Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya teknologi di dunia ini semakin tinggi
pula energi yang diperlukan untuk menunjang perkembangan negeri ini. Akan
tetapi energi yang sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil yang
jumlahnya terbatas pun semakin menipis dari hari ke hari. Dan teknologi pun
sekarang mengarah ke teknologi ramah lingkungan dan alternatif bahan bakar
yang diciptakan salah satunya adalah bioethanol.
Bioethanol yang dibuat dari fermentasi karbohidrat yang berasal dari
bahan alam merupakan bahan bakar terbarukan dan merupakan inovasi dalam
teknologi ramah lingkungan. Indonesia yang merupakan salah satu negara
agraria terbesar dapat menjadi pusat pembuatan bioethanol jika dapat
memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki.
Pisang merupakan tanaman tropis yang banyak menumbuhi daerah di
Indonesia. Buahnya menjadi suatu komoditi dalam bidang perdagangan, akan
tetapi bagian-bagian lain selain buah pisang seringkali hanya dijadikan limbah
yang dibuang begitu saja. Limbah dari pohon pisang tersebut dapat dijadikan
produk lain yang lebih menguntungkan daripada jika hanya dibuang begitu
saja.
Bonggol pisang yang merupakan limbah dari pohon pisang dapat
dimanfaatkan sebagai bioethanol. Hal ini menguntunngkan indonesia dimana
menjadi negara tropis yang banyak ditumbuhi tanaman ini, jika dapat
mengoptimalkan suber daya alam di dalamnya.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Pengolahan limbah dari bonggol pisang yang dapat diproses menjadi bahan
baku pembuatan bioetanol?

C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui yield dan kadar bioetabol yang dihasilkan dalam proses
pembuatan bioetanol dengan proses hidrolisa asam dengan variabel kadar
penggunaan ragi roti.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Bioetanol
Bioethanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007).
Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang diproduksi dari
bahan pangan yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan
sagu.
Bahan baku pembuatan bietanol dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Bahan sukrosa
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain nira,
tebu, nira nirapati, nirsuatu cairan yang dihasilkan sargum
manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete.
b. Bahan berpati
Bahan-bahan yang termasuk kelompok ini adalah bahan-bahan
yang mengandung pati atau karbohidrat. Bahan-bahan tersebut
antara lain tepung ubi ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu,
ubi kayu, ubi jalar, dan lain-lain.
c. Bahan berselulosa (lignoselulosa)
Artinya adalah bahan tanaman yang mengandung selulosa
(serat), antara lain kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain.
Berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa
merupakan bahan yang jarang digunakan dan cukup sulit untuk
dilakukan. Hal ini karena adanya lignin yang sulit dicerna
sehingga proses pembentukan glukosa menjadi lebih sulit.
Keunggulan bioetanol bila dibanding bahan bakar dari minyak bumi,
yaitu sifat biodegrable atau dapat terurai kembali.

3
Dalam penggunaannya sebagai campuran biogasoline memiliki
keunggulan antara lain : meningktakan bilangan oktan sehingga dapat
menggantikan TEL dan pembakaran yang lebih sempurna dapat mengurangi
emisi karbon monoksida ( Anonim,2007).
Bioetanol diproduksi dari biomassa dengan proses hidrolisa dan
fermentasi gula. Biomassa mengandung polimer karbohidrat berupa sellulose,
hemi sellulosa dan lignin. Fermentasi gula menjadi etanol dilakukan dengan
menambah ragi ( yeast). Ragi mengandung enzim invertase yang bertindak
sebagai katalis untuk mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Fruktosa dan glukosa kemudian bereaksi dengan enzim zymase yang
mengubah glukosa menjadi etanol.

2. Fermentasi
Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara aerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen.
Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah
karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa
jenos bakteri tertentu (Fardiaz, 1992). Prinsip dasar fermentasi ialah
mengaktifkan kegiatatan mikroba tertentu dengan tujuan mengubah sifat
bahan agar dihasilkan suatu yang bermanfaat (Widayati dan Widalestari,
1996). Perubahan tersebut karena dalam proses fermentasi jumlah mikroba
diperbanyak dan digiatkan metabolismenya didalam bahan tersebut dalam
batas tertentu (Santoso, 1989). Menurut Judoamodjojo dkk. (1992),
menyatakan bahwa beberapa langkah utama yang diperlukan dalam
melakukan suatu proses fermentasi diantaranya adalah :
a. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai dengan tujuan.
b. Seleksi media sesuai dengan tujuan.
c. Sterilisasi semua bagian penting untuk mencegah kontaminasi oleh
mikroba yang tidak dikehendaki.

4
3. Ragi
Ragi merupakan fungsi uniseluler yang melakukan reproduksi secara
pertunasan atau pembelahan. Yeast tidak berklorofil, tidak berflagella,
berukuran lebih besar dari bakteri, tidak dapat membentuk miselium
berukuran bulat, bulat telur, batang, silinder seperti buah jeruk, bersifat
saprofit, namun ada beberapa yang bersifat parasit (Van Rij, 1984).
Saccharomyces cereviciae merupakan yeastorganisme uniseluler ayng bersifat
mikroskopis dan juga disebut jasad sakarolitik, yaitu menggunakan gula
sebagai sumber karbon untuk metabolisme (Alexopoulus dan Mims, 1979).
Saccharomyces cereviciae merupakan mikrobia yang paling banyak
digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan
terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan
tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32oC (Kartika et.al.,1992).

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

i. Alat dan bahan


a. Bahan :
- Bonggol pisang
- Air
- Ragi tape

b. Alat :
- Rangkaian destilasi
- Panci
- Blender
- Ayakan
- Beaker glass
- Botol sirup bekas
ii. Variabel penelitan
1. variabel bebas
- Jumlah ragi roti ( 1%)

2. variabel tetap
- Basis bonggol pisang : 50 gr
- Suhu liquifikasi : 90oC
- Jumlah ragi tape : 1% = 5 gr
- Perbandingan jumlah tepung dan air :1:5
- Lama fermentasi : 5 hari

6
iii. Prosedur

a. Membuat tepung bonggol pisang dengan cara mengeringkan dan


memblender bonggol pisang kering menjadi tepung halus.
b. Buat bubur bonggol pisang dengan mencampurkan 50 gr tepung bonggol
pisang dengan 250 gr air.
c. Dinginkan hingga suhu 50oC dan tambahkan ragi tape sebanyak 5 gr
(jadikan suspensi dengan penambahan air hangat 10) dan aduk.
d. Masukkan dalam botol fermentasi dan biarkan semalam.
e. Saring filtrat dari ampas, dan kemudian lakukan destilasi untuk
memisahkan ethanol dari air dan pengotornya.
f. Hitung volume dan kadar ethanol

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil
Dari penelitian yang dilakukan menurut variabel waktu fermentasi didapat
data sebagai berikut :
% Ragi Roti Massa (gram) Volume (ml) Density(gr/cc) Kadar (%)

1% 0 0 0 0%

2% 0,6 0,8 0,75 76,95 %

3% 2,64 2,9 0,765 85,72 %

4% 3,46 3,00 0,775 91,52 %

5% 3,74 3,14 0,812 86,97 %

Grafik Hasil Praktikum

4
RAGI 1%

3 RAGI 2%

2 RAGI 3%

1 RAGI 4%

0 RAGI 5%
RAGI 1% RAGI 2% RAGI 3% RAGI 4% RAGI 5%

Grafik % Ragi Roti Vs Vol. Bioethanol

8
100
80 RAGI 1%

RAGI 2%
60
RAGI 3%
40
RAGI 4%

20 RAGI 5%

0
RAGI 1% RAGI 2% RAGI 3% RAGI 4% RAGI 5%

Grafik % Ragi Roti Vs Kadar Bioethanol

b. Pembahasan

Dalam penelitian bioetanol bonggol pisang ini didapat ethanol dengan


jumlah yang sedikit, terutama untuk kadar ragi roti 2 % dan 1 % yang bahkan
tidak menghasilkan etanol. Hal ini disebabkan karena adanya kebocoran pada
tutup botol pada hari pertama pada saat penambahan ragi tape sehingga terjadi
kontak dengan oksigen dimana seharusnya fermentasi terjadi secara anaerob
dan pada hari ketiga muncul titik jamur berwarna putih yang
mengkontaminasi proses fermentasi. Selain itu, pada kadar ragi roti yang 4 %
dan 5 % juga terlalu besar bagi volume suspensi bubur bonggol pisang yang
sebesar ± 400 𝑚𝑙 sehingga pada saat penambahan ragi roti menghasilkan gas
CO2 berlebih yang menyebabkan suspensi didalam botol terdorong hingga
selang udara. Akan tetapi setelah beberapa saat kembali lagi kedalam botol
dan tidak terjadi kontaminasi jamur dan tidak ada kebocoran.
Penambahan ragi roti seharusnya juga memperhitungkan jumlah kandungan
glukosa yang terkandung dalam suspensi bonggol pisang yang telah
9
mengalami proses fermentasi ragi tape. Akan tetapi pada praktikum ini tidak
diketahui kandungan glukosa didalamnya, sehingga penambahan ragi roti
disesuaikan hanya dengan jumlah suspensi bonggol pisang di tiap botol
fermentasi. Seharusnya penambahan ragi roti yang bekerja secara optimal
adalah sebesar 0,2% dari kandungan glukosa yang terkandung dalam suspensi
bonggol pisang tersebut.
Penyimpanan suspensi bonggol pisang yang telah mengalami fermentasi
dengan ragi roti yang terlalu lama dalam botol sebelum dilakukan tahap
destilasi menyebabkan kandungan ethanol di dalamnya berkurang. Hal ini
disebabkan karena adanya ruang yang cukup besar dalam botol yang dapat
menyebabkan bioethanol menjadi menguap. Pada tahap hidrolisa sendiri juga
berperan sangat penting, karena pada tahap inilah terjadi proses pemupatusan
rantai polimer pati menjadi glukosa yang kemudian akan difementasi oleh
Saccharomyces cerevisiae menjadi ethanol. Sehingga apabila pada tahap
hidrolisa ini terjadi kesalahan baik itu penambahan ragi yang tidak sesuai
ataupun terjadi kontaminasi, akan menyebabkan hasil bioethanol yang tidak
sesuai yang diharapkan baik itu dengan jumlah yang sedikit ataupun bahkan
tidak terdapat sama sekali.
Kadar yang dimiliki tiap variabel berbeda-beda dari 0%; 76,95% ; 85,72% ;
91,52% ; dan 86,97% perbedaan ini tidak disebabkan oleh perbedaan dari
variabel penggunaan ragi roti yang berbeda, namun karena proses pemisahaan
melalui destilasi untuk memisahkan ethanol dari campuran setelah proses
ferrmentasi. Pemisahan yang tidak sempurna ini masih meninggalkan
kandungan air yang berbeda-beda dari tiap variabel penggunaan ragi roti.

10
BAB V. SIMPULAN

Dari percobaan penelitian pengaruh kadar ragi roti pada pembuatan


bioetanol bonggol pisang ini didapatkan hasil terbaik pada penggunaan kadar
ragi roti sebanyak 4% meskipun untuk konsentrasi ragi roti 5% memiliki
jumlah terbesar yakni sebesar 3,14 ml akan tetapi nilai density ragi roti 4%
memiliki kadar yang terbaik diantara 5 percobaan.

11
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA
- Assegaf, Faisal. 2009. Prospek Produksi Bioetanol Bonggol Pisang (Musa
paradisiacal) Menggunakan Metode Hidolisis Asam Dan Enzimatis.
Universitas Jenderal Soedirman RSO Semarang. Purwokerto.
- Solikhin, Nurjati. Dkk. 2012. Pembuatan Bioetanol Hasil Hirolisa Bonggol
Pisang Dengan Fermentasi menggunakan Saccaromyces Cerevisiae.
Jurusan Teknik Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang
- Nilna Minah, Faidliyah. 2010. Potensi Ganyong (Canna edulis Kerr) Dari
Malang Selatan Sebagai Bahan Baku Bioethanol dengan Proses
Hidrolisa Asam. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Jurnal
Spektra. Institut Teknologi Nasional Malang.

12
BAB VII

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

- Kebutuhan bahan @ 50 gram.

Kebutuhan bahan untuk 5 botol = 50 gram x 5 = 250 gram


- Kebutuhan air @ 250 ml

Kebutuhan bahan untuk 5 botol = 250 ml x 5 = 1250 ml


- Kebutuhan ragi tape = 10%

10
𝑥 50 𝑔 = 5 𝑔
100

- Kebutuhan ragi roti

ragi roti = 1 %

1
𝑥 360 = 3,6
100

- Kebutuhan nutrien

NPK : Urea
5 : 3

5
NPK = 𝑥 5 = 3,125 𝑔
8

3
Urea = 𝑥 5 = 1,875 𝑔
8

13
Air = 15 ml
Perhitungan kemurnian / kadar
1. Variabel Ragi Roti 2%
𝑔𝑟
- 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7936 𝑐𝑐
𝑔𝑟
- 𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑐𝑐

- 𝑉 𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


0,8 = x + V etanol
V etanol = 0,8 – x
𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 ( 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥 )+𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥𝑉𝑎𝑖𝑟
𝜌𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑙𝑎𝑟
0,7895 𝑥 ( 0,8−𝑥 )+1 𝑥 𝑥
0,75 = 0,8

0,6 = 0,7895 ( 0,8 − 𝑥 ) + 𝑥


0,6 = 0, −0,7936𝑥 + 𝑥
0,6 = 0,6316 + 0,2064𝑥
0,0316 = 0,2064𝑥
𝑥 = 0,1531 = 𝑉 𝑎𝑖𝑟

𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥
𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,8 − 0,1531
= 0,6469 𝑚𝑙

𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7895 𝑥 0,6469


= 0,511 gr

𝑚𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉𝑎𝑖𝑟


= 1 𝑥0,1531
= 0,1531𝑔𝑟

14
𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚 𝑎𝑖𝑟

= 0,511 + 0,1531
= 0,6641 gr

0,511
Kadar = 𝑥 100% = 76,95%
0,6641

2. Variabel Ragi Roti 3%


𝑔𝑟
- 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7895 𝑐𝑐
𝑔𝑟
- 𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑐𝑐

- 𝑉 𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


2,9 = x + V etanol
V etanol = 2,9 – x
𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 ( 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥 )+𝜌𝑎𝑖𝑟 −𝑉𝑎𝑖𝑟
𝜌𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑙𝑎𝑟

0,7895 𝑥 ( 2,9−𝑥 )+1 𝑥 𝑥


0,765 = 2,9

2,2185 = 0,7895 ( 2,9 − 𝑥 ) + 𝑥


2,2185 = 2,2895 − 0,7895𝑥 + 𝑥
2,2185 = 2,2895 + 0,2105 𝑥
0,071 = 0,2105 𝑥
𝑥 = 0,337 = 𝑉 𝑎𝑖𝑟

𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥
𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 2,9 − 0,337
= 2,563 𝑚𝑙

15
𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7895 𝑥 2,563
= 2,023 gr

𝑚𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉𝑎𝑖𝑟


= 1 𝑥0,337
= 0,337 𝑔𝑟

𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚 𝑎𝑖𝑟

= 2,023 + 0,337
= 2,36 gr

2,023
Kadar = 𝑥 100% = 85,72 %
2,36

3. Variabel Ragi Roti 4%


𝑔𝑟
- 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7895 𝑐𝑐
𝑔𝑟
- 𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑐𝑐

- 𝑉 𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


3,00 = x + V etanol
V etanol = 3,00 – x
𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 ( 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥 )+𝜌𝑎𝑖𝑟 −𝑉𝑎𝑖𝑟
𝜌𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑙𝑎𝑟
0,7895 𝑥 ( 3,00−𝑥 )+1 𝑥 𝑥
0,775 = 3,00

2,325 = 0,7895 ( 3,00 − 𝑥 ) + 𝑥


2,325 = 2,3685 − 0,7895𝑥 + 𝑥
2,325 = 2,3685 + 0,2105𝑥
0,0435 = 0,2105 𝑥
𝑥 = 0,2066 = 𝑉 𝑎𝑖𝑟
16
𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥
𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 3,00 − 0,2066
= 2,7934 𝑚𝑙

𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7895 𝑥 2,7934


= 2,231 gr

𝑚𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉𝑎𝑖𝑟


= 1 𝑥0,2066
= 0,2066 𝑔𝑟

𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚 𝑎𝑖𝑟

= 2,231 + 0,2066
= 2,4376 gr

2,231
Kadar = 2,4376 𝑥 100% = 91,52 %

4. Variabel Ragi Roti 5%


𝑔𝑟
- 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7895 𝑐𝑐
𝑔𝑟
- 𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑐𝑐

- 𝑉 𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


3,14 = x + V etanol
V etanol = 3,14 – x

𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 ( 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥 )+𝜌𝑎𝑖𝑟 −𝑉𝑎𝑖𝑟


𝜌𝑙𝑎𝑟 = 𝑉𝑙𝑎𝑟

17
0,7895𝑥 (3,14−𝑥 )+1 𝑥 𝑥
0,812 = 3,14

2,549 = 0,7895 (3,14 − 𝑥 ) + 𝑥


2,549 = 2,479 − 0,7895𝑥 + 𝑥
2,549 = 2,479 + 0,2105𝑥
0,07 = 0,2105 𝑥
𝑥 = 0,3325 = 𝑉 𝑎𝑖𝑟

𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝑉𝑙𝑎𝑟 − 𝑥
𝑉 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 3,14 − 0,3325
= 2,8075 𝑚𝑙

𝑚𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑥 𝑉𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 0,7895 𝑥 2,8075


= 2,216 gr

𝑚𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉𝑎𝑖𝑟


= 1 𝑥0,3325
= 0,3325 𝑔𝑟

𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + 𝑚 𝑎𝑖𝑟

= 2,216 + 0,3325
= 2,548 gr

2,216
Kadar = 2,548 𝑥 100% = 86,97%

18
Gambar Proses:

Gb. Pohon pisang Gb. Bonggol pisang

Gb. Tepung bonggol pisang

19
Gb. Proses fermentasi ragi tape

Gb. Destilasi pemisahan bioetanol

Gb. Setelah proses liquifaksi proses fermentasi ragi roti

Gb. Hasil bioetanol 2%, 3%, 4%, dan 5%

20
21

Anda mungkin juga menyukai