Anda di halaman 1dari 72

375.

615
1
Ind
f

FARMAKOLOGI

Jilid III ( untuk kelas III )


Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Departemen Kesehatan RI
Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pusdiknakes
2004

1
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I OBAT JANTUNG, PEMBULUH DAN DARAH
(KARDIOVASKULAR DAN HEMATOPOIETIKA)
A. Obat Jantung 1
B. Antihipertensi 7
C. Diuretika 12
D. Hematinika 17
E. Hemostatika dan Oksitosikum 19

BAB II BIOREGULATOR
A. Enzim 23
B. Vitamin 25
C. Mineral dan Elemen Spura 28
D. Hormon 31
E. Obat Kontrasepsi 36

BAB III OBAT SISTEM PERNAPASAN


A. Obat – Obat Asma, Bronchitis dan Emfisema Paru 39
B. Obat Batuk 45

BAB IV ANTIHISTAMIN 49

BAB V OBAT – OBAT ANTI HIPERLIPIDEMIK 52


BAB VI OBAT LAIN – LAIN
A. HIV dan Anti AIDS 58
B. Kortikosteroid 61

2
PUSTAKA PENDUKUNG

1. Paket Ceramah dan Diskusi AIDS;, Depdikbud dan Lentera PKBI Yogyakarta;
1995
2. Penyakit Menular Seksual; Edisi II; Fakultas Kedokteran UI; Jakarta; 2001
3. Djauzi, S dan Rachmadi, K; Mimpi Pengobatan AIDS Murah di Indonesia, dalam
Kompas; 17 Februari 2002; Jakarta; 2002
4. Harahap, W, Syaiful; Pers Meliput AIDS; Cetakan I; Pustaka Sinar Harapan dan The
Ford Fondation; Jakarta; 2000
5. Mansjoer, Arif, dkk; Kapita Selekta Kedokteran; Edisi ketiga; Jilid 1; Media
Aesculapius, FK UI; Jakarta; 1999
6. Muninjaya Gde; AIDS di Indonesia, Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya,
Cetakan I; EGC; Jakarta; 1999
7. Muninjaya Gde; AIDS Dikenali untuk Dihindari; Catakan I; Arcan; Jakarta; 1999
8. Mycek Mary, Harvey Richard, Champe Pamela; Farmakologi Ulasan Bergambar;
Edisi II; Widya Medika; Jakarta; 1995.
9. ISO Indonesia; Volume XXXV; Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia; PT. AKA;
Jakarta; 2001
10. Harkness, Richard; Interaksi Obat; Penerbit ITB; Bandung; 1989
11. Kasan, Umar; Hormon Kortikosteroid; Penerbit Hipokrates; Jakarta; 1997
12. Katzung, G. Bertram; Farmakologi Dasar dan Klinik; Edisi keenam; EGC; Jakarta;
1998
13. Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R; Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan;
EGC; Jakarta; 1996
14. Mutschler, Ernst, Dinamika Obat, Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung, 1991
15. Mycek, J. Mary, Harvey, A. Richard dan Champe, C. Pamela; Farmakologi, Ulasan
Bergambar; Edisi kedua; Widya Medika; Jakarta 2001
16. Tan, Hoan, Tjay dan Rahardja, Kirana; Obat-obat Penting; Edisi Keempat; 1991
17. Woodley, Michele dan Whelan, Alison; Pedoman Pengobatan; Edisi Pertama;
Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset; Yogyakarta; 1995

3
FARMAKOLOGI
Jilid III ( untuk kelas III )
Cetakan Pertama

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001


KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Tim Pembahas / Editor :


1. Drs. Sjukri Kimin, Apt.
2. Drs. Indiarto, Apt.
3. Dra. Nindia Santoso, Apt.
4. Dra. Padmasari Dewi,. Apt.
5. Drs. Sabar Santosa, Apt.
6. Dra. Sri Riyanti, Apt.
7. Rudy Mulyawan
8. Yugo Susanto, S.Si., Apt.
9. Susanti Sofas, S.Si., Apt.

4
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan petunjukNya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah
dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni
Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001.
Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang
dikoordinir oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah
melibatkan seluruh unsur SMF Se Indonesia.
Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru /
tenaga pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya,
selanjutnya dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi
khususnya dan dibidang kesehatan umumnya.
Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran
perbaikan dan kritik dari semua pembaca.

Jakarta, Mei 2002

5
PENGANTAR DARI SEKBER

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah


diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum
Sekolah Menengah Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi
seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya.
Buku Farmakologi ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan Garis – Garis
Besar Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan
harapan akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah
Menengah Farmasi.
Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi murid dalam menerima
pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga beberapa referensi lainnya
sehingga diharapkan para guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan
redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan –
masukan untuk penyempurnaan buku ini.
Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan Editor yang
telah bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya.

Jakarta, Mei 2004

6
BAB I
OBAT JANTUNG, PEMBULUH DAN DARAH
(CARDIOVASKULAR DAN HEMATOPOIETIKA)

Pendahuluan
Di negara industri, penyakit jantung dan pembulu (PJP) seperti angina pectoris,
infark jantung, gagal jantung dan hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar. Hal
ini terutama disebabkan oleh faktor makanan, yang kaya kalori, protein, lemak (jenuh) dan
miskin serat – serat nabati.

Beberapa pengertian :
1. Atherosclerosis : adalah gangguan pembuluh yang disebabkan karena menebal dan
mengerasnya dinding pembuluh nadi (arteri) besar dan sedang. Hal ini diakibatkan
oleh endapan dari kolesterol, lemak, kalsium dan fibrin (plak) di dinding pembuluh.
2. Hipertensi : adalah tingginya tekanan darah yang berhubungan dengan pengerasan /
penebalan pembuluh darah
3. Angina pectoris adalah penyakit jantung, dimana jantung tidak menerima cukup
darah (dan oksigen) karena cabang arteri jantung hampir tertutup oleh plak.
4. Bila arteri jantung atau arteri otak tersumbat sama sekali, maka timbul infark
jantung atau infark otak (stroke).
5. Kalau jantung tidak sanggup lagi memeliharan peredaran darah selayaknya, maka
akan timbul gagal jantung (dekompensasi)

A. Obat Jantung
Obat – obat jantung atau cardiaca adalah obat yang secara langsung dapat
memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal.

Gambar : Kerja jantung

7
Gambar : Sirkulasi darah
1. Gangguan – Gangguan Jantung
(a) Infark Jantung
Infark jantung atau trombosis koroner, umunya disebut serangan jantung, adalah
keadaan tersumbatnya suatu cabang pembuluh jantung yang menyalurkan darah ke
jantung oleh gumpalan darah beku (trombus).
Gejalanya berupa nyeri yang hebat dibelakang tulang dada, rasa gelisah, tidak
mampu mengerakkan tangan dan kaki, muka mebiru dan debar jantung (tachycardia).
(b) Angina Pectoris
Angina pectoris adalah gangguan yang timbul sebagai akibat hipoxia (kekurangan
oksigen) otot jantung karena kelelahan fisik atau emosional dan dapat juga
disebabkan oleh penciutan arteri jantung, infark, kejang – kejang atau adanya
tachycardia tertentu, anemia hebat atau penciutan aorta.
Gejalanya adalah rasa sakit hebat di bawah tulang dada yang menjalar ke pindak kiri
dan lengan bagian atas, terutama bila berjalan atau sesudahnya ; nyeri tersebut akan
hilang bila berhenti dan istirahat.
Tindakan umum untuk mengurangi serangan angina adalah berupa tindakan :
- tidak merokok (karena merokok dapat menciutkan pembuluh) dan diet (kolesterol
dan lemak)
- menghindari beban fisik maupun mental
- berolah raga, sekurang – kurangnya jalan kaki selama 1 jam sehari guna
memperbaiki sirkulasi di jantung
- mengobati hipertensi
(c) Aritmia
Adalah gangguan ritme berupa kelainan dalam frekwensi (kecepatan) denyut jantung
karena serambil (atrium) dan bilik (ventrikel) berdenyut lebih cepat (tachycardia) atau
lebih lambat (bradycardia) dari normal. Dapat pula karena terjadinya kekacauan
dalam ritme (irama) denyutan jantung, misalnya vibrasi (flutter), getaran (fibrilasi)
ataupun extrasistole.
Heartblock merupakan suatu jenis aritmia yang disebabkan oleh gangguan penyaluran
listrik dari serambi kanan ke bilik kiri. Terapinya adalah dengan pacemaker, yaitu
suatu alat kecil yang dapat mengirimkan impluls – impuls listrik ke jantung guna
menormalisir frekwensi kontraksinya.

8
(d) Dekompenasi Jantung
Adalah keadaan dimana sirkulasi darah jantung dan cardiac output menurun, misalnya
akibat infark atau katup – katup jantung yang tidak bekerja sempurna, atau karena
proses penuaan.
Gejalanya adalah sukar bernafas bila berbaring (dyspnea), muka membiru (cyanosis),
dan oedema.
(e) Shock
Adalah salah satu komplikasi dari infark jantung yang sangat ditakuti karena biasanya
berakibat fatal. Sebanya adalah tachycardia yang hebat, myocarditis dan sebagainya.

2. Penggolongan Obat Jantung


(a) Kardiotonika
Yaitu glikosida – glikosida jantung, yang berkhasiat mempertinggi kontraktilitas
jantung hingga cardiac output (volume menitnya) bertambah, sedangkan denyutnya
dikurangi (efek chronotrop negatif). Disamping itu glikosida jantung ini juga
merintangi sistem penyaluran impuls A-V (atrioventikuler, yakni dari serambi ke
bilik) hingga penyaluran tersebut di perlambat.Kegunaan utamanya adalah pada
kelemahan otot jantung (myocard) yang terjadi pada dekompensasi dan fibrilasi
serambi.

Termasuk kedalam golongan obat ini adalah :


(1) Digitalis folium
Merupakan preparat galenika, berupa tinctura digitalis, yang diperoleh dari
digitalis pupurea dan digitalis lanata. Daun digitalis mengandung dua glikosida
yaitu lanatosida A dan Lanatosida B. Sedangkan digitalis lanata mengandung zat
ke tiga, yaitu lanatosida C.
Pada terapi dengan digitalis, dikenal dua jenis dosis, yaitu dosis digitalisasi
(selama 1 – 6 hari pertama) dan dosis pemeliharaan. Dosis ini sangat individual,
tergantung apda kepekaan seseorang terhadap glikosida jantung.
(2) Digoksin
Zat ini mulai bekerja setelah 2 – 4 jam dan bertahan sampai 3 hari. Umumnya
diberikan per oral. Dalam hati mengalami biotransformasi menjadi metabolit –
metabolit in aktif yang dileluarkan oleh ginjal. Kinidin dapat memperlambat
eliminasi digoksin, sehingga dosisnya perlu dikurangi hingga setengahnya bila
kedua obat ini digunakan secara bersamaan.
(3) Digitoksin
Zat ini terutama digunakan pada terapi menahun dari dekompensasi. Mulai
kerjanya setelah 1 jam dan bertahan 2 – 3 minggu. Oleh karena itu bahaya
kumulasi lebih besar. Dalam hati diubah menjadi beberapa metabolit aktif, antara
lain digoksin, yang dengan perlahan diekskresi oleh ginjal. Disamping itu juga
mengalami siklus enterohepatik, yang lebih besar dari pada digoksin.
(4) Quabain
Glikosida ini diperoleh dari biji tumbuhan Strophantus gratus. Mulai bekerjanya
setelaj injeksi i.v. adalah lebih kurang 5 menit dan bertahan lebih kurang 24 jam.
Zat ini tidak mengalami biotransformasi dan dikeluarkan dalam kedaaan utuh oleh
ginjal. Juga tidak mengalami siklus enterohepatik, sehingga kemungkinan
kumulasi kecil.
(5) Proscilaridin
Zat ini diperoleh dari glikosida scillaren A yang terdapat dalam umbi tumbuhan
Scilla maritima. Disamping berkhasiat sebagai kardiotonik, zat ini juga bersifat

9
diuretik. Mulai bekerja setelah penggunaan oral adalah lebih kurang satu jam,
lama kerjanya relatif singkat, sehingga risikokumulasi ringan.

(b) Obat – Obat Angina Pectoris


Keadaan kekurangan darah (ischemia) pada angina pectoris dapat diobati dengan
vasodilator – vasodilator arteri jantung dan zat yang mengurangi kebutuhan jantung
akan oksigen. Diobati dengan :
 Vasodilator koroner
Memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah beserta oksigen,
sehingga meringankan beban jantung. Obat pilihan utama untuk serangan akut
adalah nitrogliserin. Obat lainnya adalah Dipiridamol.
 Antagonis – antagonis kalsium
Kalsium merupakan elemen essensial bagi fungsi myocard dan otot polos dinding
arteriole. Pada kadar kalsium intrasel tertentu, sel mulai berkontraksi ; otot jantung
dan arteriole - arteriole menciut (vasokonstriksi).
Antagonis kalsium menghambat pemasukan kalsium ke dalam sel – sel myocard
dan otot polos dinding arteriole, sehingga dapat mencegak kontraksi dan
vasokonstriksi..Termasuk ke dalam antagonis kalsium antara lain Nifedipin,
Diltiazem, Verapamil.
 Beta blockers
Pada reseptor β1 di jantung, berefek inotrop negatif dan efek kronotrop positif, yaitu
mengurangi daya dan frekwensi kontraksi jantung, serta memperlambat penyaluran
impuls pada nosus AV.
Sedangkan pada reseptor β2 di bronchia (juga dinding pembuluh dan usus),
memberikan efek vasokonstriktor. Semua β – blockers dapat digunaan untuk
mengobati angina pectoris, tachy aritmia, hipertensi, infark jantung. Efek samping
dari obat golongan ini adalah :
 dekompensasi jantung, akibat bradycardia, dengan gejala sesak napas
 bronchokonstriksi dengan gejala sesak napas dan serangan serupa asma
 persaaan dingin (pada jari kaki – tangan) dan terasa lemah (akibat
berkurangnya sirkulasi perifer dan oksigen di otot).
 Hipoglikemia
 Efek sentral seperti gangguan tidur dengan mimpi – mimpi ganjil
(nightmare), lesu, bahkan depresi dan halusinasi
 Gangguan lambung dan usus seperti mual, muntah, diare
 Penurunan HDL-kolesterol
Tergolong ke dalam obat ini antara lain Propanolol, Acebutolol

(c) Antiaritmia
Adalah obat – obat yang dapat menormalisasi frekwensi dan ritme pukulan jantung.
Disamping menurunkan frekwensi denyutan jantung (efek chronotrop negatif),
umumnya obat – obatan ini juga mengurangi daya kontraksi jantung (efek inotrop
positif). Berdasarkan mekanisme kerjanya, pengobatan aritmia dibagi 4 golongan,
yaitu :
 Zat – zat dengan daya anestetika lokal, disebut juga efek kinidin atau efek
stabilisasi membran. Zat ini mengurangi kepekaan membran sel – sel jantung
untuk rangsangan dengan jalan menghambat pemasukan ion natrium di
membran dan memperlambat depolarisasinya. Akibatnya ritme dan frekwensi
jantung menjadi normal kembali. Termasuk zat ini adalah kelompok kinidin
dan lidokain.

10
 Zat perintang reseptor β adrenergik atau beta blockers, yang mengurangi
aktivitas saraf adrenergik di otot jantung, sehingga frewensi dan daya
kontraksi jantung menurun. Contohnya Timolol dan Propranolol.
 Zat yang memperpanjang masa refrakter, dengan jalan memperpanjang aksi
potensial. Contohnya Amiodaron dan Sotalol.
 Antagonis kalsium, contohnya Verapamil, Nifedipin, Diltiazem.

3. Zat tersendiri
(a) Digoksin
Indikasi : Payah jantung kronik, payah jantung akut, payah jantung
pada lansia tanpa gangguan ginjal, payah jantung pada
anak – anak, aritmia
Kontra indikasi : Bradikardia, pasien dengan suntikan kalium
Efek samping : Dosis berlebihan berakibat anoreksia, mual, muntah,
disorientasi, ataksia, urtikaria
Sediaan : Tablet 0,25mg

(b) Propranolol
Indikasi : Angina pectoris, tachy aritmia, hipertensi, infark jantung.
Kontra indikasi : Asma, hipotensi
Efek samping : Gangguan saluran cerna, kelemahan otot, lelah.
Sediaan : Tablet

(c) Acebutolol
Indikasi : Angina pectoris, hipertensi, mengontrol aritmia
Kontra indikasi : Shock kardiogenik, asma bronchial, obstruksi paru,
bradikardia
Efek samping : Bradikardia, ekstremitas dingin, mata kering, ruam,
bronkospasme, mialgia
Sediaan : Kapsul, tablet

(d) Verapamil
Indikasi : Angina pektoris, hipertensi
Kontra indikasi : Hipotensi, bradychardia, gagal jantung akut, wanita hamil
dan menyusui
Efek samping : Konstipasi, hipotensi, pusing, sakit kepala, kemerahan
pada wajah, ruam kulit, gangguan lambung
Sediaan : Tablet 80 mg, , kapsul sustained release 240 mg,

(e) Nifedipin
Indikasi : Digunakan untuk profilaksis dan terapi angina pectoris.
Mekanisme : Zat ini mencegah transpor ion kalsium ke dalam otot
kerja jantung dan otot dinding pembuluh dengan efek
vasodilatasi, sehingga pemasukan oksigen ke myocard
bertambah. Nifedipin mengalami perombakan di hati
menjadi metabolit in aktif. Dan 75 % pengeluarannya
melalui kemih
Kontra indikasi : Hipotensi, glaucoma, anemia
Efek samping : udema pada mata kaki. Pada dosis awal yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan hipotensi, menyebabkan serangan
angina dan kadang – kadang infark.

11
Interaksi obat : Efek hipotensi diperkuat oleh adanya alkohol, anti
hipertensi, antidepresan dan narkotika.
Sediaan : Tablet 10 mg, 20 mg, 40 mg ; tablet sub lingual 5mg ;
injeksi 10 mg / 10 ml ; aerosol 17 g

(f) Diltiazem
Indikasi : Angina pectoris, hipertensi
Kontra indikasi : Hipotensi, wanita hamil / menyusui, gagal jantung
kongestif.
Efek samping : Konstipasi, hipotensi, pusing, sakit kepala, kemerahan
pada wajah, ruam kulit, gangguan lambung
Sediaan : Kaplet / tablet salut selaput 30 mg ; tablet 60 mg ; injeksi
10 mg, 50 mg.

(g) Isosorbid Dinitrat


Indikasi : Angina pektoris, infark jantung
Kontra indikasi : Hipotensi, shock kardiogenik
Efek samping : Sakit kepala
Sediaan : Tablet sub lingual

(h) Dipyridamol
Indikasi : derivat dipiperidino ini berdaya vasodilatasi terhadap
arteri jantung. Berkhasiat inotrop positif lemah tanpa
menaikkan penggunaan oksigen.
Digunakan untuk insufisiensi jantung, myocardial, angina
pectoris
Kontra indikasi : -
Efek samping : nyeri kepala, palpitasi dan gangguan lambung
Interaksi obat : Golongan xantine dapat menghilangkan efek vasodilatasi
Sediaan : Tablet salu selaput 25 mg

(i) Dopamin
Indikasi : Payah jantung akut, penunjang pada pengobatan dengan
diuretika.
Kontra indikasi : Phaechromocytoma, hipertropi ventrikel kiri,
Efek samping : Mual, muntah, aritmia
Sediaan : Injeksi

(j) Nitroglyceryl
Indikasi : mengontrol hipertensi sebelum, selama dan sesudah
operasi ; gagal jantung kongestif yang berhubungan
dengan infar myocard ; mengontrol hipotensi.
Efek pada penggunaan secara sub lingual sangat cepat
( lebih kurang setelah 1 – 3 menit).
Kontra indikasi : hipotensi, idiosinkrosi, anemia, hipoksemia arteri
Efek samping : perasaan nyeri di kepala dan tachycardia ringan, pada
dosis yang besar jantung berdebar, pusing, penglihatan
buram lalu menjadi pucat. Jika efek ini terjadi, maka
pasien harus mengeluarkan sisa tablet dari mulut dan
segera berbaring.
Interaksi obat : efek hipotensi ditingkatkan oleh alkohol, β-blocker, anti

12
hipertensi. Meningkatkan efek anti histamin, anti
kolinergik.
Sediaan : kapsul 5 mg, injeksi 50 mg / 10 ml

4. Spesilite :
NO. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1. Digoksin Lanoxin 0,25mg / tablet Glaxo-Wellcome
Fargoxin Fahrenheit

2. -Metil Digoxin Lanitop 0,1mg / tablet Rajawali Nusindo

3. Digoksin Lanoxin 0,25mg / tablet Glaxo-Wellcome


Fargoxin Fahrenheit

4. Nifedipine Adalat 10mg, 20mg, 30mg / tablet Bayer

5. Diltiazem Herbesser 30mg, 60mg / tablet Tanabe-Abadi


90mg, 180mg / kapsul

6. Isosorbid Dinitrate Cedocard 5mg, 10mg, 20mg / tablet Darya-Varia

7. Dipyridamol Persantin 25mg, 75mg / tablet Boehringer

8. Glyceryl Trinitrate Glyceryl Trinitrate DBL 50mg / 10ml ampul Tempo Scan
Pacific

9. Nitrogliceryn Nitradisc Tetes : 5mg, 10mg / 24 jam Soho

NO. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen


10. Propranolol HCl Inderal 10mg, 40mg / tablet Zeneca

11. Acebutolol Corbutol 400mg / tablet Otto

12. Verapamil HCl Isoptin 80 mg / dragee Tunggal

13. Quinidine Sulfate Sulfas Chinidin 100mg / tablet Kimia Farma

14. Dopamin Cetadop 10mg, 40mg / ml ampul Ethica

Doperba 40mg / ml ampul Kalbe Farma

Proinfark 20 mg / ml ampul Phapros

B. Antihipertensi

1. Pendahuluan
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
(a) Curah jantung
Ialah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup jantung. Besarnya isi sekuncup
ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung dan volume darah yang kembali
ke jantung.

13
(b) Resistensi perifer
Adalah gabungan tekanan otot polos arteri dan viskositas darah. Resistensi
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas dinding pembuluh darah akibat adanya
arteriosclerosis yang terjadi karena meningkatnya usia atau karena pengendapan.

Ada 2 macam tekanan darah, yaitu :


(a) Tekanan darah sistolik
Adalah tekanan darah yang terjadi pada saat jantung berkontraksi. Tekanan ini
selalu lebih besar dari tekanan diastolik
(b) Tekanan darah diastolik
Adalah tekanan darah yang terjadi pada saat jantung berelaksasi (mengembang)
Tekanan darah dinyatakan dengan satuan mm Hg, misalnya 150 / 80 mm Hg, artinya
tekanan daras sistolik 150 dan tekanan darah diastolic 80 mm Hg.
Tabel tekanan darah menurut WHO :
Jenis tekanan darah Sistolik Diastolik
Normotensi < 140 < 90
Borderline 140 – 160 90 – 95
Hipertensi > 160 > 95
Dikatakan hipertensi bila ada peningkatan tekanan (lebih besar dari normal) darah sistolik
atau diastolik yang kronis.
Tekanan darah tubuh diatur oleh Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS).
Hormon renin dihasilkan oleh ginjal. Bila aliran darah dalam glomeruli berkurang, ginjal
akan melepaskan renin. Dalam plasma renin bergabung dengan protein membentuk
Angiotensin I yang oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) dirubah menjadi
Angiotensin II, yang aktif dan bersifat vasokonstriksi dan menstimulir hormon aldosteron
yang mempunyai efek retensi air dan garam, sehingga volume darah bertambah,
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Disamping RAAS, tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain :
(a) Volume denyut jantung : makin besar volume denyut jantung, tekanan darah
makin tinggi.
(b) Elastisitas dinding arteri : makin kurang elastis, tekanan darah makin tinggi.
(c) Neurohormon (adrenalin dan noradrenalin) : lepasnya neurohormon dirangsang
oleh emosi, gelisahm stress, takut, marah, lelah atau rokok. Neurohormon bersifat
vasokonstriksi perifer sehingga tekanan darah naik.
Tekanan darah tinggi bukanlah penyakit, tapi hanya kelainan atau gejala yang disebabkan
oleh penyakit ginjal, penciutan aorta atau tumor pada anak ginjal (menyebabkan produksi
hormon berlebihan), yang mempunyai efek adanya gangguan pada sistem regulasi tekanan
darah. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut hipertensi essensial.
Hipertensi mengakibatkan resiko besar seperti kerusakan jantung (infark jantung),
pembuluh darah (bila pembuluh darah di otak pecah dapat menyebabkan infark otak
sehingga badan menjadi lumpuh separuh), kerusakan ginjal, selapu mata dan komplikasi
lain. Faktor lain yang menyebabkan hipertensi :
(a) Garam, ion Na+ bersifat retensi air sehingga memperbesar volume darah, juga
memperkuat noradrenalin, dengan demikian memperkuat vasokonstriksi.
(b) Asam glizirizat (yang terkandung dalam succus), dapat mempertinggi tekanan
darah pada orang tertentu.
(c) Hormon estrogen dalam pil KB bersifat menahan air dan garam, demikian juga
hormon androgen.
(d) Stress (ketegangan emosional) akibat pelepasan hormon adrenalin yang bersifat
vasokonstriktif

14
(e) Kehamilan
Gejala hipertensi :
Gejala yang khas tidak ada, penderita kadang – kadang hanya merasa nyeri kepala pada
pagi hari sebelum bangun tidur, tetapi setelah bangun rasa nyeri akan hilang.

2. Macam – Macam Hipertensi


Berdasarkan etiologi, hipertensi dibagi dua yaitu :
(a) Hipertensi essensial atau hipertensi primer, disebut juga hipertensi isiopatik, yaitu
hipertensi yang tidak jelas penyebabnya. Hipertensi ini merupakan 90% dari kasus
hipertensi. Faktor yang mempengaruhinya antara lain usia, jenis kelamin,
merokok, kolesterol, berat badan dan aktifitas renin plasma.
(b) Hipertensi sekunder, prevalensi hipertensi ini hanya 6 – 8 % dari seluruh penderita
hipertensi. Disebabkan oleh penyakit, obat, dll. Yang disebabkan oleh penyakit
ginjal disebut hipertensi renal, sedangkan yang disebabkan oleh penyakit endokrin
disebut hipertensi endokrin. Sedangkan obat – obat yang dapat menyebabkan
hipertensi misalnya hormon kontrasepsi, hormon kortikosteroid, antai depresan,
dll.

3. Pencegahan
Berhubung gejala khas tidak ada, sedangkan hipertensi beresiko besar, maka perlu
mengenal lebih awal gangguan ini, yaitu dengan mengukur tekanan darah secara berkala
(minimal sekali dalam satu tahun), terutama bagi yang sudah berusia 45 tahun ke atas.
Beberapa tindakan umum yang perlu dilakukan oleh pasien meskipun hanya
menderita hipertensi ringan antara lain :
(a) Bagi yang obesitas : menurunkan berat badan, sebab dengan menurunkan berat
badan, volume darah juga akan berkurang. Penurunan berat badan 1 kg akan
menurunkan tensi darah lebih kurang 0,5 / 0,7 mm Hg.
(b) Diet garam : maksimum 2 gram per hari. Mengurangi konsumsi lemak termasuk
daging, sebaliknya memperbanyak konsumsi makanan nabati.
(c) Tidak merokok, mengurangi minum kopi dan alkohol, sebab nikotin mempunyai
efek vasokonstriksi dan karbondioksida dalam asap rokok mengganggu
pernafasan. Kafein dapat menstimulir kontraksi jantung. Demikian pula alkohol,
karena tiap 10 gram alkohol dapat meingkatkan 0,5 mm Hg tekanan darah.
(d) Istirahat yang cukup
(e) Olah raga teratur, dapat merangsang saraf parasimpatis untuk lebih aktif
sedangkan saraf simpatis yang mempunyai efek vasokonstriksi kurang aktif.

4. Pengobatan
Prinsip pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah, bila mungkin
sampai pada tekanan normal atau pada tekanan yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak
dan jantung. Ada dua cara pengobatan hipertensi, yaitu terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi.
Terapi non farmakologi, adalah terapi tanpa menggunakan obat – obatan,
misalnya dengan m,enurunkan berat badan, diet garan dan sebagainya (lihat tindakan
umum).
Terapi farmakologi, ialah cara bertahap (stepped care = SC), ada empat tahap, yaitu :
(a) Tahap pertama, dengan satu obat diuretika tiazida atau beta bloker dengan dosis
kecil kemudian dosis dinaikkan.
(b) Tahap kedua, dengan dua obat : diuretika tiazida dan alfa atau beta bloker
(c) Tahap ketiga, dengan tiga obat : diuretika tiazida dan beta bloker dan vasodilator
(biasanya Hidralazin) atau penghambat ACE

15
(d) Tahap keempat, dengan empat obat : diuretika tiazida, beta bloker, vasodilator dan
guanetidin atau penghambat ACE

5. Penggolongan Obat Hipertensi


Tekanan darah ditentukan oleh volume menit jantung dan daya tahan dinding
arteriol, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

TD = tekanan darah
TD = VM x DTP VM = volume menit jantung
DTP = daya tahan perifer

Dari rumus di atas, tekanan darah dapat diturunkan dengan mengurangi VM atau
DTP. Obat – obat hipertensi bekerja atas dasar prinsip tersebut.
Penurunan VM dilakukan dengan blokade reseptor beta jantung dan dengan
mengecilkan volume darah oleh diuretika.
Penurunan DTP diatur oleh faktor yang bekerja melalui susunan saraf sentral
maupun perifer. Sedangkan zat –zat vasodilatasi bekerja langsung terhadap perifer diluar
sistem adrenergik. Menurut zat khasiat farmakologinya, anti hipertensi dibagi atas :
(a) Zat – zat penekan SSP, misalnya reserpin
(b) Zat – zat penekan sistem adrenergik perifer, misalnya Propanolol
(c) Zat – zat diuresis, lebih praktis bila diberikan dalam bentuk long acting atau dosis
tunggal, misalnya Klortalidon
(d) Zat – zat vasodilator, misalnya Hidralazin
(e) Zat – zat antagonis kalsium, misalnya Nifedipine
(f) Zat –zat ACE bloker dan Angiotensin II antagonis, misalnya Losartan K dan
Captopril

6. Penggunaan
Kebanyakan obat hipertensi bekerja lambat, efeknya baru terlihat setelah beberapa
hari, sedangkan efek maksimal setelah beberapa minggu. Obat – obat dengan plasma t ½
antara 2 – 5 jam efek hipotensinya dapat bertahan sampai 20 jam, misalnya Reserpin,
Metildopa, Hidralazin, Propanolol dan Metoprolol. Kombinasi antara obat – obat tersebut
menghasilkan potensiasi, dengan demikian dosis dapat diturunkan dan efek samping lebih
ringan. Obat – obat dengan titik kerja sama (termasuk dalam satu kelompok) jika
dikombinasikan tidak menghasilkan potensiasi.

7. Efek Samping
Semua obat hipertensi menimbulkan efek samping seperti hidung tersumbat
(karena vasodilator mukosa), mulut kering, rasa letih dan lesu, gangguan lambung-usus
(mual, diare), gangguan penglihatan dan bradycardia (terkecuali Hidralazin yang justru
menyebabkan tachycardia).
Waktu menelan obat sebaiknya pada pagi hari setelah makan, sebab tekanan darah
paling tinggi pada pagi hari. Dosis pemberian obat maupun penghentian sebaiknya secara
berangsur, ini untuk menghindari penurunan dan kenaikan drastis.

8. Obat – Obat Tersendiri :


(a) Labetolol
Indikasi : Hipertensi sedang sampai berat
Kerjanya : Merupakan derivat Salbutamol dengan kerja yang cepat
setelah 2 – 4 jam. Efek menguat dengan meningkatnya
dosis. Obat ini dapat diberikan pada wanita hamil

16
Efek samping : Hidung tersumbat, gangguan gastrointestinal, letih, lemah,
kejang dan hipotensi ortistatik.
(b) Klonidina
Indikasi : Semua bentuk hipertensi
Kontra indikasi : Sick-sinus syndroma
Mekanisme : Merupakan turunan imidazol yang kerjanya kuat
kerja berdasarkan efek adrenolitik sentral. Dalam dosis kecil
bersifat vasokonstriksi perifer
Sediaan : Injeksi 0,15 mg/ml
(c) Metildopa
Indikasi : Hipertensi ringan sampai sedang
Mekanisme kerja : Bekerja kuat pada SSP dengan stimulasi reseptor pusat
vasomotor, sehingga menekan saraf adrenergik perifer.
Kontra indikasi Hepatitis, sirosis hati
Efek samping :
Interaksi obat : Sering dikombinasi dengan diuretik.
Sediaan : Tablet salut selaput 250 mg
(d) Hidralazin
Indikasi : Semua tingkatan hipertensi
Mekanisme Mempunyai efek vasodilatasi langsung terhadap dinding
kerja arteri.
Kontra indikasi : Hipotensi
Efek samping : Gangguan lambung-usus, nyeri kepala dan tachycardia.
Pada penggunaan dosis tinggi yang lama berakibat borok
kulit dan habituasi.
Sediaan : Tablet
(e) Reserpin
Adalah salah satu alkaloida dari Rauwolfia serpentina
Indikasi : Hipertensi ringan dan sedang
Mekanisme : Efek supresi yang tidak begitu kuat terhadap SSP. Plasma
kerja t ½ pendek, yaitu ¼ sampai 3 jam, tetapi efek hipotensi
bertahan sampai 36 jam, sebab dapat terakumulasi.
Efek samping : Depresi psikis dan hipotensi ortostatik, pada permulaan
pengobatan timbul gangguan lambung, lelah, mengantuk
dan hidung tersumbat.
Interaksi obat : Gagal ginjal dan hati, hipokalsemia
Sediaan : Tablet 0,1 mg
9. Spesialite
NO. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1. Kaptopril Capoten Tablet 12,5mg ; 25mg; Bristol Myers
50mg
2. Klonidin Catapres Injeksi 0,15mg/ml ; Boehringer
tablet 0.075mg, 0.15mg

3. Metildopa Dopamet Tablet 250mg Alpharma

4. Labetolol Trandate Tablet 50mg ; 100mg Glaxo Wellcome

5. Atenolol Betablok Tablet 50mg; 100mg Kalbe Farma


Internolol Interbat

6. Atenolol HCl + Tenoretic Tiap tablet :Atenolol 50mg, Astra Zenecca


Klortalidon klortalidon 25mg

17
NO. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
7. Reserpin + Hidralazin Ser-ap-es Tiap tablet : Reserpin 0,1mg Novartis
hidralazin HCl 25 mg

8. Prazosin HCl Minipress Tablet 1mg, 2mg Pfizer

9 Reserpin Serpasil Tablet 0,25mg ; 0,1mg Novartis


Resapin Soho

10 Propranolol Farmadral Tablet 10mg Fahrenheit


Inderal Astra Zenecca

C. Diuretika
Diuretika adalah zat – zat yeng memperbanyak pengeluaran urine (diuresis)
akibat pengaruh langsung terhadap ginjal. Zat – zat lain yang meskipun juga menyebabkan
diuresis tetapi tidak mempengaruhi ginjal secara langsung, adalah :
a. Obat – obat yang memperkuat kontraksi jantung, misalnya Digitalis, Teofilin, dll.
b. Zat – zat yang memperbesar volume darah, seperti Plasma, Dextran
c. Zat yang merintangi sekresi hormon anti diuretik, misalnya air, alkohol, dan larutan
– larutan hipotonik.
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan
mengeluarkan semua zat asing dan sisa metabolisme dalam darah. Disamping itu
berperan juga memelihara homeostatis, yaitu keseimbangan dinamis antara cairan intra dan
ekstra sel, serta memelihara volume total dan susunan cairan ekstra sel.
Proses diuresis dimulai dengan proses filtrasi yang terjadi di glomeruli, yang
hasilnya berupa ultra filtrat (mengandung air dan elektrolit), ditampung pada kapsul
Bowman yang terdapat disekeliling glomeruli. Kemudian disalurkan ke kandung kemih
dengan melintasi saluran – saluran seperti tubuli proksimal, lengkung Henle, tubuli distal
dan saluran pengumpul (ductus colligens). Pada tiap saluran yang dilewati, terjadi
reabsorpsi zat tertentu.

Gambar : Nefron dan tempat kerja diuretika di tubuli

1. Mekanisme Kerja
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi ion – ion Na+,
sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat ini bekerja khusus terhadap tubuli
ginjal pada tempat yang berlainan, yaitu :

18
(a) Pada tubuli proksimal, disini 70% ultra filtrat diserap kembali (Glukosa, Ureum,
ion Na+ dan Cl- ). Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma. Diuretik
osmotik (Manitol, Sorbitol, Gliserol) juga bekerja di tempat ini dengan mengurangi
reabsorpsi ion Na+ dan Cl- .
(b) Pada lengkungan Henle (Henle’s loop), di sini 20% ion Cl- diangkut secara aktif ke
dalam sel tubuli dan disusul secara pasif oleh ion Na+, tetapi tanpa air, sehingga
filtrat menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretika lengkungan (diuretika kuat
seperti Furosemida, Bumetamida, Asam Etakrinat) bekerja di sini dengan
merintangi transpor Cl- .
(c) Pada tubuli distal bagian depan ujung Henle’s loop dalam cortex, di sini ion Na+
diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih cair
dan lebih hipotonik. Saluretika (zat –zat Thiazida, Klortalidon, Mefruzida dan
Klopamida) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi ion Na+ dan Cl- .
(d) Pada tubuli distal bagian belakang, di sini ion Na+ diserap kembali secar aktif, dan
terjadi pertukaran dengan ion K+, H+ dan HH4+. Proses ini dikendalikan oleh
hormon anak ginjal aldosteron. Zat – zat penghemat kalium (Spirolanton,
Thiamteren dan Amilorida) bekerja di sini dengan mengurangi pertukaran ion K+
dengan ion Na+, dengan demikian terjadi retensi kalium (antagonis aldosteron).
Reabsorpsi air terutama berlangsung di saluran pengumpul (ductus colligens), dan
di sini bekerja hormon anti diuterik (vasopresin).

2. Penggolongan
Diuretika dapat di bagi atas dua golongan, yaitu :
(a) Diuretika dengan kerja umum
Berdasarkan daya diuretiknya, diuretik kerja umum dapat dibagi 3 golongan :
 Berdaya kerja kuat (diuretika lengkungan), misalnya Furosemida, Bumetanida
dan Asam Etakrinat. Diuretika ini bekerja cepat tetapi singkat, hanya 4 - 6
jam. Lebih kurang 20% dari jumlah ion Na+ dalam filtrat diekskresi.
Digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak atau paru – paru.
 Berdaya kerja sedang (saluretika), misalnya Hidroklorthiazida, Klortalidon,
Klopamida, Indapamida. Mengekskresi 5% - 10% ion Na+ dalam tubuli distal
bagian depan. Digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi atau bermacam
– macam udema.
 Berdaya kerja lemah (diuretika hemat kalium), misalnya Spironolakton,
Amilorida dan Traimteren. Hanya sedikit mengekskresi ion Na+ (kurang dari
5%) pada tubuli distal bagian atas.

(b) Diuretika dengan kerja khusus


Di bagi 2 kelompok, yaitu ;
 Diuretika osmotika, misalnya Manitol, Sorbitol, Gliserol dan Ureum.
Reabsorpsinya bersifat non elektrolit dan tidak lengkap, dengan demikian
tekanan osmotik ultra filtrat dipertinggi dan kadar Na menurun dalam cairan
tubuh.
Kejelekan diuretika ini adalah :
Ureum : daya kerja lemah, rasa tidak enak, menyebabkan gangguan usus
Manitol dan Sorbitol, hanya dapat digunakan secara parenteral (i.v) dan dapat
menyebabkan udema paru – paru.
Penggunaan kelompok diuretika ini sudah terdesak oleh Furosemida.
 Perintang karbo – anhidrase, misalnya Asetazolamida dan Diklofenamida,
bekerja dengan merintangi enzim karbo-anhidrase di sel – sel tubuli, sehingga

19
ion – ion HCO3-, Na+ dan K+ diesksresi bersama air. Penggunaan sekarang
hanay pada glaukoma, untuk mengurangi produksi cairan dalam mata.

Obat – obat lain yang mempunyai efek samping diuresis karena mempertinggi
filtrasi glomeruli dengan beberapa cara, yaitu :
1. Mempertinggi volume menit jantung, misalnya Digitalis
2. Memperbesar volume darah, seperti plasma
3. Vasodilatasi di dalam ginjal, misalnya Teofilin

3. Penggunaan
Diuretika digunakan pada keadaan dimana dikehendaki pengeluaran urine lebih
banyak, terutama pada :
(a) Udema
Yaitu suatu keadaan kelebihan air dijaringan, misalnya pada dekompensasi jantung
setelah infark, dimana sirkulasi darah tidak berlangsung sempurna lagi, dan air
tertimbun di paru – paru ; atau pada ascites (busung perut) dimana air tertimbun di
dalam rongga perut ; atau pada penyakit – penyakit ginjal.
(b) Hipertensi
Untuk mengurangi volume darah agar tekanan menurun. Diuretika mempunyai
sifat memperkuat obat – obat hipertensi sehingga sering dikombinasi dengan obat –
obat tersebut.
(c) Diabetes inspidus
Produksi air kemih berlebihan, dalam hal ini diuretika justru mengurangi poliurea.
(d) Batu ginjal
Untuk membantu mengeluarkan endapan kristal dari ginjal dan saluran kemih.

4. Efek Samping
Efek samping yang sering timbul adalah :
(a) Hipokalemia, yaitu kekurangan kalium dalam darah. Disebabkan oleh diuretika
yang bekerja pada tubuli distal bagian depan memperbesar eksksresi ion K+ dan H+
yang ditukar dengan ion Na+.
(b) Hiperurikemia, disebabkan oleh adanya saingan antara diuretika dengan asam urat
pada transportasi di tubuli. Dapat dicegah dengan pemberian Allupurinol dan
Probenesid.
(c) Hiperglikemia, yaitu meningginya kadar kolesterol dan trigliserida disebabkan
karena menurunnya kadar HDL terutama oleh Klortalidon. Kecuali Indapamin
tidak mempengaruhi lipida.
(d) Hipoatremia dan alkalosis, terutama oleh diuretika kuat sehingga kadar Na+ dalam
plasma menurun drastis. Disamping itu juga meningkatkan ekskresi asam, sehingga
terjadi alkalosis. Gejalanya : gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk
dan kolaps). Berkurangnya ion Na+ dan K+ dapat menyebabkan hipotensi.
Furosemida dan Asam Etakrinat dapat pula menyebabkan alkalosis, karena
banyaknya pengeluaran ion Cl-.
(e) Gangguan lain, pada lambung, usus, mual, muntah, diare, rasa letih, nyeri kepala,
dan pusing.

5. Obat Tersendiri
(a) Amilorida
Indikasi : Udema dan hipertensi apabila hipokalemia sulit dihindarkan
dengan kalium tambahan
Mekanisme kerja : Turunan Triamterene ini bekerja lambat (setelah 6 jam),

20
efeknya bertahan selama 24 jam.
Kontra indikasi : Gagal ginjal kronik dan akut, anuria, hiperkalemia, anak –
anak , pasien yang sedang diobati dengan diuretika hemat
kalium.
Efek samping : Fotosensibilisasi, impotensi (jarang terjadi)
Sediaan : Tablet 50 mg (Lorinid®)
(b) Furosemida
Indikasi : Efektif pada udema otak dan paru – paru yang akut,
insufisiensi ginjal dan hipertensi, keracunan barbiturat
(diuresis paksa)
Mekanisme kerja : Merupakan diuretika kuat, bekerja pada Henle’s loop. Efek
per oral cepat (1/2 – 1 jam), bertahan selama 4 – 6 jam.
Kontra indikasi : Anuria, nefritis akut.
Efek samping : Gangguan saluran cerna (mual dan mulut kering), pada
injeksi i.v. yang terlalu cepat dapat terjadi ketulian (jarang
terjadi), hipotensi
Sediaan : Injeksi, tablet
(c) Hidroklortiazida
Sering dipakai dalam kombinasi dengan anti hipertensi yang berhubungan dengan
berkurangnya volume plasma dan penurunan daya tahan dinding pembuluh. Titik
kerja pada tubli distal bagian depan. Efek setelah 1 jam, bertahan selama 12 – 18
jam.
(d) Glukosa
Diuretika terhadap udema otak dan paru – paru.

(e) Asam Etakrinat


Indikasi : Efektif pada udema otak dan paru – paru yang akut.
Digunakan juga pada insufisiensi ginjal dan hipertensi.
Mekanisme kerja : Merupakan diuretika kuat, bekerja pada Henle’s loop. Efek
per oral cepat (1/2 – 1 jam), bertahan selama 6 – 8 jam.
Kontra indikasi : Tidak boleh diberikan pada anak – anak dibawah 2 tahun dan
pada wanita hamil / menyusui.
Efek samping : Gangguan lambung
Sediaan :
(f) Klortalidon
Indikasi : Udema yang disebabkan gangguan fungsi hati, ginjal,
jantung. Sering juga dipakai dalam kombinasi dengan anti
hipertensi yang berhubungan dengan berkurangnya volume
plasma dan penurunan daya tahan dinding pembuluh.
Mekanisme kerja : Titik kerja pada tubli distal bagian depan. Efek setelah 2 jam,
bertahan selama 24 – 48 jam.
Kontra indikasi : Insufisiensi ginjal, aterosklerosis koroner atau otak. Hati –
hati pada penderita diabetes mellitus.
Efek samping :
Sediaan : Tablet
(g) Spironolakton
Indikasi : Daya diuresisnya lemah, karena itu digunakan sebagai
kombinasi bersama diuretik umum. Penggunaannya pada
hipertensi essensial, udema pada payah jantung kongestif
Mekanisme kerja : Merupakan penghambat aldosteron, mulai kerja lambat
(sesudah 2 – 4 jam), efek bertahan selama beberapa hari

21
setelah pemberian dihentikan. Termasuk diuretika hemat
kalium.
Kontra indikasi : Hiperkalemia, gagal ginjal parah
Efek samping : Berupa umum, pada penggumaan yang lama dapat
menimbulkan impotensi (pada pria) dan nyeri payudara dan
gangguan haid (pada wanita)
Sediaan : Tablet
(h) Triamterene
Kerjanya mirip spironolakton, menghambat pertukaran ion Na+, K+ dan H+ dalam
tubuli distal. Efeknya setelah 2 – 4 jam, bertahan selama 8 jam.
(i) Asetazolamida
Indikasi : Jarang digunakan sebagai diuretika. Hanya digunakan untuk
mengurangi sekresi cairan dalam mata untuk menurunkan
tekanan intra okuler (pada kasus glaukoma)
Mekanisme kerja : Kerjanya sebagai perintang enzim karbo-anhidrase, ekskresi
ion Na+, K+ dan bikarbonat bertambah.
Kontra indikasi : Disfungsi ginjal dan hati,tTidak dianjurkan penggunaannya
pada wanita hamil

Efek samping :
Sediaan : Tablet
(j) Kaptopril
Indikasi : Hipertensi, gagal jantung
Kontra indikasi : Tidak dianjurkan penggunaannya pada wanita hamil karena
dapat berakibat kelainan pada fetus.
Efek samping : Ruam kulit, pruritus, fotosensitif, sakit kepal, pusing, mual,
insomnia
Sediaan : Tablet

6. Spesilaite
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Spironolakton Spirolacton Tablet 25 mg Phapros
Letonal Tablet 25mg; 100mg Otto

2 Hidroklortiazida Tenazide Tablet 25mg Combiphar


Capozide Tablet 12,5mg Bristol M

3 Klortalidon Hygroton Tablet 50mg Novartis

4 Furosemida Furosemida Tablet 40mg Kimia Farma


Uresix 20mg/2ml ampul, 250mg/25 ml Sanbe Farma
infus
Lasix 10mg/ml injeksi, tablet 40mg Aventis
Impugan Dumex

5 Asetazolamida Diamox Lederle

Kaptopril Capoten Tablet 12,5mg; 25mg; 50mg Bristol M.


Vapril Tablet 12,5mg; 50mg Phapros

22
D. Hematinika
1. Pendahuluan
Hematinika atau obat-obat pembentuk darah yaitu obat-obat yang khusus
digunakan untuk merangsang atau memperbaiki proses pembentukan sel darah merah
(erythropoesis).
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang yang pipih. Untuk itu dibutuhkan
zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Zat besi untuk membentuk hemoglobin, vitamin B12
dan asam folat untuk membentuk sel darah merah. Zat tersebut diperoleh dari makanan dan
ditimbun dalam jaringan, terutama hati dan sumsum tulang. Vitamin B12 dapat disintesa
dalam usus besar dalam bakteri tetapi tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sebab
vitamin ini terikat dengan protein dan penyerapannya berlangsung dalam ileum.
Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb dan atau eritrosit berkurang. Orang
dikatakan menderita anemi bila kadar Hb kurang dari 8 mmol/liter pada pria
atau 7 mmol/liter pada wanita.

Ada dua jenis anemi yaitu anemi ferriprive dan anemi megaloblaster.
(a) Anemi ferriprive
Disebabkan oleh kekurangan zat besi, dengan tanda-tanda kadar Hb dibawah normal
(hypochrom), eritrosit lebih kecil (microcyter). Anemi ini sering disebut anemi
hypochrom, anemi microcyter atau anemi sekunder.
(b) Anemi megaloblaster
Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat, dengan tanda-tanda sel darah
merah membesar (macrocyter) dengan kadar Hb normal atau lebih tinggi
(hyperchrom), disebut juga anemi primer. Dalam keadaan yang lebih berat disebut
anemi pernisiosa
(c) Anemia lainnya
Merupakan bentuk anemia serius yang tidak ada hubungannya dengan kekurangan zat
besi atau vitamin. Termasuk kedalam golongan ini adalah :
 Anemia aplastis, yaitu eritrosit atau unsur darah lainnya tidak terbentuk.
Penyebabnya antara lain karena faktor keturunan (disebut juga anemia aplastis
primer atau congenital); rusaknya sumsum tulang akibat efek samping obat seperti
kloramfenikol, karbimazol, sitostatika (disebut juga anemia aplastis sekunder).
 Anemia haemolitis, yaitu eritrosit dirusak, Hb dilarutkan dalam serum dan
diekskresikan lewat urin, misalnyapada malaria tropika.

2. Pengobatan
Berhubung anemi hanya merupakan gejala, maka sebelum melakukan pengobatan
perlu ditentukan lebih dahulu jenis anemi dengan menemtukan kadar zat besi, vitamin B12
dan asam folat dalam darah, agar dapat diberikan terapi yang tepat.
Anemi ferriprive dapat dihilangkan dengan pemberian preparat zat besi,
sedangkan penyebabnya mungkin tetap ada misalnya tumor atau borok lambung yang juga
harus diobati, sebab bila hanya memberi preparat zat besi tanpa mengobati penyebabnya,
anemi tidak akan dapat diatasi. Dalam hal ini pemberian vitamin B12 atau asam folat tidak
berguna bahkan dapat merugikan, karena menyulitkan diagnosa anemi primer berhubung
megaloblaster lenyap dari sumsum tulang. Pada anemi pernisiosa, asam folat tidak dapat
diberikan

3. Zat – zat anti anemi


(a) Asam folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah – buahan. Dalam bahan
makanan tersebut asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi (poliglutamat).

23
Senyawa ini dalam hati akan diuraikan oleh enzim dan direduksi menjadi zat aktifnya
(tetrahidro folic acid). Zat ini untuk sintesa DNA dan RNA serta pembelahan sel.
(b) Zat besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi dalam lambung
diubah menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam duodenum, dalam
lingkungan asam netral garam ferro lebih mudah larut. Setelah diserap dalam darah ,
maka akan bergabung dalam protein menjadi ferritin yang disimpan sebagai cadangan,
sebagian diangkut ke sumsum tulang, hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin
dan enzim zat besi (metalo enzim). Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat, letih dan lesu,
jari-jari dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit keriput. Defisiensi ini
dapat diobati dengan pemberian garam-garam ferro per-oral, misalnya ferro fumarat,
ferro sulfat, ferro klorida, dan lainnya. Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan
lambung (perdarahan) atau rangsangan yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis,
sedangkan peroral tidak akan terjadi over dosis sebab ada rintangan kontrol usus,
kecuali pada anak-anak dimana kontrol usus belum sempurna.

(c) Vitamin B12(Cyanocobalamin)


Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewani : hati, daging, telur, susus, dalam
bentuk ikatan dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5 mcg.
Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan kompleksnya dengan protein oleh
HCL yang segera diikat oleh glukoprotein yang disebut instrinsik factor (Castle
1929) yang dihasilkan oleh mukosa lambung bagian dasar. Dengan pengikatan ini zat
tersebut baru dapat diserap oleh reseptor spesifik di usus halus(ileum). Setelah
diserapvitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam hati yang secara bertahap dilepas
sesuai kebutuhan tubuh.
Defisiensi vitamin B12 dengan gejala-gejala megaloblaster, nyeri lidah, degenerasi
otak, sumsum tulang, depresi psikis. Pengobatan terutama dengan injeksi, oral
vitamin B12 dengan kombinasi instrinsic factor (serbuk pylorus).

4. Obat – Obat Anti Anemia (hematinika)


No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Ferrosi sulfas + Ferolat Tiap tablet : Indofarma
Asam Folat Fe.Sulfat eksikatus 200 mg,
asam folat 0,25 mg
2 Cyanokobalamin Vitamin B-12 50mg / tablet IPI
500 g / 5ml ampul Kimia Farma
1000 g / ml vial Soho

3 Fe Fumarat + Vit C Ferofort Per Kapsul : Kalbe Farma


+ Vit. B, dll Ferro Fumarate + Vit.C +
Folic Acid + Vit.B1 +
Vit.B2 + Vit.B6 + Vit.B12
+ Niacinamide + Ca
Panthothenat + Lysin +
Dioctyl Na Sulfasuccinate

Hemafort Per tablet salut gula : Phapros


Ferro Fumarate + Vit.C +
Folic Acid + Vit.B12 +
Mn Sulfate + CuSO4 +
Sorbitol + Intrinsik Factor

24
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
4 Fe Sulfat + Asam Iberet - 500 Per Tablet Salu Selaput : Abbot
Folat + Vit C + Fe-Sulfat + Vit.B1 + Vit.B2
Vit. B + Vit.B6 + Vit.B12 + Na
Ascorbate + Niacinamide +
Ca Pantho - thenat

Fe-Sulfat + Vit.A +Vit.B1 +


Vitral Vit.B2 + Vit.B6 + Vit.B12 Darya-Varia
+ Vit.C + Vit.D2 + Vit.E +
Vit.K3 + Nicotin -amide +
Ca Panthothenat + Folic
Acid + Inositol + Cholin +
Dicalcium Phos -phate +
Mg + Cu + F + I + Mn +
Mo + Se + Zn

5 Fe Gluconat + As. Livron B-Plex Per Tablet Salut Gula : Phapros


Folat + Vit. C + Fe-Gluconate + CuSO4 +
Nicotinamida + Vit.C + Folic Acid + Ca
Vit. B-1, B-2, B-5, Panthothenat + Vit.B1 +
B-12 Vit.B2 + Vit.B6 + Vit.B12
+ Nicotinamide + Dried
Liver

6 Fe Gluconat + Vit Sangobion Per Kapsul : Merck


C + Asam Folat Fe-Gluconate + CuSO4 +
Mn Sulfate + Vit.C + Folic
Acid + Vit.B12 + Sorbitol

E. Hemostatika dan Oksitosikum

Hemostatika
Hemostatik adalah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.
Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi pendarahan.
Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu factor pembekuan darah dan dapat
pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati.
Hemostatik dibagi dua, yaitu hemostatik lokal dan hemostatik sistemik.

1. Hemostatik Lokal
Yang termasuk golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme hemostatiknya :
(a) Absorbable haemostatics
Obat golongan ini menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan
buatan atau memberikan jaringan yang mempermudah pembekuan bila
diletakkan langsung pada luka. Dengan kontak permungkaan benda asing,
trombosit akan pecah dan membebaskan factor pembekuan. Termasuk golongan
ini spons gelatin dan selulosa oksida (oksisel).

(b) Astringen
Zat ini bekerja dengan memgendapkan protein darah sehingga perdarahan dapat
dihentikan. Contoh : Ferri Klorida, Nitras argenti dan asam tanat.
(c) Koagulan

25
Dapat menimbulkan hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan mempercepat
perubahan protrombin menjadi trombin dan secara langsung menggumpalkan
fibrinogen.
(d) Vasokonstriktor
Dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler dan cara pakainya
dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan obat ini pada
permungkaan luka. Contoh : Epinefrin, Norepinefrin dan Vasoprin.

2. Hemostatik Sistemik
Dengan memberikan transfusi darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan segera.
Hal ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang
terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lainnya ialah perbaikan volume sirkulasi.
Perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi factor pembekuan darah tertentu dapat
diatasi dengan menggantikan/memberikan faktor pembekuan yang kurang tersebut.

Zat – zat tersendiri :


1. Faktor antihemofilik (faktor VII)
Berguna untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia A
(defisiensi faktor VIII) dan penderita yang darahnya mengandung inhibitor faktor
VIII
2. Kompleks faktor IX
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX dan X; serta sejumlah kecil protein
plasma lain. Digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila diperlukan faktor
- faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan
tetapi karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis, sebaiknya preparat ini tidak
diberikan pada penderita non hemofilia. Efek sampingnya berupa trombosis,
demam, menggigil, sakit kepala dan shock anafilaksis.
3. Human fibrinogen
Sediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen dalam darah
penderita, dan daya pembekuan yang sebenarnya.
4. Vitamin K
Sebagai hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk menimbukan efek, sebab
vitamin K harus merangsang pembentukan darah terlebih dahulu.
5. Asam aminokaproat
Merupakan competitiv inhibitor dari aktivator plasminogen dan penghambat
plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor
pembekuan darah lainnya. Oleh karena itu asam aminokaproat dapat membantu
mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan.
6. Asam traneksamat
Indikasi dan mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaproat, tetapi 10 kali
lebih kuat dengan efek samping lebih sedikit.
7. Karbozokrom
Dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dan untuk mencegah dan mengobati
perdarahan kapiler

Spesialite :
No Nama Generik Nama Dagang Bentuk Sediaan Produsen
1. Karbazokrom Adona AC Tablet 10mg Tanabe
Danachrom Dankos
Adrome Landson

26
2. Asam traneksamat Kalnex Kapsul 250mg, tablet salut Kalbe Farma
500mg, injeksi 50mg/ml

Transamin Injeksi 250ng/ml Otto


Tranexamic Harsen

3. Vitamin K-1 Kaywan Tablet 5mg Eisai


(Fitonadion)

4. Vitamin K-3 Kavitin Soho


(menadion)

5. Serbuk faktor VIII Koate-HP Vial 280 UI; 290 UI; 300 UI Dipa
Pharmalab
6. Serbuk kompleks Konyne-80 Vial 20ml 500 UI Dipa
faktor IX Pharmalab

Oksitosik
Oksitosik adalah obat yang merangsang kontraksi uterus. Obat ini berguna dalam
praktek kebidanan.
1. Zat – Zat Tersendiri
(a) Alkaloid Ergot
Sumber alkaloid ergot adalah Claviseps purpurea, suatu jamur yang hidup sebagai
parasit pada tanaman gandum. Khasiatnya yang terpenting adalah stimulus otot
polos, terutama dari pembuluh darah perifer dan rahim, dengan efek vasokonstriksi
dan oksitosik.
Alkaloid – alkaloid ini merupakan turunan asam lisergat, dan dapat dibagi dalam 3
kelompok, yaitu :
 Ergotamin
Indikasi : Meningkatkan kontraksi uterus, migrain
Mekanisme kerja Oksitosik dan vasokonstriksi kuat
Kontra indikasi : Wanita yang habis melahirkan, sepsis, gagal ginjal dan hati
Efek samping : Berdebar, naiknya tekanan darah, perasaan dingin, haus,
muntah, diare
Sediaan : Tablet, injeksi

 Ergometrin
Khasiat vasokonstriksi lebih lemah dari pada ergotamin, namun efek
oksitosiknya lebih kuat. Turunannya metilergometrin, memiliki efek oksitosik
yang lebih kuat dan lebih lama.
Indikasi : Meningkatkan kontraksi uterus, migrain
Kontra indikasi : Wanita yang habis melahirkan, sepsis, gagal ginjal dan hati
Efek samping : Berdebar, naiknya tekanan darah, perasaan dingin, haus,
muntah, diare
Sediaan : Tablet, injeksi

 Ergotoksin
Terdiri dari ergokristin, ergokriptin dan ergokonin. Yang digunakan hanya
derivat dihidro – nya. Terutama digunakan pada gangguan sirkulasi
dipermukaan, hipotensi ringan dan migrain.

(b) Oksitosin
Merangsang otot polos uterus dan kelenjar mamae. Fungsi perangsangan ini
bersifat selektif dan cukup kuat.
27
2. Obat – Obat Oksitosik
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1. Ergometrine Maleate Ermetrine 300mg / tablet Organon

2. Methyl Ergometrine Methergin 0,125mg / dragee Novartis


0,2mg / ml ampul

3. Methyl Ergometrine Methovin 0,125mg/ tablet salut Kimia Farma


Maleate

4. Synthetic Oxytocin Piton S 10 IU / ml ampul Organon

Syntocinon 10 IU / 2 ml ampul Novartis


40 IU / 5 ml vial

Oxytocin S 10 IU / ml ampul Ethica

28
BAB II
BIOREGULATOR
Bioregulator adalah katalisator yang bekerja terhadap proses – proses dari suatu
sistem kehidupan, dapat juga disebut biokatalisator. Bioregulator yang terpenting adalah :
1. Enzim
2. Vitamin
3. Mineral
4. Hormon
5. Obat Kontrasepsi

A. Enzim

Enzim atau fermen adalah senyawa – senyawa organic, lazimnya protein yang
dapat mengakibatkan atau mempercepat rekasi biokimia berdasarkan proses katalisa.
Enzim ini hanya bekerja sebagai katalisator organic terhadap reaksi – reaksi dari substrat
spesifik. Kegiatan enzim tergantung kepada suhu, derajat keasaman (pH) dan konsentrasi
ion – ion.
Nama dari enzim dibentuk dari nama substrat atau nama reaksi yang
dipercepatnya, dengan menambahkan akhira ase.
Urease : Enzim pengurai ureum
Protease : Enzim pengurai protein
Lipase : Enzim pengurai lemak / lipida
Reduktase : Enzim yang mempercepat reduksi
Hidrolase : Enzim yang mempercepat hidrolisa

1. Penghasil Enzim
Enzim dihasilkan oleh :
- mikroorganisme (bakteri atau jamur), misalnya lipase, amilase, streptokinase,
penisillinase, dll.
- Tumbuh – tumbuhan, dimana zat – zat ini dipisahkan dan kadang – kadang dalam
bentuk kristal, misalnya papase (dari Carica papaya) dan bromelin (dari Annanas
sativum).
Berdasarkan senyawa atau gugusan yang terkandung dalam enzim, maka enzim dapat
dibedakan atas :
- gugus protein, disebut juga apo enzim
- gugus non protein, disebut juga gugusan prostetik atau koenzim. Kelompok ini
berperan dalam metabolisme sel –sel tubuh. Contohnya vitamin B-1, nikotinamida,
dll.

2. Fungsi Enzim
Enzim – enzim berfungsi dalam :
(a) Proses pencernaan dengan menguraikan lemak, protein dan karbohidrat
(b) Reaksi – reaksi yang bertalian dengan proses pernafasan
(c) Efek –efek dari vitamin berkenaan dengan kerja dari enzim –enzim, misalnya
defisiensi suatu vitamin, sebenarnya kekurangan enzim
(d) Keseimbangan hormon – hormon supaya terpelihara dengan sintesa – sintesa
hormon atau penguraian hormon yang berlebihan oleh antagonisnya, misalnya
kelebihan hormon insulin diurai oleh insulinase ; kumulasi hormon – hormon nor
adrenalin atau asetilkolin pada organ – organ ujung diurai oleh MAO dan
kolinesterase.

29
(e) Melindungi jaringan tubuh terhadap efek – efek enzim yang dihasilkannya,
misalnya zat perintang tripsin yang dapat meniadakan kelebihan tripsin.

3. Kegunaan Enzim
(a) Sebagai penolong dalam pencernaan
(b) Membersihkan dan menyembuhkan luka – luka, dengan cara mencernakan secara
selektif jaringan – jaringan yang mati tanpa merusak jaringan yang sehat, termasuk
juga melindungi saluran darah yang mengelilingi luka tersebut.
(c) Menghilangkan radang atau bengkakm yang berguna pada pengobatan luka – luka.
Berdasarkan khasiat anti radang (anti inflamatory enzim) misalnya papase,
protease, amilase, seropeptidase, streptokinase, dll.
(d) Sebagai anti koagulansia, untuk menguraikan molekul – molekil fibrin yang
menyebabkan pembekuan darah dan gumpalan – gumpalan darah pada pengobatan
trombosis, tromboflebitis. Misalnya streptokinase.
(e) Sebagai pembantu dalam diagnosa (diagnostic enzym) :
- Glukosa oksidase, untuk menentukan kadar glukosa dalam urine pada
diabetes
- Uricase, untuk menentukan kadar asam urat dalam darah, antara lain pada
gangguan ginjal, encok, dll.
- Analisa kadar enzim laktat dehidrogenase dalam serum darah, menunjukkan
adanya jaringan yang mati disuatu tempat pada tubuh karena kekurangan
darah, antara lain karena adanya penyakit kanker atau trombosis koroner.

4. Efek Samping
Efek sampingnya sedikit sekali, antara lain alergi terhadap streptokinase atas dasar
enzim adalah protein yang merupakan antigen dan merangsang pembentukan antibodi.
Tapi hal ini jarang sekali terjadi.

5. Obat tersendiri :
(a) Enzim – enzim pankreas dan pepsin
(lihat obat pencernaan)
(b) Bromelin atau Ananase
Protease dari Ananas sativum, yang berkhasiat juga sebagai anti radang
(c) Papase atau Prolase
Enzim proteolitik yang didapatkan dari Carica papaya, yang juga berkhasiat
sebagai penghilang bengkak – bengkak.
(d) Streptokinase dan Streptodornase
Diperoleh dari bakteri Streptococcus haemolyticus. Terutama streptokinase bersifat
fibrinolitik yang menguraikan fibrin, mengencerkan serta melarutkan nanah yang
kental dan darah yang beku. Penggunaan pada pengobatan trombosis koroner
(infark jantung) dan menyembuhkan infeksi bernanah. Enzim ini mempertinggi
efek penggunaan antibiotika.
(e) Fibrinolisin
Diperoleh sebagai hasil penguraian enzim lain yaitu streptokinase terhadap
profibrinolisis atau plasminogen yang inaktif. Diperoleh dari plasma manusia. Efek
sampingnya berupa reaksi alergi.

30
6. Spesilite
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1. Enzym Pencernaan Lihat Obat
Pencernaan

2. Bromelin / Pancreatin Benozym Per Tablet Salut Gula : Bernofarm


Bromelin + Pancreatin + Ox Bile

Per Tablet Salut Gula :


Elsazym Bromelin + Pancreatin Otto
+ Dimetil Poli Siloxan

3. Papain / Pancreatin Fortizym Per Kaplet Salut Gula : Kalbe Farma


Papain + Pancreatin + Ox Bile +
Simethicon + Curcuma

Per Dragee :
Vitazym Papain + Pancreatin + Ox Kalbe Farma
Bile + Curcuma + Liver Extr. +
Vitamin / Mineral

4. Streptokinase Karbikinase 250.000 IU, 750.000 IU, Kalbe Farma


(Enzym fibrinolitik) 1.500.000 IU / vial

Streptase 750.0 IU, 1.500.000 IU / vial Dexa Medica

B. Vitamin

Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang dalam jumlah sangat kecil
dibutuhkan oleh tubuh untuk memelihara fungsi dan metabolime normal. Vitamin
diperoleh tubuh dari makanan sehari – hari. Tapi ada juga yang diperoleh dari hasil sintesa
flora usus, misalnya vitamin K dan asam pantotenat (vitamin B-5). Bahkan vitamin A dan
D dapat dibentuk oleh tubuh sendiri. Umumnya vitamin merupakan co-enzym dari
suatu yang berperan pada proses metabolisme dalam tubuh.
Pada keadaan tertentu tubuh dapat mengalami defisiensi vitamin. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa hal antara lain :
 Makanan yang dikonsumsi sehari – hari kurang kandungan vitaminnya
 Adanya gangguan pencernaaan, sehingga penyerapan vitamin terganggu
 Kebutuhan akan vitamin meningkat, misalnya pada masa kehaminal, masa
pertumbuhan dan masa penyembuhan dari sakit

1. Penggolongan Vitamin
Berdasarkan sifat kelarutannya, vitamin dibagi atas 2 golongan yaitu :
(a) Vitamin yang larut dalam air, meliputi :
 Thiamin  Asam Folat  Asam Ascorbat
 Riboflavi  Asam Pantotenat  Nikotinamida
n Cyanocobalamin  Piridoksin
 Biotin  Asam para amino benzoat
 Rutin
Semua vitamin tersebut mudah diserap di dinding usus dan mjudah pula
dikeluarkan bersama urine, kecuali vitamin B-12 yang penyerapannya membutuhkan
adanya faktor intrinsik. Dengan sifat yang demikian, kemungkinan timbulnya
toksisitas akibat kumulasi vitamin dalam tubuh jarang terjadi. Vitamin kelompok ini
sedikit sekali dismpan di dalam tubuh.

31
(b) Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu :
 Vitamin A
 Vitamin D
 Vitamin E
 Vitamin K
Vitamin ini diserap bersama – sama lemak, sehingga adanya gangguan pencernaan
lemak dapat mengurangi penyerapannya. Ekskresinya lambat, sehingga dapat
menimbulkan kumulasi dalam tubuh sehingga menyebabkan gejala keracunan.

2. Obat – Obat Tersendiri :


Vitamin B Kompleks :
Kelompok vitamin ini bersumber sama, sehingga disebut B kompleks. Defisiensi
salah satu anggota kelompok vitamin ini, biasanya juga disertai defisiensi seluruh
kompleks vitamin ini.
(a) Thiamin ( Vitamin B-1 )
Terdapat dalam kulit beras, hati, ginjal, ragi, sayuran dan kacang – kacangan.
Vitamin ini penting pada metabolisme karbohidrat. Defisiensinya menyebabkan
gejala anoreksia, obstipasi, kejang otot, kesemutan (paresthesia), beri – beri dengan
polineuritis dan gangguan jantung. Dalam dosis tinggi bersama dengan vitamin B-6
dan B-12 digunakan sebagai vitamin neurotropik.
(b) Riboflavin ( Vitamin B-2 )
Terdapat antara lain dalam usus, telur, hati, kulit beras, ragi dan sayuran.
Defisiensinya menyebabkan sakit tenggorokan dan radang pada sudut mulut,
radang lidah, kelainan mata (conjungtivitis dan fotophobia) dan gejala avitaminosis
B lainnya.
(c) Piridoksin ( Vitamin B-6 )
Banyak terkandung dalam daging, hati, ginjal, padi – padian, kacang dan sayuran.
Ada 3 bentuk vitamin ini, yaitu piridoksin, piridoksal dan piridoksamin.
Defisiensi B-6 menyebabkan gangguan kulit (radang), gangguan alat pencernaan,
radang selaput lendir mulut dan lidah, radang saraf dan gangguan pembentukan sel
– sel darah merah. Defisiensi ini dapat juga terjadi karena pemakaian INH untuk
jangka waktu yang lama. Vitamin B-6 juga digunakan untuk melawan mual,
muntah dan depresi karena pil anti hamil. Demikian juga pada muntah kehamilan.
(d) Nikotinamida ( Niasinamida, PP Factor atau Vitamin B-3 )
Terdapat dalam sayuran, ikan, daging, padi dan gandum. Vitamin ini terdapat
sebagai asam nikotinat. Di dalam hati asam ini diubah menjadi nikotinamida, yang
merupakan co-enzym pada proses oksidasi reduksi. Defisiensi vitamin ini
menimbulkan penyakit pellagra dengan gejala kulit menjadi hitam (dermatitis),
gangguan lambung usus (diare) dan gangguan saraf (dementia).
(e) Asam Pantotenat ( Vitamin B-5 )
Tedapat dalam semua jaringan tubuh dan semua macam makanan. Juga dapat
diproduksi oleh flora usus. Bentuk aktifnya adalah isomer dexter, yaitu d-
pantotenat. Merupakan co-enzym A yang penting dalam metabolisme.
Defisiensinya pada manusia belum dikenal.
(f) Asam Folat ( Vitamin B-11 )
Terdapat dalam sayuran, hati, ragi, daging, ikan dan kacang – kacangan, hanya
sedikit terdapat dalam buah – buahan. Dalam hati diubah menjadi tetrahidrofolat,
suatu co-enzym pada sintesa asam inti dan pembelahan sel. Penting pada
pembentukan eritrosit. Defisiensinya menyebabkan anemia megaloblaster.

32
(g) Cyanocobalamin ( Vitamin B-12 )
Terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan, yaitu daging, hati, telur dan
susu, dalam bentuk suatu kompleks protein. Dalam lambung, vitamin B-12 akan
terlepas dari kompleks tersebut, lalu berikatan dengan faktor intrinsik yang
dikeluarkan oleh mukosa lambung, sehingga dapat diserap oleh usus halus. Dalam
tubuh, vitamin ini ditimbun dalam hati. Vitamin ini merupakan vaktor penting dapa
pembentukan eritrosit, dan defisiensinya menyebabkan anemia megaloblaster.
Asam Ascorbat
Banyak terdapat dalam sayur dan buah. Berperan penting dalam pembentukan zat
pengikat dalam tulang dan tulang rawan, sekitar kapiler dan antar sel (kolagen) yang
penting bagi saling terikatnya jaringan. Bila sintesa kolagen terganggua, dinsing
pembuluh darah mudah rusak, sehingga mudah terjadi pendarahan.
Defisiensi vitamin C menyebabkan sariawan (skorbut), gigi mudah lepas, luka
yang sukar sembuh dan mudah terjadinya pendarahan. Selain itu penggunaannya juga
untuk mempertinggi daya tahan tubuh terhadap infeksi kuman, anti lipemika dan
mempercepat sembuhnya luka.

Vitamin A (Retinol, Axerophthol)


Dalam sayuran terdapat sebagai provitamin A, yaitu karoten dan karotenoid; yang
dalam usus diubah menjadi vitamin A. Vitamin A sendiri terdapat di dalam usus,
kuning telur, hati dan minyak ikan.
Vitamin A berfungsi untuk :
 Menjaga keutuhan jaringan epitel dan mukosa di seluruh tubuh, sehingga
jaringan tersebut tidak mudah rusak dan tidak terjadi hiperkeratosis di kulit,
conjungtiva kornea dan sebagainya.
 Merangsang sintesa RNA, glukoprotein dan kortikosteroida.
 Pembentukan rhodopsin, suatu pigmen fotosensitif yang dibutuhkan retina mata
untuk dapat melihat pada keadaan gelap.
Defisiensi vitamin A menimbulkan rabun senja (hemerolophia), xrerophthalmia
(kornea mata mengering dan mengeras), atrifia mukosa dan menghambat pertumbuhan
anak.

Vitamin D ( Ergokalsiferol, Kalsiferol)


Terdapat sebagai provitamin D (ergosterol) di dalam sayuran dan ragi. Juga
terdapat didalam tubuh, yakni dibawah kulit, oleh pengaruh sinar UV matahari akan
diubah menjadi kalsiferol atau vitamin D-2. Provitamin D juga terdapat di dalam
tubuh sebagai 7-dehidrokolesterol, yang oleh pengaruh sinar UV diubah menjadi
kolekalsiferol (vitamin D-3).
Fungsi vitamin D adalah mengatur metabolisme Ca dan F, bersama – sama
hormon tiroid dan hormon paratiroid. Defisiensinya menimbulkan penyakit rachitis
(tulang mudah bengkok).

Vitamin E (Alfa Tokoferol)


Merupakan senyawa tokoferol. Dikenal 4 macam tokoferol, yaitu alfa, beta,
gamma dan delta. Yang aktif adalah senyawa alfa tokoferol.Vitamin E banyak
dijumpai dalam minyak nabati (minyak jagung, kedelai dan bunga matahari), padi –
padia, ragi, hati, kuning telur dan sayuran. Tidak dikenal gejala defisiensi yang khas
pada orang dewasa.
Dalam pengobatan digunakan pada gangguan jantung (angina dan lain – lain),
artrosis, neuralgia, hiperkoleterolemia dan penyakit kulit. Juga digunakan sebagai anti
keguguran dan obat kemandulan.

33
Vitamin K
Vitamin ini meliputi :
 Vitamin K-1, disebut fitomenadion, terdapat dalam sayuran hijau dan minyak
nabati
 Vitamin K-2, dihasilkan oleh flora usus. Untuk penyerapannya dari usus
memerlukan asam empedu.
 Vitamin K-3 (menadion) dan vitamin K-4 (menadiol), merupakan zat sintetik.
Dalam hati, vitamin K merangsang pembentukan protrombin. Defisiensi vitamin ini
menyebabkan hipoprotrombinemia, yang berakibat darah sukar membeku.

C. Mineral dan Elemen Spura

Mineral adalah zat anorganik yang dalam jumlah kecil bersifat essensial bagi
banyak proses metabolisme dalam tubuh. Yang paling banyak dibtuhkan adalah kalium,
natrium, kalsium, magnesium, fosfor dan klorida.
Elemen spura adalah mineral yang dibutuhkan kurang dari 20 mg sehari, yakni
besi, seng, tembaga, mangan, molibden, fluor, krom, iod, selen dan kobalt.

Fungsinya masing – masing sangat berbeda :


 Ca dan P untuk sebagian besar bertanggung jawab bagi kekuatan kerangka
 K, Mg dan P terutama untuk membentuk sistem pendapar intraselluler
 Na dan Cl berperan penting diruang ekstraselluler sebagai pengatur tekanan
osmotik dan tekanan darah normal.
 Banyak elemen spura merupakan ko-faktor dari metallo-enzym, misalnya Fe, Zn,
Mn, Mg dan Cu ; yang mengkalatisa banyak proses metabolisme.
 F dan Sr merupaka zat essensial bagi tulang gigi dan emailnya
 Iod merupakan bahan baku bagi sintesis hormon tiroid

Penggunaan minerasl – mineral, khususnya untuk prevensi dan pengobatan


keadaan defisiensi, terutama garam K dan Ca; begitu pula Na, Cl dan Fospat yang
digunakan sebagai infus dalam keadaan darurat. Dari elemen – elemen spura, hanya Fe,
Zn, I, F dan Sr yang digunakan sebagai obat. Zat – zat lainnya hanya digunakan sebagai
tambahan pada preparat multivitamin atau sebagai food suplemen.

Obat – obat tersendiri ;


1. Kalium klorida
Merupakan kation yang terpenting dalam cairan intra sel dan merupakan zat
essensial untuk mengatur keseimbangan asam – asam serta isotoni dari sel. Selain
itu juga mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses fisiologis, seperti penerusan
impuls di saraf dan otot, kontraksi otot dan metabolisme karbohidrat.

2. Natrium klorida
Merupakan kation terpenting bagi cairan ekstra sel dan berperan penting pada
regulasi tekanan osmotok sel. Juga berperan pada pembentukan perbedaan –
perbedaan potensial listrik dalam kontraksi otot dan penerusan impluls saraf.
Defisiensinya bisa terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dan banyak
berkeringat serta banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra.

3. Kalsium
Fungsi utamanya adalah bahan pembangun tulang, berperan penting pada regulasi
daya rangsang dan kontraksi otot – otot serta penerusan impuls saraf. Selain itu Ca
mengatur permeabilitas membran sel bagi K dan Na, aktivasi banyak reaksi enzim
34
seperti pembekuan darah. Defisiensi Ca menimbulkan kelembekan tulang
(osteomalacia) dan mudah terangsangnya otot dan saraf , dengan akibat serangan –
serangan tetania. Contoh garam kalsium : kalsium glukonat, kalsium laktat dan
kalsium sitrat.

4. Seng sulfat
Kadar seng dalam tubuh agak tinggi dibandingkan dengan elemen spura lainnya,
yang sebagian besar terdapat dalam tulang dan prostat. Fungsinya ialah sebagai
kofaktor dalam minimal 100 enzim yang terlibat dalam segala proses metabolisme,
yaitu :
 karboanhidrase, berperan pada gejala buta malam (ko-faktor dari
alkoholdehidrogenase, yang merubah retinol menjadi retinal)
 memperbaiki fungsi sel – sel otak bagi lemah ingatan (sering lupa) pada orang
tua
 stimulasi penyembuhan borok bila terjadi kekurangan
 secara lokal berkhasiat sebagai adstringens (penciutan selaput lendir), anti
keringat dan antiseptik lemah
 Penggunaannya paling banyak alam dermatologi, khususnya ZnO dalam bedak
tabur dan salep, sebagai adstringens dan antiseptik lemah. Selain itu juga pada
preparat tetes mata.

5. Fluorida
Fluor terutama ditimbun sebagai apatit di dentin dan email, juga dalam tiroid dan
ginjal. Ekskresinya melalui saluran kemih dan keringat pada transpirasi berlebihan.
Penggunaannya paling banyak untuk prevensi gigi berlubang (carries), yang
berdasarkan atas reaksinya dengan apatit. Fluoro-apatit yang terbentuk bersifat
lebih padat dan tahan asam, juga menutupi pori – pori kecil hingga email lebih
sukar larut dalam asam, yang terbentuk setiap kali makan gula dan karbohidrat.
Fluor juga digunakan pada osteoporosis (kurangnya Ca dari tulang).

6. Stronsium klorida
Elemen ini berguna melindungi gigi terhadap pengaruh thermis (panas dan dingin)
dan kimiawi (asam dan gula) yang disertai nyeri. Selain itu juga mengurangi
sensitivitas gigi terhadap rangsangan tersebut dengan jalan membentuk lapisan
pelindung keras di luar dentin yang sudah kehilangan emailnya karena erosi atau
pengendapan kalsium. Dengan demikian rangsangan tersebut tidak bisa mencapai
sum – sum gigi lagi yang berisi saraf – saraf dan dapat mengakibatkan nyeri.

7. Magnesium
Terdapat dalam tulang dan cairan intra sel, juga sebagai ko-faktor enzim – enzim
yang menghasilkan energi. Berperan penting pada kontraksi otot.

8. Krom
Digunakan untuk kerja insulin yang optimal dalam bentuk aktifnya sebagai
senyawa organik GTF (Glucose Tolerance Factor), yang 20 kali lebih aktif dari
pada garam – garam krom anorganik.

9. Tembaga
Merupaka kofaktor bagi cytochromoxidase dan beta hidroksilase yang mengubah
dopamin menjadi noradrenalin, juga penting bagi sintesis hemoglobin.

35
Kekurangannya dapat menyebabkan kelambanan psikomotor, serangan epilepsi
serta kelainan pada rambut.

Spesialite vitamin dan mineral :


No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1. Vitamin B-1 / Vitamin B-1 25mg,50mg, 100mg / tab. IPI
Tiamin Hidroklorida, 100mg / ml ampul
Aneurin HCl,
Vit. Anti beri - beri Alinamin / 5mg / tablet salut gula Takeda
Alinamin-F-Odorless 50mg / tablet
25mg / 10ml ampul

2. Vitamin B-2 /
Riboflavin,
Laktoflavinum , Beflavin

3. Vitamin B-6 / Pyridoxin HCl 10mg, 25mg / tablet Soho


Piridoksin Hidroklorida 50mg, 100mg / ml ampul
Vitamin B-6 25mg / tablet Kimia Farma

4. Vitamin B-12 / Vitamin B-12 / 50g / tablet IPI, Soho,


Sianokobalamin, Cyanocobalamin 500g ,1000g/5ml amp. Kimia Farma
Vitamin merah, Citacon, 1000g / ml vial
Vitamen

5. Vitamin B1 + B6 + B12 Neurobion Per dragee : / Ampul : Merck


Bioneuron Vit. B-1 : 100mg Phapros
Vit. B-6 : 200mg
Vit.B-12 : 200g

6. Vitamin B Komplek Squibb-B Complex Tablet Squibb


Benoviplex Tablet Salut Gula Bernofarm

7. Vitamin C Redoxon Tab. Effervescent 1g Roche


Asam Askorbat Bekamin C Forte 250mg / tablet Kimia Farma
Vitacimin 500mg / tablet hisap Takeda
Xon-Ce 500mg / tablet hisap Kalbe Farma

8 Vit. B Komplex + Vit. C Enervon C Tablet UAP


Surbex-T Tablet Salut Selaput Abbot

9 Vit.B Komplex + Vit.C + Becefort Kaplet Salut Selaput Phapros


Vit.E

10 Vitamin A / Avitin 1000 IU, 3000 IU, 6000 Soho


Akseroftol, IU, 10.000 IU, 20.000 IU /
Retinol tab.
50.000IU,100.000 IU/ml
Vitamin A Kimia amp. Kimia Farma
Farma
6000 IU,20.000 IU, 50.000
IU / tablet

Vitamin D / Cavit D3 Cholecalciferol 133 IU, Merck


11 Kalsiferol, Calcii Hidrogen Phosphat
Vitmain D-2, 500 mg
Radiostal, Viosterol,
Ergokalsiferol

12 Vitamin E / Dalfarol 200 IU,300 IU,400 IU/soft Darya-Varia


Alfa Tokoferol cap
36
10mg, 50mg / dragee
Tocopherine Soho
Natur-E 100 IU / kapsul Darya-Varia

13 Vitamin K Kaywan Vit.K-1 5mg / tablet Eisai

Kaytwo 5mg / kapsul

14 Vit. A + Vit.E Rovigon Tiap Chewable Dragee Darya Varia


Vit. A : 30.000 IU
Vit. E : 70 mg

15 Vit.A + Vit.D Big Fish Per Soft Capsul Minyak


+ Vit.E Ikan,
Vit. A-2 : 2000 IU +
Vit. D : 200 IU + Vit. E 10
IU
16 Vitamin A / Avitin 1000 IU, 3000 IU, 6000 Soho
Akseroftol, IU, 10.000 IU, 20.000 IU /
Retinol tab.
50.000IU,100.000 IU/ml
Vitamin A Kimia amp. Kimia Farma
Farma
6000 IU,20.000 IU, 50.000
IU / tablet

17 Vitamin D / Cavit D3 Cholecalciferol 133 IU, Merck


Kalsiferol, Calcii Hidrogen Phosphat
Vitmain D-2, 500 mg
Radiostal, Viosterol,
Ergokalsiferol

18 Vitamin E / Dalfarol 200 IU,300 IU,400 IU/soft Darya-Varia


Alfa Tokoferol cap
10mg, 50mg / dragee
Tocopherine Soho
Natur-E 100 IU / kapsul Darya-Varia

D. Hormon

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, langsung
masuk ke dalam aliran darah dan berpengaruh sangat spesifik terhadap organ tertentu
untuk dapat berfungsi secara normal. Kelenjar endokrin yang penting adalah kelenjar
hipofisa dan hipotalamus, kelenjar kelamin (ovarium dan testes), kelenjar anak ginjal,
pankreas, tiroid dan paratiroid.
Dalam pengobatan, hormon digunakan untuk :
1. Terapi substitusi pada defisiensi hormon, misalnya pemberian insulin pada
penderita diabetes mellitus.
2. Yang banyak digunakan adalah pada pengobatan berdasarkan efek farmakologinya
yang tidak berhubungan dengan efek fisiologisnya. Misalnya kortikosteroida
banyak digunakan karena efek anti radangnya.
3. Secara khusus untuk mempengaruhi fungsi organ ke arah yang dikehendaki,
misalnya estrogen dan progesteron digunakan untuk mencegah kehamilan.
4. Diagnosa penyakit atau kelainan, misalnya tirotropin untuk test terhadap kelenjar
tiroid.

37
Untuk keperluan pengobatan, zat hormon dapat diperoleh dari :
1. Sumber alam, berasal dari binatang ternak menyusui misalnya sapi. Persediaannya
amat terbatas.
2. Senyawa sintetik, saat ini umumnya digunakan hormon sintetik atau semi sintetik.

1. Hormon Hipofisa
Hipofisa adalah suatu umbai pada pangkal otak. Kelenjar ini dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu :
(a) Adenohipofisa
Adalah umbai depan, yang merupakan bagian terbesar. Hormon yang dihasilkannya
adalah :
a. Somatotropin : Merangsang pertumbuhan tubuh pada umumnya
b. Gonadotropin : Merangsang kelenjar kelamin mensekresikan hormonnya
c. Kortikotropin : Merangsang kelenjar anak ginjal bagian korteks untuk
mensekresikan kortikosteroida
d. Tirotropin : Merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon
tiroid
e. Prolaktin : Menstimulir sekresi air susu

(b) Neurohipofisa
Adalah umbai belakang, terutama terdiri dari jaringan saraf. Hormon yang
dihasilkannya adalah :
a. Oksitosin : Menyebabkan kontraksi uterus dan menstimulir mulainya
laktasi
b. Vasopresin : Mencegah ekskresi air terlalu banyak

Zat – zat tersendiri :


(a) Somatotropin
Digunakan untuk terapi substitusi. Tetapi karena hormon ini tidak dapat diganti dengan
hormon binatang, maka sediaan farmasinya sangat jarang.
(b) Gonadotropin
Dalam pengobatan digunakan untuk mengatasi gangguan haid dan kemandulan baik
pria maupun wanita. Sediaan gonadotropin diperoleh dari air kemih wanita hamil atau
air kemih wanita setelah menopause, yaitu Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan
Human Menopausal Gonadotropin (HMG). Diberikan per injeksi.
(c) Oksitosin
Hormon ini telah dapat disintesa. Dalam kebidanan digunakan untuk merangsang
kontraksi uterus (rahim) guna membantu persalinan. Setelah persalinan, dapat juga
digunakan untuk mencegah banyaknya perdarahan.
(d) Vasopresin
Diperoleh dari sapi atau babi. Digunakan pada pengobatan diabetes inspidus dengan
gejala poliuria, akibat kekurangan hormon anti diuretik dan insufisiensi hipofisa.

Obat – obat hormon hipofisa :


No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Gonadotropin chorionik Pregnyl 1500 UI ; 5000 UI/ ampul Organon
serbuk pro injeksi
2 Gonadotropin menopausal Humegon 75 UI ; 150 UI / vial Organon
serbuk pro injeksi
3 Oksitosin sintetik Decatocin 10 Ui/ml injeksi Harsen
Piton –S Organon
Syntocinon Novartis

38
4 Somatropin Genotropin 16 IU / ml vial Pfizer

2. Hormon Kelamin
Hormon kelamin dihasilkan oleh kelenjar kelamin (ovarium dan testes) dibawah
pengaruh gonadotropin, berfungsi menentukan ciri – ciri kelamin primer dan sekunder.
Androgen adalah hormon pria, sedangkan estrogen dan progesteron adalah hormon wanita.
Semua hormon kelamin memiliki sifat – sifat yang sama, misalnya :
 Retensi air dan garam
 Berdaya anabolika, androgen lebih kuat dari pada estrogen
 Mengakibatkan penutupan epifisis (ujung tulang pipa) sesudah pertumbuhan di
masa pubertas.

(a) Zat – zat androgen


Yang terpenting adalah testoteron, selain bertanggung jawab terhadap ciri kelamin
primer dan sekunder. Hormon ini berperan penting pada spermatogenesis dalam testes
(efek virilisasi, virile = jantan). Digunakan dalam terapi substitusi, misalnya pada
keadaan klimakterium virile sesudah usia 50 tahun. Juga untuk merangsang
pertumbuhan anak laki – laki di atas usia 16 tahun yang terlambat pertumbuhannya
akibat hipofungsi hipofisanya.

Zat – zat tersendiri :


 Testoteron
Dibuat secara semisintetik. Karena absorpsinya dari usus dan bioavailabilitasnya
kurang baik, maka diberikan dalam bentuk injeksi sebagai esternya dalam pelarut
minyak.
 Metil-testoteron
Dapat digunakan per-oral. Digunakan terutama pada gangguan potensi akibat
defisiensi androgen, pada hipogonadisme dan pada sterilitas karena oligospermia.
 Mesterolon
Pada dosis terapi zat ini mempengaruhi hipofisa, sehingga sekresi testoteron dan
spermatogenesis tidak terhambat.

Spesialite androgen :
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Mesterolon Proviron Tablet 25 mg Schering
2 Mesterolon + Vit. E + Tonovan Schering
Yohimbin + Strychnin +
Nikotinat
3 Kombinasi turunan Sustanon injeksi Organon
testoteron
4 Metiltestoteron + Pasumastrong Merck
Yohimbin + Vit. E
5 Testoteron Testoviron Kapsul 40 mg Schering
Andriol Organon

(b). Anabolika
Merupakan hormon sintetik yang terutama bekerja memacu sintesa protein tanpa
memiliki sifat virilisasi. Anabolika yang banyak digunakan adalah turunan testoteron,
yaitu Metenilon, Metandienon, Oksimetolon dan Stanozol. Juga turunan nadrolon
yaitu Nandrolon dan Etilestrenol.
Umumnya digunakan pada keadaan tubuh lemah, seperti pada keadaan sesudah
operasi, baru sembuh dari sakit dan lain – lain. Juga selama terapi penyinaran dan
terapi dengan kortikosteroida untuk mencegah osteoporosis. Dalam bidang olahraga
39
obat ini sering disalahgunakan untuk memperkembangkan dan memperkuar otrot para
atlit (doping).
Karena anabolika ini zat – zat androgen maka memiliki efek viirilisasi bila
digunakan untuk waktu yang lama pada wanita, menekan spermatogenesis,
menghambat pertumbuhan anak – anak di bawah usia 16 tahun karena stimulasi
penutupan epifisis, dan menimbulkan gangguan haid pada wanita.
Zat tersendiri :

 Nandrolon
Indikasi : Kehilangan protein akibat cedera parah, latihan berlebihan,
penyakit ketuaan ; pada anak memacu pertumbuhan yang
lambat.

Kontra indikasi : Kehamilan, karsinoma prostat


Efek samping : Jerawat, hirsutisme, peningkatan libido pada wanita,
hipertropi klitoris, dan rambut pubis melebat.

 Etilestrenol
Indikasi : Selama menderita penyakit kronik terutama pasien lanjut usia
Kontra indikasi : Kehamilan, karsinoma prostat, gangguan fungsi hati
Efek samping : Mual, retensi cairan tubuh yang ringan, gangguan haid

Spesialite anabolika :
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Nandrolon decanoat Deca Durabolin Injeksi 25 mg ; 50 mg/ ml Organon
2 Nandrolon fenilpropionat Durabolin Injeksi 25 mg /ml Organion
3 Etilestrenol Orgabolin Tablet 2 mg Organon

(c). Zat – zat estrogen


Estrogen bekerja terhadap mukosa uterus (endometrium) untuk mempersiapkan
proses lebih lanjut dari sel telur yang telah dibuahi. Bersama – sama progesteron,
estrogen berperan penting pada masaknya folikel, ovulasi, pembuahan, transpor sel
telur yang telah dibuahi ke dinding uterus dan penyarangannya disitu.
Zat – zat estrogen digunakan untuk terapi substitusi pada keluhan klimakterium,
menekan laktasi, menekan ovulasi dan pengobatan osteoporosis sesudah menopause.
Preparat kombinasi estrogen dan progesteron dugunakan untuk diagnosa kehamilan
dan pengobatan amenorea sekunder (haid terlambat).

Zat – zat tersendiri :


 Estradiol
Merupakan estrogen alamiah terkuat, digunakan pada terapi substitusi pada
klimakterium, menopause dan kanker prostat. Pemberian per-oral
bioavailabilitasnya rendah, sehingga diberikan per injeksi sebagai esternya dalam
pelarut lemak.
 Etinilestradiol
Turunan semi sintetik yang berdaya larut amat kuat; dapat diberikan per oral.
Merupakan komponen dari banyak pil anti hamil.
 Mestranol
Hormon ini baru aktif setelah di dalam hati diubah menjadi etinilestradiol. Juga
digunakan dalam pil anti hamil.
 Dietilstilbestrol
40
Aktif per oral dengan kerja panjang, tetapi karena bersifat karsinogenik zat ini tidak
lagi digunakan.

Spesialite estrogen :
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Estradiol Progynova Tablet 1mg ; 2 mg Schering

2 Etinilestradiol Lynoral Tablet 0,05 mg Organon

3 Metilestrenolon + Gynaecosid Tiap tablet : Phapros


Metilestradiol Metilestrenolon 5 mg
Metilestradiol 0,3 mg

(d). Zat – zat progestagen


Progestagen adalah steroid sintetik yang berdaya progesteron. Progesteron adalah
hormon yang dikeluarkan oleh badan kuning (corpus luteum) dibawah pengaruh
hormon gonadotropin. Hormon ini mempengaruhi endometrium dari fase proliferasi
karena pengaruh estrogen, ke fase sekresi agar telur yang telah dibuahi dapat
bersarang dan berkembang lebih lanjut. Kemudian hormon ini juga berfungsi menjaga
kehamilan dari keguguran.
Dalam pengobatan, progestagen digunakan untuk ;
 Mencegah kehamilan pada pil KB
 Mencegah keguguran akibat kurang sekresi progesteron
 Terapi subtitusi pada keadaan klimakterium dan menopause
 Pada gangguan haid
 Pada endometriosis dan kemadulan yang diakibatkannya

Zat – zat tersendiri :


 Progesteron
Diperoleh dari ovarium binatang ternak atau hasil sintesa. Absorpsinya di susu
cukup baik, tetapi karena bioavailabilitasnya tidak baik, maka diberikan secara
injeksi.
 Hidroksiprogesteron
Diperoleh secara sintetik, memiliki efek androgen tanpa efek estrogen. Banyak
digunakan dalam pil suntik anti hamil.
 Etisteron
Terutama digunakan pada gangguan hati.
 Noretisteron
Memiliki efek androgen dan efek estrogen lemah. Banyak digunakan pada pil anti
hamil, juga untuk menunda haid.
 Levonorgestrel
Efek progesteronnya kuat dan kerjanya panjang, berdaya nadrogen lemah, bersifat
anti estrogen. Banyak digunakan dalam pil kombinasi anti hamil.
 Linesterol
Tidak berdaya gestagen, tetapi bersifat anti gonadotropik yang baik, tidak berdaya
androgen. Banyak digunakan dalam pil anti hamil.
 Dilestrenol
Daya gestagennya kuat, maka terutama digunakan untuk mencegah keguguran.

Spesialitea progestagen :
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1 Noretisteron Primolut N Tablet 5 mg Schering
2 Progesteron Progestin Injeksi Organon

41
3 Etisteron Progestoral Organon
4 Alilestrenol Gestanon Organon

E. Obat Kontrasepsi

Dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia dan terbatasnya pangan, banyak


negara menyadari pentingnya pembatasan kelahiran, terutama negara berkembang seperti
Indonesia yang tengah berupaya mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan, maka
pembatasan kelahiran suatu keharusan. Cara yang dilaksanakan untuk hal ini adalah
program keluarga berencana (KB).
KB memiliki tujuan antara lain :
 mencegah mortalitas ibu dan anak dengan menghindari kehamilan resiko tinggi
 mengurangi angka kesakitan
 menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
 mengatur jarak kehamilan
 menentukan jumlah anak dalam keluarga
Salah satu cara pembatasan kelahiran adalah dengan pencegahan kehamilan menggunakan
obat – obat kontrasepsi.Obat kontrasepsi ini dapat berupa :
 Yang digunakan per oral : misalnya pil KB
 Suntikan
 Alat dalam saluran reproduksi, seperti kondom, pessarium (kondom wanita), IUD
 Obat topikal intravaginal yang bersifat spermicida, misalnya tablet busa, tissue KB
 Pil Implan (susuk KB)
 Operasi (tubektomi dan vasektomi)

1. Mekanisme kerja
Semua pil anti hamil hanya dimaksudkan untuk merintangi pelepasan sel telur
(ovulasi) sehingga dapat mencegah kehamilan. Cara kerja obat anti hamil itu adalah :
(a) Perintang ovulasi, yaitu estrogen dan progesteron dalam dosis yang sesuai, mampu
menekan sekresi gonadotropin dari hipofisa sehingga proses pematangan sel telur
terhambat.
(b) Pengentalan lendir cervix, lazimnya cervix tertutup lendir yang selama masa subur
menjadi encer, sehingga memudahkan masuknya sel sperma ke dalam uterus.
Karena pengaruh progesteron, lendir tersebut menjadi kental sehingga sel sperma
tidak mampu menembusnya. Pil mini dan pil suntik yang mengandung progesteron
tanpa estrogen bekerja menurut prinsip ini.
(c) Khasiat terhadap endometrium, karena pengaruh kedua hormon, endometrium
hanya berkembang dan sedikit berproliferasi, tidak mengalami fase sekresi dan
justru menyusut, sehingga penyarangan sel telur tidak terjadi.

2. Jenis pil dan penggunaannya


Dewasa ini dikenal beberapa macam pil anti hamil, yaitu :
(a) Pil kombinasi
Berisi estrogen dan progesteron . Mulai ditelan pada haid hari pertama atau ke lima,
selama 20 – 21 hari, dilanjutkan dengan 7 pil kosong (plasebo) atau istirahat selama
7 hari. Pada waktu istirahat inilah umumnya terjadi perdarahan yang mirip haid
biasa. Keamanannya hampir sempurna (99,9% berhasil) bila tidak lupa menelannya
setiap hari.
(b) Pil bertahap

42
Tidak semua pil untuk semua periode pemakaian mengandung komponen dan
kadar yang sama. Pentahapan ini dimaksudkan untuk meniru variasi hormon
alamiah selama siklus setiap bulannya.
Yang termasuk jenis pil ini adalah pil bifasis, terdiri dari 7 tablet yang hanya
mengandung estrogen dan 15 tablet lainnya merupakan pil kombinasi, dengan
estrogen dan progesteron.
(c) Pil mini
Mengandung dosis kecil progesteron saja, yaitu linestrenol dan noretisteron. Mulai
ditelan pada hari haid pertama secara terus menerus tanpa istirahat.
(d) Pil suntik
Sebetulnya bukan pil, tapi injeksi yang hanya mengandung progestagen dengan
kerja panjang, yaitu medroksiprogesteron. Diberikan tiga bulan sekali, per injeksi
intra muscular.
(e) Morning after pil
Mengandung estrogen dalam dosis tinggi, yaitu etinilestradiol 3 – 5 mg. Jenis pil
ini khusus digunakan sesudah persetubuhan “tanpa perlindungan”. Mulai ditelan
selambat – lambatnya 24 jam kemudian, selama lima hari berturut – turut, biasanya
pada pagi hari.

Pil kombinasi dapat pula digunakan untuk maksud yang sama dengan toleransi yang baik.
Pil tersebut mengandung etinilestradiol 100 mcg dan levonorgestrel 500 mcg, harus ditelan
2 kali dengan interval 12 jam.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi keamanan pil


(a) Terlupa menelan
Bila terlupa satu pil, maka dalam waktu tidak lebih dari 12 jam pil itu harus di
telan. Bila lebih dari 12 jam atau terlupa lebih dari 2 pil, maka keamana pil tidak
dapat dipercaya lagi.
(b) Gangguan saluran pencernaan seperti diare, muntah, menyebabkan penyerapannya
tidak sempurna.
(c) Pengaruh obat lain
Beberapa obat dapat mengurangi efektifitas pil dengan jalan induksi enzim,
sehingga hormon dari pil dipercepat penguraiannya. Obat – obat tersebut adalah
Fenobarbital, Fenitoin, Glutetimida dan Rifampisin.

4. Penggunaan lain
Selain untuk mencegah kehamilan, pil KB juga digunakan untuk :
(a) Menunda haid
Karena suatu keperluan, penundaan tersebut jangan lebih lama dari 8 hari karena
resiko perdarahan-antara bertambah besar.
Caranya, setelah pil terakhir dari suatu kur habis, jangan istirahat, tetapi lanjtkan
dengan kur baru. Bila misalnya dikehendaki penundaan 6 hari, setelah itu baru
istirahat.
(b) Terapi substitusi pada klimakterium dan mencegah gangguan siklus.

5. Efek Samping
Pil anti hamil dapat menimbulkan efek samping yang bersifat ringan maupun
ayng berbahaya. Efek samping ringan yang sering terjadi biasanya berkurang atau lenyap
sendiri setelah beberapa bulan pemakaian adalah :
 Mula, nyeri kepala, umumnya karena estrogen

43
 Rasa lelah, gelisah dan mudah tersinggung, libido berkurang, umumnya karena
komponen progesteron.
 Perdarahan tidak teratur yang berupa spotting atau haid anatra, kebanyakan karena
kekurangan estrogen
 Depresi
 Infeksi candida dan mungkin trichomonas, yang menyebabkan keputihan.

Efek samping yang lebih serius, merupakan resiko penggunaan pil anti hamil adalah :
 Infark jantung
 Hipertensi, akibat retensi garam dan air
 Trombosis
 Mempertinggi LDL – kolsterol, sehingga memperbesar resiko penyakit jantung dan
pembuluh darah.

6. Kontra indikasi
Pil anti hamil tidak boleh diberikan pada penderita atau bila terdapat riwayat
trombosis, kanker payudara, hepatitis dan hiperlipidemia. Penggunaannya harus hati – hati
terhadap penderita penyakit jantung dan pembuluh, hipertensi, udema, gangguan endokrin
(diabetes, hipertiroid) dan migrain.

7. Obat – Obat Kontrasepsi


Pil Bifasis :
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
1. Levonorgestrel + Microgynon Per tablet : Schering
Etinilestradiol Levonorgestrel 150 mcg
Etinilestradiol 30 mcg

Nordette-28 Tablet Wyeth-Ayerst

No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen


2. Lynestrenol + Lyndiol Per tablet : Organon
Ethinylestradiol Lynd. 2,5mg; Eth.50mcg

Ovostat 28 Per tablet : Organon


Lynd. 1mg
Eth. 50mcg

Pil Mini
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
3. Linestrenol Excluton 0,5 mg/tablet Organon

Implant :
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
4. Levonorgestrel Norplant Implan 36 mg Leiras Oy

5. Etonogestrel Implanon Implan Limas 68 mg Prganon

44
BAB III
OBAT SISTEM PERNAPASAN

A. Obat – Obat Asma, Bronchitis dan Emfisema Paru

1. Pendahuluan
CARA atau Chronic Respiratory Affection, mencakup semua penyakit saluran
pernafasan yang mempunyai ciri penyumbatan bronchi karena pengembangan mukosa atau
sekresi sputum (dahak) berlebihan, serta kontraksi otot polos saluran napas (bronchi)
berlebihan. Tergolong penyakit ini adalah asma, bronchitis dan emfisema.
Asma (asthma bronchiale) atau bengek adalah suatu penyakit alergi kronis yang
berciri serangan sesak napas akut secara berkala yang disertai batuk dan hipersekresi
dahak, dimana pasien tidak menunjukkan suatu gejala. Pada serangan yang hebat,
penyaluran udara ke darah sedemikian lemah sehingga penderita membiru kulitnya
(cyanosis). Sebaliknya pengeluaran nafas dipersulit dengan meningkatnya kadar CO2
dalam darah.
Serangan asma biasa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam
dan dapat diatasi dengan pemberian obat secara inhalasi atau oral, tetapi dalam keadaan
gawat perlu diberi suntikan Adrenalin, Teofilin dan atau hormon kortikosteroida.
Umumnya jenis asma yang bersifat alergi sudah dimulai dari masa kanak – kanak
dan didahului oleh gejala alergi lain, khusunya ekzema. Faktor keturunan memegang
pernana penting pada terjadinya sama. Pasien asma memiliki kepekaan terhadap infeksi
saluran napas, akibatnya dalah peradangan bronchi yang dapat menimbulkan serangan
asma.
Bronchitis kronis berciri batuk menahun dan banyak mengeluarkan sputum
(dahak), tanpa sesak napas atau sesak napas ringan. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus
pada saluran pernapasan, terutama oleh Haemophilus influenza atau Streptococcus
pneumoniae.
Pengobatan biasanya dengan antibiotik selama minimal 10 hari, agar infeksi tidak
terulang / kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin, Sefradin dan Sefaklor
yang berdaya bakterisid terhadap antara lain bakteri – bakteri di atas.
Emfisema paru (pengembangan) berciri sesak napas terus menerus yang
menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga dan seringkali dengan perasaan letih dan
tidak bergairah. Penyebabnya adalah bronchitis kronis dengan batuk menahun, serta asma.

2. Tindakan umum
- Mencegah timbulnya reaksi antigen – antibody dan serangan asma, misalnya
dengan menjaga kebersihan (sanitasi) seperti menyingkirkan semua rangsangan
luar terutama binatang – binatang peliharaan, rumah harus dibersihkan setiap hari
khususnya kasur, sprei dan selimut. Begitu juga faktor aspesifik seperti perubahan
suhu, dingin, asap dan kabut harus dihindari.
- Berhenti merokok, karena asap rokok dapat menimbulkan bronkokonstriksi dan
memperburuk asma.
- Fisioterapi, menepuk – nepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran
sputum, latihan pernapasan dan relaksasi.
- Mencegah infeksi primer, dengan vaksinasi influenza.
- Pemberian antibiotika pada pasien asma dan bronchitis dengan infeksi bakteri.
Umumnya diberikan Amoksisilin atau Doksisiklin

45
3. Pengobatan
Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 karagori, yaitu terapi serangan
akut, status asmathicus dan terapi pencegahan.
(a) Terapi serangan akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang
bronchi. Sebagai obat piligan ialah Salbutamol atau Terbutalin, sebaiknya secara
inhalasi (efek 3 – 5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophillin dalam bentuk
suppositoria. Obat pilihan lain ialah Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan
sebagai tablet, hanya saja efeknya baru kelihatan setelah kurang lebih 1 jam.
Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila yang kedua
ini juga belum memberikan efek, perlu diberikan suntikan i.v. Aminophillin atau
Salbutamol, Hidrokortison atau Prednison. Sebagai tindakan akhir dengan
Adrenalin i.v. dengan diulangi 2 kali dalam 1 jam.
(b) Status asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Ini disebabkan oleh
blokade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan
dengan suntikan i.v. Salbutamol atau Aminophillin dan Hidrokortison dosis tinggi
(200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4 gram sehari).
(c) Terapi pencegahan
Dilakukan dengan pemberian bronchodilator misalnya Salbutamol, Ipratropium
atau teofillin, bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen.

4. Penggolongan Obat – Obat Asma


Berdasarkan mekanismenya, kerja obat – obat asma dapat dibagi dalam beberapa
golongan, yaitu :
(a) Antialergika
Adalah zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan
melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan
rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. β-2
adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan oksatomida juga memiliki efek
ini.
(b) Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga
memberikan efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah :
 Adrenergika
Khususnya β-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), zat ini bekerja selektif terhadap
reseptor β-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor β-1
(stimulasi jantung). Kelompok β-2-mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol,
Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sefangkan yang bekerja
terhadap reseptor β-2 dan β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin, dll.

 Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.)


Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan
kolinergik. Bila reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem
kolinergik menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik
bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos bronchi sehingga
aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek bronchodilatasi.
Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar
kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian
inhalasi.

46
 Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat)
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim
fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas,
sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi dengan Efedrin praktis
tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek tachycardia diperkuat. Oleh
karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan.
(c) Antihistaminika (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium dan Deptropin)
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronchokonstriksi.
Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif.
(d) Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason)
Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor β-2,
melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama pada
serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan jangka lama
hendaknya dihindari, berhubung efeksampingnya, yaitu osteoporosis, borok
lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian
inhalasi.
(e) Ekspektoransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein)
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat
ini berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan.
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran
napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein
mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida
sehingga viskositas lendir berkurang.

5. Obat – obat tersendiri


(a) Derivat xantin
- Teofilin
Indikasi : Asma bronkial, bronchitis asmatic knonis, emfisema
Mekanisme : Spasmolitik otot polos khusuanya pada otot bronchi,
kerja stimulasi jantung, stimulasi SSP dan pernafasan serta
diuretik. Berdasarkan efek stimulasi jantung, obat juga
dugunakan pada sesak napas karena kelainan jantung
(asthma cardial).
Kontra indikasi : Penderita tukak lambung yang aktif dan yang mempunyai
riwayat penyakit kejang.
Efek samping : Penggunaan pada dosis tinggi dapat menyebabkan mual,
muntah, nyeri epigastrik, diare, sakit kepala, insomnia,
kejang otot, palpitasi, tachycardia, hipotensi, aritmia, dll.
Interaksi obat : Sinergisme toksis dengan Efedrin, kadar dalam serum
meningkat dengan adanya Simetidin, Alupurinol. Kadar
dalam serum menurun dengan adanya Fenitoin, kontasepsi
oral dan Rifampisin
Sediaan : Tablet, elixir, rectal, injeksi

- Aminofilin
Indikasi : Pengobatan dan profilaksis spasme bronchus yang
berhubungan dengan asma, emfisema dan bronchitis
kronik.
Kontra indikasi : -
Efek samping : Iritasi gastro intestinal, tachycardia, palpitasi dan hipotensi
Interaksi obat : Kadar dalam plasma meningkat dengan adanya Simetidin,

47
Alupurinol dan Eritromisin.
Sediaan : Injeksi, tablet

(b) Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Triamnisolon)


Indikasi : Obat ini hanya diberikan pada asma yang parah dan tidak
dapat dikendalikan dengan obat – obat asma lainnya. Pada
status asmathicus diberikan per i.v. dalam dosis tinggi.
Kontra indikasi :
Efek samping : Pada penggunaan yang lama berakibat osteoporosis,
moonface, hipertricosis, impotensi dan menekan fungsi
ginjal.
Pemakaian inhalasi efektivitasnya diperbesar dan
penekanan terhadap anak ginjal diperingan.
Interaksi obat : Efeknya memperkuat adrenergika dan Teofilin serta
mengurangi sekresi dahak.
Dosis : Pemberian dosis besar maksimum 2 – 3 minggu per oral
25 mg – 40 mg sesudah makan pagi, setiap hari dikurangi
5 mg.
Untuk pemeliharaan 5 mg – 10 mg Prednison setiap
48 jam, atau Betametason ½ mg setiap hari.

(c) Beta adrenergik (efek terhadap β-1 dan β-2)


- Adrenalin
Indikasi : Serangan asma hebat (injeksi s.c.) Pemakaian per oral
tidak efektif, sebab terurai oleh asam lambung.
Kontra indikasi :
Efek samping : Shock jantung, gelisah, gemetar dan nyeri kepala
Interaksi obat : Kombinasi dengan Fenobarbital dimaksudkan untuk efek
sedatif supaya penderita tidak cemas / takut.
Sediaan : Injeksi

- Efedrin
Indikasi : Asma, bronchitis, emfisema
Kontra indikasi : Penyakit jantung, hipertensi, gondok, glaukoma
Efek samping : Tachycardia, gelisah, insomnia, sakit kepala, eksitasi,
aritmia ventrikuler
Interaksi obat : -
Sediaan : Tablet

- Isoprenalin
Daya bronchodilatasinya baik, tetapi absorpsi dalam usu buruk. Absorpsi
melalui mukosa mulut lebih baik, efek cepat dan dapat bertahan lebih kurang 1
jam. Sudah jarang digunakan sebagai obat asma, karena terdesak oleh
adrenergik spesifik.

(d) β-2 mimetik


- Salbutamol
Indikasi : Selain berdaya bronchodilatasi juga memiliki efek
menstabilisasi mastcell, sehingga digunakan terapi
simptomatik dan profilaksis asma bronchial, emfisema dan
obstruksi saluran napas.

48
Kontra indikasi : Hipertensi, insufisiensi miokardial, hipertiroid, diabetes.
Efek samping : Nyeri kepala, pusing, mual, tremor tangan.
Pada dosis tinggi dapat berakibat tachycardia,palpitasi,
aritmia dan hipotensi.
Interaksi obat :
Sediaan : Tablet, syrup

- Terbutalin
Indikasi : Asma bronchial, bronchitis kronis, emfisema dan penyakit
paru lain dengna komplikasi bronchospasme
Kontra indikasi : Hipertiroidisme
Efek samping : Tremor, palpitasi, pusing
Interaksi obat :
Sediaan : Tablet, inhalasi
- Isoetarin
Derivat Isoprenalin, digunakan sebagai tablet retard, kerjanya cepat, kurang
lebih 20 menit, lama kerja 4 – 6 jam
- Prokaterol
Derivat Kinolin dengan daya kerja bronchodilatasi sangat kuat. Digunakan per
oral dengan dosis 2 kali sehari 50 mcg.
- Remiterol
Kerja lebih selektif dari pada β-2 mimetika lainnya. Penggunaan secara
inhalasi, efek cepat sekali + 30 detik dengan lama kerja 6 jam.
- Tretoquinol
Per oral efeknya cepat setelah 15 menit dengan lama kerja 6 jam.

(e) Kromoglikat
Indikasi : Profilaksis asma bronchial termasuk pencegahan asma
yang dicetuskan oleh aktivitas.
Mekanisme : Stabilisator mastcell sehingga menghalangi pelepasan
kerja histamin, serotonin dan leukotrien pada waktu terjadi
reaksi antigen antibodi.
Kontra indikasi :
Efek samping : Iritasi tenggorokan ringa, napas berbau, mual, batuk,
bronchospasme sementara
Sediaan : Inhalasi 5mg/ aktuasi ( Intal 5 ® )

(f) Antikolinergik
- Ipratorium
Indikasi : Asma bronchial, bronchitis kronis, emfisema
Kontra indikasi : Hipersensitiv terhadap senyawa yang menyerupai atropin
Efek samping : Mulut kering, iritasi kerongkongan, batuk, peningkatan
tekanan intra okuler jika mengenai mata penderita
glaukoma.
Interaksi obat : Memperkuat efek antikolinergik obat lain, bronchodilatasi
diperkuat oleh derivat xantin dan preparat β-adrenergik .
Sediaan : Tablet, inhalasi

49
- Tiazinamium
Derivat Fenotiazin ini daya antihistamin dan daya antikolinergiknya kuat.
Resorpsi per oral buruk, daya bronchodilatasinya hanya pada dosis tinggi,
sehingga memberi efek samping seperti atropin.

(g) Antihistamin
- Ketotifen
Indikasi : Profilaksis asma bronchial karena alergi
Mekanisme : Dapat memblokir reseptor histamin dan menstabilisasi
kerja mastcell.
Kontra indikasi :
Efek samping : Mengantuk, pusing, mulut kering.
Interaksi obat : Memperkuat efek sedativ depresan SSP.
Sediaan : Tablet

- Oksatomida
Dapat memblokir reseptor histamin dan menstabilisasi mastcell. Penggunaan
kecuali pada profilaksis asma alergi, juga untuk rinitis alergi dan urticaria
kronis. Kurang bermanfaat pada serangan asma akut.

Spesialite :
NO. NAMA GENERIK NAMA DAGANG SEDIAAN PABRIK
& LATIN
1. Teofilin Brondilex Tablet 150 mg, Elixir Biomedis
50mg/5ml

2. Teofilin + Bromheksin Bronsolvan Tiap tablet atau 5 ml syrup : Dankos


HCl Teofilin 125 mg dan
Bromheksin HCl 8 mg

3. Teofilin + Gliseril Quibron Tiap kapsul atau 15 ml elixir : Bristol


Guaiakolat Teofilin 150 mg
Gliseril Guaiakolat 90 mg

4. Teofilin + Efedrin HCl Asmasolon Tiap tablet : Westmon


Teofilin 130 mg
Ephedrin HCl 12,5 mg

Asmadex Dexa Medica


Asthma Soho Soho
Neo-Napacin Konimex

5. Aminofilin Aminophyllinum Ampul 10 ml : 24 mg/ml Ethica


Phyllocontin Tablet : 225 mg Mahakam

6. Efedrin HCl Ephedrin HCl Tablet : 25 mg Soho

7. Salbutamol Sulfat Salbuven Tablet 4 mg, Syr. 2mg/5ml Pharos


Salbron Tablet 2 mg Dankos
Fartolin Fahrenheit
Ventolin Tablet 2mg, syr. 2mg/5 ml, Glaxo Smith
inhaler 100 mcg/semprot,
nebula, rotacap, rotahaler,
rotadisk, diskhaler

8. Salbutamol Sulfat + Fartolin Expectorant Tiap tablet : Fahrenheit


Guaifenesin Salbutamol Sulfat 1,2 mg ;

50
Guaifenesin 50 mg

9. Terbutalin Sulfat Bricasma Tablet 2,5 mg, Syr. 0,3 mg/ml, Astra Zenecca
turbuhaler, inhaler, aerosol,
inhaler dengan nebuhaler,
respules

10. Ketotifen Nortifen Tablet 1 mg Otto


Scanditen Tempo S.P.

B. Obat – Obat Batuk (Antitusiva)

1. Fisiologi batuk
Batuk adalah suatu reflek fisiologi yang dapat berlangsung baik dalam keadaan
sehat maupun sakit. Reflek tersebut terjadi lazimnya karena adanya rangsangan pada
selaput lendir pernapasan yan terletak di beberapa bagian dari tenggorokan dan cabang-
cabangnya. Reflek tadi berfungsi mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan
dari zat- zat perangsang itu, sehingga merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh.

2. Sebab – sebab batuk


Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh karena radang (infeksi saluran pernapasan,
alergi), sebab-sebab mekanis (debu), perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan
kimia (gas, bau-bauan). Batuk (penyakit) terutama disebabkan oleh infeksi virus, misal
virus influenza dan bakteri.Batuk dapat pula merupakan gejala yang lazim pada penyakit
tifus, radang paru- paru, tumor saluran pernapasan, dekompensasi jantung, asam atau dapat
pula merupakan kebiasaan.

3. Pengobatan
Pengobatan batuk pertama- tama hendaknya ditunjukan pada mencari dan
mengobati penyebabnya. Selanjutnya dilakukan pengobatan simptomatiknya, yang harus
dibedakan dahulu antara batuk produktif (batuk yang mengeluarkan dahak) dengan batuk
yang non produktif.
Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi
mengeluarkan zat asing (kuman, debu dan lainnya) dan dahak dari tenggorokan. Maka
pada azasnya jenis batuk ini tidak boleh ditekan. Terhadap batuk demikian, digunakan obat
golongan ekspektoransia yang berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan
mempermudah pengeluarannya dari saluran nafas.
Sebaliknya batuk yang tidak produktif, adalah batuk yang tidak berguna
sehinggga harus ditekan. Untuk menekan batuk jenis ini digunakan obat golongan pereda
batuk, yang berkhasiat menekan rangsangan batuk yang bekerja sentral ataupun perifer.
Untuk batuk yang disebabkan alergi, digunakan yang dikombinasi dengan
ekspektoransia. Misalnya sirup Chlorphemin, mengandung antihistaminika Promethazine
dan Diphenhidramin. Kadang –kadang diperlukan ekspektoransia dan pereda batuk dalam
suatu kombinasi, untuk maksud mengurangi frekuensi batuk, dan tiap kali batuk cukup
dapat dikeluarkan dahak yang kotor.

51
4. Penggolongan obat batuk
Obat batuk dapat dibagi dalam dua golongan besar :
(a) Zat – zat yang bekerja sentral
Zat – zat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum
lanjutan (medula) dan mungkin juga bekerja di otak dengan efek menenangkan.
Zat ini terbagi atas :
 Zat – zat adiktif, yaitu Pulvis Opii, Pulvis Doveri dan Codein. Karena dapat
menimbulkan ketagihan, penggunaannya harus hati – hati.
 Zat – zat non adiktif, yaitu Noskapin, Dekstrometorfan, Pentoksiverin,
Prometazin dan Diphenhidramin.

(b) Zat – zat yang bekerja perifer


Obat ini bekerja di luar SSP, dan dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :
 Emolliensia
Zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokan sehingga
tidak kering dan melunakkan selaput lendir yang teriritasi. Contohnya Syrup
Thymi, zat – zat lendir (seperti infus carrageen), akar manis.
 Ekspetoransia
Zat ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan mengurangi
kekentalannya sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
Termasuk kedalamnya adalah Kalium Iodida, Amonium klorida, Kreosot,
Guaiakol, Ipeka dan minyak – minyak atsiri.
 Mukolitika
Zat ini bekerja mengurangi viskositas dahak (mengencerkan dahak) dan
mengeluarkannya. Zat ini efektif digunakan untuk batuk dengan dahak yang
kental. Contohnya Asetilkarbosistein, Bromheksin, Mesna, Ambroksol.
 Zat – zat pereda
Zat ini meredakan batuk dengan cara menghambat reseptor sensibel di saluran
napas. Contohnya oksolamin dan Tipepidin.

5. Obat-obat tersendiri
(a) Kreosot
Zat cair kuning muda ini hasil penyulingan kayu sejenis pohon di Eropa,
mengandung kira-kira 70 % Guaiakol sebagai zat aktifnya. Zat ini mengurangi
pengeluaran lendir pada bronchi dan membantu menyembuhkan radang yang
kronis, disamping khasiatnya sebagai bakterisida. Berhubung baunya tidak enak
dan merangsang mukosa lambung, maka lebih banyak digunakan guaiakol dalam
bentuk esternya yaitu guaiakol karbonat, kalium guaiakol sulfonat dan gliseril
guaiakolat. Dalam usus, ester tersebut terurai menjadi guaiakol bebas. Kreosot
dapat pula digunakan sebagai obat sedotan (inhaler) dengan uap air
(b) Ipecacuanhae Radix
Akar dari tanaman Psychotria ipecacuanha (Rubiaceae) ini mengandung antara
lain alkaloida emetin dan sefalin. Zat-zat itu bersifat emetic, spasmolitik terhadap
kejang-kejang saluran pernafasan dan mempertinggi secara reflektoris sekresi
bronchial. Penggunaan utamanya sebagai emetika pada kasus keracunan. Sebagai
ekspektoransia hanya digunakan terkombinasi dengan obat batuk lainnya.
(c) Ammonium klorida
Berkhasiat sebagai secretolytic. Biasanya diberikan dalam bentuk sirup, misalnya
OBH. Pada dosis tinggi menimbulkan perasaan mual dan muntah karena
merangsang lambung.

52
(d) Kalium Iodida
Menstimulir sekresi cabang tenggorokan dan mencairkan dahak, sehingga banyak
digunakan dalam obat asma. Efek sampingnya berupa gangguan tiroid, jerawat
(acne), gatal-gatal (urticaria) dan struma
(e) Minyak terbang
Seperti minyak kayu putih, minyak permen, minyak anisi dan terpenten.
Berkhasiat mempertinggi sekresi dahak, melawan kejang (spasmolitika), anti
radang, dan bakteriostatistik lemah.Minyak terpenten digunakan sebagai
ekspektoransia dengan cara inhalasi, yang dihirup bersama uap air, ternyata amat
bermanfaat pada radang cabang tenggorokan.
(f) Liquiritie Radix
Akar kayu manis dari tanaman Glycyrrhiza glabra, mengandung saponin yaitu
sejenis glukosida yang bersifat aktif di permukaan.
Khasiatnya berdasarkan sifatnya yang merangsang selaput lender dan
mempertinggi sekresi zat lendir
(g) Kodein
Alkaloida candu ini paling banyak digunakan untuk mengobati batuk, berdasarkan
sifat peredanya terhadap pusat batuk. Efek sampingnya antara lain, menimbulkan
adiksi dan sembelit.
Codipront (Mack) mengandung kodein dan antihistaminika Feniltoloksamin,
keduanya terikat pada suatu resin dengan tujuan memperoleh khasiat jangka
panjang.
Etil-morfin (dionin) memiliki khasiat pereda batuk sama dengan kodein, sehingga
sering digunakan dalam sirup obat batuk. Disamping itu juga digunakan sebagai
analgetika. Karena khasiatnya dapat menstimulir sirkulasi pembuluh darah mata,
maka juga digunakan untuk menghilangkan udema conjungtiva (pembengkakan di
mata).
(h) Dekstrometrorfan
Khasiatnya sama dengan kodein, tetapi tidak bersifat analgetik dan adiktif
(i) Bromheksin
Turunan sikloheksil ini bersifat mukolitik, yaitu dapat mencairkan dahak yang
kental, sehingga mudah dikeluarkan dengan batuk. Efek sampingnya berupa
gangguan lambung usus, pusing dan berkeringat

Spesialite :
NO. NAMA GENERIK NAMA DAGANG SEDIAAN PABRIK
& LATIN
1. Difenhidramin + Amm. Klorida Benadryl Cough Medicine Syrup Parke Davis
+ Na.Sitrat Corsadryl Corsa
Ikadryl Ikapharmindo

2. Dextrometorphan HBr + Benadryl DMP Syrup Parke Davis


Difenhidramin + Amm. Klorida Dantusil Syrup Dankos
+ Na.Sitrat

3. Dextrometorphan HBr + CTM Cosyr Syrup UAP


+ Gliseril guaiakolat +
Fenilpropanolamin

4. Feniramin maleat + Amm. Avil Expectorant Hoechst


Klorida + Menthol

53
NO. NAMA GENERIK NAMA DAGANG SEDIAAN PABRIK
& LATIN
5. Promethazin + Guaiakol ester + Phernergan Expectorant Syrup Rhone P
Ekstrak Ipeca
6. Promethazin + K- Prome Expectorant Syrup New Interbat
sulfoguaiakolat + Na Sitrat +
Tinc. Ipeca + Menthol

7. Dextrometorphan HBr + Sanadryl Plus Expectorant Syrup Sanber Farma


Difenhidramin + Amm. Klorida
+ K-sulfoguaiakolat + Na Sitrat

8. Difenhidramin + Amm. Klorida Sanadryl Expectorant Syrup Sanbe Farma


+ K-sulfoguaiakolat + Na Sitrat

9. Difenhidramin + Amm. Klorida Koffex Syrup Dumex


+ Na Sitrat + Menthol

10. Difenhidramin + Amm. Klorida Nichodryl Syrup Nicholas


+ Menthol

11. Difenhidramin + Gliseril Allerin Syrup UAP


Guaiakolat + Na Sitrat

12. CTM + + Gliseril Guaiakolat Cohistan Expectorant Syrup Biomedis

54
BAB IV
ANTIHISTAMIN

A. Histamin
Histamin adalah suatu senyawa amina yang didalam tubuh dibentuk dari asam
amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekarboksilase. Hampir semua organ
dijaringan tubuh mengandung histamin itu. Zat tersebut terdapat terutama dalam sel-sel
tertentu yaitu mastcell, dalam keadaan terikat dan tidak aktif.
Histamin dapat dibebaskan dari ikatan nya dalam bermacam-macam faktor antara
lain reaksi alergi, luka-luka berat, sinar UV dari matahari, racun ular dan tawon, enzim
proteolitik serta beberapa macam obat-obatan (opiat, tubokurarin, klordiazepoksida).

Efek histamin
Terdapatnya histamin (aktif) berlebihan didalam tubuh, meninbulkan efek antara lain :
1. Kontraksi otot polos bronchi, usus dan uterus.
2. Vasodilatasi semua pembuluh darah, dengan akibat hipotensi.
3. Memperbesar permeabilitas kapiler, yang berakibat udema dan pengembangan
mukosa
4. Memperkuat sekresi kelenjar ludah, air mata dan asam lambung.
5. Stimulasi ujung saraf dengan akibat erytema dan gatal-gatal.

Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam darah cukup kecil, hanya kira-kira
50 mcg/l, sehingga tidak menimbulkan efek seperti tersebut diatas. Baru bila mastcell
pecah, histamin terlepas demikian banyak sehingga efek tersebut menjadi nyata. Kelebihan
histamin dalam darah diuraikan oleh enzim histaminase yang juga terdapat didalam
jaringan. Dalam pengobatan , untuk mengatasi efek histamin digunakan obat
antihistaminika.

B. Antihistamin
Adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan
di dalam tubuh, dengan jalan memblok reseptornya. Atas dasar jenis reseptor histamin,
dibedakan dua macam antihistaminika, yaitu :
1. Antihistaminika H1 (H1 blocker)
Zat ini menekan reseptor H1 dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus dan
uterus, terhadap ujung saraf dan untuk sebagian terhadap sistem pembuluh darah
(vasodilatasi dan naiknya permeabilitas). Kebanyakan antihistaminika termasuk
kelompok ini.
Selain daya antihistaminika, obat-obat ini kebanyakan memiliki khasiat lain
yaitu antikolinergik, menekan SSP dan beberapa di antaranya antiserotonin dan lokal
anestesi. Berdasarkan efek tersebut, antihistaminika ini banyak digunakan untuk
mengatasi bermacam-macam gangguan, antara lain asma yang bersifat alergi, “hay
fever” (reaksi alergi terhadap misalnya serbuk sari bunga ), sengatan serangga (lebah),
uriticaria, kurang nafsu makan, mabuk perjalanan, Parkinson dan sebagai sedativ
hipnotika.

2. Antihistaminika H2 (H2 blocker)


Menekan reseptor H2 dengan efek terhadap hipersekresi asam klorida dan
untuk sebagian terhadap vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat yang termasuk
golongan ini adalah Simetidin dan Ranitidin.

55
C. Penggolongan Antihistamin
Menurut struktur kimianya antihistaminika dapat dibagi dalam beberapa kelompok :
R1
R X C C N
R2
1. Turunan Etanolamin (X=O)
Meliputi Difenhidramin, Dimenhidrinat, Klorfenoksamin, Karbinoksamin dan
Feniltoloksamin. Kelompok ini memiliki daya kerja seperti Atropin (antikolibergik)
dan bekerja terhadap SSP(sedative)
2. Turunan Etilendiamin (X=N)
Diantaranya Antazolin,Tripelamin,Klemizol dan Mepirin. Kelompok ini umumnya
memiliki daya sedative lemah.
3. Turunan Propilamin (X=C)
Diantaranya Feniramin, klorfeniramin, bromfeniramin dan triprolidin. Kelompok ini
memiliki daya antihistaminica kuat.
4. Turunan Piperazin
Meliputi Siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, Sinarizin, Flunarizin. Umumnya
bersifat long acting.
5. Turunan Fenotizin
Meliputi Prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, metdilazin. Efek antihistamin dan
antikolinergiknya tidak begitu kuat, berdaya neuroleptik kuat sehingga digunakan
pada keadaan psikosis karena juga berefek meredakan batuk, maka sering digunakan
dalam obat batuk.
6. Turunan Trisiklik Lainnya
Meliputi Siproheptadin, Azatadin, Pizotifen. Mempunyai daya antiserotonin kuat dan
menstimulir nafsu makan, maka banyak digunakan untuk stimulant nafsu makan.
7. Zat-zat non sedative
Yaitu Terfenadin dan astemizol. Memiliki daya anti histaminika tanpa efek sedative.
8. Golongan Sisa
Yaitu Mebhidrolin, Dimetinden, Difenilpiralin.

D. Obat - Obat Tersendiri

1. Difenhidramin
Disamping khasiat antihistaminikanya yang kuat, juga bersifat sedatif, antikolinergik,
spasmodic, antiemetik dan antivertigo.Banyak digunakan dalam obat batuk,
disamping itu juga digunakan sebagai obat mabuk perjalanan, anti gatal-gatal karena
alergi dan obat tambahan pada penyakit parkinson. Efek sampingnya mengantuk.
2. Klorfeniramin
Daya antihistaminikanya lebih kuat daripada Feniramin, dan mempunyai efek sedatif
ringan. Digunakan untuk alergi seperti rhinitis alergia, urtikaria, asma bronchial,
dermatitis atopik, eksim alergi, gatal – gatal di kulit, udema angioneurotik
3. Prometazin
Selain digunakan dalam obat batuk, juga digunakan sebagai antiemetik untuk
mencegah mual dan mabuk perjalanan, sindroma parkinson, sedativa dan hypnotika
4. Dimenhidrinat
Digunakan pada mabuk perjalanan dan muntah-muntah waktu hamil.
5. Antazolin
Sifatnya tidak merangsang selaput lendir, karena itu sering digunakan untuk
mengobati gejala alergi pada mata dan hidung.

56
6. Feniramin
Berdaya antihistaminika kuat dan efek meredakan batuk yang cukup baik, sehingga
digunakan pula dalam obat batuk.
7. Siproheptadin
Merupakan satu-satunya antihistaminika yang mempunyai efek tambahan nafsu
makan. Kerja ikutannya antara lain timbul rasa mengantuk, pusing, mual dan mulut
kering.
8. Mebhidrolini Napadisilat
Praktis tidak bersifat menidurkan.Digunakan pada gatal-gatal karene alergi.
9. Setirizina HCl

Digunakan untuk Perineal rinitis, rinitis alergi, urtikaria idiopatik


10. Loratadine
Digunakan pada rinitis alergi, urtikaria kronik, dermatitis alergi, rasa gatal pada
hidung dan mata, rasa terbakar pada mata.
Spesialite :
NO. NAMA GENERIK NAMA DAGANG SEDIAAN PABRIK
& LATIN
1. Antazoline HCl Antrifine Tetes hidung Cendo
Albalon A Tetes mata Darya Varia
Antistine Ciba

2. Klorfeniramin Maleat Pehachlor Tablet 4 mg Phapros


Cohistan Biomedis
Chlorphenon Injeksi 10 mg/ml ; tablet 4 mg Ethica

3. Deksklorfeniramin Lorson Tablet 2 mg IPI


Maleat Polaramine Tablet 2mg ; syrup 2mg/ml Schering P

4. Feniramin Maleat Avil Injeksi 50mg/2ml ; syrup Aventis


15mg/5ml ; tablet 25 mg; tablet
retard 50mg
Benohist Tablet 50 mg Bernofarm

5. Difenhidramin HCl Benadryl Capsul 25 mg Parke Davis


Decadryl Injeksi 10 mg/ml Harsen

6. Dimenhidrinat Antimo Tablet 50mg Phapros


Amocaps Kapsul 50mg Erela

7. Mebhidrolin Biolergi Kaplet 50mg Konimex


Napadisilat Histapan Sanbe Farma

8. Prometazin Phenergan Tablet 25mg; syrup 5mg/5ml Aventis


Cendofergan Syrup 1 mg/ml Cendo

9. Homoklorsiklizin Homoclomin Tablet 10mg Eisai

10. Azatadine Maleat Zadine Syrup 0,5 mg/5ml ; tablet 1mg Schering P

11. Setrizina CCl Incidal OD Kapsul 10 mg ; syrup 5 mg/ml Bayer

12. Siproheptadina Alphahist Tablet 4 mg Pharmac Apex


Heptasan Sanbe Farma

13. Loratadina Alloris Tablet 10 mg Sanbe Farma


Zeos Dankos

57
BAB V
OBAT-OBAT ANTIHIPERLIPIDEMIK

A. Pendahuluan
Obat-obat antihiperlipidemik (hipolipidemika) adalah golongan obat yang
digunakan untuk menurunkan kadar lipida darah yang melebihi ambang batas normal.
Lipida darah (lipid plasma) terdiri dari lemak-lemak netral (trigliserida), kolesterol
(kolesterin) dan fosfolipida. Karena lipid tidak larut dalam air, zat tersebut dibawa dalam
plasma dari jaringan ke jaringan dengan cara terikat pada protein. Lipid yang terikat
dengan protein plasma ini disebut lipoprotein.
Lipoprotein dikelompokan menjadi 4, yaitu :
1. Khilomikron
2. Lipoprotein kerapatan (densitas) sangat rendah (VLDL = Very Low Density
Lipoprotein), disebut juga pre--lipoprotein.
3. Lipoprotein kerapatan rendah (LDL = Low Density Lipoprotein), disebut juga
-lipoprotein.
4. Lipoprotein kerapatan tinggi (HDL = Hight Density Lipoprotein), disebut juga
-lipoprotein.
HDL memiliki prosentase protein lebih banyak dan prosentase lipid lebih sedikit.
Fungsinya adalah untuk menghilangkan kolesterol yang tertimbun dari aliran darah dan
membawanya ke hati. Karena itu HDL dikatakan mempunyai kerja melindungi terhadap
aterosklerosis (pengerasan, hilangnya elastisitas serta penyempitan lumen pembuluh
arteri), sehingga HDL disebut kolesterol “baik”.
Ketiga lipoprotein yang lain (Khilomikron, VLDL dan LDL) terutama terdiri dari
kolesterol dan trigliserida dan membantu terjadinya ateroskelosis. Ketiganya biasa disebut
juga kolesterol “jahat”.
Tabel berikut menyajikan klasifikasi lipoprotein dan komposisinya.
Sub Kelompok Komposisi Lipoprotein (%)
Lipoprotein Protein Kolesterol Trigliserida Fosfolipid
A. Khilomikron 1 - 2 1 - 3 80 - 95 3-6
VLDL 6 - 10 8 - 20 45 - 65 15 - 20
LDL 18 - 22 45 - 50 4-8 18 - 24
HDL 45 - 55 15 - 20 2-7 26 - 32
Peningkatan kadar lipoprotein darah disebut hiperlipoproteinemia. Ada enam tipe
hiperlipoproteinemia, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tipe Sifat Lipoprotein Istilah


I Khilomikron bertambah banyak Hiperkhilomikronemia
II a LDL bertambah banyak Hiper Betha Lipoproteinemia
II b LDL dan VLDL bertambah banyak Hiper Betha dan Pre Betha
Lipoproteinemia
III Abnormalitas LDL Broad Betha Disease
IV VLDL bertambah banyak Hiper Pre Betha Lipoproteinemia

Kadar lipida darah dan lipoprotein dapat meningkat karena faktor lingkungan
(hiperlipidemia / hiperlipoproteinemia sekunder) seperti berat badan berlebih karena diet
yang salah, alkoholik dan penyakit metabolisme (hipotiroid, DM, pirai) atau kelainan
genetik (hiperlipidemia / hiperlipoprooteinemia primer). Jika kolesterol, trigliserida dan
LDL meningkat, maka risiko seseorang menderita penyakit jantung koroner (PJK) semakin
meningkat pula.

58
Tabel berikut menyajikan berbagai lipida darah dan nilai normalnya sesuai
klasifikasi berdasarkan risiko.

Lipid Nilai Normal Tingkat Risiko PJK


(mg/dL) Rendah (mg/dL) Sedang (mg/dL) Tinggi (mg/dL)
Kolesterol 150 - 240 < 200 200 - 240 > 240
Trigliserida 40 - 190 bervariasi sesuai umur > 190
Lipoprotein :
LDL 60 - 160 < 130 130 - 159 > 160
HDL 29 - 77 > 60 35 - 50 < 35

B. Diet
Diet merupakan terapi permulaan bagi hiperlipidemia dan sebagian besar kasus
hendaknya dicoba beberapa bulan sebelum mempertimbangkan farmakoterapi. Pengaturan
diet dilakukan dengan :
1. Pengurangan konsumsi lemak jenuh. Lemak jenuh terdapat dalam daging hewani
termasuk daging ikan. Juga terdapat dalam minyak tumbuhan (minyak kelapa dan
minyak kelapa sawit). Demikian juga dengan susu. Sebagai pengganti dapat
digunakan susu rendah lemak, mentega lunak dan minyak tumbuhan cair.
2. Konsumsi lemak-lemak tak jenuh (poly dan mono unsaturated) sebagai pengganti
minyak lemak jenuh. Terdapat pada minyak tumbuhan dan margarine serta minyak
zaitun dan canola.
3. Pengurangan konsumsi kolesterol. Terdapat pada kuning telur, hati, ginjal, otak dan
roti tart.
4. Meningkatkan konsumsi buah-buahan segar, sayur dan produk biji-bijian utuh
untuk menambah keragaman dan memberikan gizi serta serat.
Untuk mendukung upaya terapi diet, perlu diikuti upaya penunjang yaitu
menurunkan berat badan (karena dapat meningkatkan kadar HDL) dan olahraga (dapat
menurunkan kadar trigliserida, kolesterol dan meningkatkan kadar HDL).
Pada banyak kasus, diet saja tidak cukup menurunkan kadar lipid darah. Karena
75-80% kolesterol darah berasal dari bahan-bahan dari dalam tubuh sendiri (endogen).
Terapi diet akan menurunkan kolesterol total sebanyak 10-30%. Jika hiperlipidemia tidak
dapat dikendalikan dengan diet dan olahraga, maka farmakoterapi merupakan alternatif
pilihan selanjutnya.

C. Farmakoterapi
Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan kelebihan lipida darah
(Hiperlipidemia) biasanya ditujukan untuk :
1. menurunkan produksi lipoprotein oleh jaringan
2. meningkatkan perombakan (katabolisme) lipoprotein dalam plasma
3. mempercepat bersihan kolesterol dari tubuh. Obat-obat dapat digunakan tunggal
atau kombinasi, tetapi harus disertai diet rendah lipid, terutama kolesterol dan
lemak jenuh.

59
Obat-obat yang dapat digunakan pada hiperlipidemia meliputi :

1. Niasin atau Asam Nikotinat (vitamin B7)


Obat ini mempunyai kemampuan menurunkan lipid
yang luas, tetapi penggunaan dalam klinik terbatas
karena efek samping yang tidak menyanangkan
Mekanisme kerja : menghambat lipolisis trigiliserida
menjadi asam lemak bebas. Di hati, asam lemak bebas
digunakan sebagai bahan sintesis trigliserida yang
selanjutnya senyawa ini diperlukan untuk sintesis
VLDL. VLDL selanjutnya digunakan untuk sintesis
LDL. Dengan demikian obat ini dapat menurunkan
kadar trigiliserida (dalam VLDL) dan kolesterol (dalam
VLDL dan LDL).
Penggunaan : berdasarkan atas kemampuannya
menurunkan kadar plasma kolesterol dan trigliserida,
maka digunakan pada hiperlipoproteinemia tipe IIb dan
IV dengan VLDL dan LDL yang meningkat. Niasin
juga merupakan obat antihiperlipisemia paling poten
untuk meningkatkan kadar HDL plasma.
Efek samping : kemerahan pada kulit (disertai perasaan panas) dan pruritus (rasa
gatal pada kulit), pada sebagian pasien mengalami mual dan sakit pada abdomen,
meningkatkan kadar asam urat (hiperurikemia) dengan menghambat sekresi tubular
asam urat, toleransi glukosa dan hepatotoksik.

2. Derivat Asam Fibrat


Termasuk golongan ini adalah Fibrat-Klofibrat-Bezafibrat dan Gemfibrozil yang
menurunkan kadar trigliserida darah. Obat ini sedikit menurunkan kadar kolesterol.
Digunakan terutama untuk menurunkan VLDL pada hiperlipidemia tipe IIb, III dan V.
Mekanisme kerja : memacu aktivitas lipase lipoprotein, sehingga menghidrolisis
trigliserida pada kilomikron dan VLDL.
Efek samping :
1. Efek gastrointestinal : gangguan pencernaan ringan
2. Litiasis : pembentukan batu empedu
3. Keganasan : terutama Klofibrat yang dapat menyebabkan keganasan terkait dengan
kematian
4. Otot : Miositis (peradangan otot polos)
Interaksi obat :
berinteraksi dengan antikoagulan Kumarin,
sehingga meningkatkan efek anti koagulan.
Kontra indikasi :
pasien dengan kelainan fungsi hati, ginjal atau
pasien dengan penyakit kandung empedu.

3. Resin Pengikat Asam Empedu


Termasuk golongan ini adalah Kolesteramin dan
Kolestipol.
Mekanisme kerja : obat ini merupakan resin (damar)
penukar ion yang bersifat basa, yang mempunyai
afinitas tinggi terhadap asam empedu. Asam empedu
60
akan diikat oleh resin ini, membentuk senyawa yang
tidak larut dan tak dapat direabsorbsi untuk
selanjutnya diekskresi melalui feses. Dengan
demikian ekskresi asam empedu yang biasanya
sedikit akibat peredaran darah enterohepatik, dapat ditingkatkan hampir 10 kalinya.
Kekurangan asam empedu didapat dari sintesis
baru dari kolesterol (yang terdapat dalam
LDL), dengan demikian kadar LDL plasma
menurun.
Penggunaan : obat ini (yang biasa dikombinasi
dengan diet atau niasin) adalah obat-obat
pilihan dalam mengobati hiperlipidemia tipe
IIa dan IIb.
Efek samping :
1. Efek gastrointestinal : konstipasi, mual dan
kembung (flatulen)
2. Gangguan absorbsi : mengganggu absorbsi
vitamin larut lemak (A,D,E,K) pada resin
dosis tinggi.
Interaksi obat : berinteraksi dengan Tetrasiklin,
Fenobarbital, Digoksin, Warfarin, Pravastatin,
Fluvastatin, Aspirin dan Diuretik Tiazid
dengan mengganggu absorbsinya dalam usus.
Karena itu, obat-obat tersebut harus diminum
1-2 jam sebelum atau 4-6 jam setelah obat resin
pengikat empedu diminum.

4. Probukol
Obat ini menurunkan kadar HDL dan LDL,
maka obat ini tidak disukai. Namun sifat antioksidannya
penting dalam menghambat aterosklerosis.
Mekanisme : menghambat oksidasi kolesterol, sehingga
terjadi penguraian LDL-kolesterol yang teroksidasi oleh
makrofag.
Makrofag yang dimuati oleh kolesterol,
menjadi sel busa yang menempel pada vaskular dan
merupakan dasar pembentukan plak pada aterosklerosis.
Dengan demikian, pencegahan oksidasi
kolesterol akan menghambat perkembangan
aterosklerosis.
Penggunaan : pada hiperkolesteromia tipe IIa dan IIb.
Obat ini digunakan jika antihiperlipidemia lain tidak
efektif.
Efek samping : gangguan pencernaan ringan.

61
5. Inhibitor HMG-CoA (Hidroksimetilglutaril koenzim A) Reduktase
Termasuk golongan ini adalah
Lovastatin, Pravastatin, Simvastatin dan
Fluvastatin.
Mekanisme kerja : menghambat enzim HMG
Co A reduktase dalam sintesis kolesterol,
dengan demikian akan meningkatkan
penguraian kolesterol intrasel sehingga
mengurangi simpanan kolesterol intrasel.
Penggunaan : efektif untuk menurunkan kadar
kolesterol plasma pada semua jenis
hiperlipidemia.
Efek samping : kelainan biokimiawi fungsi hati
dan gangguan oto (miopati)
Interaksi obat : meningkatkan kadar Kumarin
(antikoagulan) sehingga meningkatkan risiko
pendarahan.
Kontra indikasi : ibu hamil dan menyusui,
anak-anak dan remaja.

6. Minyak Ikan
Sediaan minyak ikan yang kaya akan trigliserida laut omega-3, bermanfaat dalam
pengobatan hipertrigliseridemia berat. Meskipun demikian, kadand-kadang minyak ikan
dapat memperburuk hiperkolesteromia.

D. Terapi Kombinasi
Kadang-kadang perlu memberikan dua antihiperlipidemia untuk mendapatkan
kadar lipid plasma yang signifikan. Misalnya pada hiperlipidemia tipe II, pasien sering
diobati dengan kombinasi Niasin dan Resin pengikat empedu (Kolestiramin).
Kombinasi ini efektif menurunkan kadar kolesterol LDL dan VLDL plasma.
Contoh lain adalah kombinasi HMG CoA reduktase dengan Resin pengikat empedu,
juga efektif dalam menurunkan kolesterol LDL.

Sediaan Obat
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
B. Gemfibrozil Lopid Kapsul/Tablet 300, 450, 600, 900 Park Davis
Lipidan mg Dankos
Lapibroz Kapsul/Kaplet 300, 600 mg Lapi
Kapsul 300, 600 mg

Fenofibrat Evothyl Kapsul 100, 300 mg Guardian


Hipolip Kapsul 100, 300 mg Mecosin
Hyperchol Kapsul 100, 300 mg Ikapharmindo

Klofibrat Arterol Kapsul 250, 500 mg Pharos Chemie

Bezafibrat Bezalip Tablet 200 mg Boehringer M.

Atorvastatin Lipitor Tablet 10, 20 mg Marner-Lambert

Lovastatin Belvas Tablet 20 mg IPI


Justin Tablet 20 mg Ifars
62
Vastachol Tablet 20 mg Rama Farma

Fluvastatin Leschol Kapsul 40 mg Novartis

Simvastatin Liponorm Tablet 5, 10 mg Dankos


Normofat Tablet 5, 10 mg Soho
Sinova Tablet 5, 10 mg Combiphar

Pravastatin Pravachol Tablet 10, 20 mg Bristol Myers


Mevalotin Tablet 5, 10 mg Sankyo, KF

Asam nikotinat Tablet 100 mg

63
BAB VI
OBAT LAIN - LAIN

A. HIV dan Anti AIDS

1. Pendahuluan
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan masalah global
yang mulai melanda dunia sejak awal tahun 80-an. AIDS dapat diartikan sebagai sindroma
(kumpulan gejala) penyakit yang disebabkan oleh rusak atau menurunnya sistem kekebalan
tubuh. Rusak atau menurunnya sistem kekebalan tubuh disebabkan oleh infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus). AIDS bukan merupakan penyakit keturunan.
Dengan melemahnya sistem kekebalan, penderita sangat mudah terkena serangan
penyakit yang ringan sekalipun. Hingga kini belum ada obat yang ditemukan untuk
melawan secara efektif penyakit ini. Ada beberapa jenis obat yang sudah digunakan untuk
melawan penyakit ini, diantaranya yaitu AZT, DDI, DDC. Namun efeknya hanya untuk
menahan laju HIV menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita dan belum mampu
mematikan secara total virus ini.
Di Indonesia menurut data Direktorat Jenderal Peyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan, Depkes RI, hingga akhir Desember 2001 tercatat 2.575 kasus HIV-AIDS,
ditambah 213 kasus baru pada bulan yang sama, sehingga total kasus HIV-AIDS sampai
31 Desember 2001 sebanyak 2.788 kasus.

C. 2. Cara Kerja Virus HIV


Human Immunodeficiency Virus termasuk golongan retro virus. Retro virus
adalah virus yang dapat berkembang biak dalam darah manusia dan memiliki kemampuan
mengcopy cetak biru materi genetik (DNA-RNA) mereka di dalam materi genetik sel-sel
manusia yang ditumpangi. Dengan proses ini HIV dapat mematikan sel-sel darah putih
(khususnya limfosit atau sel T-4 atau sel CD-4). HIV sangat kecil ukurannya, lebih kecil
daripada seperseribu tampang sehelai rambut. Virus ini bentuknya seperti binatang bulu
babi (yaitu binatang laut) yang berbulu tegak dan tajam.

Gambar Virus HIV.

Bagaimana tepatnya proses HIV melemahkan sistem kekebalan (imunitas) masih


diselidiki. Menurut teori yang paling banyak diterima, HIV langsung menyerang sel darah
putih. Enzim yang ada pada tonjolan bagian luar HIV menempel dan merusak dinding sel
darah putih dan akhirnya, virus tersebut masuk ke dalamnya. RNA (Ribo Nucleic Acid)
virus akan menempel pada DNA (Deoksiribo Nucleic Acid) sel darah putih, lalu sel darah

64
putih akan pecah, dan virusnya pun akan memecah diri lalu mencari sel darah putih
lainnya.
Karena serangan virus HIV, lambat laun jumlah sel darah putih yang sehat
semakin berkurang dan akhirnya sistem kekebalan menjadi lumpuh. Orang yang sel darah
putihnya sudah terinveksi HIV, dapat dipastikan yang bersangkutan sudah memiliki
antibodi spesifik terhadap HIV dan ia sudah digolongkan mengidap HIV.

3. Tahap dan Gejala AIDS


Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah
masa inkubasi. Masa inkubasi adalah satu periode waktu antara masuknya virus HIV ke
dalam darah (awal infeksi) sampai dengan timbulnya gejala-gejala penyakit AIDS. Masa
inkubasi berkisar 5 sampai 10 tahun setelah terinfeksi.
Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan
jumlah sel darah putih semakin berkurang. Kekebalan tubuhpun semakin rusak jika
jumlah sel darah putih kian sedikit.
Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

Tahap Pertama
Disebut masa jendela atau window period yaitu tenggang waktu pertama setelah HIV
masuk ke dalam aliran darah. Berlangsung hingga 6 bulan. Pada tahap ini test HIV
menunjukkan hasil negatif. Hal ini karena tes yang mendeteksi antibodi HIV belum
dapat menemukannya, sehingga hasilnya negatif. Biasa disebut negatif palsu karena
orang yang bersangkutan sebenarnya sudah terinfeksi. Pada kondisi ini penderita sudah
dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Tahap Kedua
Disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan
gejala-gejala walaupun sudah terinfeksi HIV. Kondisi ini dapat berlangsung 5-
10 tahun tergantung sistem kekebalan tubuh penderita. Pada tahap ini
penderita bisa menularkan kepada orang lain.
Tahap Ketiga
Disebut dengan penyakit yang terkait dengan HIV (HIV related illness), ditandai
dengan gejala-gejala awal penyakit. Gejala-gejalanya antara lain :
 pembesaran kelenjar limfe / kelenjar getah bening
 hilang selera makan
 berkeringat berlebihan pada malam hari
 timbul bercak-bercak di kulit
 diare terus menerus
 flu tidak sembuh-sembuh
Tahap ini dapat berlangsung sekitar 6 bulan sampai 2 tahun.

Tahap Keempat
Disebut masa AIDS. Ditandai dengan jumlah sel darah putih (limfosit / sel T-
4) kurang dari 200 / mikroliter. Kondisi ini ditandai dengan munculnya
berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh infeksi
oportunistik (TBC, Pneumonia, Gangguan syaraf, Herpes, dll).

4. Penularan HIV
Kondisi yang diperlukan untuk terjadi penularan virus HIV adalah bahwa virus
HIV harus masuk ke aliran darah. HIV sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh. Virus ini
juga sensitif terhadap panas dan tidak tahan hidup pada suhu di atas 60 0C.

65
Untuk tertular harus ada konsentrasi HIV yang cukup tinggi. Di bawah
konsentrasi tertentu, tubuh manusia cukup kebal HIV sehingga tidak terjadi infeksi.
HIV ada di hampir semua cairan tubuh manusia seperti keringat, air ludah, air
mata, darah, cairan sperma, cairan vagina. HIV dalam air ludah, air mata dan keringat
konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk dapat menularkan HIV. Cairan yang dapat
menularkan hanyalah darah, cairan sperma dan cairan vagina yang mengandung HIV.
Penularan dapat terjadi jika salah satu dari ketiga cairan tersebut masuk ke dalam
aliran darah seseorang. Penularan HIV melalui :
(a) cara seksual.
hubungan seksual (homoseks atau heteroseks) yang tidak aman dengan orang
yang terinveksi HIV.
(b) cara parenteral
 transfusi darah yang tercemar HIV
 menggunakan jarum suntik, tindik, tato atau alat lain yang dapat menimbulkan
luka yang telah tercemar HIV secara bersama-sama dan tidak di sterilkan.
(c) cara perinatal
dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang dikandungnya.

5. Mengurangi Risiko Penularan


Cara mengurangi risiko penularan infeksi HIV adalah dengan tidak melakukan
kegiatan berisiko, yaitu menjaga agar jangan sampai cairan tubuh yang sudah tercemar
HIV masuk ke dalam tubuh. Cara-cara tersebut adalah antara lain :
(a) Bagi yang belum aktif melakukan kegiatan seksual (belum menikah):
Tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
(b) Bagi yang sudah aktif melakukan kegiatan seksual (sudah menikah)
 hubungan dengan mitra tunggal
 menggunakan alat kontrasepsi (misal kondom)
 jika memiliki Penyakit Menular Seksual (PMS), segera diobati.
(c) Hanya melakukan transfusi darah yeng bebas HIV
(d) Mensterilkan alat-alat yang dapat menularkan
 jarum suntik
 tindik
 pisau cukur
 tatto, dll
(e) Ibu pengidap HIV agar mempertimbangkan kembali jika ingin hamil

6. Sterilisasi Alat
Penularan HIV dapat melalui alat kesehatan yang tercemar virus ini. Agar
menghindari risiko penularan maka perlu dilakukan sterilisasi terhadap alat-alat tersebut.
Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
(a) Natriumhipochlorit (0,5%), Ethanol (70%), dan NPO4 (0,5%) dapat membantu
menahan perkembangan HIV dalam waktu satu menit.
(b) H2O2 (0,3%), Lisol (0,5%), Isopropilalkohol (70%), efektif menahan
perkembangan HIV dalam waktu 2-10 menit.
(c) Amonium chlorida kuartener (0,08%) efektif menahan HIV dalam waktu
10 menit.
(d) Nonoksinol-9 (surfaktan yang bersifat spermicid) dapat memperkuat fungsi
kondom mencegah penularan HIV.
(e) Paraformaldehid (0,5%), efektif menahan HIV dalam waktu 25 menit; formalin
(1:4), dan Glutaraldehid (0,1%) efektif dalam waktu 1 jam.

66
(f) HIV tidak sensitif terhadap sinar gamma (diperlukan dosis 10 kali lipat dibanding
untuk sterilisasi makanan), dosis sinar UV jauh lebih tinggi dibutuhkan untuk
membuat HIV inaktif di dalam ruang operasi dan laboratorium.
(g) Merebus alat dengan temperatur 100 0C juga akan dapat membunuh virus HIV.

7. Pengobatan
Hingga saat ini masih belum ditemukan obat –obat yang dapat melawan virus
HIV secara efektif. Beberapa obat mulai dikembangkan, cukup membantu meskipun tidak
dapat mengatasi secara total. Farmakoterapi diberikan masih sebatas membantu
memperlambat rusaknya daya tahan tubuh seseoarang dan memperlambat perkembangan
virus.
Obat-obat golongan retro virus ini sayangnya hingga saat ini masih belum
diproduksi di dalam negeri. Obat-obat tersebut adalah :
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen
Zidovudin (AZT) Retrovir Kapsul 100 mg Fahrenheit
Didanosin (ddl) Videx Tablet 50mg, 100mg Bristol Myers
Zalsitabin (ddC)
Stavudin (d4T) Zerit Kapsul 30mg, 40mg Bristol Myers
Lamivudin (3TC) Epivir
Inhibitor HIV Protease :
Saquinavir Invirase
Ritonavir Norvir
Indinavir Crixivan

B. Kortikosteroida

1. Pendahuluan
Terdapat dua sistem pengaturan fungsi tubuh untuk menyesuaikan dan
mempertahankan diri terhadap perubahan pengaruh lingkungan agar keadaannya selalu
konstan dan seimbang (homeostasis), yakni melalui pengaturan oleh Sistem Saraf Vegetatif
(Otonom) dan Sistem Kelenjar Endokrin.
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengeluarkan hasil sekresinya (berupa
hormon) langsung ke dalam sistem pembuluh darah, karena tidak mempunyai saluran atau
kelenjar buntu. Ada tiga bentuk struktur kimia hormon yaitu Hormon Peptida/protein
(kelenjar pankreas, hipotalamus), Hormon Asam Amino (Tirosin, Adrenalin / Noradrenalin)
dan Hormon Steroid (Estrogen, Progesteron dan Kortikosteroid).
Kortikosteroid dan hormon
kelamin (androgen dan
estrogen) dihasilkan oleh
kelenjar anak ginjal (adrenal)
bagian korteks (kulit).
Sedangkan kelenjar adrenal
bagian medulla (sumsum)
menghasilkan adrenalin dan
noradrenalin.

Kelenjar adrenal mensekresi 2 hormon kortikosteroid yaitu Glukokortikoid dan


Mineralokortikoid. Kedua kortikosteroid ini lazim disebut adrenokortikoid. Glukokortikoid
utama pada manusia adalah kortisol dan mineralokortikoid utama adalah aldosteron.
Kedua kortikosteroid ini disintesis dari kholesterol.

67
Perbedaaan kedua kortikosteroid ini disajikan pada tabel berikut :
Glukokortikoid Perbedaan Mineralokortikoid
Kortisol Senyawa Utama Aldosteron

Metabolisme : Metabolisme :
Karbohidrat, Protein dan Lemak Mineral dengan mengatur
Efek utama
Mineral dengan mengatur retensi Na dan Sekresi K, H
retensi Na dan K

ACTH (Adreno Corticotropin Kadar Mineral (Na dan K) dan


Sekresi dipengaruhi oleh
Hormon) Volume Plasma.

2. Mekanisme Kerja

Seperti hormon steroid lain,


adrenokortikoid mengikat
reseptor sitoplasmik intraseluler
pada jaringan target. Ikatan
kompleks antara kortikosteroid
dengan reseptor protein akan
masuk ke dalam inti sel dan
diikat oleh kromatin. Ikatan
reseptor protein-kortikosteroid-
kromatin mengadakan transkripsi
DNA, membentuk mRNA dan
mRNA merangsang sintesis
protein spesifik.
Seperti telihat pada gambar di
samping.

3. Efek-efek Kortikosteroid
(a) Glukokortikoid
 Merangsang glikogenolisis (katalisa glikogen menjadi glukosa) dan
glikoneogenolisis (katalisa lemak / protein menjadi glukosa) sehingga kadar gula
darah meningkat dan pembentukan glikogen di dalam hati dan jaringan menurun.
Kadar kortikosteroid yang meningkat akan menyebabkan gangguan distribusi
lemak, sebagian lemak di bagian tubuh berkurang dan sebagian akan menumpuk
pada bagian muka (moonface), tengkuk (buffalo hump), perut dan lengan.

68
Glikogen
Siklus Krebs
Glikogenesis (Siklus As. Sitrat)

Glikogenolisis As. Piruvat/


As. Laktat
Glikolisis
Glukosa

Glikoneogenolisis
CO2+H2O+Tenaga
Glikoneogenesis

As. Lemak
+ Protein Skema metabolisme glukosa, asam lemak
dan protein

 Meningkatkan resistensi terhadap stress. Dengan meningkatkan kadar glukosa


plasma, glukokortikoid memberikan energi yang diperlukan tubuh untuk
melawan stress yang disebabkan, misalnya oleh trauma, ketakutan, infeksi,
perdarahan atau infeksi yang melemahkan. Glukokortikoid dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah dengan jalan meningkatkan efek vasokontriktor
rangsangan adrenergik pada pembuluh darah.
 Merubah kadar sel darah dalam plasma. Glukokortikoid menyebabkan
menurunnya komponen sel-sel darah putih / leukosit (eosinofil, basofil, monosit
dan limfosit). Sebaliknya glukokortikoid meningkatkan kadar hemoglobin,
trombosit dan eritrosit.
 Efek anti inflamasi. Glukokortikoid dapat mengurangi respons peradangan
secara drastis dan dapat menekan sistem imunitas (kekebalan).
 Mempengaruhi komponen lain sistem endokrin. Penghambatan umpan balik
produksi kortikotropin oleh peningkatan glukokortikoid menyebabkan
penghambatan sintesis glukokortikoid lebih lanjut.
 Efek anti alergi. Glukokortikoid dapat mencegah pelepasan histamin.
 Efek pada pertumbuhan. Glukokortikoid yang diberikan jangka lama dapat
menghambat proses pertumbuhan karena menghambat sintesis protein,
meningkatkan katabolisme protein dan menghambat sekresi hormon
pertumbuhan.
 Efek pada sistem lain. Hal ini sangat berkaitan dengan efek samping hormon.
Dosis tinggi glukokortikoid merangsang asam lambung dan produksi pepsin dan
dapat menyebabkan kambuh berulangnya (eksaserbasi) borok lambung (ulkus).
Juga telah ditemui efek pada SSP yang mempengaruhi status mental. Terapi
glukokortikoid kronik dapat menyebabkan kehilangan massa tulang yang berat
(osteoporosis). Juga menimbulkan gangguan pada otot (miopati) dengan gejala
keluhan lemah otot.

(b) Mineralokortikoid
Efek mineralokortikoid mengatur metabolisme mineral dan air. Mineralokortikoid
membantu kontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit (terutama Na dan
K), dengan jalan meningkatkan reabsorbsi Na+, meningkatkan eksresi K+ dan H+.
Efek ini diatur oleh aldosteron (pada kelenjar adenal) yang bekerja pada tubulus
ginjal, menyebabkan reabsorbsi natrium, bikarbonat dan air. Sebaliknya, aldosteron
menurunkan reabsorsi kalium, yang kemudian hilang melalui urine. Peningkatan

69
kadar aldosteron karena pemberian dosis tinggi mineralokortikoid dapat
menyebabkan alkalosis (pH darah alkalis) dan hipokalemia, sedangkan retensi
natrium dan air menyebabkan peningkatan volume darah dan tekanan darah.

4. Indikasi Pemberian Kortikosteroid


(a) Terapi pengganti (substitusi) pada insufisiensi adrenal primer akut dan kronis
(disebut Addison’s disease), insufisiensi adrenal sekunder dan tersier.
(b) Diagnosis hipersekresi glukokortikoid (sindroma Cushing).
(c) Menghilangkan gejala peradangan : peradangan rematoid, peradangan tulang sendi
(osteoartritis) dan peradangan kulit, termasuk kemerahan, bengkak, panas dan
nyeri yang biasanya menyertai peradangan.
(d) Terapi alergi. Digunakan pada pengobatan reaksi alergi obat, serum dan transfusi,
asma bronkhiale dan rinitis alergi

5. Efek Samping dan Komplikasi


Efek samping terjadi umumnya pada terapi dosis tinggi atau penggunaan jangka
panjang kortikosteroida. Adapun efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi meliputi
:
(a) Metabolisme glukosa, protein dan lemak; Atropi otot, osteoporosis dan penipisan
kulit.
(b) Elektrolit ; Hipokalemia, alkalosis dan gangguan jantung hingga terjadi gagal
jantung (cardiac failure).
(c) Kardiovaskular; Aterosklerosis dan gagal jantung
(d) Tulang; Osteoporosis dan patah tulang yang spontan
(e) Otot; Kelamahan otot dan atropi otot.
(f) SSP dan Psikis; Gangguan emosi, euforia, halusinasi, hingga psikosis.
(g) Elemen pembuluh darah; Gangguan koagulasi dan menurunkan daya kekebalan
tubuh (immunosupresi)
(h) Penyembuhan luka dan infeksi; Hambatan penyembuhan luka dan meningkatkan
risiko infeksi
(i) Pertumbuhan; Mengganggu pertumbuhan anak, kemunduran dan menghambat
perkembangan otak
(j) Ginjal; Nokturia (ngompol), hiperkalsiuria, peningkatan kadar ureum darah hingga
gagal ginjal.
(k) Pencernaan; Tukak lambung (ulcus pepticum).
(l) Pankreas; Peradangan pankreas akut (pankreatitis akut).
(m) Gigi; Gangguan email dan pertumbuhan gigi.

Timbulnya efek samping dan komplikasi terkait dengan beberapa faktor, yaitu :
(a) Cara pemberian
(b) Jumlah pemberian
(c) Lama pemberian
(d) Dosis pemberian
(e) Cairan yang diberikan
(f) Kadar albumin dalam darah
(g) Penyakit bawaan.

70
7. Obat-obat Kortikosteroid
Beberapa obat kortikosteroid disajikan pada tabel berikut :

Aktivitas 1)
Obat (Generik) Contoh (Patent) Anti- Bentuk Sediaan
Topikal Retensi Na
Inflamasi
Glukokortikoid kerja
singkat (8-12 jam)
Hidrokortison Cortef 1 1 1 Oral, suntikan, topikal
Kortison Cortone 0,8 0 0,8 Oral, suntikan, topikal
Glukokortikoid kerja
sedang (18-36 jam)
Prednison Hostacortin 4 0 0,3 Oral
Prednisolon Delta-Cortef, Prelone 5 4 0,3 Oral, suntikan, topikal
Metilprednisolon Medrol, Medixon 5 5 0 Oral, suntikan, topikal
Triamsinolon Kenacort, Azmacort 5 5 0 Oral, suntikan, topikal
Fluprednisolon Cendoderm 15 7 0 Oral, topikal
Glukokortikoid kerja
lama (1-3 hari)
Betametason Celestone 25-40 10 0 Oral, suntikan, topikal
Deksametason Oradexon, Decadron 30 10 0 Oral, suntikan, topikal
Parametason Dillar, Monocortin 10 0 Oral, suntikan
Mineralokortikoid
Fludrokortison Florinef, Astonin 10 10 250 Oral, suntikan, topikal
Desoksikortikosteron 0 0 20 Suntikan, pelet
Keterangan : Aktivitas 1) menggambarkan potensi relatif terhadap Hidrokortison.

71
72

Anda mungkin juga menyukai