disusun oleh:
TRIAS YUNIARTI
1811040006
A. PENGERTIAN
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. (Susilaningrum dkk. 2013)
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan
Demam Berdarah (DBD). (Hidayat, 2008)
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang
menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan yang
bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.
(Sunyataningkamto, 2009)
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan virus dengue golongan
arbovirus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan dapat
mengakibatkan kematian.
B. ETIOLOGI
Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk
dalam genus Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh
melalui vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan beberapa spesies lainnya
seperti Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis, (Hidayat, 2006: 123).
Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini akan tertulari
dan akan mengalami viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti
demam, nyeri otot dan atau sendi yang disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositipenia, dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2006:
1732).
C. PATOFISIOLOGI
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran. (Putra, 2013)
D. PATHWAYS
Virus dengue
Gigitan nyamuk
Viremia
Kebocoran
Dehidrasi plasma
Mendesak
abdomen Penumpukan
Defisit volume cairan ekstravaskuler
cairan Mual dan rongga serosa
a. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
torniquet + trombosit dan hemokonsentrasi.
b. Derajat 2
Derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari.
d. Derajat 4
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur,
biasa disebut DSS (Dengue Syock Syndrom).
F. TANDA DAN GEJALA
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie.
4. Nyeri otot
5. Sakit kepala.
6. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).
G. KOMPLIKASI
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas
H. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa perdarahan (renjatan)
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan
bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit
dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak
tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan
sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM,
anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50
mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,
penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya
mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang
diduga menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap
hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai
hematokrit itlah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus
atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran
yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada
respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30
ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur
dengan cara membuka klem infus.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma
pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat
hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah
stress saat hamil. Kemudian apakah anak sebelumnya pernah mengalami
DBD juga atau tidak atau Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada
DHF, anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type
virus yang lain
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil
dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit,
gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis. Riwayat Kesehatan
Keluarga
4. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
5. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan
tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
6. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di
kamar).
7. Pola kebiasaan
- Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
- Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
- Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
- Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
- Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
- Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk
menjaga kesehatan.
8. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Kesadaran : Apatis
b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg
c. Kepala : Bentuk mesochepal
d. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
mata anemis
e. Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
b. Hidung : Ada perdarahan hidung / epsitaksis
c. Mulut :Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan
e. Dada :
Perkusi : Sonor
f. Abdomen :
Perkusi : Tympani
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan sepsis
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. EVALUASI
a. Suhu dalam batas normal
b. Tidak terjadi defisit volume cairan
c. Tidak terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
d. Tidak terjadi perdarahan
e. Kebersihan lingkungan tetap terjaga
f. Cairan klien terpenuhi
g. Tidak terjadi infeksi sekunder
h. Pola nafas klien kembali normal
i. Klien mengalami penurunan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Suhendro. (2007). Demam Berdarah Dengue. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
III Edisi IV. Jakarta: Pusat Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.