Materi Kelompok 3
Materi Kelompok 3
Pendahuuan
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1.2.1 Perkembangan standar profesional akuntansi publik?
1.2.2 Apa saja sepuluh SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) ?
1.2.3 Kode etik profesi akuntan publik
2
Bab 2
Pembahasan
Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar
Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi:
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun
1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus
1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik
per 1 Januari 2001”. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima
standar, yaitu:
3
Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi denganKode Etik Profesi Akuntan Publik
yang merupakan aturan norma yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik.
Di tahun 2011 Institut Akuntan Publik Indonesia telah merevisi SPAP tersebut.Pada
gambar 2.1.diperlihatkan kodifikasi dari Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret
2011, sedangkan pada Gambar 2.2. diperlihatkan Hierarki Standar Auditing.
4
5
2.2 SEPULUH STANDAR AUDITING
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan public
Indonesia terdiri atas Sepuluh Standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu :
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
6
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
PSA No. 01 ( SA Seksi 161 ) Mengatur hubungan standar auditing dengan standar
pengendalian mutu sebagai berikut :
1. Auditor independen Bertanggung jawab untuk memenuhi standar auditing yang
ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit
2. Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar memenuhi standar auditing yang
ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit
3. Standar auditing yang ditetapkan institute akuntan publik Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara individual, standar pengendalian mutu berkaitan
dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan public secara keseluruhan
Standar Umum
a. Standar Umum Pertama
Berbunyi “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan
seseorang dalam bidang – bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak
dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
7
3. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan
menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternayata berkurang.
4. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik profesi akuntan publik.
Agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari
masyarakat.
5. Bapepam-LK juga menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang
melaporkan informasi keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut yang
mungkin berbeda dengan yang ditentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
6. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan
aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
7. Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di
banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, Rapat Umum Pemegang
Saham ( RUPS) atau Komite Audit.
8
7. Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor
mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut.
8. Auditor tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur, namun juga tidak
menganggap bahwa kejujuran menajemen tidak dipertanyakan lagi.
9. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama memungkinkan
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
10. Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup
untuk memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat.
11. Oleh karna karakteristik kecurangan terutama yang melibatkan penyembunyian dan
pemalsuan dokumentasi, audit yang direncanakan dan dilaksanakan semestinya
mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material.
12. Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak
merupakan suatu jaminan.
d. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di
lapangan ( audit field work ), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan
evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti – bukti audit melalui compliance test,
substantive test, analytical review, sampai selesainya audit field work.
1. Standar Pekerjaan Lapangan Pertama
Berbunyi “pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik baiknya dan jika
digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya,”
2. Standar Pekerjaan Lapangan Kedua
Berbunyi “ pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merancanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
dilakukan”.
3. Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga
Berbunyi “ Bukti Audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi ,
pengamatan, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.”
9
Berikut ini dikutip beberapa hal mengenai asersi dari PSA No. 07 (SA Seksi 326):
Asersi (Assertions ) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen
laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggolongan dasar sebagai berikut ini :
Keberadaan atau keterjadian ( existence or occurance )
Kelengkapan ( completense )
Hak dan Kewajiban ( right and obligation )
Penilian ( evaluation ) atau alokasi
Penyajian dan pengungkapan ( prensentation and disclosure )
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah asset atau utang
satuan usaha ada pada tanggal tertentu apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu.
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aset merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu
Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen –
komponen aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah semestinya.
Di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan,
auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut
Auditor independen tidak perlu secara satu persatu menghubungkan tujuan audit dengan
prosedur audit.
e. Standar Pelaporan
Terdiri atas empat standar merupakan pedoman bagi auditor independen dalam
menyusun laporan auditnya.
a. Standar Pelaporan Pertama
Menyatakan “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Menurut PSA No. 08 ( SA Seksi 410 ) :
1. Istilah standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam
standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik
10
akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak
mengharuskan auditor untuk menyatakan tentang fakta, namun standar tersebut
mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi tersebut.
2. Istilah “Standar akuntansi yang berlaku umum” adalah suatu istilah teknis
akuntansi yang mencangkup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
membatasi praktik yang berlaku secara umum di wilayah tertentu pada saat
tertentu. Oleh karna itu, untuk laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada
umum di Indonesia, harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
secara umum di Indonesia.
b. Standar pelaporan kedua
( Disebut sebagai standar konsistensi ) Berbunyi “ Laporan auditor harus
menunjukan, jika ada, ketidakonsistenan penerapan standar akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”.
Menurut standar PSA No. 09 ( SA Seksi 420 )
1. Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh
perusahaan standar akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut
dalam laporannya.
2. Penerapan semestinya standar konsistensi menurut auditor independen untuk
memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan.
3. Perbandingan laporan keuangan suatu satuan usaha diantara beberapa periode
dapat dipengaruhi oleh:
Perubahan akuntansi
Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode
sebelumnya
Perubahan penggolongan
Peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang dipertanggung
jawabkan dalam laporan keuangan yang disajikan dalam periode sebelumnya.
4. Perubahan dalam standar akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas
laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen
dengan cara menambahkan paragraf penjelasan ( yang disajikan setelah paragraf
pendapat ).
11
c. Standar Laporan Ketiga
Berbunyi “ penunggkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang, kecuali
inyatakan lain dalam laporan auditor “
Menurut PSA No. 01 ( SA Seksi 431 )
1. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi mencangkup dimuatnya
pengungkapan informatif yang memadai atas hal – hal material. Hal – hal tersebut
mencangkup bentuk, susunan da nisi laporan keuangan serta catatan atas laporan
keuangan.
2. Apabila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang
seharusnya diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi, termasuk catatan atas
laporan keuangan, maka auditor harus memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar karena alas an tersebut dan harus memberikan
informasi yang cukup dalam laporannya.
3. Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengunkapan dan dalam segala
aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas
dasar kepercayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan merahasiakan
informasi tersebut.
12
2.4 KODE ETIK/KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman bagi para anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif .
Menurut Mulyadi (2001: 53), Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja
diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
13
1. Prinsip Pertama Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang tenaga ahli yang professional
setiap akuntan harus mampu mempertanggung jawabkan tugas, kewajiban maupun
laporan yang ia buat. Semua tindakan dalam tugasnya harus dilaksanakan dengan
pertimbangan moral dan profesionalisme yang tinggi.Sebagai seorang yang
professional dalam bidangnya seorang akuntan harus memiliki rasa tanggung jawab
terhadap pemakai jasanya tersebut.Dan setiap anggota juga harus memliki tanggung
jawab dalam menjalin hubungan yang baik antar sesama anggota professional dan
menjaga kepercayaan dari masyarakat sendiri.Dimana masyarakat yang dimaksud
adalah pemegang saham, karyawan, kreditur, pemerintahan maupun orang-orang yang
berkepentingan.
14
2. Prinsip Kedua Kepentingan Publik
Setiap anggota memiliki kewajiban untuk bertindak dalam pelayanan kepada
public atau masyarakat banyak dan orang-orang yang memakai jasanya bukan hanya
kepentingan pribadi.Untuk kepentingan masyarakat seorang anggota yang
professional harus memberikan kontribusi dalam mensejahterakan masyarakat dalam
tugas-tugasnya.Untuk kepentingan dari pengguna jasanya seorang anggota
professional harus bertanggung jawab dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan
profesional, dan kepentingan untuk melayani publik.Anggota diharapkan untuk
memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang
konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
3. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya.Praktisi tidak boleh terkait dengan
laporan, komunikais atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat :
15
a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau
pemberi kerja
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan
standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang
cermat dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi
profesional dapat dibagi menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut :
6. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
16
tempatnya bekerja tanpat adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat
kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hokum.
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan
pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan
hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung
atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk
memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya, serta pihak lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.
17
1. Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
2. Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh
organisasi profesi atau regulator
3. Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang
pengadilan
4. Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia,
setiap praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika
klien atau pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi
b. Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan.
Ketika fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak
lengkap, pertimbangan profesional harus digunakan untuk menentukan jenis
pengungkapan yang harus dilakukan
c. Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
18
8. Prinsip Kedelapan Standar Teknis
1. Keterterapan ( Aplicability )
Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota ikatan akuntan indonesia kompartemen
akuntan publik ( IAI – KAP ) dan staf profesioanl ( Baik Yang Anggota IAI – KAP
Maupun Yang Bukan Anggota IAI – KAP ( yang bekerja pada satu kantor akuntan
publik (KAP))
Definisi/Pengertian
Klien adalah pemberi kerja ( orang atau Badan ), yang memperkerjakan atau
menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI – KAP atau anggota KAP tmepat
anggota berkerja untuk melaksanakan jasa profesional
Laporan Keuangan adalah Suatu Penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
ekonomi ( aset ) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan
atas aset dan atau kewajiban selama satu periode tertentu sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain standar
akuntasi yang berlaku secara umum.
Kantor Akuntan Publik ( KAP ) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berusaha di
bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik
Ikatan Akuntan Publik adalah wadah organisasi profesi akuntan indonesia yang
diakuai pemerintah
Ikatan Akuntan Publik – Kompartemen Akuntan Publik ( IAI – KAP ) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik
atau bekerja di kantor akuntan publik.
Anggota Kantor Akuntan Publik ( anggota KAP ) adalah anggota IAI – KAP dan
staf profesional ( Baik yang anggota IAI – KAP maupun yang bukan anggota) yang
berkerja pada suatu KAP.
Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau
pejabat yang berwenang lainya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
Praktik Akuntan Publik adalah pemeberian jasa profesional kepada klien yang
dilakukan oleh anggota IAI – KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa
akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa
19
pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik.
Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAPI :
Standar Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan :
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku
Tanggung Jawab Kepada Klien
a. Informasi klien yang rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia,
tanpa persetujuan dari klien.
20
Ketentuan ini dimaksudkan untuk :
1. Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip – prinsip akuntansi.
2. Mempengaruhi kewahiban anggota KAP dengan cara apa pun untuk mematuhi
peraturan perundang – undangan yang berlaku seperti panggilan resmi
penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap
ketentuan peraturan yang berlaku
3. Melarang review praktik profesional ( Review mutu ) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAPI.
4. Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAPI –
KAP dalam rangka penegakan disiplin anggota.
Fee Profesional
a. Besaran FEE
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko, penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan
profesional lainya.
b. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan hasil tertentu
dimana jumlah fee tergantung pada temuan hasil tertentu tersebut.
21
Komisi dan Fee Referal
a. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainya
yang diberikan atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien/pihak lain
b. Rujukan ( Fee Referal )
Rujukan ( Fee Referal ) Adalah Imbalan yang dibayarkan / diterima kepada
/dari sesama penyedia jasa profesional akuntan publik.
Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku dan atau yang tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi.
22
mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut. setiap praktisi harus menghindari
setiap hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak
layak terhadap pertimbangan profesionalnya.
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan
setiap praktisi untuk :
a. Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin
pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan
b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat
dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut :
a. Pencapaian kompetensi profesional; dan
b. Pemeliharaan kompetensi profesional
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran pemahaman yang
berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan.
Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat melaksanakan pekerjaannya
secara kompeten dalam lingkungan profesional.
Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk bersikap
dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan
penugasan.
Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi
mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang diberikan kepada klien,
pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya
kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan.
4. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpat adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban
23
untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya
yang berlaku; dan
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta
pihak lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.
Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah
berakhirnya hubungan antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah
kerja atau memperoleh klien baru, praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang
diperolehnya sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh menggunakan atau
mengungkapkan setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh sebelumnya dari
hubungan profesional atau hubungan bisnis.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi
yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi
kerja;
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran
hukum; dan
c. Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapan,
selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum :
Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi
profesi atau regulator;
24
Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi
profesi atau regulator;
Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang pengadilan;
atau
Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap
praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau
pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi.
b. Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika
fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap,
pertimbangan profesional harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan
yang harus dilakukan; dan
c. Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
5. Prinsip Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi tidak
boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh
bersikap atau melakukan tindakan :
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain.
25
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa standar
professional dan kode etik sangat penting bagi akuntan publik. Hal tersebut dapat dilihat dari
manfaat Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) dalam melakukan pemeriksaan
akuntansi yang sudah diatur dalam sepuluh standar auditing.
Akuntan publik sebagai profesi yang mengembangkan kepercanyaan masyarakat publik
harus bekerja dalam peraturan perudangan , kode etik dan standar professional.
Demikianlah bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan
profesi lainnya adalah tanggung jawab publik untuk melindungi kepentingan publik.Oleh
karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan
klien dan pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap akuntan publik
harus mematuhi dan menerapkan kode etik .Kode etik yang dijalankan dengan benar
menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal.
3.2 Saran
Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) yang digunakan oleh Akuntan Publik
dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta ( di luar keuangan Negara), Standar ini
merupakan Standar Profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam
pemeriksaan sesuai Standar Profesional yang telah ditetapkan.Maka dari itu dalam
pembelajaran tentang SPAP semoga para mahasiswa akuntansi khususnya,mengerti dalam
laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
Standar Pemeriksaan agar tidak terjadi indikasi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan
26
Daftar Pustaka
http://muzttofa.blogspot.co.id/2013/06/standar-profesional-akuntan-publik-spap.html
http://hmjakuntansiunswagati.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-spap.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-supriyati-23195-3-3_standa-
l.pdf
http://irfandinata87.blogspot.com/2014/11/makalah-tentang-standar-profesional.html
27