KEGAWATDARURATAN SISTEM II
“KERACUNAN INSEKTISIDA JENIS BAYGON’’
OLEH:
FRANKY IRAWAN PESOA
AGUSTINA KAMBIRA
SUKMAINAH
A. DEFINISI
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik. Keracunan juga merupakan kondisi
atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat
tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi, terisap atau terserap serta
terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau
organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka
panjang yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan struktur/gangguan fungsi
tubuh.
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih organ tubuh atau jaringan (Mc. Graw Hill Nursing
Dictionary).
Menurut Taylor, racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif
kecil bila masuk kedalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan
menyebabkan penyakit atau kematian . Baygon termasuk kedalam salah satu jenis
racun, yaitu racun serangga (insektisida).
Berdasarkan struktur kimianya insektisida dapat digolongkan menjadi :
1. Insektisida golongan fospat organic (IFO), seperti : Malathoin, Parathion, Paraoxan
, diazinon, dan TEP.
2. Insektisida golongan karbamat, seperti : carboryl dan baygon
3. Insektisida golongan hidrokarbon yang diklorkan, seperti : DDT endrin, chlordane,
dieldrin dan lindane.
Keracunan akibat insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan percobaan
bunuh diri , jarang sekali akibat pembunuhan .
B. PATOFISIOLOGIS
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf
parasimpatis, dan ujung-ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.
Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron – neuron yang ada di post
sinaps, sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak terjadi adanya
katalisis dari asam asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari asetilkolin di sistem saraf
tepi, sistem saraf pusatm neomuscular junction dan sel darah merah, Akibatnya akan
menimbulkan hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor muskarinik dan
nikotinik.
Didalam kasus kita ini menyangkut keracunan baygon, perlu diketahui dulu
bahwa didalam baygon itu terkandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan
transfluthrin. Propoxur adalah senyawa karbamat yang merupakan senyawa Seperti
organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat reversibel dan tidak
mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus blood brain barrier. Gejala
klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan waktunya lebih
singkat. Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat.
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang akan
mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada
miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskular di otak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung
lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok, asidemia, dan hipoksia
D. GAMBARAN KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin timbul akibat reaksi keracunan adalah,
gangguan pernafasan, hiper aktif gastrointestinal, gangguan kesadaran. Untuk jenis
keracunan akut dan kronis memiliki tanda dan gejala yang berbeda-beda, seperti yang
dijelaskan di bawah ini :
1. Keracunan Akut
Tanda dan gejala timbul dalam waktu 30–60 menit dan mencapai maksimum
dalam 2–8 jam.
Keracunan ringan : Anoreksia, sakit kepala, pusing, lemah, ansietas, tremor lidah
dan kelopak mata, miosis, penglihatan kabur.
Keracunan Sedang : Nausia, Salivasi, lakrimasi, kram perut, muntah– muntah,
keringatan, nadi lambat dan fasikulasi otot.
Keracunan Berat : Diare, pin point, pupil tidak bereaksi, sukar bernafas, edema
paru, sianons, kontrol spirgter hilang, kejang – kejang, koma, dan blok jantung.
2. Keracunan Kronis
Penghambatan kolinesterase akan menetap selama 2–6 minggu
(organofospat ) . Untuk karbamat ikatan dengan AchE hanya bersifat sementara
dan akan lepas kembali setelah beberapa jam (reversibel ) . Keracunan kronis untuk
karbomat tidak ada.
Gejala–gejala bila ada dapat menyerupai keracunan akut yang ringan, tetapi
bila eksposure lagi dalam jumlah yang kecil dapat menimbulkan gejala–gejala yang
berat. Kematian biasanya terjadi karena kegagalan pernafasan, dan pada penelitian
menunjukkan bahwa segala keracunan mempunyai korelasi dengan perubahan
dalam aktivitas enzim kholinesterase yang terdapat pada pons dan medulla ( Bajgor
dalam Rohim, 2001). Kegagalan pernafasan dapat pula terjadi karena adanya
kelemahan otot pernafasan, spasme bronchus dan edema pulmonum.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan khusus, misalnya pengukuran kadar AChE dalam sel darah merah dan
plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik.
Keracunan akut :
Ringan 40 – 70 % N
Sedang 20 % N
Berat < 20 % N
Keracunan kronik : bila kadar AChE menurun sampai 25 – 50 %, setiap individu
yang berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru
diizinkan bekerja kembali bila kadar AChE telah meningkat > 75 % N.
2. Pemeriksaan PA
Pada keracunan acut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering hanya
ditemukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru,otak dan organ-oragan
lainnya.
F. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
Hal yang pertama kali harus dilakukan dalam kegawatdaruratan dalam keracunan
adalah melakukan survey primer dan sekunder, yaitu meliputi :
1. Survey Primer
a. Resusitasi (ABCD).
Airway
Periksa klancaran jalan napas, gangguan jalan napas sering terjadi pada
klien dengan keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami
depresi pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinun. Usaha untuk
kelancaran jalan napas dapat dilakukan dengan head tilt chin lift/jaw
trust/nasopharyngeal airway/ pemasangan guedal.
Cegah aspirasi isi lambung dengan posisi kepala pasien diturunkan,
menggunakan jalan napas orofaring dan pengisap. Jika ada gangguan jalan
napas maka dilakukan penanganan sesuai BHD (bantuan hidup dasar). Bebaskan
jalan napas dari sumbatan bahan muntahan, lender, gigi palsu, pangkal lidah dan
lain-lain. Kalau perlu dengan “Oropharyngealairway”, alat penghisap lendir.
Posisi kepala ditengadahkan (ekstensi), bila perlu lakukan pemasangan pipa
ETT.
Breathing = pernapasan.
Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui
analisa gas darah atau spirometri. Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi
depresi pernpasan. Tekanan ekspirasi positif diberikan pada jalan napas, masker
kantong dapat membantu menjaga alveoli tetap mengembang. Berikan oksigen
pada klien yang mengalami depresi pernapasan, tidak sadar dan syock. Jaga agar
pernapasan tetap dapat berlangsung dengan baik.
Circulation
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat,
dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas bawah,
atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai dengan meningkatnya
permeabilitas kapiler.
Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan
vena sentral dan suhu. Stabilkan fungsi kardioaskuler dan pantau EKG
2. Survey Sekunder
Kaji adanya bau baygon dari mulut dan muntahan, sakit kepala, sukar bicara,
sesak nafas, tekanan darah menurun, kejang-kejang, gangguan penglihatan,
hypersekresi hidung, spasme laringks, brongko kontriksi, aritmia jantung dan
syhock
G. PROGNOSIS
Prognosis dari kasus ini pada umumnya baik, bila pengobatan dilakukan
secepat mungkin, namun akan berdampak fatal hingga pada kematian jika terjadi
kesalahan dalam pengobatan. Beberapa kesalahan pengobatan yang sering terjadi,
berupa :
1. Resusitasi kurang baik dikerjakan.
2. Eliminasi racun kurang baik.
3. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa muncul pada kasus ini diantaranya adalah:
1. Shock
2. Henti nafas
3. Henti jantung
4. Kejang
5. Koma
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KERACUNAN
INSEKTISIDA JENIS BAYGON
A. PENGKAJIAN
Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan
sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung,
status kesadaran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa
lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Hasil pemeriksaan fisik yang mungkin pada setiap sistem tubuh diantaranya
adalah :
1. Tanda-tanda vital
a. Distress pernapasan
b. Sianosis
c. Takipnoe, dispnea
d. Hipoksia
e. Peningkatan frekuensi
f. Kusmaul
2. Neurologi
IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk
letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.
3. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada kasus berat), aritmia
jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
4. GI Tract
Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan
muntah.
5. Kardiovaskuler
Disritmia.
6. Dermal
Iritasi kulit
7. Okuler (Mata)
Luka bakar kornea
Pada pemeriksaan ADL (Activity Daily Living) data yang mungkin muncul
adalah sebagai berikut :
1. Aktifitas dan istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
2. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
4. Nyaman/ nyeri
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
5. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang mengkin timbul adalah :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernapasan akibat efek
langsung dari intoksikasi baygon
2. Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
C. INTERVENSI
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernapasan akibat efek
langsung dari toksisitas baygon
Tujuan : Mempertahankan keefektifan pola nafas
Kriteria hasil : RR dalam batas normal, jalan nafas bersih, sputum tidak ada
Intervensi Rasional
Pantau tingkat, irama pernapasan & Efek insektisida mendepresi SSP yang
suara napas serta pola pernapasan mungkin dapat mengakibatkan
hilangnya kepatenan aliran udara atau
depresi pernapasan, pengkajian yang
berulang kali sangat penting karena
kadar toksisitas mungkin berubah-ubah
secara drastis.
Tinggikan kepala tempat tidur Menurunkan kemungkinan aspirasi,
diafragma bagian bawah untuk
menigkatkan inflasi paru.
Dorong untuk batuk/ nafas dalam Memudahkan ekspansi paru &
mobilisasi sekresi untuk mengurangi
resiko atelektasis/pneumonia.
Auskultasi suara napas Pasien beresiko atelektasis
dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
Berikan O2 jika dibutuhkan Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi
pernapasan
Kolaborasi untuk sinar X dada, Blood Memantau kemungkinan munculnya
Gas Analysis komplikasi sekunder seperti
atelektasis/pneumonia, evaluasi
kefektifan dari usaha pernapasan.
Intervensi Rasional
Monitor vital sign tiap 15 menit Bila ada perubahan yang bermakna
merupakan indikasi penurunan
kesadaran
Observasi tingkat kesadaran pasien Penurunan kesadaran sebagai indikasi
penurunan aliran darah otak
Kaji adanya tanda-tanda distress Gejala tersebut merupakan manifestasi
pernapasan, nadi cepat, sianosis dan dari perubahan pada otak, ginjal,
kolapsnya pembuluh darah jantung dan paru.
Monitor adanya perubahan tingkat Tindakan umum yang bertujuan untuk
kesadaran keselamatan hidup, meliputi resusitasi :
Airway, breathing, sirkulasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam Anti dotum (penawar racun) dapat
pemberian anti dotum membantu mengakumulasi
penumpukan racun
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma
Life Support). Jakarta : EMS 119
Blantan, Kamanti Indriyani. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Keracunan Insektisida. (Online : http://id.scribd.com/doc/94941402/ASKEP-Intoksikasi-
Baygon) Diakses tanggal 14 Maret 2014
Isma. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Intoksikasi. (Online :
http://keperawatan-wn.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-pada-kasus.html)
Diakses tanggal 14 Maret 2014
Sahid, Abdul. 2013. LP dan Askep Klien Keracunan IFO Baygon. (Online :
http://abuzzahra1980.blogspot.com/2013/07/lp-dan-askep-klien-keracunan-ifo-
baygon.html) Diakses tanggal 14 Maret 2014
Zasika, Hartas. 2011. Keeacunan Baygon. (Online :
http://ja.scribd.com/doc/152390019/KERACUNAN-BAYGON-1) Diakses tanggal 14
Maret 2014.