Anda di halaman 1dari 3

Kasus!

Seorang laki-laki berusia 58 tahun mengeluh susah kencing, aliran lemah, urin lemah saat
kencing, nokturia dan merasa tidak puas saat berkemih. gejalanya telah berkembang dirasakan
baru-baru ini dan hal tersebut menganggu kegiatan sehari-hari dan ia mengeluh tidurnya
terganggu dan ia sering bangun kencing 3 sampai 4 kali dimalam hari. tidak ada riwayat PMS
dan ISK. Pemeriksaan fisik mengungkapkan prostat lembut dan membesar pada DRE. Data
laboratorium menunjukkan urin normal, kimia serum dan EGFR.

Pembahasan:
1. Klasifikasi kata kunci : laki-laki berusia 58 tahun, susah kencing, aliran lemah urin, urin
lemah saat kencing, nokturia dan merasa tidak puas saat berkemih,tidurnya terganggu dan ia
sering bangun kencing 3 sampai 4 kali dimalam hari, prostat lembut dan membesar pada
DRE.
2. Pertanyaan:
a. Mengapa pada pasien BPH lebih banyak terjadi pada umur lebih dari 50 tahun dibanding
pada umur kurang dari 50 tahun?
Jawab:
Laki-laki yang memiliki umur lebih dari 50 tahun memiliki faktor lebih besar 88,2,
kali besar di bandingkan dengan laki-laki yang berumur kurang dari 50. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa umur lebih dari 50 tahun memiliki faktor
kejadian BPH. Peningkatan risiko pada laki-laki umur lebih dari 50 tahun berhubungan
dengan kelemahan umur termaksud kelemahan pada buli (otot detrusor) dan penurunan
fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh umur yang sudah tua menurunkan
kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh adanya
obstruksi karena pembesaran BPH, sehingga menimbulkan gejala. Sesuai dengan
pertambahnya umur, kadar testoteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30 tahun
keatas dan turun lebih cepat pada usia 60 tahun keatas (Laksmi, 2012 dalam Khamriana,
2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khamriana (2015) tentang Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian BPH di Poli Urologi RSUD. Labuang Baji Makassar
didapatkan bahwa terdapat hunbungan antara umur dengan terjadinya BPH di Poli Urologi
RSUD Labuang Baji Makassar (p=1,000).
b. Mengapa pada pasien Prostat biasa terjadi, Nyeri testis dan prostat, Infeksi, Hesistansi,
Hematuria, Inkontinensia urin?
Jawab:
Masalah yang sering terjadi pada pasien BPH menurut Muttaqin & Sari (2009)
adalah nyeri testis dan prostat, hesistensi, hematuria, inkontinensia urine.
1. Nyeri testis dan prostat
Nyeri yang dirasakan pada daerah kantong skrotum bisa bersal dari kelainan
organ di kantong skrotum atau nyeri alih yang berasal dari kelainan organ di luar
kantong skrotum. Nyeri akut yang disebabkan oleh kelainan organ di kantong testis
dapat disebabkan oleh torsio testis atau torsio apendiks testis, epididimtis/orkitis
akut, atau trauma pada testis. Inflamasi akut pada testis atau epididimis menyebabkan
peregangan pada kapsulnya sehingga dirasakan sebagai nyeri hebat (Muttaqin &
Sari, 2009).
2. Infeksi
Infeksi merupakan invasi oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Jika mikro organisme gagal menyebabkan sakit dapat
mengakibatkan hal yang lebih serius dari sel dan jaringan (Potter & Perry, 2005).
Infeksi saluran kandung kemih dan epididimis adalah komplikasi yang mungkin
setelah prostatektomi. Pasien dikaji terhadap yang terjadinya dan diberikan antibiotik
sesuai yang diresepsikan. Penatalaksanaan tentang epididimitis diuraikan berikut
ini.Trombosis, pasien yang menjalani prostatektomi mempunyai insidens tinggi
untuk mengalami trombosis vena profunda (DVT) dan embolisme pulmoner. Dalam
kasus seperti ini dokter dapat meresepkan terapi heparin dosis rendah profilaktik.
Perawat mengkaji pasien dengan sering terhadap manifestasi TVP setelah
pembedahan dan memasang stoking elastik untuk mengurangi risiko TVP dan
embolisme pulmoner. Klien yang mendapat heparin harus dipantau dengan ketat
terhadap perdarahan berlebihan (Muttaqin & Sari, 2009).
3. Hesistansi
Hesistansi adalah awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering kali
pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine keluar, pancarannya
menjadi lemah, tidak jauh dan kecil yang biasanya disebabkan oleh obstruksi pada
saluran kemih.Intermitensi, merupakan keluhan miksi dimana pada pertengahan
miksi sering kali mikis berhenti, kemudian memancar lagi, dan keadaan ini terjadi
berulang-ulang. Miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam
kandung kemih dan masih ada tetesan-tetesan urine yang keluar (Muttaqin & Sari,
2009).
4. Hematuria
Hematuria merupakan suatu keadaan didapatkannya sel darah merah di dalam
urine. Porsi hematuria yang keluar perlu diperhatikan, apakah terjadi pada saat awal
miksi, seluruh proses miksi, atau akhir miksi. Perawat perlu mengkaji mendalam
keluhan hematuria, terutama pada pasien hematuria tanpa adanya riwayat trauma
pada saluran kencing. Khususnya keluhan hematuria disertai nyeri yang
kemungkinan menunjukkan adanya keganasan di saluran kemih (Muttaqin & Sari,
2009).
5. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan urine
yang keluar dari kandung kemih, baik disadari ataupun tidak disadari. Menurut
Purnomo (2003), terdapat beberapa macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia
kontinu (true), inkontinensia stres, inkontinensia urgensi (urge), dan inkontinensia
paradoksal (overflow) (Muttaqin & Sari, 2009).

c. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan DRE?


Jawab :
Pemeriksaan DRE Adalah suatu pemeriksaan dengan cara memasukkan jari
bersarung tangan dan berpelumas ke dalam anus pasien. Kemudian permukaan kelenjar
prostat diraba untuk menilai ukuran, bentuk, dan teksturnya. Meskipun tidak nyaman,
prosedur ini hanya berlangsung satu menit atau kurang dan tidak menyakitkan.

Anda mungkin juga menyukai