LANDASAN TEORI
II.1. Audit
diterjemahkan oleh Nuri, H. (2005) menulis “Auditing adalah suatu proses sistematis
atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A,A. (2003) menulis
“Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
akuntansi yang membahas tentang prinsip, prosedur dan metode perolehan dan penilaian
bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan
pendapat mengenai kewajaran atau kesesuaian laporan keuangan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan yaitu Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum”. (h. 1)
dilakukan secara kritis dan sistimatis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
8
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak yang
independen dan kompeten dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti dengan tujuan
diterjemahkan oleh Budi, S,I. (2003) menulis “Terdapat tiga jenis audit, yaitu :
laporan keuangan entitas yang menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
2. Audit kepatuhan.
menentukan apakah aktivitas keuangan atau aktivitas operasi suatu entitas tertentu
3. Audit operasional.
efesiensi dan efektivitas dari aktivitas operasi suatu entitas dalam kaitannya dengan
9
Menurut Agoes (2004), “Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan
atas :
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP
dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Akuntan Indonesia,
Aturan Etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standar
Pengendalian Mutu.
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditan) yang dilakukan oleh
KAP yang independen, dan pada akhirnya pemeriksaannya auditor tidak perlu
Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa,
karena prosedur audit yang yang dilakukan juga terbatas”. (h. 10)
profesional mereka, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan
bukti.
10
1. Standar Umum.
a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
3. Standar Pelaporan.
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
11
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa penyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
kuantitatif yang diaudit, telah disusun sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Kriteria yang digunakan dalam audit laporan keuangan adalah Prinsip Akuntansi yang
PSA 02 (SA 110), menyatakan ”Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi
12
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A,A. (2003)
menulis ”Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara
keseluruhan - yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan
berikut:
keuangannya agar bisa didaftar dan bisa menjual sahamnya di pasar modal.
mendapatkan kredit dari bank atau dalam upaya mendapatkan persyaratan pinjaman
perusahaan akan diaudit oleh auditor independen, mereka cenderung lebih hati-hati
efisiensi operasi yang lebih besar dalam organisasi klien”. (h. 37-38)
13
Menurut Agoes (2004), ”Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab
manajemen perlu diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen,
karena :
1. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung
kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan
2. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini Unqualified (wajar tanpa
pengecualian) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa
laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai
3. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp 25 milyar ke atas harus
Perindustrian.
5. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak
pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum
dimulai dari pekerjaan awal penerimaan penugasan sampai dengan penyerahan laporan
14
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
f. Menentukan materialitas dan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan.
a. Pengujian substantif atas transaksi adalah prosedur yang dirancang untuk menguji
kekeliruan atau kecurangan dalam bentuk uang atau rupiah yang mempengaruhi
15
b. Pengujian pengendalian adalah prosedur yang dirancang untuk memverifikasi
b. Pengujian terinci atas saldo berfokus pada saldo buku akhir buku besar baik
untuk pos neraca dan laba rugi, tetapi penekanan utama biasanya terletak pada
saldo neraca.
4. Penyelesaian audit
g. Mengkomunikasikan hasil audit dengan komite audit dan manajemen”. (h. 5-6)
yang berkepentingan. Di dalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi
16
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ”Ada lima
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perusahaan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf, A,A. (2003) menulis,
”Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian digunakan apabila kondisi berikut
terpenuhi :
a. Semua laporan keuangan – neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan laporan arus
c. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan
laporan keuangan.
dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified opinion with explanatory language).
17
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mungkin mengharuskan
auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain)
keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin
keuangan komparatif.
f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar
jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat
melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor
18
tidak dapat menghilangkan keraguan-raguan yang besar apakah informasi
tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara
keuangan.
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan
menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah
19
4. Pernyataan tidak wajar (Adverse opinion)
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang
mendukung pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan
pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas.
timbul karena banyak pembatasan ruang lingkup, atau hubungan yang tidak
prosedural dari audit laporan keuangan membangun tiga konsep mendasar : risiko audit,
materialitas, dan bukti yang berkaitan dengan asersi manajemen. (h. 19).
1. Risiko audit.
Risiko adalah resiko bahwa auditor mungkin tanpa sepengetahuannya gagal untuk
memodifikasi secara benar pendapatnya atas laporan keuangan dengan salah saji
yang material.
20
2. Materialitas.
terpengaruh oleh apa yang dirasakan auditor sebagai pandangan orang yang
penghapusan atau salah saji informasi akuntansi, yang dalam hubungannya dengan
Fokus dari definisi tersebut adalah pada pengguna laporan keuangan. Dalam
merencanakan perikatan, auditor menaksir atau menentukan tingkat salah saji yang
terdiri dari mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti yang membantu auditor
dalam mengevaluasi asersi laporan keuangan manajemen terdiri dari data akuntansi
yang mendasarinya dan informasi pendukung yang tersedia bagi auditor. Asersi
manajemen dalam hal ini digunakan sebagai kerangka untuk membimbing dalam
dan risiko audit, yang digunakan auditor untuk menentukan sifat, waktu, dan luasnya
bukti yang dikumpulkan. Sekali auditor telah mendapatkan bukti kompeten yang
21
cukup bahwa asersi manajemen dapat diandalkan untuk setiap akun yang signifikan,
wajar.
1. Kelengkapan (completness)
Berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya telah
2. Keberadaan (existence)
Berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas yang ada pada tanggal
tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
3. Penilaian (valuation)
pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah
yang semestinya.
4. Pemilikan (ownership)
5. Penyajian (presentation)
relevansi dan keandalan bukti. Relevansi mengacu kepada apakah bukti yang
22
berhubungan dengan asersi manajemen yang spesifik telah teruji.
mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan, yang terdiri dari data akuntansi
dan informasi pendukung lainnya, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A,A. (2003) menulis
”Bukti audit merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah
informasi kuantitatif yang sedang diaudit disajikan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.” (h.147)
auditor dalam melaksanakan audit dan dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
1. Physical evidence
Physical evidence terdiri dari segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi
atau keberadaan.
23
atau penilaian, langsung dari pihak ketiga di luar klien.
3. Documentary evidence
completness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan
4. Mathematical evidence
5. Analytical evidence
Analytical evidence adalah bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap
informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu
membuat perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir
pekerjaan lapangan.
6. Hearsay evidence
Hearsay (oral) evidence merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
berikut: "Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
24
prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang
Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 5, kertas kerja harus berisi
Agoes dan Estralita (2006), menulis ”Tujuan pembuatan kertas kerja pemeriksaan
antara lain :
3. Mencatat pemeriksaan atau pekerjaan yang telah dilakukan sesuai dengan program
pemeriksaan.
4. Menjelaskan masalah atau situasi yang dihadapi atas pelaksanaan kebijakan dan
8. Sebagai dasar penilaian seluruh staf audit, sehingga staf audit dapat dinilai prestasi
Agar tujuan di atas dapat tercapai, maka kertas kerja yang dibuat oleh auditor
harus memenuhi faktor-faktor antara lain : lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi.
25
II.4.3 Jenis Kertas Kerja
Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat
Program audit yaitu daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu.
Working Trial Balance yaitu suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar
pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk
3. Ringkasan adjustments
nantinya akan menjadi koreksi terhadap saldo klien yang perlu mendapat
4. Lead schedule
Lead schedule yaitu kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang
5. Supporting schedule
Supporting schedule yaitu kertas kerja yang digunakan dalam memverifikasi unsur-
26
II.5 Prosedur Audit
asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat berkerja secara efisien dan
yang dilakukan atau metode-metode dan teknik-teknik yang digunakan oleh auditor
untuk memperoleh bukti audit, yang dilakukan selama melaksanakan suatu penugasan
audit.” (h.146)
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A,A. (2003)
menulis ”Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti kompeten atau
1. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud oleh auditor.
apakah suatu aktiva secara aktual ada, dianggap sebagai salah satu bahan bukti yang
2. Konfirmasi.
pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah
diminta oleh auditor. Karena konfirmasi berasal dari sumber yang independen dari
27
klien, konfirmasi menjadi bahan bukti yang dianggap bernilai tinggi dan sering
dipakai.
3. Dokumentasi.
untuk menyokong informasi yang ada atau seharusnya ada dalam laporan keuangan.
Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk
4. Pengamatan.
Tanya jawab adalah mendapatkan informasi tertulis atau lisan dari klien untuk
mendapatkan bahan bukti lain yang menguatkan melalui prosedur yang lain.
6. Pelaksanaan ulang.
7. Prosedur analitis.
menentukan apakah saldo akun tersaji secara layak. Prosedur analitis sangat penting
28
II.6 Audit Penjualan dan Piutang Usaha
Menurut Arens dan Loebbecke (2003), yang diterjemahkan oleh Amir Abadi
kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan.
Proses ini dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan perubahan
barang atau jasa menjadi piutang usaha, dan akhirnya menjadi uang tunai.” (h. 356)
Piutang usaha merupakan suatu klaim uang pada perusahaan atau individu
tertentu, yang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
1. Piutang usaha
2. Wesel tagih
3. Piutang pegawai
4. Piutang bunga
5. Uang muka
7. Piutang lain-lain
8. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).” (h. 183)
29
II.6.3 Tujuan Audit Penjualan
Menurut Dan, Wayne, dan Winters yang diterjemahkan Paul, A,A. (2003)
menulis “Tujuan menyeluruh dari audit penjualan adalah untuk menentukan bahwa
penjualan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi telah disajikan secara layak sesuai
dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Dengan kata lain, auditor perlu
mengumpulkan bukti bahwa tidak ada salah saji yang material dalam laporan keuangan
saldo, karena saldo akun penjualan merupakan total kumulatif dari setiap transaksi
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A,A, (2003)
1. Penjualan yang tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan kepada
pelanggan.
3. Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan ditagih serta
30
1. Untuk memeriksa keabsahan dan keotentikan daripada piutang.
diterjemahkan oleh Nuri, H. (2005) menulis ”Pengendalian internal adalah suatu proses
yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel entitas lainnya yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini : (1) Keandalan pelaporan keuangan, (2) Efektivitas dan efesiensi operasi, dan
(3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”. (h. 250)
menulis “Struktur pengendalian intern mencakup 5 kategori dasar kebijakan dan prosedur
yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai
31
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh
manajemen puncak, direktur dan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha terhadap
Penetapan risiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi dan analisa oleh
Aktivitas pengendalian yang harus dilakukan oleh manajemen terdiri dari 5 kategori:
d) Pengendalian
5. Pemantauan (Monitoring)
Agar melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki
32
II.7.3 Tujuan Pengendalian Intern
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain
berikut ini:
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A,A. (2003)
1. Pencatatan penjualan didukung oleh dokumen pengiriman yang diotorisasi dan order
independen.
6. Penentuan harga, syarat penjualan dan potongan harga mendapat persetujuan dengan
sebagaimana mestinya.
33
10. Prosedur yang diperlukan untuk penagihan dan pencatatan penjualan setiap hari
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A,A. (2003)
2. Membandingkan total dari berkas induk piutang usaha dengan akun buku besar.
3. Pengujian terinci atas saldo terpenting untuk menentukan keberadaan piutang usaha
4. Piutang usaha dicatat sebesar jumlah yang dapat direalisasi (nilai realisasi).
6. Transaksi piutang yang terjadi dicatat dalam periode yang sesuai”. (h. 439-444).
34