Anda di halaman 1dari 14

REFERAT STASE THT

FROSBITE

POLI KLINIK PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

RSU KABANJAHE

Oleh :

SHERLY MUKTI

17360334

Pembimbing:
Dr.Pialanta Barus,Sp.THT-KL

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

CO-ASS ANGKATAN 2013

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, Salawat serta Salam atas
nabi besar Muhammad SAW. Terimakasih yang sebesar-besamya kepada Dr.Pialanta
Barus,Sp.THT-KL atas kesediaan, waktu dan kesempatan yang diberikan sebagai pembimbing refrat
serta tinjauan pustaka kasus ini, kepada teman sesama kepaniteraan telinga hidung tenggorokan dan perawat
yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat
terselesaikannya referat beserta tinjauan pustaka ini.

Referat dan tinjauan pustaka ini disusun untuk memenuhi tugas kepanitraan bagian Ilmu telinga
hidung tenggorokan di RSU KABANJAHE yang merupakan salah satu dari prasyarat ujian. Referat ini
membahas dan menganalisa berbagai hal mengenai “FROSBITE” .Bahasan dalam tinjauan pustaka ini
diambil dari berbagai macam sumber yang terbaru.

Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat maupun tinjauan pustaka ini masih
banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan demi
perbaikan refrat ini.

Semoga referat dan tinjauan pustaka ini berguna bagi semua pihak yang terkait.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Januari, 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R ........................................................................................... 2

D A F T A R I S I ............................................................................................................ 3

BAB I ............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

BAB II........................................................................................................................... 6

DEFINISI .................................................................................................................. 6

EPIDEMIOLOGI ...................................................................................................... 6

KLASIFIKASI .......................................................................................................... 6

ETIOLOGI ................................................................................................................ 9

MEKANISME TRAUMA DINGIN ......................................................................... 9

FAKTOR PREDISPOSISI...................................................................................... 10

MANIFESTASI KLINIK ....................................................................................... 11

PATOFISIOLOGI................................................................................................... 11

PENATALAKSANAAN ........................................................................................ 11

KOMPLIKASI ........................................................................................................ 12

DIAGNOSIS ........................................................................................................... 12

DIAGNOSIS BANDING........................................................................................ 13

PROGNOSIS .......................................................................................................... 13

BAB III ....................................................................................................................... 14

KESIMPULAN ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tubuh manusia akan selalu mempertahankan keadaan suhu normal dengan suatu
system tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang terjadi di luar tubuh manusia tidak melebihi 20% untuk kondisi panas
dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena
kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, penguapan jika terjadi
kekurangan atau kelebihan panas yang membebani.
Secara fisiologis jika suhu disekeliling sangat dingin akan terjadi perbedaan suhu
yang sangat mencolok pada bagian kulit. Keadaan ini menyebabkan ketidaknyamanan
pada tubuh. Ketidaknyamanan yang berasal dari luar akan mengakibatkan perubahan
fungsional organ sebagai respon alami yang bertujuan untuk menyesuaikan tubuh dengan
ketidaknyamanan tersebut. Misalnya suhu panas yang berlebihan akan mengakibatkan
rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan
kerja, sebaliknya kondisi dingin yang berlebihan akan meningkatkan rasa malas untuk
istirahat, yang akan mengurangi kewaspadaan dan konsentrasi terutama berkaitan dengan
pekerjaan yang menuntut kesiapan mental. Kondisi yang berlebihan akan meningkatkan
stimulasi tubuh manusia untuk melakukan aktivitas yang menghasilkan “internal heat”
yang lebih tinggi.
Tekanan hawa dingin (cold stress) adalah suatu gabungan antara kondisi suhu
dingin, kecepatan angin, dan kelembaban yang membahayakan tubuh. Cold stress dapat
terjadi pada suhu <18ºC. akibat dari cold stress ialah terjadi respon fisiologis yang
bertujuan untuk mengatur agar suhu tubuh tidak menurun, respon ini disebut cold stress
(vasokonstruksi, menurunnya jumlah keringat).
Kemampuan manusia untuk bekerja ditempat dingin tergantung pada integritas
fungsi otak dan fungsi kaki.Tanda umum yang biasanya muncul bila tekanan hawa dingin
ialah pendinginan otak kemudian tidak terkoordinasi, pendinginan kaki dan bagian
tangan, hasilnya terjadi kekakuan. Akibat dari semua itu, seseorang akan sulit untuk
melakukan pekerjaannya
Paparan terhadap dingin dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh .panas yang
di bentuk tubuh atau yang diperoleh tidak cukup untuk mengimbangi kehilangan panas

4
sehingga suhu tubuh menjadi rendah < 35 C atau hipotermia. Tubuh akan berusaha untuk
mengatasinya dengan cara bergetar, suatu respon bawah sadar untuk meningkatkan suhu
tubuh melalui aktivitas otot. Suhu lingkungan tidak perlu terlalu dingin untuk mencetus
hipotermia.Hipotermia dapat terjadi akibat penderita berada di lingkungan alam terbuka
untuk waktu yang cukup lama. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia
yaitu suhu rendah, faktor angina, usia, air, kesehatan penderita dll

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Frosbite adalah injuri dingin yang bersifat lokal disebabkan oleh terpapar
temperatur yang dingin (Tamsuri, 2006).
Merupakan kondisi dimana sebagian organ tubuh membeku akibat terpapar
suhu dingin yang berlebihan.Biasanya organ yang terkena, antara lain dagu, ujung jari
tangan dan kaki, cuping hidung, serta cuping telinga. Frostbite pada organ
tubuh biasanya ditandai dengan kulit yang terlihat pucat dan keras, bila terkelupas
nampak jaringan di bawahnya yang berwarna merah dan nyeri. Biasanya organ akan
mengalami mati rasa.
Terpapar dingin dapat digolongkan sebagai paparan membekukan dan tidak
membekukan.Terpapar dingin membekukan disebut “Frostbite”. Terpapar dingin tak
membekukan yang diakibatkan oleh lama terpapar keadaan basah atau lembab dikenal
“Trench Foot” (Boswick. John A, 2008)
Radang dingin adalah cedera yang disebabkan oleh pembekuan dari kulit
dan jaringan di bawahnya.Pertama kali kulit akan menjadi sangat dingin dan merah,
kemudian akan mati rasa, keras dan pucat. Frostbite atau radang dingin paling sering
terjadi pada jari, jari kaki, hidung, telinga, dan dagu.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, frostbite lebih sering terjadi di Negara bagian utara. Di
Finlandia , insiden tahunan adalah2,5 per 100.000 diantara warga sipil, dibandingkan
dengan 3,2 per 100.000 di Montreal. Resiko yang paling tinggi pria, dengan usia 30-
49 tahun, karna paparan pekerjaan atau rekreasi dingin.
2.3 KLASIFIKASI
Frosbite di klasifikasikan kedalam 2 tipe yaitu frosbite permukaan (local
cooling) dan frosbite dalam(general cooling)
1. Frostbite permukaan frostbite yang mengenai kulit sampai dengan jaringan
subkutan, dengan karakteristik area injuri berwarna putih, seperti lilin, lunak dan
anastetik. Pengisian kapiler (capillary refill) tidak ada. Pada saat pencairan, area
injuri akan menjadi merah, edema, nyeri, dan kemudian menjadi buruk/belang
atau keungu-unguan. Blister dapat terbentuk dalam 24 jam dan pecah pada sekitar

6
10 hari, meninggalkan eschar hitam dan kasar. Setelah 3-4 minggu eschar terpisah
meninggalkan epitel baru sensitive. Nyeri berdenyut (throbbing) dan
nyeri panas/rasa terbakar (burning) yang berlangsung beberapa minggu. Area ini
sensitive terhadap panas dan dingin sekitar 1 bulan, dan bagian yang mengalami
frostbite dapat mengeluarkan keringat yang berlebihan.
2. Frostbite dalam (deep) menyebabkan injuri pada kulit, jaringan subkutan, otot
tendon dan struktur neurovaskuler. Bagian yang mengalami injuri kasar dan padat,
tetap dingin, belang, dan biru atau kelabu setelah pencairan. Blister mungkin tidak
terbentuk tetapi dapat pula terbentuk setelah beberapa minggu pada tempat
dimana terdapat jaringan yang masih hidup (viable) dan jaringan yang tidak dapat
hidup (nonviable). Edema biasanya mengenai anggota badan dan memerlukan
waktu sekitar satu bulan untuk sembuh. Ketika blister kering, menjadi hitam dan
terbentuk cekungan, suatu garis pemisah terlihat karena jaringan yang masih dapat
hidup, terlepas atau tertarik dari jaringan yang mati. Frostbite berdasarkan
tingkatan cedera jaringan dibagi kedalam empat derajat dengan karakteristiknya
masing-masing, yaitu :
1. Derajar 1 : cedera mengakibatkan eritemia setelah dihangatkan kembali

7
2. Derajat 2 : terjadi pembentukan blister.

3. Derajat 3 : terjadi nekrosis kulit.

4. Derajat 4 : kerusakan jaringan lunak dan dapat terjadi gangrene pada jari-jari
atau ekstremitas.

8
2.4 ETIOLOGI

Penyebab frostbite selain akibat paparan suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin, hal-hal tersebut diatas juga dapat timbul akibat kurangnya kekebalan tubuh,
kelelahan, dehidrasi, kekurangan makanan, penggunaan alkohol, gangguan jantung
serta penggunaan obat-obatan. Di bawah ini adalah jenis obat-obatan yang dapat
menimbulkan gangguan seperti gangguan yang ditimbulkan akibat pajanan panas
yang berlebihan, antara lain: Anti histamin (obat alergi), Anti kolinergik (obat batuk
dan obat untuk masalah berkemih dan pencernaan), Obat jantung dan tekanan darah,
Amfetamin (obat diet), Antikonvulsan (obat kejang).

2.5 MEKANISME TRAUMA DINGIN


Trauma dingin adalah suhu rendah dan terpaparnya jaringan.Faktor
penyokong meliputi lembab atau kebasahan, kontak langsung dengan benda dingin
dan tak adanya pelindung.Efek kelembaban atau kebasahan segera terlihat bila ada
lubang pada sarung tangan atau sepatunya, yang memasukan lembaban. Kontak
dengan benda dingin, khususnya logam, akan menyebabkan kehilangan panas yang
cepat.
2.6 FAKTOR PREDISPOSISI
Terdapat berbagai faktor predisposisi yang berkaitan dengan terjadi frostbite.
Orang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap iklim dingin dari iklim hangat
akan menagalami vasospasme yang hebat dan berkurangnya produksi oanas pada
daerah ekstermitasnya ketika ia terpapar dengan temperature dingin. Diketahui
adanya beberapa pengaruh yang memicu terjadinya frostbite :
1. Ras
Ras orang yang berkulit hitam bisa menjadi pengaruh faktor predisposisi
tehadap paparan dingin dikarenakan yakni orang yang berkulit hita terbiasa
hidup di iklim panas.
2. Kelelahan
Kelelahan bisa menyebabkan terkena frostbite di karenakan kekurangan pasukan
O2 sehingga mudah terpapr dingin
3. Usia
Usia muda ataupun tua siapapun bisa terkena paparan dingin .
4. Gangguan sirkulasi/pentakit vaskuler perifer

9
Akibat aterosklerosis dan diabetes mellitus
5. Alcohol
Saat mengkonsumsi alcohol pada posisi kedinginan mungkin merasa lebih
hangat karena akibat dari pemanasan kulit yang di dapat dari pasukan darah
ekstra akan tetapi darah tersebut akan cepat dingin kembali akibat papran dingin
di luar tubuh, kehangatan yang di sebabkan oleh aliran darah menuju kulit juga
akan membuat tubuh lebih mudah berkeringat demi melawan sensai panas
tersebut.
6. Nikotin (rokok) dan hipoksia
Meningkatkan resiko frostbite atau rentan terjadinya frostbite di karenakan
kandungan nikotin di dalam rokok menyebabkan pembuluh darah mengkerut dan
mengakitbatkan penumpukan plak arteri sehingga aliran darah ke berbagai
anggota tubuh menjadi berkurang.
Faktor yang meningkatkan pengeluaran panas seperti kontak dengan metal, kulit
basah berkontribusi terhadap terjadinya frostbite serta berat nya injuri frosbite .

2.7 MANIFESTASI KLINIK


- Kulit dingin dan perasaan seperti tusukan
- Mati rasa
- Merah, putih, kulit putih kebiruan atau keabu;abuan;kuning
- Keras atau lilin yang tampak kulit
- Kecanggungan karena sendi dan otot kaku
- Terik setelah rewarming, pada kasus yang berat
Radang dingin yang paling umum pada jari, jari kaki, hidung, telinga, pipi dan
dagu karena mati rasa kulit
2.8 PATOFOSIOLOGI
Cedera sel pada frosbite disebabkan oleh pembekuan secara langsung pada sel
disaat injuri atau oleh karena perfusi jaringan yang tidak adekuat sebagai akibat dari
spasme vaskuler dan oklusi pembuluh-pembuluh kecil pada area injuri. Dengan
pembekuan sel secara langsung (crystallization), terbentuk kristal es di dalam cairan
ekstraseluler dan secara osmotik menarik cairan intraseluler, sehingga menyebabkan
dehidrasi sel. Perubahan vaskuler yang terjadi antara lain meliputi vasokonstriksi,
penurunan perfusi kapiler dan peningkatan viskositas darah dengan disertai

10
terbentuknya endapan dan trombus Setelah pencarian, terjadi stasis vaskuler pada area
yang inbjuri sebagi akibat obstruksi pada dasar pembuluh darah.Edema terjadi pada
daerah injuri dan bertlangsung selama 2-3 hari setelah pencairan.Thrombus,
perdarahan intertistial dan infiltrasi leukosit dapat terjadi.Nekrosis jaringan terjadi dan
menjadi lebih jelas sebagai edema yang pecah.Luasnya injuri di tentukan oleh besar
dan kecepatan pengeluaran panas dari kulit.
2.9 PENATALAKSANAAN
a.Pembedahan
1. Escharotomy
2. Sympathectomy untuk spasme berat dan nyeri

3. Debridement setelah retraksi jaringan viable (13 minggu – 4 bulan setelah injuri)

4. Amputasi ekstremitas nonviable setelah retraksi jaringan viable; mungkin beberapa

bulan setelah injuri.

b.Medikasi

1. Imunisasi tetanus 0.5 ml IM

2. Plasma ekspander: dextran 40, 20 ml/kg IV setiap 24 jam untuk

menurunkan endapan;terapi ini masih kontroversial.

3. Antibiotik: tetrasiklin atau ampisilin untuk profilaksis, 250 mg po setiap 6 jam.

4. Analgesik narkotik : morphin 15 mg IM setiap 3 jam atau

5. Analgesik antipiretik : aspirin, 600 mg po setiap 3 jam.

c.Pendukung

1. Merendam di air hangat selama 20 menit dengan suhu 38° - 45 °C (100° -112°F)

2. Lindungi pasien.

2.10 KOMPLIKASI
1. Konfusi
2. Aritmia jantung
3. Nekrosis kulit.
4.Infeksi dan kerusakan saraf
5.Penuruna fungsi pergerakan otot dan sendi

11
2.11 DIAGNOSIS
Frostbite didiagnosis berdasarkan, anamnesis, tanda dan gejala, serta
pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik dilakukan
1. Rontgen
2. CT-Scan
3. Magnetic resonance imaging (MRI)
Untuk menentukan keparahan frostbite dan untuk memeriksa tulang atau otot
yang belum terluka.

2.12 DIAGNOSIS BANDING


 Frostnip
 Non freezing Injury (Trauma Dingin Tidak Membekukan)
 Hipotermia

2.12 PROGNOSIS

Kehilangan jaringan dan autoamputasi adalah konsekuensi potensial dari


radang dingin. Kerusakan saraf permanen termasuk hilangnya perasaan bisa terjadi.
Butuh beberapa minggu untuk mengetahui bagian jaringan mana yang akan bertahan
hidup. Waktu terpapar dingin lebih bisa diprediksi terjadinya cedera yang lebih lama
daripada suhu yang dialami individu. Sistem klasifikasi nilai, berdasarkan respons
jaringan terhadap penghangatan awal dan faktor-faktor lain dirancang untuk
memprediksi tingkat pemulihan jangka panjang.

12
BAB III
KESIMPULAN

Merupakan kondisi dimana sebagian organ tubuh membeku akibat terpapar


suhu dingin yang berlebihan. Biasanya organ yang terkena, antara lain dagu, ujung
jari tangan dan kaki, cuping hidung, serta cuping telinga. Frostbite pada organ tubuh
biasanya ditandai dengan kulit yang terlihat pucat dan keras, bila terkelupas nampak
jaringan di bawahnya yang berwarna merah dan nyeri. Biasanya organ akan
mengalami mati rasa.
Keadaan yang menyebabkan seseorang terpapar dingin adalah suhu yang
rendah dan terpaparnya jaringan. Faktor penyokong meliputi kelembaban atau kondisi
basah, kontak langsung dengan benda dingin, dan tidak adanya pelindung /
penghangat tubuh. Kontak langsung dengan benda dingin, khususnya logam akan
menyebabkan kehilangan panas yang cepat.
Cedera sel pada frosbite disebabkan oleh pembekuan secara langsung pada sel
disaat injuri atau oleh karena perfusi jaringan yang tidak adekuat sebagai akibat dari
spasme vaskuler dan oklusi pembuluh-pembuluh kecil pada area injuri.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Greaves et al. 2006. Emergency Care Textbook For Paramedics . Edisi ke – 2.


Edinburgh:Elsevier Saunder
2. McIntosh, Scott E.; Opacic, Matthew; Lebih bebas, Luanne; Grissom, Colin K .;
Auerbach, Paul S .; Rodway, George W.; Cochran, Amalia; Giesbrecht, Gordon G .;
McDevitt, Marion (2014-12-01). "Pedoman praktik Wilderness Medical Society untuk
pencegahan dan pengobatan radang dingin: pembaruan 2014". Wilderness &
Kedokteran Lingkungan
3. Heil, K; Thomas, R; Robertson, G; Porter, A; Milner, R; Wood, A (Maret 2016).
"Cedera cuaca dingin yang membeku dan tidak membeku: tinjauan sistematis".
Buletin Medis Inggris .
4. Zafren, Ken (2013). "Frostbite: Pencegahan dan Manajemen Awal". Kedokteran &
Biologi Ketinggian Tinggi .
5. Golant, A; Nord, RM; Paksima, N; Posner, MA (Des 2008). "Cedera paparan dingin
pada ekstremitas". J Am Acad Orthop Surg .
6. Bruen, KJ; Ballard JR; Morris SE; Cochran A; Edelman LS; Saffle JR (2007).
"Pengurangan kejadian amputasi pada cedera radang dingin dengan terapi
trombolitik". Arsip Bedah
7. Handford, C; Thomas, O; Imray, CHE (Mei 2017). "Radang dingin". Klinik
pengobatan darurat di Amerika Utara .
8. Snoap T, Gallagher E, Snoap A, Ruiter T. Bilater al Frostbite dari Tangan. Eplasty
2015
9. onzaga T, Jenabzadeh K, Anderson CP , Mohr WJ, Endorf FW, Ahrenholz DH.
Penggunaan Thrombolytic Thrabolial Intraarterial y untuk Acute T pernyataan dari
Frostbite pada 62 Pasien dengan Ulasan Terapi Trombolitik y dalam Frost- gigitan. J
Burn Care Res 2015
10. Imray C, Duka A, Dhillon S; Grup Penelitian Caudwell Xtreme Everest . Kerusakan
dingin pada ekstremitas: luka dingin akibat radang dingin dan tidak beku.
Pascasarjana Med J 2009

14

Anda mungkin juga menyukai