Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL JOURNAL REVIEW

JURNAL INTERNASIONAL
JUDUL
‘EVALUATION MODEL FOR ISLAMIC EDUCATION LEARNING IN JUNIOR
HIGH SCHOOL AND ITS SIGNIFICANCE TO STUDENTS BEHAVIOURS’

Oleh:

XXXXXXXXXXXXX

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Mid Semester III Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran di Pascasarjana Program Studi Pendidikan Islam

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA-UTARA MEDAN
TAHUN
2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt. yang telah memberi nikmat
kesehatan, kesempatan dan keluasaan sehingga penulis dapat mereview jurnal
internasional ini sebagai bahan critical untuk memenuhi syarat ujian mid
semester. Kemudian shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad
saw. yang telah menghantarkan umat menuju jalan siroto al-mustaqim.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak pembimbing mata kuliah
evaluasi pembelajaran, yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan bagi
penulis dalam atensinya untuk mereview jurnal internasional ini sehingga
nantinya hasil review ini dapat dikembangkan kembali serta dapat dijadikan
sebuah rujukan untuk mendeskripsikan sumber primer lainnya yang berkaitan
erat dengan jurnal ini. Dalam kesempatan ini penulis mereview jurnal
internasional ini adalah bertujuan untuk membandingkan serta melengkapi hasil
atau karya yang termuat dalam segi pembahasan yang telah diresumekan oleh
preview lainnya.
Namun dalam hal ini penulis menyadari masih banyaknya kekurangan
di sana sini dalam hal ini mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktuvis
demi terwujudnya critical journal review sesuai dengan apa yang distandarkan
oleh bapak pembimbing mata kuliah evaluasi pembelajaran.
Penulis

Rahmatul Aufa

A. Identitas Jurnal

1
Identitas jurnal internasional ini berjudul ‘ evaluation model for Islamic
education learning in junior high school and its significance to students
behaviours’. Jurnal ini ditulis oleh Badrun Kartowagiran dan Harsul Maddini,
Alumni dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan Alumni dari Institut Agama
Islam Negeri Palu. Portal jurnal internasional ini masuk ke dalam ‘American
Journal of Educational Research’ tahun 2015, Volume 3 No. 8 dengan ISSN;
990-995.
B. Ringkasan/Deskripsi Jurnal
Pengembangan model evaluasi dalam pembelajaran tentang pendidikan
agama Islam di SMA adalah sebuah pembelajaran melalui model yang bertujuan
untuk ‘ membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam lingkungan
sosial dan memecahkan dilemma dengan bantuan ‘kelompok’.1 Dengan
pembelajaran melalui model siswa akan mengetahui perjalanan hidup serta
aktivitas kerja keras seseorang dalam mencapai kesuksesan. Urgensi Pemikiran
pembelajaran melalui pengembangan model pembelajaran terutama pada belajar
model dapat dilakukan dengan fase-fase, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase
reproduksi dan fase motivasi, fase-fase ini akan menghasilkan penampilan
seseorang. Dengan menggunakan fase-fase tersebut secara sistematis akan dapat
memberikan pembelajaran melalui model secara efektif dan efisien. Fase
perhatian merupakan model di dalam belajar, belajar ini merupakan perhatian
yang menarik, yang merangsang minat pada siswa untuk mempelajarinya. Secara
psikologis model-model yang menarik, unik, popular, berhasil menggugah
pemerhati untuk menirunya, berbusana dan membuat model apa yang telah
mereka lihat, sebagai contoh: pakaian terendi anak-anak gaul sekarang ini mereka
lebih memilih memakai baju dan celana yang ketat (khususnya wanita ) tanpa
seleksi apakah pakaian itu cocok untuk tubuh mereka atau tidak yang penting
tertarik dengan model tersebut dan mencobanya.
Keberadaan guru di dalam kelas memberi makna bagi siswa, dia merupakan
figure dalam kelas, menjadi perhatian dikalangan siswa, gerak, gaya bicara, tabiat

1
Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif) (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 24.

2
guru merupakan catatan tersendiri pada siswa sering mendengar siswa meniru
action guru di depan kelas dengan sering menggunakan kata-kata tertentu sepert”
nya”, ‘adalah’, demikian juga sikap yang ditunjuk guru seperti ‘memegang
kepala’, ‘memegang ikat pinggang celana’, dan sebagainya. Fase Retensi adalah
fase pengulangan, menyebutkan sebagai belajar observasi yang berdasarkan
kontiguitas, dimana kontiguitas diperlukan perhatian dan penampilan model dan
penyajian simbolik dari penampilan itu dalam memori jangka panjang. Pelajaran
yang diulang-ulang akan menjadi lama bertahan dalam ingatan kita, maka oleh
sebab itu guru diminta mengulang-ngulang materi yang sukar dan sulit, agar siswa
mudah mengingat.

C. Analisis (Kekhasan dan kemutakhiran, kelebihan dan kekurangan)


Analisis kekhasan dan kemutakhiran, kelebihan dan kekurangan dalam
pengembangan model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang
memperhatikan pola pembelajaran tertentu, hal tersebut sesuai dengan pendapat
Briggs,2 bahwa model adalah seperangkat prosedur dan berurutan untuk
mewujudkan suatu proses. Dengan demikian pengertian model pembelajaran
adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran pada hakekatnya
adalah merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik,
naik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat
diterima, dipahami dan disepakati oleh-oleh pihak-pihak yang terkait dalam
proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan, penguasaan, hasil,
proses atau fungsi.

D. Rekomendasi

2
Lih. Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), h. 77.

3
Berdasarkan pada model evaluasi pembelajaran pendidikan Islam di SMA
dan pengaruhnya terhadap tingkah laku anak, maka dapat direkomendasikan
dalam jurnal internasional ini bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh
guru, baik penilaian formatif maupun sumatif sangat bervariasi pelaksanaannya.
Ada guru yang melakukan kegiatan penilaian ini dengan persiapan yang bagus,
baik dari segi apa yang harus dinilai, bagaimana melaksanakan penilaian itu
maupun apa tindak lanjut dari penilaian tersebut. Tetapi kita tidak dapat menutup
mata bahwa ada juga guru yang melakukan penilaian hanya untuk memenuhi
tuntutan profesi dengan tidak memperhatikan kualitas penilaian. Hal ini akan
berdampak pada hasil belajar siswa. Jika hasil penilaian dimanfaatkan dengan
baik oleh guru maka akan memberi dampak positif bagi proses belajar mengajar
dan hasil belajar peserta didik. Begitu juga sebaliknya, jika hasil penilaian tidak
dimanfaatkan oleh guru maka manfaat penilaian tidak akan optimal. Sudijono
menyatakan bahwa evaluasi yang dilaksanakan secara berkeinambungan, akan
membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan, apakah tujuan yang
telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan atau tidak.
Hal ini berarti dengan evaluasi kita dapat menentukan langkah-langkah yang tepat
agar tujuan yang direncanakan dapat dicapai semaksimal mungkin.3
Data hasil penilaian baik formatif ataupun sumatif ada pada guru mata
pelajaran atau mata kuliah yang bersangkutan. Data tersebut tidak hanya untuk
kepentingan guru semata, tetapi juga harus dimanfaatkan oleh semua pihak yang
terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut. Oleh karena itu, data hasil penilaian yang ada pada guru harus dilaporkan
agar dapat dimanfaatkan unuk kepentingan pendidikan.
Melalui hasil penilaian kita dapat mengetahui kemampuan dan
perkembangan siswa, selain itu juga dapat memberi gambaran tingkat
keberhasilan pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Beracuan pada hasil
penilaian tersebut maka kita dapat menentukan langkah atau upaya yang harus
dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

3
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2009), h..9-10.

4
Menurut Sudjana laporan data hasil penilaian bukan hanya mengenai
prestasi atau hasil belajar, melainkan juga mengenai kemajuan dan perkembangan
belajar siswa di sekolah seperti motivasi belajar, disiplin, kesulitan belajar, atau
sikap siswa terhadap mata pelajaran. Oleh sebab itu, guru perlu mencatat
perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara teratur dan berkelanjutan.4
Hasil belajar yang dicapai siswa hendaknya dilaporkan secara menyeluruh,
baik sebagai data mentah berupa skor-skor yang diperoleh siswa maupun sebagai
data masak yang telah diolah dalam bentuk nilai-nilai siswa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di sekolah, misalnya nilai dalam standar huruf atau angka.
Lebih lanjut dilakukan interpretasi terhadap nilai yang diperoleh siswa, misalnya
kedudukan siswa dibandingkan dengan kelompoknya atau posisi siswa
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Dengan demikian dapat
diketahui tingkat keberhasilan siswa, baik dilihat dari kelompoknya maupun dari
tujuan yang harus dicapinya. Interpretasi ini berkaitan dengan perbandingan
bersifat mutlak atau relatif dan penilaian acuan norma atau patokan. Sedangkan
data perkembangan belajar siswa dilaporkan dalam bentuk catatan khusus sebagai
pelengkap data hasil belajarnya. Catatan khusus ini berkenaan dengan aspek
perilaku siswa seperti kehadiran, disiplin, motivasi, dan kesulitan belajar.
Hasil penilaian kognitif dan psikomotorik dapat berupa nilai angka
maupun deskripsi kualitatif mengenai kompetensi dasar tertentu. Misalnya untuk
nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan
(mastery). Artinya, jika seorang siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk
kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Tetapi jika
seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa tersebut belum berhasil.
Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk deskripsi mengenai
kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Kewarganegaraan. Pelaporan hasil
inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap
dan minat siswa terhadap pelajaran Kewarganegaraan dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran

4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h.153.

5
Kewarganegaraan. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif. Data hasil
penilaian sebaiknya dilaporkan kepada semua staf sekolah agar semua dapat
mengetahui bagaimana kegiatan proses belajar mengajar di sekolah tersebut.
E. Simpulan
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan metode atau model serta
teknik yang tepat yang harus dikuasai oleh guru dan bisa diterapkan pada individu
peserta didik atau kelompok. Penilaian adalah upaya untuk menentukan sikap atau
proses untuk menentukan keputusan. Keputusan yang ditetapkan berdasarkan
hasil dari kegiatan pengukuran. Untuk memperoleh hasil tersebut, maka perlu
dipahami bahwa proses penilaian tidak hanya terbatas pada karakteristik peserta
didik saja tetapi juga menyangkut karakteristik metode atau model mengajar,
kurikulumm, fasilitasa dan administrasi sekolah. Karena itu pendidikan agama
Islam selain sebagai proses pembinaan fitrah/potensi anak sekaligus merupakan
transformasi kebudayaan sehingga eksistensi dan pengembangan hidup umat
Islam berlangsung berkelanjutan. Tujuan yang ditata Islam dalam pendidikan
adalah membuat kepatuhan manusia, dan menghambakan diri sepenuhnya kepada
Allah.

Anda mungkin juga menyukai