2.2.4. Tanda dan Gejala

2.2.4.1. Nyeri Perut

Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau sudah
berlangsung lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri visceral, nyeri somatic maupun
nyeri alih.
1. Jenis dan Letak Nyeri Perut

a. Nyeri Viseral

Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga
perut, misalnya karena cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ
perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan, atau
pemotongan. Akan tetapi, bila dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi
yang berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia akan timbul nyeri.

Pasien yang merasakan nyeri viseral biasanya tak dapat menunjukkan secara tepat
letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk
daerah yang yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut nyeri sentral. Penderita
memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional organ yang terlibat.
Karena tidak disertai rangsang peritoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan
sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak.6

Gambar 4. Lokasi Nyeri Viseral


b. Nyeri Somatik

Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Rangsang
yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi, atau proses
radang.6

Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan sensasi yang


tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada viseral mengiritasi pada
peritoneum parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk atau disayat. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum
dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri
kontralateral pada apendisitis akut. Setiap gerakan penderita akan menambah rasa nyeri,
baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang dalam.6

Tabel 2. Perbedaan Nyeri Visceral dan Nyeri Somatik


2. Sifat Nyeri

a. Nyeri Alih

Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa
embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan
dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung
belikat. 6

b. Nyeri Proyeksi

Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibat
cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom setelah
amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster.6

c. Hiperestesia

Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada
rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis
setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada
tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi
nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa
rangsangan peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit
setempat. 6

d. Nyeri Kontinyu

Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus menerus,
misalnya pada reaksi radang. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler secara
refleks untuk melindungi bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan
setempat.6
e. Nyeri Kolik

Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu
empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami
oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang
timbul. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut yang hilang
timbul mual atau muntah dan gerak paksa.6

f. Nyeri Iskemik

Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan
tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang jelek dan syok
karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.6

g. Nyeri Pindah

Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap awal
apendisitis. Sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan di
sekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah. Setelah radang
terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan
peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak
peritoneum yang meradang, yaitu di perut kanan bawah. Jika apendiks kemudian
mengalami nekrosis dan gangren (apendisitis gangrenosa) nyeri berubah lagi menjadi nyeri
iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat jatuh dalam
keadaan toksis.6

3. Onset dan Progresifitas Nyeri

Onset timbulnya nyeri dapat menunjukkan keparahan proses yang terjadi. Onset
dapat digambarkan dalam bahasa mendadak (dalam detik), cepat (dalam jam), dan perlahan
(dalam beberapa jam). Nyeri hebat yang terjadi mendadak pada seluruh abdomen
merupakan suatu keadaan bahaya yang terjadi intra abdomen seperti perforasi viscus atau
ruptur aneurisma, kehamilan ektopik, atau abses. Dengan adanya gejala sistemik (takikardi,
berkeringat, takipneu dan syok) menunjukkan dibutuhkannya resusitasi dan laparotomi
segera.6

4. Karakteristik Nyeri

Sifat, derajat, dan lamanya nyeri sangat membantu dalam mencari penyebab utama
akut abdomen. Nyeri superfisial, tajam dan menetap biasanya terjadi pada iritasi peritoneal
akibat perporasi ulkus atau ruptur appendiks, ovarian abses atau kehamilan ektopik. Nyeri
kolik terjadi akibat adanya kontraksi intermiten otot polos, seperti kolik ureter, dengan ciri
khas adanya interval bebas nyeri. Nyeri kolik biasanya dapat reda dengan analgetik biasa.
Sedangkan nyeri strangulata akibat nyeri iskemia pada strangulasi usus atau trombosis
vena mesenterika biasanya hanya sedikit mereda meskipun dengan analgetik narkotik.
Faktor-faktor yang memicu atau meredakan nyeri penting untuk diketahui.6

2.2.5. Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan


nyerinya, lokasi, karakter, durasi, faktor yang mempengaruhinya serta gejala yang
menyertai. Lokasi nyeri penting untuk mempertimbangkan berbagai kondisi patologis yang
terjadi di daerah spesifik atau kuadran abdomen. Karakteristik nyeri dapat digambarkan
sebagai "rasa terbakar" yang mungkin terjadi karena perforasi ulkus peptikum, sementara
"rasa terobek-robek" biasanya mewakili rasa sakit akibat diseksi aorta. Nyeri yang
intermiten atau kolik harus dibedakan dari rasa sakit yang terus menerus. Nyeri kolik
biasanya terkait dengan proses obstruktif dari usus, hepatobilier, atau saluran genitourinari,
sementara rasa sakit yang terus menerus biasanya merupakan hasil dari mendasari iskemia
atau peritoneal peradangan.6

Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang
diproyeksikan. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat, nyeri
pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan
terdapat rangsangan pada diafragma. Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen
dapat menggambarkan sumber nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah
menjadi hebat, tetapi dapat pula bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi
organ berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat
dibandingkan proses inflamasi. Demikian juga intensitas nyerinya. Seseorang yang sehat
dapat pula tiba-tiba langsung merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan oleh adanya
sumbatan, perforasi atau pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya disebabkan oleh proses
radang, misalnya pada kolesistitis atau pankreatitis.

Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada pankreatitis akut
pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang belakang, panggul dan
lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut.
Appendisitis akut yang letaknya retrosaekum mendorong penderitanya untuk berbaring
dengan fleksi pada sendi panggul sehingga melemaskan otot psoas yang teriritasi. Akut
abdomen yang menyebabkan diafragma teritasi akan menyebabkan pasien lebih nyaman
pada posisi setengah duduk yang memudahkan bernafas. Penderita pada peritonitis lokal
maupun umum tidak dapat bergerak karena nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa
bergerak karena nyerinya.6

Riwayat gejala sistemik penting dalam evaluasi akut abdomen. Nyeri abdomen
biasanya disertai oleh demam tinggi dan kedinginan yang dapat menunjukkan penyakit
peradangan pelvis dan infeksi traktus urinarius. Gejala sistemik lain seperti anoreksia,
mual, muntah merupakan merupakan gejala penyerta yang sering pada akut abdomen
terutama apendisitis akut dan kolesistitis akut. Konstipasi didapatkan pada obstruksi usus
besar dan pada peritonitis umum. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan
gejala lain seperti keadaan sebelum serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam
anamnesis.6

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara keseluruhan mulai dari keadaan
umum, tanda-tanda vital, dan sikap berbaring. Adanya abnormalitas pada tanda vital dapat
menunjukkan keadaaan kegawatan pada pasien. Keparahan penyakit sistemik dapat dinilai
dari adanya takipnea, takikardia, demam atau respon hipotermia, dan hipotensi relatif.
Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis juga perlu
diperhatikan.

Posisi berbaring pasien juga dapat menunjukkan suatu penyakit. Pasien dengan iritasi
peritoneal, nyeri semakin bertambah dengan aktivitas apapun yang menggerakkan
peritoneum. Pasien biasanya berbaring diam dan mempertahankan fleksi lutut dan pinggul
mereka untuk mengurangi ketegangan pada dinding abdomen anterior. Kondisi penyakit
yang menyebabkan rasa sakit tanpa iritasi peritoneal, seperti iskemik usus dan ureter, dan
kolik bilier, biasanya menyebabkan pasien untuk terus bergeser dan gelisah di tempat tidur.

Pemeriksaan yang difokuskan pada pemeriksaan abdomen yang terdiri dari :

a. Inspeksi

Pada inspeksi abdomen, perhatikan kontur abdomen, termasuk apakah tampak buncit
atau apakah tampak terdapat massa yang memberikan kecurigaan adanya hernia inserserata
atau tumor. Perhatian pula adanya bekas luka operasi sebelumnya, distensi abdomen dan
gerakan peristaltik usus yang terlihat Darm-steifung. Adanya eritema atau edema kulit
mungkin memperlihatkan selulitis dari dinding abdomen, sedangkan ecchymosis kadang-
kadang dapat terlihat pada infeksi necrotizing yang dalam pada fasia atau struktur abdomen
seperti pancreas. Adanya caput medusa dapat menunjukan penyakit hati.

b. Auskultasi

Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan kualitasnya. Perhatikan ada atau
menghilangnya suara bising usus, serta karakteristik dari bising usus. Pada ileus paralitisik
bisisng usus menghilang sedangkan pada ileus obstruksi bising usus dapat menigkat.

c. Perkusi

Perkusi digunakan untuk menilai distensi usus yang berisi gas, udara bebas intra-
abdominal, tingkat asites, atau adanya peradangan peritoneum, serta adanya setiap massa
yang tumpul. Padaobstruksi ileus, timpani terdengar di seluruh lapang kecuali pada
kuadran kanan atas, di mana terdapat hati yang terletak di bawah dinding abdomen. Jika
ditemukan adanya timpani hingga kuadran kanan atas, dicurigai adanya kemungkinan
udara intraperitoneal bebas. Pekak hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya
perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati). Perkusi dapat digunakan
untuk mendeteksi ascites dengan pemeriksaan shifting dullness atau gelombang cairan.

d. Palpasi

Palpasi menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan defense musculaire. Akut abdomen
memberikan rangsangan pada peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum
secara lokal atau umum tergantung dari luas daerah yang terkena iritasi. Perasaan nyeri
dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Defense musculaire timbul karena rasa nyeri
pada peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi nyeri bertambah sehingga secara
refleks otot-otot abdomen akan berkontraksi terhadap rangsangan mekanik sebagai proteksi
terhadap abdomen.

Ada beberapa teknik palpasi khusus seperti, murphy sign (palpasi dalam di perut
bagian kanan atas yang menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk
kolesistitis, rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri
bawah/samping kiri) pada appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis
dan nyeri lepas di hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis.

e. Rectal Toucher

Penilaian rectal toucher atau colok dubur memberikan informasi yang terbatas pada
kasus akut abdomen. Namun, pemeriksaan colok dubur dapat membedakan antara
obstruksi usus dengan paralisis usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang
melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampulanya kolaps.
Data yang diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditunjang dengan
pemeriksaan lainnya seperti laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang juga penting
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan menegakkan diagnosis kerja.

a. Pemeriksaan laboratorium

Anemia dan hematokonsentrasi dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya


perdarahan terus menerus. Lekositosis tanpa terdapatnya infeksi dapat menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak, terutama pada kemungkinan ruptura lienalis. Serum
amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan enzim transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
Pemeriksaan urine rutin dapat menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
dijumpai hematuri.

b. Pemeriksaan Radiologi

Foto rontgen thoraks dapat menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma
pada thoraks. Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya
gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika. Plain abdomen foto tegak
akan memperlihatkan adanya udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, serta perubahan gambaran usus.
Pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada
penderita yang belum dioperasi dan dicurigai adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.

2.2.6. Diagnosis Banding

Diagnosis banding akut abdomen juga termasuk dalam kelainan ekstraabdomen


seperti kelainan di toraks, misalnya penyakit jantung, paru atau pleura, kelainan
neurogenik, kelainan metabolik, dan keracunan. Pada keadaan akut abdomen yang
disebabkan karena kelainan ekstraabdomen didapatkan gejala nyeri perut yang cukup jelas
namun pada pemeriksaan abdomen tidak ditemukan adanya kelainan.6
Terkadang sulit untuk membedakan kelainan akut di abdomen dan ekstra abdomen.
Umumnya pada anamnesis didapatkan bila penyakit organ toraks tidak didahului atau
disertai dengan mulat atau muntah. Pada pemeriksaan abdomen pun tidak ditemukan
tanda-tanda rangsangan peritoneum.6

Tabel Kelainan Ekstraabdomen yang menyebabkan nyeri perut

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan akut abdomen biasanya terdiri dari :

1. Tindakan penanggulangan darurat

a. Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistem pernafasan dan kardiovaskuler


yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita.

b. Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.

c. Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.

d. Pemberian analgetik harus dipertimbangkan karena dapat menghilangkan gejala akut


abdomen
2. Tindakan penanggulangan definitif

Tujuan:

a. Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.

b. Meminimalisasi cacat yang mungkin terjadi dengan cara :

 Menghilangkan sumber kontaminasi.


 Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga
peritoneum.
 Mengembalikan kontinuitas passage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin
usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.

Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa laparotomi yaitu operasi dengan membuka
rongga abdomen, sehingga harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki
spesialis bedah agar akut abdomen dapat ditanggulangi dengan segera.6
BAB III

KESIMPULAN

Akut abdomen menggambarkan keadaan klinis adanya kegawatan di rongga perut yang
biasanya timbul mendadak dengan gejala utama adalah nyeri perut. Akut abdomen dapat
disebabkan oleh adanya masalah bedah dan non bedah. Akut abdomen dapat disebabkan oleh
proses inflamasi, mekanik, neoplasma, vaskular, defek kongenital, maupun trauma. Nyeri perut
dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik dan dapat berasal dari berbagai proses pada
berbagai organ di rongga perut.

Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya gejala nyeri perut mulai dari onset
nyeri, karakteristik nyeri, durasi nyeri, lokasi dan penjalaran nyeri. Pemeriksaan fisik abdomen
juga harus diperhatikan terutama palpasi dan adanya defanse musculaire yang menunjukan
rangsangan peritoneum parietal, sehingga membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan diagnosis pasti.

Akut abdomen merupakan suatu kumpulan gejala yang menunjukkan adanya kegawatan di
rongga perut sehingga akut abdomen bukanlah diagnosis. Pasien harus segera dirujuk ke
spesialis bedah apabila sudah didapatkan tanda-tanda akut abdomen agar dapat ditegakkan
diagnosis dan penanganan lebih lanjut. Penatalaksanaan pasien sebelum dirujuk dapat dilakukan
penstabilan kondisi hemodinamik dan ditundanya pemberian analgetik karena dapat
menghilangkan gejala akut abdomen pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim, 2007. Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC

2. Sabiston, et al. 2007. Sabiston texbook of surgery the biological basis of modern surgical
practice. Edisi ke 18. Saunders, An Imprint of Elsevier

3. Dombal FT, Margulies M. 1996. Acute Abdominal Pain. Gut.bmj.com

4. Miettinen, et al. 1996. Acute Abdominal Pain in Adults.


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8739926

5. Sudoyo, A.W. dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.).

6. Graff LG, Robinson D: Abdominal pain and emergency department evaluation. Emerg Med
Clin North Am 19:123-136, 2001.

7. Cordell WH, Keene KK, Giles BK, et al: The high prevalence of pain in emergency medical
care. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.

8. Ashley H., Bennet B., & Marie C. The Evaluation of The Acute Abdomen. Springer Science
Business Media New York 2013

9. Jerome H.A., et.al Surgical Critical Care. 2nd Ed.USA: Taylor & Francis, 2005

10. Mulholland, Michael W, Lillemoe, et al. 2006. Greenfield's Surgery: SCIENTIFIC


PRINCIPLES AND PRACTICE, 4th Edition. Lippincot Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai