Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL PENELITIAN

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit


Rabies Di Kelurahan Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota Bitung

Factors Associated With Precaution Of Rabies Disease In Makawidey Village


of Aertembaga Subdistrict in Bitung City

Jane M. F. Tahulending 1) G. D. Kandou 2) B. Ratag 2)


1)
Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak data from the World Health Organization (WHO)


in 2013, an estimated 55,000 deaths in the world
Penyakit Rabies merupakan penyakit dengan are caused by this disease. Based on the annual
Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian report prepared by Provincial Health Office of
mencapai 100%. Menurut data dari World Health North Sulawesi, in 2012 Bitung city is the highest
Organization (WHO) tahun 2013, diperkirakan cases animal bites transmitting of rabies that is
55.000 kematian di dunia disebabkan oleh penyakit counted 544 cases with 5 deaths. The aim of the
ini. Berdasarkan laporan tahunan yang dibuat oleh study was analyzing the factors associated with
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, pada precaution of rabies disease In Makawidey Village
tahun 2012 kota Bitung menempati urutan pertama of Aertembaga Subdistrict in Bitung City. This
tertinggi kasus gigitan hewan penular rabies yaitu study used method of cross sectional study. The
sebanyak 544 kasus dengan 5 kematian. Penelitian sample size are head of the family or family
ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang members who keep dogs In Makawidey Village
berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit totaling 70 households. Independent variables are
rabies di Kelurahan Makawidey Kecamatan knowledge, behaviour, the role of health workers
Aertembaga Kota Bitung. Penelitian ini and the role of animal healthcare while precaution
menggunakan metode cross sectional study. Besar of rabies disease is dependent variable. Primary
sampel yaitu semua kepala keluarga atau anggota data was obtained from 70 respondents through
keluarga yang memelihara anjing di Kelurahan direct interview. The results showed that there is a
Makawidey yang berjumlah 70 kepala keluarga. significant relationship between knowledge,
Yang menjadi variabel bebas ialah pengetahuan, attitudes, the role of health workers and the role of
sikap, peranan petugas kesehatan dan peranan animal health workers with precaution of rabies
petugas kesehatan hewan, sedangkan tindakan disease. Multivariate analysis showed that
pencegahan penyakit rabies merupakan varabel knowledge is the most dominant variable affecting
terikat. Pengumpulan data melalui wawancara precaution rabies..
langsung kepada responden dengan berkunjung ke .
rumah responden. Hasil penelitian menunjukkan .
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan, sikap, peranan petugas kesehatan dan Keywords : Rabies, Knowledge, Attitudes, The Role
peranan petugas kesehatan hewan dengan tindakan Of Health Workers, The Role Of Animal Health
pencegahan penyakit rabies. Hasil analisis Workers .
multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan
merupakan variabel paling dominan mempengaruhi
tindakan pencegahan penyakit rabies.

Pendahuluan
Kata Kunci : Rabies, Pengetahuan, Sikap, Peranan
Penyakit Rabies telah menjadi
Petugas Kesehatan, Peranan Petugasn Kesehatan perhatian utama di sektor kesehatan
Hewan. masyarakat saat ini. Secara global,
penyakit Rabies telah tersebar luas di
Negara-negara berkembang seperti di
Abstract
Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan
Rabies is a disease with the Case Fatality Rate
Asia. Sesuai data dari World Health
(CFR) or mortality reached 100%. According to Organization (WHO) tahun 2013,

169
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan

diperkirakan 55.000 kematian di dunia 2014). Provinsi Sulawesi Utara pada tahun
disebabkan oleh penyakit ini. Kasus 2013 menempati urutan keenam tertinggi
kematian akibat penyakit rabies yaitu kasus gigitan hewan penular rabies
50.000 kematian per tahun untuk Asia, (GHPR) di Indonesia (Subdit
20.000-30.000 kematian per tahun untuk Pengendalian Zoonosis, Kemenkes 2014 ).
India, China rata-rata 2.500 kematian per Pada tahun 2012, Kota Bitung
tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, menempati urutan pertama tertinggi kasus
Filipina 200-300 kematian per tahun dan gigitan hewan penular rabies di Provinsi
Indonesia selama 4 tahun terakhir rata-rata Sulawesi Utara. Jumlah kasus gigitan
sebanyak 143 kematian per tahun (Abata, hewan penular rabies sebanyak 544 kasus
2013). dengan 5 kematian (Dinas Kesehatan
Penyakit Rabies sangat diwaspadai Provinsi Sulut, 2012). Tahun 2013 kasus
karena memiliki Case Fatality Rate (CFR) gigitan hewan penular rabies sebanyak 414
atau angka kematian mencapai 100%. Hal dengan 2 kematian (Dinas Kesehatan Kota
ini disebabkan oleh Rhabdovirus atau virus Bitung, 2013). Kasus gigitan hewan
rabies. Rhabdovirus menyerang susunan penular rabies di Kota Bitung masih tinggi
saraf pusat dan mengakibatkan dan terjadi kematian. Adapun landasan
kelumpuhan otak yang berakhir pada hukum UU No.4 Th.1984, menetapkan
kematian (Direktorat Jenderal P2PL batasan kriteria Kejadian Luar Biasa
Kemenkes RI, 2013). Menurut Chandra (KLB) Rabies adalah apabila terjadi 1
2012, virus rabies di dalam air liur (satu) kasus kematian rabies pada manusia.
binatang, dapat masuk ke dalam tubuh
Puskesmas Aertembaga Kecamatan
manusia lewat luka gigitan. Aertembaga merupakan salah satu dari 9
Penyakit Rabies merupakan salah satu puskesmas di kota Bitung. Pada tahun
penyakit yang menjadi prioritas secara 2013 Puskesmas Aertembaga menempati
nasional. Jumlah kasus gigitan Hewan urutan pertama tertinggi jumlah kasus
Penular Rabies (HPR) secara nasional gigitan hewan penular rabies yakni
masih cukup tinggi setiap tahunnya. sebanyak 89, yang diberikan vaksin anti
Provinsi Bali dengan 37.066 kasus gigitan rabies sebanyak 46 dengan 1 kasus
dan 1 kematian, Riau dengan jumlah kasus kematian rabies (Dinas Kesehatan Kota
gigitan sebanyak 5.106 dan 12 kematian, Bitung, 2013). Data register petugas
Nusa tenggara Timur dengan 5.067 kasus Pengendalian Penyakit (P2) rabies di
gigitan dan 6 kematian, Sumatera Utara Puskesmas Aertembaga tahun 2014,
3.468 kasus gigitan dan 5 kematian, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies
Sumatera Barat 3.037 kasus gigitan dan 8 sebanyak 80, yang diberikan vaksin anti
kematian. Sulawesi Utara dengan 2.795 rabies sebanyak 50 dengan 1 kasus
kasus gigitan dan 30 kematian. Sulawesi kematian ( Puskesmas Aertembaga, 2014).
Utara merupakan Provinsi tertinggi kasus Kelurahan Makawidey merupakan
kematian penyakit rabies (Subdit salah satu dari enam kelurahan yang
Pengendalian Zoonosis, Kemenkes 2014 ). berada di wilayah kerja Puskesmas
Di Sulawesi Utara pada tahun 2012, Aertembaga. Berdasarkan data register di
kasus gigitan hewan penular rabies Puskesmas Aertembaga tahun 2013 telah
(GHPR) sebanyak 2.923 dan 35 kematian terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies
(Dinas Kesehatan Provinsi Sulut, 2012). di Kelurahan Makawidey, bersamaan
Tahun 2013 sebanyak 2.930 kasus gigitan dengan itu jumlah kasus gigitan hewan
dan 30 kematian (Dinas Kesehatan penular rabies tertinggi juga berada di
Provinsi Sulut, 2013). Pada tahun 2014, Kelurahan Makawidey dengan 29 kasus
kasus gigitan sebanyak 2.684 kasus dan 18 gigitan (Puskesmas Aertembaga, 2014).
kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Sulut, Sebagian besar penduduk di Kelurahan

170
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

Makawidey, berasal dari suku Sangihe petugas kesehatan belum maksimal.


Talaud yang gemar memelihara anjing. Sebaliknya jika petugas kesehatan
Kehidupan masyarakat di Kelurahan ini berperan aktif di masyarakat dapat
sangat berpotensi terkena rabies karena berdampak pada pengendalian kasus dan
sering kontak dengan anjing. tidak sampai menimbulkan korban.
Penelitian oleh Timmerman (2014),
Pengetahuan merupakan salah satu
menyatakan bahwa terdapat hubungan
faktor yang mempermudah terjadinya
yang bermakna antara faktor dukungan
perubahan perilaku. Pengetahuan
tenaga kesehatan dengan tindakan
mempunyai peranan penting dalam
pencegahan penyakit rabies di Kelurahan
membentuk tindakan seseorang. Dari
Kayawu Kota Tomohon.
penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih Petugas kesehatan hewan sebagai
langgeng daripada perilaku yang tidak vaksinator (petugas pemberi vaksin pada
disadari oleh pengetahuan. Penelitian yang hewan ternak) memiliki peranan yang
dilakukan oleh Purnawan dan Kardiwinata penting dalam pengendalian penyakit
(2013) di Ubud Bali melaporkan bahwa rabies pada hewan penular rabies (HPR).
pengetahuan sebagai faktor yang paling Salah satu tugas pokok dari petugas
berhubungan dengan perilaku pencegahan kesehatan hewan yaitu pencegahan
rabies. penyakit pada hewan. Peningkatan kasus
penyakit yang disebabkan oleh penularan
Sikap merupakan predisposisi dari
dari hewan ke manusia menjadi tangung
perilaku atau tindakan seseorang.
jawab dari petugas kesehatan hewan. Oleh
Walaupun sikap masih merupakan respon
karena itu, ketika terjadi peningkatan
tertutup dari seseorang tapi sikap
kasus gigitan hewan penular rabies
merupakan kesiapan untuk bereaksi
(GHPR) di masyarakat dapat
terhadap stimulus yang diberikan. Tanpa
mengindikasikan masih kurangnya
sikap yang positif maka tidak akan terjadi
informasi tentang pencegahan rabies pada
perubahan perilaku pada subjek penelitian.
anjing. Jika petugas kesehatan hewan
Penelitian yang dilakukan oleh
berperan aktif, penyakit rabies pada anjing
Timmerman (2014) menunjukkan bahwa
akan terkendali dan tidak sampai memakan
sikap merupakan variabel paling dominan
korban manusia. Penelitian yang dilakukan
dengan tindakan pemilik anjing dalam
oleh Ritonga (2013) di Kecamatan
pencegahan penyakit rabies di Kelurahan
Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara,
Kayawu Kota Tomohon.
bahwa dukungan petugas mempunyai
Petugas kesehatan mempunyai peranan hubungan bermakna dengan tindakan
penting dalam pencegahan dan pemilik anjing dalam pencegahan penyakit
pengendalian masalah kesehatan di rabies.
masyarakat, salah satu perannya yaitu
Berdasarkan kondisi tersebut dan hasil-
memberikan informasi kesehatan.
hasil penelitian yang pernah dilakukan
Keterpaparan pada informasi kesehatan
sebelumnya maka penulis merasa tertarik
yang efektif sangat penting dalam
dan ingin mengkaji lebih dalam tentang
meningkatkan pengetahuan dan sikap yang
faktor pengetahuan, sikap, peran petugas
positif untuk mencegah suatu penyakit.
kesehatan dan peran petugas kesehatan
Khususnya dalam penelitian ini, kasus
hewan dengan hubungan tindakan
gigitan hewan penular rabies di
pencegahan penyakit rabies khususnya di
masyarakat meningkat sampai
Kelurahan Makawidey Kecamatan
menimbulkan korban jiwa. Hal itu bisa
Aertembaga Kota Bitung. Tujuan yang
terjadi karena kurangnya pengetahuan
akan dicapai dari penelitian ini adalah
masyarakat tentang penyakit rabies,
menganalisis faktor-faktor yang
sehingga mengindikasikan peranan

171
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan

berhubungan dengan tindakan pencegahan peranan petugas kesehatan hewan dan


penyakit rabies di Kelurahan Makawidey variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. tindakan pencegahan penyakit rabies.
Untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan dependen digunakan uji
Chi Square. Analisis multivariat
digunakan untuk mengetahui variabel-
Metode Penelitian variabel independen (pengetahuan, sikap,
peranan petugas kesehatan dan peranan
Penelitian ini merupakan penelitian petugas kesehatan hewan) yang paling
observasional analitik dengan desain yang dominan berhubungan dengan variabel
digunakan yaitu cross sectional study. dependen (tindakan pencegahan penyakit
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan rabies) dan analisis dilakukan dengan
Makawidey Kecamatan Aertembaga Kota regresi logistik.
Bitung pada bulan November 2014 sampai
dengan Febuari 2015. Populasi dalam
penelitian ini ialah semua kepala keluarga
yang memiliki anjing peliharaan di Hasil dan Pembahasan
Kelurahan Makawidey Kecamatan
Aertembaga Kota Bitung. Sampel dalam a. Hubungan antara Pengetahuan dengan
penelitian ini ialah semua kepala keluarga Tindakan Pencegahan Rabies
yang memiliki anjing peliharaan di
Kelurahan Makawidey. Variabel bebas Hubungan antara pengetahuan dengan
dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, tindakan pencegahan rabies dapat dilihat
sikap, peranan petugas kesehatan dan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Rabies

Pengetahuan Tindakan Pencegahan Rabies Total POR Nilai p


Kurang Baik (95% CI)
n % n % N %
Kurang 26 86,7 4 13,3 30 100 30,643
Baik 7 17,5 33 82,5 40 100 (8,091- 0,000
TOTAL 33 47,1 37 52,9 70 100 116,054)
Ket: p = 0,000 (continuity correction)

Berdasarkan tabulasi silang yang (52,9%) dengan rincian yang


dilakukan antara pengetahuan dengan berpengetahuan kurang (nilai median = <
tindakan pencegahan rabies, dapat dilihat 14) sebanyak 4 orang (13,3%) dan yang
bahwa jumlah responden yang memiliki berpengetahuan baik (nilai median = ≥ 14)
tindakan pencegahan rabies kurang (nilai sebanyak 33 orang (82,5%). Diketahui dari
median = < 14) sebanyak 33 orang hasil analisis uji Chi-Square, nilai p =
(47,1%) dengan rincian yang mempunyai 0,000, dimana nilai p < α (α = 0,05)
pengetahuan kurang (nilai median = < 14) sehingga dapat dikatakan bahwa ada
sebanyak 26 orang (86,7%) dan yang hubungan yang bermakna antara
mempunyai pengetahuan baik (nilai pengetahuan dengan tindakan pencegahan
median = ≥ 14) sebanyak 7 orang (17,5%); rabies. Nilai POR (Prevalence Odds Ratio)
sedangkan jumlah responden dengan sebesar 30,643, menunjukkan bahwa
tindakan pencegahan rabies baik (nilai responden dengan pengetahuan kurang
median = ≥ 14) sebanyak 37 orang memiliki peluang sebesar 30,643 kali

172
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

untuk tidak melakukan tindakan turut pula menentukan mudah tidaknya


pencegahan rabies dibanding responden seseorang menyerap dan memahami
dengan pengetahuan baik. pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan
Faktor yang mempengaruhi tingkat
seseorang makin semain baik pula
pengetahuan salah satunya ialah tingkat
pengetahuannya. Demikian pula halnya
pendidikan seseorang. Menurut
dengan penanganan rabies, diharapkan
Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah
semakin tinggi pendidikan responden
faktor yang mempermudah terjadinya
semakin tinggi pula pengetahuan
perubahan perilaku. Tindakan seseorang
responden tentang pencegahan penyakit
terhadap masalah kesehatan, dalam hal ini
rabies.
tindakan pencegahan rabies pada dasarnya
akan dipengaruhi oleh pengetahuan
seseorang tentang pencegahan rabies. b. Hubungan antara Sikap dengan
Selanjutnya pengetahuan merupakan Tindakan Pencegahan Rabies
domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, dalam hal Hubungan antara Sikap dengan
ini adalah tindakan responden dalam Tindakan Pencegahan Rabies dapat dilihat
pencegahan rabies. Tingkat pendidikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Rabies

Sikap Tindakan Pencegahan Rabies Total POR Nilai p


Kurang Baik (95% CI)
n % n % N %
Kurang 16 80,0 4 20,0 20 100 7,765
Baik 17 34,0 33 66,0 50 100 (2,242- 0,000
TOTAL 33 47,1 37 52,9 70 100 26,888)
Ket: p = 0,000 (continuity correction)

Dari hasil tabulasi silang antara sikap dengan tindakan pencegahan rabies,
dengan tindakan pencegahan rabies, dengan nilai POR (Prevalence Odds Ratio)
menunjukkan bahwa jumlah responden sebesar 7,765. Dapat dilihat dari nilai POR
dengan tindakan pencegahan rabies yang bahwa responden yang bersikap kurang
kurang (nilai median = < 14) sebanyak 33 terhadap pencegahan penyakit rabies
orang (47,1%) dengan rincian yang mempunyai peluang sebesar 7,765 kali
memiliki sikap kurang (nilai median = < untuk tidak melakukan tindakan
28) sebanyak 16 orang (80,0%) dan pencegahan dibanding responden yang
memiliki sikap baik (nilai median = ≥ 28) bersikap baik.
sebanyak 17 orang (34,0%); sedangkan Menurut Notoatmodjo (2012), sikap itu
jumlah responden dengan tindakan masih merupakan reaksi tertutup, bukan
pencegahan rabies yang baik (nilai median merupakan predisposisi tindakan atau
= ≥ 14) sebanyak 37 orang (52,9%) perilaku. Dengan pengertian lain sikap
dengan rincian memiliki sikap kurang belum merupakan suatu tindakan atau
(nilai median = < 28) sebanyak 4 orang aktivitas. Sikap responden yang baik tidak
(20,0%) dan memiliki sikap baik (nilai
selalu nyata dalam perilaku baik dan
median = ≥ 28) sebanyak 33 orang menghindarkan responden dari kejadian
(66,0%). Melalui hasil analisis uji Chi- penyakit. Suatu sikap belum otomatis
Square, didapatkan nilai p = 0,000, dimana terwujud dalam tindakan, untuk
nilai p < α (α = 0,05) artinya terdapat terwujudnya sikap menjadi suatu
hubungan yang bermakna antara sikap perbuatan nyata diperlukan faktor

173
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan

pendukung atau kondisi yang membunuh hewan jika dibiarkan bebas


memungkinkan, antara lain yakni fasilitas, diluar rumah (diliarkan).
budaya atau suku. Sikap pemilik anjing
yang sudah positif memerlukan tempat c. Hubungan antara peranan petugas
vaksinasi yang mudah dicapai dan budaya kesehatan dengan tindakan pencegahan
atau suku mempengaruhi perilaku rabies
pencegahan rabies seperti memakaikan
rantai dan penutup mulut (berangus), Hubungan antara peranan petugas
mengkandangkan hewan peliharaan dan kesehatan dengan tindakan pencegahan
rabies dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hubungan Peranan Petugas Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Rabies

Peranan Petugas Tindakan Pencegahan Total POR Nilai p


Kesehatan Rabies (95% CI)
Kurang Baik
n % n % N %
Tidak aktif 15 68,2 7 31,8 22 100 3,571
Aktif 18 37,5 30 62,5 48 100 (1,224- 0,016
TOTAL 33 47,1 37 52,9 70 100 10,419)
Ket: p = 0,000 (continuity correction)

Bisa dilihat dari hasil tabulasi silang peluang sebesar 3,571 kali untuk tidak
antara peranan petugas kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan rabies
tindakan pencegahan rabies, data dibanding dengan peranan petugas
menunjukkan bahwa jumlah responden kesehatan yang aktif.
dengan tindakan pencegahan rabies kurang Menurut Notoatmodjo (2010),
(nilai median = < 14) sebanyak 33 orang keterpaparan terhadap sumber informasi
(47,1%) dengan rincian peranan petugas kesehatan yang efektif tentang rabies dan
kesehatan yang tidak aktif (nilai median = pencegahannya sangat penting kaitannya
< 30) sebanyak 15 orang (68,2%) dan dalam meningkatkan pengetahuan dan
yang aktif (nilai median = ≥ 30) sebanyak sikap yang positif untuk mencegah
18 orang (37,5%); sedangkan jumlah terjadinya penyebaran penyakit. Informasi
responden dengan tindakan pencegahan
dapat berasal dari mana saja, baik dari
rabies baik (nilai median = ≥ 14) sebanyak petugas kesehatan dan pemerintah ataupun
37 orang (52,9%) dengan rincian peranan keluarga dan teman. Keterpaparan
petugas kesehatan yang tidak aktif (nilai terhadap media informasi yang dapat
median = < 30) sebanyak 7 orang (31,8%) didengar, dilihat ataupun dibaca akan
dan yang aktif (nilai median = ≥ 30) dapat meningkatkan pengetahuan dan
sebanyak 30 orang (62,5%). Berdasarkan dapat berpengaruh terhadap tindakan
hasil analisis uji Chi-Square, didapatkan pengambilan keputusan untuk melakukan
nilai p = 0,016 dimana nilai p < α (α = pencegahan rabies. Keadaan ini dapat pula
0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada dijelaskan karena perilaku kesehatan
hubungan yang bermakna antara peranan dipengaruhi oleh keterpaparan media
petugas kesehatan dengan tindakan sebagai salah satu faktor pemungkin
pencegahan rabies, dengan nilai POR “enabling factor”, dimana dengan adanya
(Prevalence Odds Ratio) sebesar 3,571. keterpaparan terhadap media informasi
Dilihat dari nilai POR menunjukkan akan membuat pengetahuan dan
bahwa responden dengan peranan petugas pandangan seseorang berubah yang pada
kesehatan yang tidak aktif memiliki akhirnya akan diikuti oleh terjadinya

174
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

perubahan perilaku yang dalam hal ini


perilaku pencegahan rabies (Noor, 2010). Hubungan antara peranan petugas
kesehatan hewan dengan tindakan
pencegahan rabies dapat dilihat pada Tabel
d. Hubungan antara peranan petugas 4.
kesehatan hewan dengan tindakan
pencegahan rabies

Tabel 4. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Hewan dengan Tindakan Pencegahan Rabies

Peranan Petugas Tindakan Pencegahan Total POR Nilai p


Kesehatan Rabies (95% CI)
Hewan
Kurang Baik
n % n % N %
Tidak aktif 24 70,6 10 29,4 34 100 7,200
Aktif 9 25,0 27 75,0 36 100 (2,507- 0,000
TOTAL 33 47,1 37 52,9 70 100 20,681)
Ket: p = 0,000 (continuity correction)

Melalui tabulasi silang yang dilakukan pencegahan rabies dibanding responden


antara peranan petugas kesehatan hewan dengan peranan petugas kesehatan hewan
dengan tindakan pencegahan rabies, bisa yang aktif.
dilihat bahwa jumlah responden dengan Perbedaan tindakan pencegahan rabies
tindakan pencegahan rabies yang kurang walaupun mendapatkan peranan petugas
(nilai median = < 14) sebanyak 33 orang kesehatan yang aktif, namun hal ini
(47,1%) dengan rincian peranan petugas bergantung dari cara menerima dan
kesehatan hewan yang tidak aktif (nilai mengolah informasi yang berbeda-beda
median = < 34) sebanyak 24 orang dari setiap orang. Seperti teori yang
(70,6%) dan yang aktif (nilai median = ≥ dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010),
34) sebanyak 9 orang (25,0%); sedangkan pengetahuan merupakan domain yang
jumlah responden dengan tindakan sangat penting dalam membentuk tindakan
pencegahan rabies yang baik (nilai median seseorang yang dalam hal ini tindakan
= ≥ 14) sebanyak 37 orang (52,9%) pencegahan rabies. Faktor yang
dengan rincian peranan petugas kesehatan mempengaruhi tingkat pengetahuan salah
hewan yang tidak aktif (nilai median = < satunya ialah pendidikan seseorang.
34) sebanyak 10 orang (29,4%) dan yang
aktif (nilai median = ≥ 34) sebanyak 27
orang (75,0%). Dari hasil analisis uji Chi- e. Hasil Analisis Multivariat
Square, didapatkan nilai p = 0,000 dimana
nilai p < α (α = 0,05) artinya terdapat Analisis multivariat dilakukan dengan
hubungan yang bermakna antara peranan menggunakan uji regresi logistik. Tahap
petugas kesehatan hewan dengan tindakan sebelum dilakukan uji regresi logistik ialah
pencegahan rabies, dengan nilai POR menentukan variabel bebas yang
(Prevalence Odds Ratio) sebesar 7,200. mempunyai nilai p < α (α = 0,05) pada uji
Dari POR (Prevalence Odds Ratio) Chi Square. Dari hasil uji diketahui bahwa
diketahui bahwa responden dengan keempat variabel bebas (pengetahuan,
peranan petugas kesehatan hewan yang sikap, peranan petugas kesehatan dan
tidak aktif mempunyai peluang sebesar peranan petugas kesehatan hewan)
7,200 kali untuk tidak melakukan tindakan

175
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan

mempunyai nilai p < α (α = 0,05) sehingga analisis regresi logistik. Hasil uji terlihat
semua variabel bebas dimasukkan pada pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Logistik

SE Sig. POR 95% C.I


Lower Upper
Pengetahuan ,917 ,000 24,628 4,085 148,469
Sikap 1,029 ,472 2,095 ,279 15,733
Peranan petugas kesehatan 1,154 ,780 ,725 ,076 6,953
Peranan petugas kesehatan 1,141 ,972 1,041 ,111 9,734
hewan
Constant 1,597 0,000 0,003

Dari data pada Tabel 5, hasil analisis peran petugas kesehatan hewan, peran
multivariat dari keepat variabel bebas petugas kesehatan dan sikap. Ketiga
pengetahuan, sikap, peranan petugas variabel tersebut dikeluarkan dari
kesehatan dan peranan petugas kesehatan pemodelan multivariat dan diuji kembali
hewan menunjukkan bahwa 3 variabel dengan uji regresi logistik. Hasilnya dapat
memiliki nilai p < α (α = 0,05). Variabel dilihat pada Tabel 6.
bebas diurutkan dari nilai p terbesar yaitu

Tabel 6. Model Akhir Regresi Logistik

SE Sig. POR 95% C.I


Lower Upper
Pengetahuan ,679 ,000 30,643 8,091 116,054
Constant 1,152 ,000 0,005

Berdasarkan data pada Tabel 6 bisa dalam praktik sehari-hari ditemukan anjing
dilihat hasil analisis multivariat, variabel berkeliaran bebas di luar rumah. Adapun
pengetahuan memiliki p = 0,000 dimana hasil wawancara dengan masyarakat
nilai p < α (α = 0,05) artinya pengetahuan pemilik anjing, sebagian besar dari mereka
merupakan variabel paling dominan tidak mengikat anjing dengan alasan
mempengaruhi tindakan pencegahan anjing sudah dewasa, jinak dan kebiasaan
rabies. Diketahui dari nilai POR setempat untuk membiarkan anjing
(Prevalence Odds Ratio) = 30,643 (95% berkeliaran bebas. Pada umumnya pemilik
CI; 8,091-116,054), artinya bahwa anjing, tidak menyediakan
responden yang memiliki pengetahuan kandang/kurungan khusus untuk anjing
baik mempunyai peluang melakukan peliharaannya. Walaupun mayoritas
tindakan pencegahan rabies sebesar 30,643 masyarakat pemilik anjing di Kelurahan
kali lebih tinggi dibanding dengan Makawidey sudah memiliki pengetahuan,
responden yang memiliki pengetahuan sikap dan tindakan pencegahan rabies yang
kurang. baik, namun perlu adanya pemberian
informasi secara kontinyu tentang
Hasil penelitian ini menunjukkan
pemeliharaan anjing yang baik dan benar
bahwa mayoritas responden sudah
melalui penyebaran informasi lewat media
memiliki pengetahuan yang baik tentang
seperti leaflet, poster, banner dan media
rabies, tanda dan gejala rabies pada anjing
elektronik lainnya. Hal ini dikarenakan
dan manusia serta pencegahan rabies. Tapi
pengetahuan responden dipengaruhi oleh

176
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

berbagai faktor, salah satunya yakni Kelurahan Makawidey Kecamatan


informasi dari media komunikasi dimana Aertembaga Kota Bitung.
Masyarakat mendapat pengetahuan dari 2. Terdapat hubungan antara sikap
penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas dengan tindakan pencegahan penyakit
baik dari Dinas Kesehatan dan Dinas rabies di Kelurahan Makawidey
Peternakan setempat. Diharapkan dengan Kecamatan Aertembaga Kota Bitung.
peningkatan pengetahuan akan diikuti oleh
peningkatan tindakan pencegahan rabies. 3. Terdapat hubungan antara peranan
petugas kesehatan dengan tindakan
Pengetahuan responden di Kelurahan pencegahan penyakit rabies di
Makawidey dilihat dari hasil analisis Kelurahan Makawidey Kecamatan
univariat yaitu sebanyak 40 (57,1%)
Aertembaga Kota Bitung.
responden memiliki pengetahuan yang
baik dan tindakan pencegahan rabies baik 4. Terdapat hubungan antara peranan
sebanyak 38 (54,3%) responden. petugas kesehatan hewan dengan
Pengetahuan resonden dan tindakan tindakan pencegahan penyakit rabies
pencegahan rabies secara statistik di Kelurahan Makawidey Kecamatan
mempunyai hubungan yang bermakna Aertembaga Kota Bitung.
dengan nilai p < 0,05. Teori dari Green 5. Variabel pengetahuan merupakan
(1991 yang dikutip dalam Notoatmodjo, variabel paling dominan berhubungan
2010) pengetahuan ialah salah satu faktor dengan tindakan pencegahan rabies di
yang mempermudah terjadinya perubahan Kelurahan Makawidey Kecamatan
perilaku pada masyarakat. Penelitian ini Aertembaga Kota Bitung.
didukung penelitian yang dilakukan oleh
Purnawan dan Kardiwinata (2013) di Ubud
Bali yang melaporkan bahwa terdapat
hubungan bermakan antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan rabies. Saran
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Saran yang dapat diberikan dengan melihat
oleh Moningka (2013), menunjukkan hasil penelitian ini adalah:
terdapat hubungan yang bermakna antara
1. Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian
pengetahuan dengan tindakan pencegahan
sub bidang Hewan Ternak Kota Bitung
rabies di Kecamatan Sinonsayang
Kabupaten Minahasa Selatan. Pengetahuan Bagi petugas agar meningkatkan
merupakan domain yang sangat penting pengetahuan masyarakat melalui
untuk terbentuknya tindakan seseorang. kegiatan penyuluhan tentang cara
Apabila perilaku didasari pengetahuan dan pemeliharaan anjing yang baik dan
kesadaran, maka perilaku bersifat benar serta penyebarluasan informasi
langgeng (Notoatmodjo, 2012). penyakit rabies lewat media cetak
(leaflet, poster, banner) dan media
elektronik lainnya.
2. Masyarakat
Kesimpulan
Bagi masyarakat khususnya pemilik
anjing di Kelurahan Makawidey agar
Berdasarkan hasil analisis dan
dapat menerapkan cara memelihara
pembahasan tersebut, maka dapat
anjing yang baik dan benar, antara lain
disimpulkan sebagai berikut :
seperti mengikat anjing atau
1. Terdapat hubungan antara mengurung anjing agar supaya anjing
pengetahuan dengan tindakan tidak berkeliaran bebas dan melakukan
pencegahan penyakit rabies di vaksinasi pada anjing secara teratur.

177
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan

3. Institusi Pendidikan dan Peneliti Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku


Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Diharapkan pada penelitian berikutnya
dapat meneliti faktor-faktor lain yang Noor N. 2010. Pengantar Epidemiologi
berhubungan dengan tindakan Penyakit Menular. PT. Rineka Cipta,
pencegahan rabies seperti faktor Jakarta.
koordinasi lintas sektoral ( Dinas Puskesmas Aertembaga. 2013. Profil
Kesehatan dan Dinas Peternakan), Tahunan P2 Rabies. Puskesmas
budaya dan sosial ekonomi. Aertembaga Kecamatan Aertembaga
Kota Bitung.
Puskesmas Aertembaga. 2014. Profil P2
Daftar Pustaka Rabies. Puskesmas Aertembaga
Kecamatan Aertembaga Kota
Abata Q. 2013. Cara Atasi Beragam Bitung.
Penyakit Berbahaya. Al-FurQon dan Ritonga, P.T. 2013. Analisis Faktor
Pustaka Pelajar. Madiun. Predisposing, Enabling dan
Anonimous. Bidang Pengendalian Reinforcing terhadap Tindakan
Masalah Kesehatan. 2013. Buku Saku Pemilik Anjing dalam Pencegahan
Profil Kesehatan kota Bitung tahun Penyakit Rabies melalui Gigitan
2013. Dinas Kesehatan Kota Bitung. Hewan Penular rabies di Kecamatan
Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.
Dinas Kesehatan Kota Bitung. 2013. Profil
Tesis. Program Pascasarjana
Tahunan P2 Rabies.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Purnawan dan Kardiwinata. 2013. Tingkat Universitas Sumatera Utara.
Pengetahuan Dan Perilaku
Timmerman E. 2014. Faktor Predisposing,
Pencegahan Wisatawan Terhadap
Enabling Dan Reinforcing Dengan
Penyakit Rabies Di Ubud Sebagai
Tindakan Pemilik Anjing Dalam
Daerah Tujuan Wisata Di BALI.
Pencegahan Penyakit Rabies Di
Community Health Artikel Penelitian
Kelurahan Kayawu Kecamatan
Volume. I No. 2 Juli 2013.PS Ilmu
Tomohon Utara Kota Tomohon. Tesis.
Kesehatan Masyarakat Fak.
Program Pascasarjana Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Kesehatan Masyarakat Universitas
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Data Sam Ratulangi Manado.
Rabies Nasional. Subdit Pengendalian Fkm.Unsrat.ac.id, diakses 17
Zoonosi. Ditjen PP & PL. Desember 2014.
Moningka, F. 2013. Hubungan antara
pengetahuan dan Sikap Pemilik Anjing
dengan Tindakan Pencegahan Rabies
di Wilayah Kerja Puskesmas Ongkau
Kabupaten Minahasa Selatan. Tesis.
Program Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Manado.
Fkm.Unsrat.ac.id, diakses 17 Januari
2015.
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan
dan Perliaku Kesehatan. PT.Rineka
Cipta, Jakarta

178

Anda mungkin juga menyukai