Anda di halaman 1dari 24

Referat BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

oleh
M Padlazio MS
17360340
Pembimbing
dr.Beren Rukur Sembiring Sp.B FINACS
ANATOMI DAN FISIOLOGI

 ANATOMI
Prostat adalah suatu
organ kelenjar yang
fibromuskular yang
terletak dibawah
kandung kemih. Berat
prostat pada orang
dewasa normal
20gram, didalamnya
terdapat uretra
posterior dengan
panjangnya 2,5 ± 3cm.
Lanjutan

Menurut klasifikasi Lowsley, prostat


terdiri dari lima lobus: anterior,
posterior, medial, lateral kanan
dan kiri. Sedangkan menurut Me
Neal, prostat dibagi atas: zona
perifer, zona senctal, zona
transisional, segmen anterior dan
zona spingter prepostat.
Prostat normal terdiri dari 50 lobus
kelenjar. Duktus kelenjar-kelenjar
ini ±20 buah, secara terpisah
bermuara pada uretra prostatika,
dibagian leteral verumontanum,
kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh
selapis epitel torak dan bagian
basal terdapat sel-sel kuboid.
 FISIOLOGI
Prostat adalah organ yang bergantung kepada pengaruh endokrin dapat
dianggap imbangannya (counterpart) dengan payudara pada wanita.
Prostat dipengaruhi oleh hormone endrogen, bagian yang sensitive
terhadap androgen adalah bagian perifer, sedabgkan yang sensitive
terhadap estrogen adalah bagian tengah. Karena itu pada orangtua
nagian tengahlah yang mengalami hiperplasia, oleh karena sekresi
androgen yang berkurang sedangkan estrogen bertambah secara relative
ataupun absolut
DEFINISI
 BPH

adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel
prostat yang tidak ganas.
Pembesaran prostat jinak
diakibatkan sel-sel prostat
memperbanyak diri
melebihi kondisi normal,
biasanya dialami laki-laki
berusia di atas 50 tahun
yang menyumbat saluran
kemih.
NORMAL TIDAK NORMAL
PREVALENSI
 Angka kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah
diteliti.
 Penduduk Indonesia yang berusia tua jumlahnya semakin
meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di
Indonesia berusia 60 tahun atau lebih dan 2,5 juta pria
diantaranya menderita gejala saluran kemih bagian bawah
(Lower Urinary Tract Symptoms/LUTS) akibat BPH.
 Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun
mencapai hampir 15%, usia 50-59 tahun prevalensinya
mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 tahun mencapai
angka sekitar 43%.
ETIOLOGI
Umur
Pria berumur lebih dari 50 tahun,
kemungkinannya memiliki BPH adalah
50%.
Ketika berusia 80–85 tahun, kemungkinan
itu meningkat menjadi 90%.

 Faktor Hormonal
 Testosteron –> hormon pada pria.
 Beberapa penelitian menyebutkan
karena adanya peningkatan kadar
testosteron pada pria (namun belum
dibuktikan secara ilmiah) .
Hipotesis penyebab timbulnya
hiperplasia prostat

Ketidak
Berkurang
Teori di seimbang Interaksi
nya Teori sel
hidrotest an antara stroma-
kematian sel stem
osteron estrogen- epitel
prostat
testosteron
PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada pada pria usia 50
tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia ( hipertropi) jaringan penyangga stromal dan
elemen glandular pada prostat. Adapun Teori-teori tentang terjadinya BPH :
 Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat menjadi faktor
terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga
menyebabkan terjadinya sintesa protein.
 Teori hormon
Pada lansia bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yang disebabkan oleh sekresi
androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau absolut. Estrogen berperan pada
kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat sehingga dapat menyebabkan BPH.
 Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (FGF) dapat menstimulasi
sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan pembesaran
prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. FGF dapat dicetuskan oleh
mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
TANDA DAN GEJALA

Tanda klinis terpenting


BPH adalah
ditemukannya
 Sering kencing
 Sulit kencing pembesaran konsistensi
 Nyeri saat berkemih kenyal pada
 Urin berdarah pemeriksaan colok
 Nyeri saat ejakulasi dubur/ digital rectal
 Cairan ejakulasi examination (DRE).
berdarah Apabila teraba indurasi
 Gangguan ereksi atau terdapat bagian
 Nyeri pinggul atau yang teraba keras, perlu
punggung
dipikirkan kemungkinan
prostat stadium 1 dan 2.
Manifestasi Klinis

Keluhan berdasarkan kategori LUTS:


Obstruktif :
• Kekuatan
pancaran urin
Iritatif :
menurun
Frekuensi,nokturia
• intermiten
, urgensi, disuria
• distensi
abdomen
• volume urin
menurun,
Kategori Keparahan Penyakit BPH Berdasarkan
Gejala dan Tanda (WHO)
Derajat BPH, Dibedakan menjadi 4
Stadium :

Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus,


pada DRE (colok dubur) ditemukan penonjolan prostat
dan sisa urine kurang dari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada
derajat 1, prostat lebih menonjol, batas atas masih
teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari
100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat
tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total
DIAGNOSIS

Anamnesa Pemeriksaan
Radiologi
fisik
Pemeriksaan Endoskopi
laboratorium menggunakan
uretrosistokopi

Pengukuran kadar prostat – spesifik antigen


(PSA)
Pengukuran kadar kreatinin

.
Komplikasi

Adapun komplikasi pada BPH, antara lain :


 Perdarahan
 Inkotinensia
 Batu kandung kemih
 Retensi urine
 Impotensi
 Epididimitis
 Haemorhoid, hernia, prolaps rectum akibat mengedan
 Infeksi saluran kemih disebabkan karena catheterisasi
 Hydronefrosis
TERAPI BPH

Farmakologi Non Farmakologi


Terapi Farmakologi
 Jika gejala ringan  maka pasien cukup dilakukan watchful waiting
(perubahan gaya hidup).
 Jika gejala sedang  maka pasien diberikan obat tunggal
antagonis α adrenergik atau inhibitor 5α- reductase.
 Jika keparahan berlanjut  maka obat yang diberikan bisa dalam
bentuk kombinasi keduanya.
 Jika gejala parah dan komplikasi BPH, dilakukan pembedahan.
Algoritma manajemen terapi BPH
BPH

Menghilangkan gejala Menghilangkan gejala Menghilangkan gejala parah


ringan sedang dan komplikasi BPH

Operasi
Watchful
waiting
α-adrenergik α-adrenergik
antagonis atau antagonis dan 5-α
5-α Reductace
Reductace inhibitor inhibitor

Jika respon Jika respon Jika respon Jika respon tidak


berlanjut tidak berlanjut, berlanjut berlanjut, operasi
operasi
Golongan Antagonis α-adrenergik (Penurun
Faktor Dinamik)

Prazosin Terazosin Doksazosin Tamsulosin


GOLONGAN OBAT
Golongan Agonis dan Antagonis
Hormon (Penurun Faktor Statik)

Nafarelin Megestrol
Finasterid Flutamid
Asetat asetat
Terapi Non Farmakologi

 Pembatasan Minuman Berkafein


 Tidak mengkonsumsi alkohol
 Pemantauan beberapa obat seperti diuretik,
dekongestan, antihistamin, antidepresan
 Diet rendah lemak
 Meningkatkan asupan buah-buahan dan
sayuran
 Latihan fisik secara teratur
 Tidak merokok
PROGNOSIS

1.Tergantung dari lokasi, lama dan kerapatan retensi.

2.Keparahan obstruksi yang lamanya 7 hari dapat menyebabkan


kerusakan ginjal. Jika keparahan obstruksi diperiksa dalam dua
minggu, maka akan diketahui sejauh mana tingkat keparahannya.
Jika obstruksi keparahannya lebih dari tiga minggu maka akan lebih
dari 50% fungsi ginjal hilang.

Anda mungkin juga menyukai