Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Pendidikan Lokal


pengertian kebijakan merupakan petunjuk dan batasan secara umum yang menjadi
arah dari tindakan yang dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para pelaku dan
pelaksana kebijakan karena sangat penting bagi pengolahan dalam mengambil keputusan atas
perencanaan yang telah dibuat dan disepakati bersama. Dengan demikian kebijakan menjadi
sarana pemecahan masalah atas tindakan yang terjadi.
Pengertian Kebijakan Pendidikan Menurut Ahli
Istilah kebijakan dalam dunia pendidikan sering disebut dengan istilah perencanaan
pendidikan (educational planning), rencana induk tentang pendidikan (master plan of
education), pengaturan pendidikan (educational regulation), kebijakan tentang pendidikan
(policy of education) namun istilah-istilah tersebut itu sebenarnya memiliki perbedaan isi dan
cakupan makna dari masing-masing yang ditunjukan oleh istilah tersebut .1
Pengertian Kebijakan Pendidikan menurut Rian Nugroho dalam bukunya sebagai
bagian dari kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang pendidikan. Dengan demikian,
kebijakan pendidikan harus sebangun dengan kebijakan publik dimana konteks kebijakan
publik secara umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka kebijakan merupakan bagian dari
kebijakan publik. Kebijakan pendidikan di pahami sebagai kebijakan di bidang pendidikan,
untuk mencapai tujuan pembangunan Negara Bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah
satu bagian dari tujuan pembangunan Negara Bangsa secara keseluruhan.2
Sedangkan lokal/lo·kal/ menurut Kamus Besar Bahasa Isdonesia artinya di suatu
tempat (tentang pembuatan, produksi, tumbuh, hidup, dan sebagainya); setempat: kualitas
tekstil produksi -- sudah tidak kalah dengan produksi luar negeri.
Jadi, dari uraian di atas dapat di simpukan bahwa kebijakan pendidikan local adalah
suatu sikap dan tindakan yang di ambil seseorang atau dengan kesepakatan kelompok
pembuat kebijakan sebagai upaya untuk mengatasi masalah atau suatu persoalan dalam dunia
pendidikan yang bersifal local atau hanya berlaku di daerah/tempat tertentu saja dan bukan
berasal dari pemerintah.

1
Arif Rohman, Kebijakan Pendidikan : Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hal. 107
2
Rian Nugroho,Public Policy, Jakarta: PT Elex Media Media Komputindo, 2008, hal.37

1
B. Menganalisis Kebijakan Pendidikan Lokal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah
1) Penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan
yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).
2) Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri
serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti
keseluruhan.3
Analisis kebijakan merupakan suatu prosedur berpikir yang sudah lama dikenal dan
dilakukan dalam sejarah manusia, paling tidak sejak manusia mampu melahirkan dan
memelihara pengetahuan dalam kaitannya dengan tindakan.
Dalam literatur analisis kebijakan, pendekatan dalam analisis kebijakan pada dasarnya
meliputi dua bagian besar, yaitu pendekatan deskriptif dan pendekatan normatif.
1. Pendekatan deskriptif adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan dalam penelitian
pengembangan ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan murni maupun terapan, untuk
menerangkan suatu gejala yang terjadi di dalam masyarakat. Istilah yang digunakan oleh
Cohn mengenai pendekatan deskriptif ini adalah pendekatan positif yang diwujudkan
dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan dalam menyajikan suatu State of Art atau keadaan
apa adanya dari suatu gejala yang sedang dteliti dan yang perlu diketahui oleh para
pemakai. Tujuan pendekatan deskriptif dalam analisis kebijakan ialah agar para
pengambil keputusan memahami permasalahan yang sedang disoroti dari suatu kebijkan.
2. Pendekatan normatif yang sering juga disebut pendekatan preskriptif merupakan upaya
dalam ilmu pengetahuan untuk menawarkan suatu norma, kaidah atau “resep” yang
dapat digunakan oleh pemakai dalam rangka memecahkan masalah. Tujuan pendekatan
ini adalah membantu mempermudah para pemakai hasil penelitian dalam menentukan
atau memilih salah satu dari beberapa pilihan cara atau prosedur yang paling efisien
dalam menangani atau memecahkan suatu masalah. Dengan norma tersebut diharapkan
para pemakai hasil penelitian memperoleh manfaat yang lebih besar dari kegiatan
penelitian dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam memecahkan masalah-masalah
sosial atau kemasyarakatan. Informasi yang bersifat normatif ini oleh Penelaah Sektor

3
Imron. Ali, Kebijakan Pendidikan Di Indonesia: Proses, Produk, Dan Masa Depannya.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal.50

2
Pendidikan Balitbang-Depdikbud 1986 disebut informasi teknis, karena merupakan hasil
analisis data berdasarkan informasi yang berkaitan dengan suatu isu kebijakan yang
sedang atau ingin disoroti.4

Secara metodologis, analisis kebijakan dapat dibedakan menjadi dua bagian besar,
yaitu metodologi kuantitaif dan kualitatif.
Hampir dapat dipastikan bahwa pendekatan dalam analisis kebijakan seluruhnya
bersifat kualitatif. Hal ini karena analisis kebijakan pada dasarnya merupakan suatu proses
pemahaman terhadap masalah kebijakan sehingga proses pemahaman terhadap masalah
kebijakan sehingga dapat melahirkan suatu gagasan dan pemikiran mengenai cara-cara
pemecahannya.
Metodologi kualitatif dalam analisis kebijakan lebih tertarik untuk melakukan
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah-masalah kebijakan daripada melihat
permasalahan kebijakan untuk kepentingan generalisasi. Metodologi kualitatif lebih suka
menggunakan teknik analisis mendalam (in dept analysis) yaitu mengkaji masalah kebijakan
secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif ini yakin bahwa sifat masalah yang satu
akan berbeda sifat masalah yang lain. Yang dihasilkan dari metodologi kualitatif ini bukan
suatu generalisasi, tetapi pemahaman yang mendalam terhadap suatu masalah.
Metodologi kuantitatif pada dasarnya merupakan bentuk yang lebih operasional dari
paradigma empirisme yang sering juga disebut pendekatan “kuantitatif-empiris”. Pada
dasarnya pendekatan kuantitatif ini tertarik dengan pengukuran secara obyektif terhadap
masalah sosial. Untuk dapat dilakukan pengukuran, setiap masalah sosial terlebih dahulu
dijabarkan ke dalam beberapa komponen masalah, indikator, dan variabel-variabelnya.
Tujuan utama metodologi kuantitatif ini bukan menjelaskan suatu masalah, tetapi
menghasilkan suatu generalisasi. Generalisasi adalah suatu pernyataan kebenaran yang terjadi
dalam suatu realitas tentang suatu masalah kebijakan yang diperkirakan akan berlaku pada
suatu parameter populasi tertentu. Dengan generalisasi yang dihasilkan ini, para peneliti atau
analisis kebijakan dituntut dapat menghasilkan alternatif kebijakan yang dapat diterapkan
secara menyeluruh dalam lingkup yang lebih luas.

4
Ace Suryadi dan HAR Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung :
Remaja Rosdakarya. 1983, hal. 72

3
Contoh Analisis :
Dari beberapa pengertian yang telah kami bahas di atas, kami menemukan beberapa
kasus/contoh kebijakan pendidikan lokal yang masih berjalan,yang mana beberapa contoh ini
berasal dari sumber yang terpercaya.
Berikut kami lampirkan :
1. Adanya les untuk persiapan Ujian Akhir dengan menggaet tempat-tempat yang
terpercaya seperti Gagesha Operation atau sebagainya.
Dan beberapa sekolah yang menerapkan kebijakan ini adalah MAN 1 Medan, MAN 2
Model Medan, SMA Al-Ulum Tuasan, MAN Lima Puluh.
2. Sekolah menggratiskan siswanya yang berprestasi/hafiz Qur’an.
Dan beberapa sekolah yang menerapkan kebijakan ini adalah MAN 1 Medan, MAN 2
Model Medan, Sekolah Yayasan An-Nizam, Sekolah Al-Azhar.
3. Bahasa bertaraf Internasional.
Beberapa sekolah yang menerapkan kebijakan ini adalah Sekolah Cinta Budaya
(MMTC), Methodist 1 dan 2, MAN 1 dan MAN 2 (2012-sekarang).
4. Kebijakan sekolah dalam perbedaan agama di sekolah tersebut.
Beberapa sekolah yang menerapkan kebijakan ini adalah SMK Karya Bunda, SMA
1,2,3,4,5 Medan, SMA 1 Labuhan Deli (Marelan).

4
Kami telah melakukan beberapa wawancara dan terjun ke lapangan langsung guna
untuk mengetahui contoh kebijakan lokal yang ada di sekolah. Adapun Sekolah yang
pemakalah observasi adalah sekolah Yayasan Pendidikan Makmun Al-Habil.
Berikut pemaparannya :

PROFIL SEKOLAH

Nama Madrasah : Yayasan Pendidikan Makmun Al-Habib


Berdiri Sejak : Tahun 2000
Alamat : Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan
Deli Kab. Deli Serdang
Nama Kepala Sekolah : Lahmiah, Spd.MA
Kurikulum : Departmen Agama
Jumlah Guru : 8 Orang
Jenis bangunan : Permanen bertingkat lantai 2.

PROFIL KEPALA SEKOLAH


Nama : Lahmiah, Spd. MA.
Pangkat/ Golongan : Pembina Utama
Tempat / Tanggal lahir : Pematang Johar, 8 Juli 1977
Pendidikan : S. 2
Alamat : Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan
Deli Kab. Deli Serdang

5
METODE ANALISIS (WAWANCARA)
Lampiran wawancara :
A : Mahasiswa
B : Kepala Sekolah

A : Assalamu’alaikum
B : Wa’alaikumsalam
A : Maaf ibu, mengganggu waktunya sebentar, saa ingin bertanya sedikit mengenai
kebijakan local di sekolah ini. Kebijakan local apa yang di terapkan di sekolah ini?
B : kebijakan-kebijakannya antara lain
a) Pagi hari siswa mengadakan tahfiz, asma’ul husna, dan sholawatan
b) Jam setengan 10 di wajibkan sholat Duha berjama’ah
c) Infaq setiap hari
d) RA belajarnya di pisah antara laki-laki dan perempuan
e) Hari jum’at di khususkan untuk membaca zikir, sholawat, dan yasin
f) Sabtu pengembangan bakat seperti tilawah dan Qhat khusus kelas 3-4
A : Apa yang melatarbelakangi itu sebagai kepala sekolah membuat kebijakan
tersebut?
B : Memang sudah zamannya harus kembali kepada al-Qur’an, karena selama ini saya
lihat sejak tahun 90-an anak-anak sudah alergi dengan pelajaran agama sehingga
dibutuhkanlah orang-orang yang memiliki pendidikan agama. Makhtab juga sudah
turun, saya juga termotivasi melihat di televise adanya festival2 yang berhubungan
dengan Agama.
A : Apa saja kendala yang di hadapi pada saat proses pemerapan kebijakan tersebut?
B : Kalau di Madrasah kan tidak semua berasal dari tamatan RA sini, nah kendalanya
kalau dia berasal dari sekolah lain, karena kalau di sekolah ini kan kita tinggal
mengulang pelajarannya saja, kalau yang dari sekolah lain pasti agak terkejut
dengan sistemnya jadi harus mengulang lagi dari awal dengan resiko siswa yang
sudah tau menjadi sedikit bosan, jadi mensiasatinya dengan muraja’ah mulai dari
awal kalau pun mau tambah bias belajar sendiri dengan bimbingan guru , tapi
setoran hafalan tetap sama.
A : Apa kelebihan dari kebijakan-kebijakan yang telah ibu sebutkan di atas?
B : Tentunya banyak kelebihannya, contohnya saja dari kebijakan tahfiz, asma’ul
husna, dan sholawatan tentunya dapat memupuk nilai-nilai agama lebih besar
6
kepada siswa . Dan kebijakan local infaq setiap hari akan membuat siswa menjadi
sadar seberapa pentingnya berinfaq membantu orang kain berapapun nilainya.
A : Terima kasih atas waktunya
B : Sama-sama
A : Assalamu’alaikum
B : Wa’alaikumsalam

7
KELEBIHAN
Kelebihan dari beberapa kebijakan tersebut :
1. Mampu meningkatkan rasa tanggung jawab individu siswa lebih tinggi dari
kebijakan-kebijakan tersebut.
2. Mampu mewujudkan cita-cita sekolah yang membuat kebijakan tersebut dan
menjadikan harga jual sekolah tersebut berbeda dengan sekolah lainnya, maksudnya
dengan adanya kebijakan tersebut sekolah dapat lebih unggul di bandingkan dengan
sekolah lain dan menghasilkan lulusan-lulusan yang terbaik.
3. Mendapat nilai ibadah yang lebih dan menanamkan syaria’at islam secara kokoh dari
sekolah lain yang tidak membuat kebijakan seperti itu.
4. Mampu mengajarkan kepada siswa dan siswi sejak dini bagaimana mengatur waktu
dengan baik di saat penuhnya jadwal kegiatan sekolah.
5. Meningkatkan rasa keterpedulian yang tinggi dan rasa dermawan antar sesama siswa.
KEKURANGAN
Kekurangan dari beberapa kebijakan tersebut :
1. Kalau di lihat dari sudut pandang psikologi pendidikan, siswa akan kurang mampu
dalam berinteraksi social antar siswa,khususnya dengan siswa perempuan, sedangkan
dalam psikologi pendidikan kita di tuntut untuk menjalin interaksi social dari setiap
elemen masyarakat sekolah
2. Akan hadirnya ketidak setaraan social antar siswa. Maksudnya siswa yang
tingkatannya menengah ke atas akan sulit untuk bergaul atau berteman dengan siswa
menengah ke bawah.
3. Penuhnya jadwal kegiatan siswa , siswa di tuntut harus dapat mengefisiensikan
waktu, agar setiap kebijakan-kebijakan tersebut tidak terbengkalai.
4. Siswa di tuntut lebih, agar lebih memahami mata pelajaran yang ada serta menghafal
asma’ul husnah dan ayat suci al-qur’an lainnya di saat padatnya jadwal yang di buat
dalam kebijakan.
TANTANGAN
Tantangan dari kebijakan tersebut :
1. Guru harus mampu mengarahkan siswa dengan baik, agar siswa mampu mengikuti
kebijakan yang ada.
2. Guru harus mampu menjadi contoh dalam penerapan kebijakan-kebijakan yang ada.

8
3. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan aktif
dengan kebijakan yang ada, karena dengan begitu siswa tidak mudah bosan dan tetap
memperhatikan penjelasan dari guru.
4. Guru juga harus mampu mengawasi setiap perkembangan siswa atas berlakunya
kebijakan tersebut, apakah kebijakan tersebut sudah mampu di wujudkan oleh siswa
tersebut atau tidak.
PELUANG
1. Akreditas sekolah tersebut menjadi lebih baik dari sekolah yang tidak menggunakan
kebijakan tersebut.
2. Akan adanya pengalokasian uang infaq dengan baik, untuk perbaikan sarana dan
prasarana sekolah tersebut, serta akan adanya pemberdayaan siswa kurang mampu
dengan penggunaan uang infaq tersebut.
3. Mampu menciptakan siswa yang di butuhkan di masyarakat khususnya siswa yang
memiliki nilai lebih dalam penerapan ibadahnya sehari-hari.

9
KESIMPULAN ANALISIS :

Dari wawancara di atas dapat pemakalah simpulkan bahwa kebijakan yang di buat di
sekolah Yayasan Pendidikan Makmun Al-Habib cukup efektif karena tujuannya juga tidak
jauh-jauh dari pengembangan kemampuan agama dalam diri siswa.
Contohnya saja kebijakan yang di buat masalah perbedaan kelas antara laki-laki dan
perempuan , dengan alasan melihat psikologi anak sekarang, kalau yang laki-laki cenderung
jauh lebih aktif, khawatirnya kalau kelas di gabung, siswa perempuan terzolimi dan takutnya
kalau di ikuti sama sifatnya seperti laki-laki, jadi tomboy.
Banyak juga kelebihan-kelebihan lain seperti :
1) pengembangan bakat seperti sholawat dan Qhot yang mana siswa dapat memilih
sendiri minat dan bakat mereka masing-masing.
2) Jam 10 di wajibkan sholat dhuha, dari sini sudah jelas bahwa kebijakan ini tentunya
dapat meningkatkan nilai keislaman, dan dari keterangan kepala sekolah dengan
adanya kebijakan ini, waktu istirahat siswa tidak di sia-sia kan untuk bermain dan
jajan dengan begitu siswa jadi lebih bisa berhemat dam uangnya bisa di infaqkan.
3) Infaq setiap hari , setiap semesternya infaq siswa di kumpulkan dan akan di
sumbangkan kepada siswa yang yatim piatu dan kaum dhuafa di sekitar desa.
Dengan itu siswa bisa sadar akan pentingnya membantu sesama manusia.
Namun juga terdapat kekurangan dalam kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain
Tenaga guru yang kurang memadai, sehingga kebijakan tersebut kurang terealisasikan
secara maksimal. Karena guru tidak mampu memantau satu persatu perkembangan
kemampuan peserta didik.

10
LAMPIRAN FOTO :

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Imron. Ali, 2008. Kebijakan Pendidikan Di Indonesia: Proses, Produk, Dan Masa Depannya.
Jakarta: Bumi Aksara
Rohman, Arif. 2012.Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Gunawan, H. Ary. 1986. Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia . Jakarta :Bina
Aksara.
Ace Suryadi dan HAR Tilaar, 1983, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

13

Anda mungkin juga menyukai