Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Fraktur

2.1.1 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan

oleh trauma dan keadaan patologis (Djamil, 2012).

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang

dengan dunia luar dibagi menjadi 2 antara lain:

a. Fraktur tertutup

Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih. Pada fraktur tertutup ada

klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar

trauma, yaitu:

1. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan

lunak sekitarnya

2. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkutan

3. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan

4. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata

dan ancaman sindroma kompartemen


b. Fraktur terbuka

Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang

memungkinkan/potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar

dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Berikut adalah

derajat pada fraktur terbuka

1. Derajat I

Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal

2. Derajat II

Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas

3. Derajat III

Luka lebar, rusak hebat atau hilang jaringan sekitar

2.1.3 Anatomi Fisiologi


Anatomi fisiologi dari tulang antara lain:
a. Anatomi Tulang
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Tulang membentuk rangka penunjang

dan pelindung bagi tubuh dan menjadi tempat untuk melekatnya otot-

otot yang menggerakkan tubuh. Tulang dlh jaringan terstruktur

dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama:


1) Membentuk rangka badan
2) Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan

alat-alt dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-

paru)
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium

dan garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai

fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk


memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan

organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat

membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun

pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik tulang

juga disebut osteosid. Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen

tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik

lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan. Secara garis

besar, tulang dibagi menjadi 6;


1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna,

humerus.
2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan

pelvis.
4) Tulanmg tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
5) Tulang Sesmoid: tulang patella
6) Tulang Sutura: atap tengkorak
b. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel, diantaranya :
1) Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid

melalui suatu proses yangh disebut osifikasi.


2) Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan

untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.


3) Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan

mineral dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini

menghasilkan enzim proteolitik, yang memecah matriks dan


beberapa asam yang melarutklan mineral tulang sehingga

kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.


2.1.4 Etiologi
Menurut Arif Muttaqin, (2011) Penyebab fraktur femur antara lain:
a. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pad paha
b. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti

degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha

yang menyebabkan fraktur patologis.


2.1.5 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan fraktur femur antara lain
a. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan

bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan

antar fragmen tulang.


b. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak

secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.


c. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat

di atas dan dibawah tempat fraktur.


d. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini

terjadi setelah beberapa jam atau hari.


2.1.6 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostic berdasarkan jenis fraktur femur antara lain :
a. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis

pengobatan yang dapat diberikan.


b. Fraktur subtrokanter
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di

bawah trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal, oblik

atau spiral dan sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam

posisi fleksi, sedangkan fragmen distal dlam posisi adksi bergeser ke

proksimal.
c. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas

berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin

datang dengan keadaan syok.


d. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan fraktur femur antara lain
a. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan

cermt untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi

luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi

tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen

Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit

mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati

dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka yang

tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, terapi yang cukup dengan

debridemen terbatas saja.

3) Stabilisasi

Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.

4) Penundaan tertutup
5) Penundaan rehabilitasi
b. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif

dalam melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan

medis, perawat dapat mengenal impliksi pada setiap tindakan medis

yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang

dilanjutkan dengan gips pinggul selama 7 minggu merupakn

alternaltif pelaksanaan pada klien usia muda.


b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan

pilihan dengan memergunakan plate dan screw.


2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
a) Terapi konserfativ
b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum

dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.


c) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi

lutut. Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat

kominutif dan segmental.


d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union

fraktur secara klinis


3) Terapi Operasi
a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis

atau distal femur


b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan

operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail

terutama adalah farktur diafisis.


c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur

kominutif, infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka

dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.


2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada fraktur femur antara lain :
a. Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang

bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan

dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur

yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila

lokasi fraktur lrbih ke proksimal, kemungklinan terjadi nekrosis

avaskular lebih besar.


b. Fraktur diafisis femur
1) Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh perawat yang

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur diafisis femur.

Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan yang

optimal apabila telah mengenal konsep anatomi, fisiologi, dan

patofisioloigi patah tulang.


Komplikasi yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur adalah

sebagai berikut:
a) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersift

tertutup.
b) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda dengan

fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.


c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus

jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga

menmyebakan kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.


d) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan

fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari

neuropraksia sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi

pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis

dan nervus peroneus komunis.


e) Trombo emboli. Klien yang mengalami tirah baring lama, misalnya

distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-

emboli.
f) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang

terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan

operasi.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap
kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap
berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut
memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema
laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal,
P = pain/respon nyeri, U = unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan
pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi
pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan,
riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke
rumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada
(nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
klien.
b. Tanda-tanda vital dengan mengukur :
- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
- Suhu tubuh
c. Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :
- Pengkajian kepala, leher dan wajah
- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak,
adakah perdarahan serta benda asing.
- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau
keluaran lain seperti cairan otak.
- Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau
tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan
menelan.
d. Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu nafas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae,
perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi
e. Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi,
abrasi, distensi abdomen dan jejas
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
- Distensi abdomen
f. Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
g. Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka
h. Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus
seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh
ataupun anggota keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang
dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat
dan hiperventilasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1. Radiologi dan Scanning
2. Pemeriksaan laboratorium
3. USG dan EKG
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Rencana Perawatan
Keperawatan
Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention
Classification (NIC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri pasien
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam dengan pengkajian
dengan agen cedera diharapkan nyeri hilang/ nyeri OPQRSTUV
fisik. berkurang dengan kriteria b. Kendalikan faktor
hasil: lingkungan yang
a. Melaporkan nyeri dapat mempengaruhi
pada skala 0-1 respon pasien
b. TTV dalam batas terhadap
normal ketidaknyamanan
c. Ekspresi wajah tidak (misal suhu ruangan,
menahan nyeri pencahayaan, dan
kegaduhan)
c. Berikan teknik
relaksasi
d. Ajarkan manajemen
nyeri (misal nafas
dalam)
e. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgetik.
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji mobilitas yang
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 jam ada dan observasi
berhubungan diharapkan pasien mampu terhadap
dengan gangguan melakukan aktifitas fisik peningkatan
muskuloskeletal, sesuai dengan kerusakan
kerusakan kemampuannya dengan b. Pantau kulit bagian
integritas struktur kriteria hasil: distal setiap hari
tulang, penurunan a. Mampu melakukan terhadap adanya
kekuatan otot. perpindahan iritasi, kemerahan.
b. Meminta bantuan c. Ubah posisi pasien
untuk aktifitas yang imobilisasi
mobilisasi. minimal setiap 2
c. Tidak terjadi jam.
kontraktur d. Ajarkan klien untuk
melakukan gerak
aktif pada
ekstremitas yang
tidak sakit.
e. Kolaborasi dengan
ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan
diri (mandi, keperawatan selama 3x24 jam penggunaa alat
eliminasi) diharapkan pasien mengalami bantu
berhubungan peningkatan perilaku dalam b. Kaji kondisi kulit
dengan gangguan merawat diri dengan kriteria saat mandi
muskuloskeletal, hasil: c. Berikan bantuan
hambatan a. Klien mampu sampai pasien
mobilitas. melakukan aktifitas mampu secara
perawatan dirisesuai mandiri untuk
denmgan tingkat melakuakn
kemampuan perawatan diri
b. Mengungkapkan d. Letakkan sabun,
secara verbal handuk, peralatan
kepuasan tentang mandi, peralata
kebersihantubuh, BAB/BAK, didekat
hygiene mulut. klien.
e. Ajarkan pasien atau
keluarga untuk
menggunakan
metode alternaltif
dalam mandi,
hygiene mulut,
BAB/BAK.
f. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian
supositoria kalau
terjadi konstipasi
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji adanya faktor
integritas kulit keperawatan selama 3x24 jam resiko yang
berhubungan diharapkan tidak terjadi menyebabkan
dengan tonjolan kerusakan integritas kulit kerusakan integritas
tulang. secara luas dengan kriteria kulit
hasil: b. Observasi kulit
a. Nyeri lokal setiap hari dan catat
ekstremitas tidak sirkulasi dan sensori
terjadi serta perubahan
b. Menunjukkan yang terjadi
rutinitas perawatan c. Berikan bantalan
kulit yang efektif. pada ujung dan
sambungan traksi
d. Jika memungkinkan
ubah posisi 1-2 jam
secara rutin
e. Konsultasikan ka
ahli gizi untuk
maknan tinggi
protein untuk
membantu
penmyembuhan luka

5 Ansietas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam dokumentasikan
dengan stres, krisis diharapkan tingkat kecemasan tingkat
situasional. berkuranmg dengan kriteria kecemasan klien
hasil: b. Kaji cara pasien
a. Tidak menunjukkan untuk mengatasi
perilaku agresif kecemasan
b. Melaporkan tidak ada c. Sediakan
manifestasi informasi yang
kecemasan secara aktual tentang
fisik. diagnosa medis
dan prognsis
d. Ajarkan ke
pasien tentang
peggunaan
teknik relaksasi

Anda mungkin juga menyukai