Anda di halaman 1dari 7

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT

TUBERKULOSIS (TBC)
17 Maret 2014 kekeanisaputriTinggalkan komentar

PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)

1. 1. Frekuensi Masalah Kesehatan

1. Riwayat Penyakit

Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak
terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya,
Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru
diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar
ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.

Tuberkulosis telah hadir pada manusia sejak jaman dahulu. Deteksi jelas awal Mycobacterium
tuberculosis adalah sisa-sisa bison tanggal 17.000 tahun sebelum sekarang ini. Namun., Apakah
berasal TBC pada sapi dan kemudian ditransfer ke manusia, atau menyimpang dari satu nenek
moyang, saat ini tidak jelas. Menunjukkan sisa-sisa kerangka manusia prasejarah (4000 SM)
telah TB, dan pembusukan TBC telah ditemukan di punggung mumi Mesir 3000-2400 SM
penyakit paru-paru adalah istilah Yunani untuk konsumsi;. sekitar 460 SM, Hippocrates
diidentifikasi penyakit paru-paru sebagai penyakit yang paling luas kali melibatkan batuk darah
dan demam, yang hampir selalu fatal. Studi genetik menunjukkan bahwa TB hadir di The
Amerika dari sekitar tahun 100 Masehi.

1. Gejala Penyakit

Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi tidak terlalu tinggi
yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu
makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah),
perasaan tidak enak (malaise), dan lemah. Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini,
berikut gejala-gejala penyakit tuberculosis :

 Gejala utama

Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.

 Gejala tambahan yang sering dijumpai

– Dahak bercampur darah/batuk darah

– Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada

– Demam/meriang lebih dari sebulan

– Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas

– Badan lemah dan lesu

– Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan

1. 2. Penyebaran Masalah Kesehatan

1. Penyebaran dan Waktu Tuberkulosis

Tuberkulosis menyebar secara merata diseluruh wilayah Indonesia, tapi penyebaran terbesar
terjadi di wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Masalah kesehatan TBC (Tuberkulosis) di Papua sangat memprihatinkan, sekitar 60 persen


pengindap HIV di Provinsi Papua diketahui menderita tuberkulosis, demikian pula sebaliknya 40
persen pasien TB/TBC kemudian terdeteksi terserang virus penyakit mematikan tersebut.
Per Februari 2013, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura mencatat sekitar 477 kasus
TBC (Tuberculosis) yang terjadi. Dinas Kesehatan mencatat ada sekitar 15 orang yang
meninggal akibat penyakit TBC. Dijelaskan dari catatan kesehatan daerah Papua bahwa
sebanyak 477 kasus TBC, diantaranya 417 kasus sudah sembuh, 15 kasus meninggal, dan 45
kasus gagal atau Drop Out.

Menurut data dinas kesehatan, tingkat pengendalian penyakit TB baru 55,3 persen dengan angka
keberhasilan pengobatan hanya 75,5 persen. Dari 365 puskemas di seluruh Papua, baru 202 yang
menjalankan program pengendalian penyakit TB paru,dengan pengobatan jangka pendek dengan
pengawasan langsung.

1. Penularan Tuberkulosis

Infeksi kuman (bakteri) tuberkulosis dari seorang yang menderita TBC terhadap oarang lain
ditentukan oleh banyaknya jumlah kuman (bakteri) yang bersarang di dalam paru-paru penderita.
Sumber penyebaran penularan TBC di udara bisa berasal dari dahak yang berupa doplet yang
keluar disaat penderita batuk atau bersin. Banyaknya kuman (bakteri) pada paru-paru penderita
penyakit TBC dapat diperiksa dan dilihat melalui mikroskop yaitu pada pemeriksaan dahaknya.

Seperti kata pepatah bahwa “Mencegah lebih baik dari pada mengobati “, pepatah ini juga
berlaku dan harus kita garis bawahi dalam upaya pencegahan TBC paru agar kita terhindar dari
penularan.

1. 3. Faktor Determinan Yang Mempengaruhi

1. Faktor Penyebab

Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat


menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal,
kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu
penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.

Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di
saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin & dihirup oleh orang-orang di sekitarnya.
Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.

Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi
yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan “tertidur”. Namun,pada mereka
yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus
menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih
mudah terinfeksi TBC (menjadi ‘TBC aktif’) atau dapat juga mengakibatkan kuman TBC yang
“tertidur” di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).

Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala apa pun yang
khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal,
penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC
terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah
cukup parah.

1. Faktor Yang Mempengaruhi

Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi,
status gizi, umur dan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti uraian
dibawah ini:

· Faktor Sosial Ekonomi.

Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat penghunian, lingkungan perumahan
dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga
sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak
dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

· Status Gizi.

Keadaan kekurangan gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh
dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

· Umur.
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15 – 50) tahun.
Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia
menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun,
sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.

Jenis Kelamin.

Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.
Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang
meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi
kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan
persalinan.

Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum
alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar
dengan agent penyebab TB-Paru.

1. Pencegahan Tuberkulosis

 Tindakan pencegahan TBC paru oleh orang yang belum terinfeksi


o Selalu berusaha mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif.
o Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi
nakanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik itu di
rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga kebugaran tubuh dengan
cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga.
o Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC
yang lebih berat. Vaksin BCG secara rutin diberikan kepada semua balita.
 Tindakan pencegahan TBC paru oleh penderita agar tidak menular

Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penederita TBC aktif tindakan yang bisa dilakukan
adalah menjaga kuman (bakteri) dari diri sendiri. Hal ini biasanya membutuhkan waktu lama
sampai beberapa minggu untuk masa pengobatan dengan obat TBC hingga penyakit TBC sudah
tidak bersifat menular lagi. Berikut ini adalah beberapa tips dan cara untuk membantu menjaga
pencegahan TBC agar infeksi bakteri tidak menular kepada orang-orang di sekitar anda baik itu
teman atau keluarga di rumah.

 Selama beberapa minggu menjalani pengobatan sebaiknya tidak berpergian ke mana pun
baik itu sekolah, tidak melakukan aktifitas di tempat kerja (ngantor), dan tidak tidur
sekamar dengan orang lain meskipun keluarga sendiri sebagai usaha pencegahan TBC
agar tidak menular.
 Sifat dari kuman (bakteri) TBC adalah memiliki kemampuan menyebar lebih mudah di
dalam ruangan yang tertutup di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan untuk
sirkulasi udara kurang, bukalah jendela dan nyalakan kipas angin untuk meniupkan
udalah dari dalam ke luar ruangan.
 Selalu menggunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ketika didiagnosis TBC.
Hal ini merupakan langkah pencegahan TBC secara efektif dan jangan membuang
masker yang sudah tidak dipakai lagi pada tempat yang tepat dan aman dari kemungkinan
terjadinya penularan TBC ke lingkungan sekitar.
 Jangan meludah di sembarangan tempat, meludah hendaknya pada wadah atau tempat
tertentu yang sudah diberi desinfektan atau air sabun.
 Menghindari udara dingin dan selalu mengusahakan agar pancaran sinar matahari dan
udara segar dapat masuk secukupnya ke ruangan tempat tidur. Usahakan selalu menjemur
kasur, bantal, dan tempat tidur terutama di pagi dan di tempat yang tepat.
 Tidak melakukan kebiasaan sharing penggunaan barang atau alat. Semua barang yang
digunakan penderita TBC harus terpisah dan tidak boleh digunakan oleh orang lain bai
itu teman bahkan anak, istri dan keluarga. Perlu dingat dan diperhatikan bahwa meraka
yang sudah mengalami terkena penyakit infeksi TBC dan menjadi penderita kemudian
diobati dan sembuh kemungkinan bisa terserang infeksi kembali jika tidak melalukan
pencegahan TBC dan menjaga kesehatan tubuh.
 Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar karbohidrat dan protein tinggi.

 Pengobatan

Pengobatan untuk TBC bila sudah diketahui sejak dini sebenarnya tidak terlalu mahal dan mudah
untuk disembuhkan karena sudah ada obat yang disediakan pemerintah. Bila diperlukan,
penderita TBC dapat juga dikarantina di tempat khusus agar tidak menularkan
penyakitnya.Penyakit ini juga sebenarnya merupakan salah satu penyakit yang sudah ditaklukan,
tetapi belakangan kembali menyerang. Salah satunya adalah karena penderita tuberkulosis ini
tidak menghabiskan obat mereka. Obat harus diminum secara teratur selama 6 sampai 9 bulan
untuk menyembuhkan penyakit ini. Tidak menghabiskan obat dapat menyebabkan penderita
tidak dapat sembuh dan menyebabkan obat tidak mampu lagi melawan kuman karena kuman
menjadi kebal.

Sumber :
Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB

Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: Depkes RI,

2007.

Panitia S.A.K. 2001. Standar Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru. Jakarta: P.K. St.

Carolus.

Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. International Standards for Tuberculosis

Care (ISTC). 2nd ed. The Hague: Tuberculosis Coalition for Technical Assistance,

2009.

Waspadji, Sarwono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.Edisi ke-3 FKUI.

Jakarta. Terjemahan Petrus, A. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Advertisements

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook
 Google

Navigasi pos

Anda mungkin juga menyukai