Pendahuluan
Kata Kunci : Rabies, Pengetahuan, Sikap, Peranan
Penyakit Rabies telah menjadi
Petugas Kesehatan, Peranan Petugasn Kesehatan perhatian utama di sektor kesehatan
Hewan. masyarakat saat ini. Secara global,
penyakit Rabies telah tersebar luas di
Negara-negara berkembang seperti di
Abstract
Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan
Rabies is a disease with the Case Fatality Rate
Asia. Sesuai data dari World Health
(CFR) or mortality reached 100%. According to Organization (WHO) tahun 2013,
169
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
diperkirakan 55.000 kematian di dunia 2014). Provinsi Sulawesi Utara pada tahun
disebabkan oleh penyakit ini. Kasus 2013 menempati urutan keenam tertinggi
kematian akibat penyakit rabies yaitu kasus gigitan hewan penular rabies
50.000 kematian per tahun untuk Asia, (GHPR) di Indonesia (Subdit
20.000-30.000 kematian per tahun untuk Pengendalian Zoonosis, Kemenkes 2014 ).
India, China rata-rata 2.500 kematian per Pada tahun 2012, Kota Bitung
tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, menempati urutan pertama tertinggi kasus
Filipina 200-300 kematian per tahun dan gigitan hewan penular rabies di Provinsi
Indonesia selama 4 tahun terakhir rata-rata Sulawesi Utara. Jumlah kasus gigitan
sebanyak 143 kematian per tahun (Abata, hewan penular rabies sebanyak 544 kasus
2013). dengan 5 kematian (Dinas Kesehatan
Penyakit Rabies sangat diwaspadai Provinsi Sulut, 2012). Tahun 2013 kasus
karena memiliki Case Fatality Rate (CFR) gigitan hewan penular rabies sebanyak 414
atau angka kematian mencapai 100%. Hal dengan 2 kematian (Dinas Kesehatan Kota
ini disebabkan oleh Rhabdovirus atau virus Bitung, 2013). Kasus gigitan hewan
rabies. Rhabdovirus menyerang susunan penular rabies di Kota Bitung masih tinggi
saraf pusat dan mengakibatkan dan terjadi kematian. Adapun landasan
kelumpuhan otak yang berakhir pada hukum UU No.4 Th.1984, menetapkan
kematian (Direktorat Jenderal P2PL batasan kriteria Kejadian Luar Biasa
Kemenkes RI, 2013). Menurut Chandra (KLB) Rabies adalah apabila terjadi 1
2012, virus rabies di dalam air liur (satu) kasus kematian rabies pada manusia.
binatang, dapat masuk ke dalam tubuh
Puskesmas Aertembaga Kecamatan
manusia lewat luka gigitan. Aertembaga merupakan salah satu dari 9
Penyakit Rabies merupakan salah satu puskesmas di kota Bitung. Pada tahun
penyakit yang menjadi prioritas secara 2013 Puskesmas Aertembaga menempati
nasional. Jumlah kasus gigitan Hewan urutan pertama tertinggi jumlah kasus
Penular Rabies (HPR) secara nasional gigitan hewan penular rabies yakni
masih cukup tinggi setiap tahunnya. sebanyak 89, yang diberikan vaksin anti
Provinsi Bali dengan 37.066 kasus gigitan rabies sebanyak 46 dengan 1 kasus
dan 1 kematian, Riau dengan jumlah kasus kematian rabies (Dinas Kesehatan Kota
gigitan sebanyak 5.106 dan 12 kematian, Bitung, 2013). Data register petugas
Nusa tenggara Timur dengan 5.067 kasus Pengendalian Penyakit (P2) rabies di
gigitan dan 6 kematian, Sumatera Utara Puskesmas Aertembaga tahun 2014,
3.468 kasus gigitan dan 5 kematian, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies
Sumatera Barat 3.037 kasus gigitan dan 8 sebanyak 80, yang diberikan vaksin anti
kematian. Sulawesi Utara dengan 2.795 rabies sebanyak 50 dengan 1 kasus
kasus gigitan dan 30 kematian. Sulawesi kematian ( Puskesmas Aertembaga, 2014).
Utara merupakan Provinsi tertinggi kasus Kelurahan Makawidey merupakan
kematian penyakit rabies (Subdit salah satu dari enam kelurahan yang
Pengendalian Zoonosis, Kemenkes 2014 ). berada di wilayah kerja Puskesmas
Di Sulawesi Utara pada tahun 2012, Aertembaga. Berdasarkan data register di
kasus gigitan hewan penular rabies Puskesmas Aertembaga tahun 2013 telah
(GHPR) sebanyak 2.923 dan 35 kematian terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies
(Dinas Kesehatan Provinsi Sulut, 2012). di Kelurahan Makawidey, bersamaan
Tahun 2013 sebanyak 2.930 kasus gigitan dengan itu jumlah kasus gigitan hewan
dan 30 kematian (Dinas Kesehatan penular rabies tertinggi juga berada di
Provinsi Sulut, 2013). Pada tahun 2014, Kelurahan Makawidey dengan 29 kasus
kasus gigitan sebanyak 2.684 kasus dan 18 gigitan (Puskesmas Aertembaga, 2014).
kematian (Dinas Kesehatan Provinsi Sulut, Sebagian besar penduduk di Kelurahan
170
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
171
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
172
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
Dari hasil tabulasi silang antara sikap dengan tindakan pencegahan rabies,
dengan tindakan pencegahan rabies, dengan nilai POR (Prevalence Odds Ratio)
menunjukkan bahwa jumlah responden sebesar 7,765. Dapat dilihat dari nilai POR
dengan tindakan pencegahan rabies yang bahwa responden yang bersikap kurang
kurang (nilai median = < 14) sebanyak 33 terhadap pencegahan penyakit rabies
orang (47,1%) dengan rincian yang mempunyai peluang sebesar 7,765 kali
memiliki sikap kurang (nilai median = < untuk tidak melakukan tindakan
28) sebanyak 16 orang (80,0%) dan pencegahan dibanding responden yang
memiliki sikap baik (nilai median = ≥ 28) bersikap baik.
sebanyak 17 orang (34,0%); sedangkan Menurut Notoatmodjo (2012), sikap itu
jumlah responden dengan tindakan masih merupakan reaksi tertutup, bukan
pencegahan rabies yang baik (nilai median merupakan predisposisi tindakan atau
= ≥ 14) sebanyak 37 orang (52,9%) perilaku. Dengan pengertian lain sikap
dengan rincian memiliki sikap kurang belum merupakan suatu tindakan atau
(nilai median = < 28) sebanyak 4 orang aktivitas. Sikap responden yang baik tidak
(20,0%) dan memiliki sikap baik (nilai
selalu nyata dalam perilaku baik dan
median = ≥ 28) sebanyak 33 orang menghindarkan responden dari kejadian
(66,0%). Melalui hasil analisis uji Chi- penyakit. Suatu sikap belum otomatis
Square, didapatkan nilai p = 0,000, dimana terwujud dalam tindakan, untuk
nilai p < α (α = 0,05) artinya terdapat terwujudnya sikap menjadi suatu
hubungan yang bermakna antara sikap perbuatan nyata diperlukan faktor
173
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
Bisa dilihat dari hasil tabulasi silang peluang sebesar 3,571 kali untuk tidak
antara peranan petugas kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan rabies
tindakan pencegahan rabies, data dibanding dengan peranan petugas
menunjukkan bahwa jumlah responden kesehatan yang aktif.
dengan tindakan pencegahan rabies kurang Menurut Notoatmodjo (2010),
(nilai median = < 14) sebanyak 33 orang keterpaparan terhadap sumber informasi
(47,1%) dengan rincian peranan petugas kesehatan yang efektif tentang rabies dan
kesehatan yang tidak aktif (nilai median = pencegahannya sangat penting kaitannya
< 30) sebanyak 15 orang (68,2%) dan dalam meningkatkan pengetahuan dan
yang aktif (nilai median = ≥ 30) sebanyak sikap yang positif untuk mencegah
18 orang (37,5%); sedangkan jumlah terjadinya penyebaran penyakit. Informasi
responden dengan tindakan pencegahan
dapat berasal dari mana saja, baik dari
rabies baik (nilai median = ≥ 14) sebanyak petugas kesehatan dan pemerintah ataupun
37 orang (52,9%) dengan rincian peranan keluarga dan teman. Keterpaparan
petugas kesehatan yang tidak aktif (nilai terhadap media informasi yang dapat
median = < 30) sebanyak 7 orang (31,8%) didengar, dilihat ataupun dibaca akan
dan yang aktif (nilai median = ≥ 30) dapat meningkatkan pengetahuan dan
sebanyak 30 orang (62,5%). Berdasarkan dapat berpengaruh terhadap tindakan
hasil analisis uji Chi-Square, didapatkan pengambilan keputusan untuk melakukan
nilai p = 0,016 dimana nilai p < α (α = pencegahan rabies. Keadaan ini dapat pula
0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada dijelaskan karena perilaku kesehatan
hubungan yang bermakna antara peranan dipengaruhi oleh keterpaparan media
petugas kesehatan dengan tindakan sebagai salah satu faktor pemungkin
pencegahan rabies, dengan nilai POR “enabling factor”, dimana dengan adanya
(Prevalence Odds Ratio) sebesar 3,571. keterpaparan terhadap media informasi
Dilihat dari nilai POR menunjukkan akan membuat pengetahuan dan
bahwa responden dengan peranan petugas pandangan seseorang berubah yang pada
kesehatan yang tidak aktif memiliki akhirnya akan diikuti oleh terjadinya
174
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
Tabel 4. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Hewan dengan Tindakan Pencegahan Rabies
175
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
mempunyai nilai p < α (α = 0,05) sehingga analisis regresi logistik. Hasil uji terlihat
semua variabel bebas dimasukkan pada pada Tabel 5.
Dari data pada Tabel 5, hasil analisis peran petugas kesehatan hewan, peran
multivariat dari keepat variabel bebas petugas kesehatan dan sikap. Ketiga
pengetahuan, sikap, peranan petugas variabel tersebut dikeluarkan dari
kesehatan dan peranan petugas kesehatan pemodelan multivariat dan diuji kembali
hewan menunjukkan bahwa 3 variabel dengan uji regresi logistik. Hasilnya dapat
memiliki nilai p < α (α = 0,05). Variabel dilihat pada Tabel 6.
bebas diurutkan dari nilai p terbesar yaitu
Berdasarkan data pada Tabel 6 bisa dalam praktik sehari-hari ditemukan anjing
dilihat hasil analisis multivariat, variabel berkeliaran bebas di luar rumah. Adapun
pengetahuan memiliki p = 0,000 dimana hasil wawancara dengan masyarakat
nilai p < α (α = 0,05) artinya pengetahuan pemilik anjing, sebagian besar dari mereka
merupakan variabel paling dominan tidak mengikat anjing dengan alasan
mempengaruhi tindakan pencegahan anjing sudah dewasa, jinak dan kebiasaan
rabies. Diketahui dari nilai POR setempat untuk membiarkan anjing
(Prevalence Odds Ratio) = 30,643 (95% berkeliaran bebas. Pada umumnya pemilik
CI; 8,091-116,054), artinya bahwa anjing, tidak menyediakan
responden yang memiliki pengetahuan kandang/kurungan khusus untuk anjing
baik mempunyai peluang melakukan peliharaannya. Walaupun mayoritas
tindakan pencegahan rabies sebesar 30,643 masyarakat pemilik anjing di Kelurahan
kali lebih tinggi dibanding dengan Makawidey sudah memiliki pengetahuan,
responden yang memiliki pengetahuan sikap dan tindakan pencegahan rabies yang
kurang. baik, namun perlu adanya pemberian
informasi secara kontinyu tentang
Hasil penelitian ini menunjukkan
pemeliharaan anjing yang baik dan benar
bahwa mayoritas responden sudah
melalui penyebaran informasi lewat media
memiliki pengetahuan yang baik tentang
seperti leaflet, poster, banner dan media
rabies, tanda dan gejala rabies pada anjing
elektronik lainnya. Hal ini dikarenakan
dan manusia serta pencegahan rabies. Tapi
pengetahuan responden dipengaruhi oleh
176
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015
177
Tahulending, Kandou dan Ratag, Faktor-faktor yang Berhubungan
178